You are on page 1of 16

MAKALAH KOMUNIKASI PADA ANAK

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan anak,melalui
komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang
selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan. Beberapa cara yang
dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, antara lain :
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
2. Bercerita
3. Memfasilitasi
4. Biblioterapi
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan
6. Pilihan pro dan kontra
7. Penggunaan skala
8. Menulis
9. Menggambar
10. Bermain
Dampak dari komunikasi dengan kekerasan terhadap anak-anak adalah hilangnya fitrah kelembutan.
Berdasarkan pengalamannya, anak yang terbiasa dengan kekerasan, sejak kecil sudah terlihat. Karena terbiasa
dengan kekerasan, ia pun akan membutuhkannya setiap kali akan melakukan sesuatu. Hal itu terjadi karena
fitrah kelembutannya sudah melemah.
Komunikasi dengan kekerasan juga akan membuat anak tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan
pendapatnya.
B. Rumusan masalah
1. Menjelaskan tentang komunikasi pada anak dan tumbuh kembang anak
2. Proses tumbuh kenbang anak berdasarkan usia
3. Menjelaskan kekerasan dampak pada anak
4. Menjelaskan tata cara berkomunikasi dan komunikasi keluarga
5. Mengatahui Program dan kebijakan pemerintah tentang Kesehatan Ibu dan anak di Indonesia.
C. Tujuan
1. Mengatahui tentang komunikasi pada anak dan tumbuh kembang anak
2. Mengatahui tumbuh kenbang anak berdasarkan usia
3. Mengatahui kekerasan dampak pada anak
4. Mengatahui tata cara berkomunikasi dan komunikasi keluarga
5. Mengatahui Program dan kebijakan pemerintah tentang Kesehatan Ibu dan anak di Indones

BAB II
PEMBAHASAN
1. A. Komunikasi Pada Anak berdasarkan usia tumbuh kembang.
Dalam melakukan komunikasi pada anak perawat perlu memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah usia
tumbuh kembang anak, cara berkomunikasi dengan anak, metode dalam berkomunikasi dengan anak tahapan
atau langkah-langkah dalam melakukan komunikasi dengan anak serta peran orang tua dalam membantu proses
komunikasi dengan anak sehingga bisa didapatkan informasi yang benar dan akurat.
1. Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan
tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non
verbal. Perkembangan komunikasipada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang
menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi.
Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah
mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai melakukan
tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara yang asing bagi dirinya.
Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lainlain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat
beberapa gambar yang terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan katakata yang spesifik antara dua atau tiga kata.
Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif pada bayi yakni dengan cara
menggunakan komunikasi non verbal dengan tehnik sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, dan
lain-lain.
2. Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa anak dengan
kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai sembilan ratus kata dan banyak katakata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya
sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat,
mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya,
takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara
(Behrman, 1996). Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang
terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan
digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan
pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata jawab dong,
mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah
diajak komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran
diri dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara non
verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa
disetujui dari anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas,
menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.
3. Usia Sekolah (5-11 tahun)
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak mencetak, menggambar,
membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan

kemampuan anak membaca disini sudah muncul, pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah
mulai berfikir tentang kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih memperhatikan tingkat kemampuan
bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata sederhana yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat
ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional
dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan
dari sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak
tidak mampu berkomunikasi secara efektif.
4. Usia Remaja (11-18 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat dan
sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan perasaan malu, pada anak usia sering kali
merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah
mulai menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan
anak menjadi dewasa. Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat
pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan
dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa transisi dalam bersikap
dewasa.
B. Cara komunikasi dengan anak.
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan anak,melalui
komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang
selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan. Beberapa cara yang
dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, antara lain :
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga.
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak, dengan
menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada
di samping anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan memberikan komentar tentang mainan, baju yang
sedang dipakainya serta hal lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
2. Bercerita.
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima, mengingat anak sangat suka
sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan,
yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar
3. Memfasilitasi.
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau respon anak terhadap
pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh
dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan
penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak.
4. Biblioterapi.
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan
isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.

5. Meminta untuk menyebutkan keinginan.


Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk menyebutkan keinginan
dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan
pikiran anak pada saat itu.
6. Pilihan pro dan kontra.
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui perasaan dan pikiran
anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan
pendapat anak.
7. Penggunaan skala.
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak seperti

penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan
perasaan sakitnya.
8. Menulis.
Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah atau lainnya dan
biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam. Cara ini dapat dilakukan apabila anak
sudah memiliki kemampuan untuk menulis.
9. Menggambar.
Seperti halnya menulis menggambar pun dapat digunakan untuk mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel,
marah yang biasanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkan perasaannya apabila
perawat menanyakan maksud dari gambar yang ditulisnya.
10. Bermain.
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini hubungan interpersonal antara
anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.
C.Tips Dasar Komunikasi pada Anak
Nilai altruistik perlu diwujudkan dengan kata-kata, seperti ucapan "terima kasih" atau "tolong" saat meminta
bantuan dan ini perlu ditanamkan pada anak. Menurut pakar perkembangan ini, kata-kata tersebut lebih dari
sekadar ungkapan sopan santun, namun merupakan awal pemahaman tentang komunikasi.
Setiap orang tua pasti pernah mengalami kesulitan komunikasi dengan anak. Ada masanya ketika anak anda
tampak seperti mendengar perintah anda dengan penuh perhatian, tetapi kemudian tidak ingat apa-apa mengenai
percakapan itu. Ada masanya anak anda berbicara terus menerus kemudian menuduh anda tidak
mendengarkannya. Pada tahapan yang berbeda, anak-anak berkomunikasi dengan cara yang berbeda.
Anak anda yang berusia lima tahun, dapat berubah seolah menjadi anak yang berusia empat belas tahun yang
menjawab pertanyaan anda dengan hanya satu kata saja: anda bertanya ; bagaimana kabarmu sayang? Baik
jawabnya singkat. apa yang kamu kerjakan di rumah teman kamu tadi? macam-macam jawabnya lagi.
Anak-anak mengalami masa-masa dimana mereka sangat terbuka mengenai perasaan mereka. Dan ada kalanya,
mereka lebih pendiam dan menyimpan sendiri pikiran-pikiran dan emosi mereka sendiri. Akan tetapi
berkomunikasi setiap waktu dengan anak-anak adalah penting. Mempunyai hubungan baik yang terpelihara
baik, tergantung pada komunikasi yang baik.
Anak-anak merupakan komunikator yang baik. Mereka akan berbicara, mendengarkan sehingga mereka akan
mendapatkan teman-teman,pendidikan,pekerjaan dan lain-lain. Cara anda berbicara dan mendengarkan anakanak anda sangat mempengaruhi bagaimana mereka berkomunikasi dengan orang lain. Karena anak ini
mengetahui hampir setiap naluri, bahwa komunikasi bukan hanya sekedar kata-kata yang keluar dari mulut
anda.
Komunikasi adalah juga bahasa tubuh yang menyertai kata-kata ini. Komunikasi yang baik adalah mengetahui
kapan berbicara dan kapan untuk diam. Sebagaimana ketrampilan interpersonal, kemampuan untuk
berkomunikasi dibentuk pertama kali oleh hubungan seorang anak dengan orang tuanya. Ketrampilan
komunikasi dipelajari dirumah yaitu di masa bayi
D.Perekat keluarga.
Menurut Ery Soekresno, Psi, Pengelola Sekolah Kebon Maen, Cilangkap-Cimanggis-Depok, komunikasi adalah
hal yang sangat penting dalam keluarga. Menurutnya, komunikasi berfungsi sebagai perekat keluarga. Ery
mencontohkan, berdasarkan hasil penelitian pada tahun 1996, faktor penyebab tingginya angka perceraian di
Amerika ternyata bukan disebabkan kehadiran orang ketiga. Karena di mata masyarakat Amerika umumnya,
perzinahan sudah dianggap halal. Namun, penyebab yang tertinggi adalah faktor terhambatnya komunikasi
suami istri. Komunikasi yang tidak lancar antara suami istri akan berdampak pula terhadap kelancaran
komunikasi pada anak.
Komunikasi antara orang tua dan anak adalah sebuah proses pengiriman pesan dimana pesan yang diterima
sama dengan pesan yang dikirim. Komunikasi dengan kekerasan, menurut Ery adalah, penyampaian pesan yang
dilakukan secara negatif. Termasuk dalam komunikasi secara negatif adalah saat orangtua menggunakan bahasa
yang tidak indah. "Bahasa yang jelek tidak menyenangkan anak, akibatnya anak tidak mau mendengarkan
orangtua," tutur psikolog yang aktif menyerukan kampanye komunikasi tanpa kekerasan ini.

Komunikasi dengan kekerasan tidak melulu berarti disampaikan dengan bahasa-bahasa yang tidak baik, seperti
penggunaan kata yang berasal dari kebun binatang atau kata hinaan lainnya.
E.Verbal dan non verbal.
Ada dua bentuk komunikasi, yaitu verbal (bahasa) dan non-verbal (bahasa tubuh). Artinya, saat orangtua
berbicara kepada anak, bukan hanya kata-katanya saja yang ditangkap oleh anak. Menurut Ery, di bawah usia
satu tahun, mungkin mereka hanya menangkap 10% kata yang diucapkan ibu. Sisanya lebih kepada bahasa nonverbal.
Ery mencontohkan, saat bayi berbicara dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak jelas. Misalnya bah, bah,
bah. Kebetulan ibu ini membahasakan bapaknya itu abah. Ibu memberikan respon sambil menunjuk pada
suaminya atau menunjukkan fotonya, "Oh Abah ya, Abah. Ya, itu Abah."Artinya, anak itu memahami sebuah
kata itu kan dari bahasa non verbal karena setiap kali dia ngomong bah, bah, bah kok yang ditunjuk orang itu.
Akhirnya kata itu memiliki arti bagi dirinya. Meskipun saat itu anak belum mengerti betul tentang siapa
sebenarnya Abah.
Menurut Ery, orangtua perlu terus menyadari bahwa bahasa non-verbal yang dipakainya sangat penting bagi
anak. Meski bahasa yang digunakan orangtua positif, namun bilakomunikasi non-verbalnya negatif, maka pesan
yang diterima anak adalah seperti yang ia lihat. Misalnya, seorang ibu mengatakan pada anaknya, "Ibu tuh
sebenarnya sayang sama kamu, tapi intonasinya yang tinggi atau dilakukan sambil mencubit anak. Tak salah
bila anak akan berpikir, "Oh sayang itu artinya sama dengan mencubit ya." Akhirnya, saat bertemu dengan
sepupu, adik atau temannya atau dia dengan adiknya dia menyampaikan sayangnya dengan mencubit. "Padahal
seharusnya menyampaikan rasa sayang harus diiringi dengan pelukan dan suara yang lembut agar anak mampu
menangkap pesan yang disampaikan dengan benar," jelas istri dari Irwan Rinaldi ini.
F.Dampak komunikasi dengan kekerasan.
Dampak dari komunikasi dengan kekerasan terhadap anak-anak adalah hilangnya fitrah kelembutan.
Berdasarkan pengalamannya, anak yang terbiasa dengan kekerasan, sejak kecil sudah terlihat. Karena terbiasa
dengan kekerasan, ia pun akan membutuhkannya setiap kali akan melakukan sesuatu. Hal itu terjadi karena
fitrah kelembutannya sudah melemah.
Komunikasi dengan kekerasan juga akan membuat anak tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan
pendapatnya. Ery mencontohkan adegan yang terjadi pada sebuah keluarga saat mereka menanti datangnya
waktu maghrib untuk berbuka puasa. Di hari pertama, ibu menyediakan menu lengkap, ada kue, es kelapa,
gorengan, disamping menu utama hari itu. Di hari kedua, sang ibu tidak menyediakan gorengan dalam deretan
menu berbuka. Namun, ia menggantikannya dengan makanan kesukaan anak-anak yang lain, yaitu puding
karamel. Anaknya yang berusia 5 tahun berkomentar, "Mi, kok hari ini nggak ada gorengan?" Sang Ibu, yang
kebetulan masih sibuk dengan urusan dapur langsung bereaksi dengan melakukan interpretasi dan evaluasi. "
Kamu ini kok nggak bersyukur banget sih?" Anak yang semula hanya sekedar berkomentar tentu menjadi takut
untuk menyampaikan komentar pada kesepatan lain. Apalagi bila hal seperti itu terjadi berulang kali.
Lebih berbahaya lagi, menurut Ery, bila anak menjadi terbiasa melakukan pekerjaan secara sembunyi-sembunyi.
Bila orangtua tidak segera mengubah cara berkomunikasinya, maka dampak itu akan terpelihara sampai anak
tumbuh dewasa.
Dampak lainnya adalah menjadi terbiasa berpikir negatif. Artinya, ketika ada orang bermaksud baik terhadap
anak, dia tidak menganggap itu sebagai sesuatu yang baik. Sebaliknya, anak akan berpikir, "Apa sih maksudnya
kamu berbuat baik sama aku?" Menurut Ery, hal itu terjadi karena orangtua terbiasa berpikir negatif terhadap
dirinya yang terwujud dengan komunikasi yang negatif. Akhirnya, yang terbangun dalam benakanak adalah apa
pun yang dilakukannya tidak ada yang benar.
Misalnya, saat seorang anak sedang duduk-duduk di dalam rumah sementara ibunya sedang menyapu lantai.
Sang Ibu mengatakan "Aduh Kakak, tidur-tiduran aja, enggak mau membantu ibu nyapu," Sebaliknya, saat sang
anak sedang menyapu lantai, Ibu berkomentar, "Wah tumben nih anak ibu nyapu." Komentar seperti itu akan
membuatanak menjadi tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan karena menjadi serba salah.
Komunikasi yang baik saat ibu sedang menyapu sementara anaknya sedang tidur-tiduran adalah "Ibu seneng deh
kalau kakak mau membantu Ibu nyapu. Kalau kakak membantu Ibu pekerjaan rumah ibu cepat selesai. Habis itu
kita bisa bermain dan cerita-cerita". Pesan akan sampai tanpa perlu menyakiti perasaan anak. Anak pun menjadi
lebih mudah diajak bekerjasama. Saat anak sedang menyapu, seharusnya Ibu menyampaikan penghargaannya

dengan pesan yang positif, tanpa perlu menyindir anak.


Menurut Ery, faktor pembentuk utama dan pertama adalah keluarga. Bila rumah sudah berfungsi sebagai tempat
yang memberikan kesejukan untuk anak-anak, maka ke mana pun anak pergi, rumah tetap menjadi referensi
utama bagi anak. Kesejukan itulah yang perlu dibangun oleh orangtua melalui komunikasi tanpa kekerasan. Saat
anak memiliki masalah, mereka tahu kemana harus berbicara. Saat yang paling berpengaruh bagi anak adalah
sebelum anak mencapai usia balighnya karena pada masa itu anak masih mudah untuk berubah. Namun,
perubahan yang paling utama dan pertama harus berawal dari para orangtua.
2. Menentukan tata cara berkomunikasi
Salah satu bagian dari keberhasialan dalam wawancara adalah tergantung pada keadaan fisik dan psikologis si
pewancara itu sendiri. Perkenalan yang tepat, penjelasan peranan, menerangkan alasan wawancara serta
menjamin kebebasan dan rahasia.
1. Komunikasi dengan keluarga
Komunikasi dengan keluarga merupakan proses segi tiga antara perawat orang tua dan anak. Walaupun orang
tua merupakan fokus penting dalam berkomunikasi segi tiga. Saudara kandung, sanak keluraga lainnya dan
pengasuhnya juga merupakan bagian dari proses komunikasi.
Melaksanakan penjajakan terhadap anak memerlukan input dari anak itu sendiri ( verbal dan non verbal ),
informasi dari orang tua dan observasi perawat sendiri. Untuk itu lakukanlah langkah-langkah sebagai berikut :
MENDORONG ORANG TUA UNTUK BERBICARA.
Informasi tentang faktor kehidupan anak. Berhati-hatilah dan gunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka untuk
menggali data sebanyak mungkin.
MENGARAHKAN PADA POKOK PERMASALAHAN.
Kemampuan untuk mengarahkan pada pokok permasalahan selama berwawancara adalah salah satu kesulitan
dalam mencapai tujuan komunikasi efektif. Salah satu pendekatan adalah menggunakan pertanyaan terbuka dan
luas.
MENDENGARKAN.
Mendengarkan adalah unsur yang paling penting dalam komunikasi yang efektif. Dalam proses mendengarkan
perawat harus mengarahkan perhatiannya dengan sungguh-sungguh pada klien. Ini merupakan proses aktif
karena konsetrasi dan perhatian ditujukan pada semua aspek percakapan yaitu : verbal, non verbal dan yang
bersifat abstrak.
DIAM SEJENAK.
Diam sebagai satu respon, sering kali merupakan tehnik wawancara yang sulit untuk dipelajari. Diam bertujuan
untuk mengalihkan pikiran, perasaan dan untuk saling memehami emosinya kadang-kadang perlu menghentikan
taktik diam ini dan kembali berkomunikasi.
BERSIKAP EMPATI.
Empati berarti ikut merasakan perasaan orang lain secara obyektif. Perawat yang empati berusaha sebanyak
mungkin melihat keadaan dari sudut pandang klien / keluarga. Empati berbeda dengan simpati, simpati tidak
selalu ada unsur hubungan membantu dengan klien.
Menyakinkan
Hampir semua orang tua ingin menjadi orang tua yang baik dan ingin menunjukkan kemampuannya dalam
perannya. Orang tua membutuhkan perawat yang menghargai dan memperhatikan perannya sebagai orang tua
dan ingin agar perawat memperhatikan anaknya. Hindarkan pembicaraan yang menyinggung harga diri sebagai
orang tua.
Menentukan Masalah.
Perawat dan orang tua harus sepakat bahwa masalah itu ada.
Perawat akan bersama ibu menetapkan apakah masalahnya ini benar atau tidak.

Memecahkan Masalah.
Pemahaman dan pengenalan masalah harus disepakati oleh orang tua kemudian mulai merencanakan

pemecahannya.
Perawat harus mendiskusikan resikonya terhadap keluarga dan mencoba mencari pemecahan masalah yang
lebih efektif.
Mengadaptasi Bimbingan.
Segera setelah masalah diidentifikasi & disetujui oleh perawat dan orang tua, maka dapat mulai merencanakan
pemecahannya. Orang tua yang dilibatkan dalam memecahkan masalah berfartisipasi penuh selama perawatan
berlangsung. Bila situasi memungkinkan, keputusan yang diambil adalah berasal dari orang tua dan perawat
berperan sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah.
Menghindari hambatan-hambatan komunikasi
Hambatan yang mempengaruhi proses hubungan dalam berkomunikasi :
Sosialisasi
Memberi nasehat-nasehat yang tidak ada kaitannya dan yang tidak diperlukan
Memberikan dorongan sepintas
Melindungi suatu situasi/opini
Menawarkan keyakinan yang kurang sesuai
Memberikan pujian secara stereotipi
Menahan ekspresi emosi dengan pertanyaan tertutup
Menginterupsi & menyelesaikan kalimat seseorang
Lebih banyak bicara dari pada orang yang diintervien
Membuat konklusi yang menghakimi
Mengubah fokus pembicaraan dengan sengaja
2. Komunikasi dengan anak.
Esensi Komunikasi.
Dua unsur penting dalam komunikasi untuk memahami fungsi pertukaran pikiran dan perasaan , yaitu :
Harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi orang yang mereka ajak berkomunikasi.
Contoh : bila mengunakan isyarat seperti menunjuk pada sesuatu benda yang ingin dilihat orang lain, maka
harus dalam bentuk yang dapat dipahami.
Apabila komunikasi dengan bicara maka harus dilakukan dengan kata dan struktur tata bahasa yang dapat
dipahami anak.
Anak harus memahami bahasa yang digunakan orang lain, misalnya : anak berusia 18 bulan, pembicaraan
harus memantapkan kata-katanya dengan isyarat dan pada saat anak bertambah besar pemahaman bertambah
baik sehingga isyarat kurang diperlukan.
Bentuk Komunikasi Pra Bicara.
Sebelum anak siap untuk belajar berbicara, alam telah menyediakan bentuk komunikasi tertentu yang sifatnya
sementara.
Selama satu setengah tahun pertama, sebelum anak mempelajari kata-kata sebagai, bentuk komunikasi, mereka
menggunakan empat bentuk komunikasi pra bicara atau (prespeech) yakni : tangisan, celoteh, isyarat dan
ekspresi emosional.
Bentuk komunikasi prabicara sifatnya sementara, sehingga bentuk komunikasi pra bicara ini sebaiknya
ditinggalkan apabila kegunaannya sudah berakhir.
Tangisan.
Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah satu cara pertama yang dapat dilakukan bayi
untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Melalui tangisan dia memberi tahu kebutuhannya seperti lapar,
dingin, panas, lelah , dan kebutuhan untuk diperhatikan. Jika kebutuhannya segera dipenuhi , bayi hanya akan
menangis bila ia merasa sakit atau tertekan. Perawat harus banyak berlatih mengenal macam-macam arti
tangisan bayi karena ibu muda memerlukan bantuan ini.
Setelah berusia 2 minggu, kebanyakan kasus disebabkan karena orang tua yang tidak cepat tanggap terhadap
arti tangis bayinya dan tidak konsisten dalam menanggapinya.
Bayi yang sehat dan normal frekwensi tangisan menurun pada usia 6 bulan karena keinginan & kebutuhan
mereka cukup terpenuhi. Frekwensi tangis seharusnya menurun sejalan dengan meningkatnya kemampuan

bicara.

Ocehan dan Celoteh.


Bentuk komunikasi prabicara disebut ocehan (Cooing ) atau Celoteh (Babbling).
Ocehan timbul karena bunyi ekplosif awal yang disebabkan oleh perubahan gerakan mekanisme suara .
Ocehan ini terjadi pada bulan awal kehidupan bayi seperti : merengek, menjerit, menguap, bersin, menangis &
mengeluh.
Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan sebagian akan hilang. Celoteh merupakan mekanisme
otot saraf bayi berkembang & sebagian bayi mulai berceloteh pada awal bulan kedua, kemudian meningkat
cepat antara bulan ke 6 & ke 8.
Nilai celoteh :
a. Berceloteh adalah praktek verbal sebagai dasar bagi perkembangan gerakan terlatih yang dikehendaki dalam
bicara. Celoteh mempercepat ketrampilan berbicara.
b. Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang lain. Berceloteh membantu bayi merasakan
bahwa dia bagiandari kelompok sosial.

Isyarat.
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap bicara.
Contoh isyarat umum pada masa bayi :
Mendorong putting susu dari mulut artinya kenyang/tidak lapar
Tersenyum dan mengacungkan tangan artinya ingin digendong
Mengeliat, meronta, menangis, selama berpakaian & mandi artinya tidak suka akan pembatasan gerak.
Ungkapan emosional.
Adalah ungkapan emosional melalui perubahan tubuh & roman muka.
Contoh :
a. Mengendurkan badan, mengangkat tangan/kaki, tersenyum & ramah
b. Maneragangkan badan, gerakanmembanting tangan/kaki,roman muka tegang & menangis.

Peran Bicara Dalam Komunikasi.


Cara berkomunikasi pada anak belum berusia 1 tahun, adalah menangis dan menggunakan isyarat-isyarat yang
tidak selalu dipahami orang lain. Bicara merupakan ketrampilan yang harus dipelajari yang terdiri dari :
Kata, yaitu aspek motorik bicara, kamampuan mengeluarkan bunyi tertentu dalam komunikasi.
Mengakitkan arti dengan kata-kata tersebut, yaitu aspek mental bicara, untuk mendapatkan hasil yang baik
dibutuhkan koordinasi otot-otot, kemampuan mengait kata-kata, mempelajari tata bahasa.
Untuk memperkecil kesalahan anak, perlu mengaitkan kata spesifik dengan objek yang spesifik.
Hal yang penting dalam belajar bicara :
Persiapan Fisik.
Tergantung Kematangan mekanisme bicara, contoh Bayi baru lahir.
Persiapan Mental.
Tergantung pada kematangan otak ( asosiasi otak ), yang berkembang antara 1 18 bulan, saat yang tepat
diajak bicara.
Model untuk ditiru (yang baik)
Kesempatan praktek / untuk bertatih.
Motivasi dan tantangan.
Bimbingan :
- Menyediakan model yang baik.
- Mengatakan dengan perlahan dan jelas

- Membetulkan kesalahan.
Setiap individu berbeda dalam ukuran kualitas kosa kata, tergantung pada kondisi yang mempengaruhi :
- Faktor Kesehatan.
- Kecerdasan.
- Keadaan sosial ekonomi.
- Jenis kelamin.
- Keinginan yang kuat untuk berkomunikasi.
- Dorongan dari lingkungan.
- Ukuran keluarga dalam hal anak mendapat kesempatan berlatih.
- Urutan kelahiran.
- Metode Pelatihan.
- Kelahiran kembar, yang mendorong anak untuk berkomunikasi hanya dengan saudara kembarnya.
- Hubungan dengan teman sebaya.
- Kepribadian.
Kemampuan memahami dan berbicara mempengaruhi penyesuaian sosial anak, karena bicara dapat :
- Memuaskan kebutuhan dan keinginan.
- Meminta perhatian dari orang lain.
- Meningkatkan hubungan sosial.
- Menentukan penilaiaan sosial.
- Sebagai dasar penilaian diri.
- Sebagai prestasi akademik.
- Mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain.
- Mempengaruhi prilaku orang lain (berbicara dengan keyakinan ).
Komunikasi Sehubungan Dengan Proses Berpikir Sesuai Tingkat Perkembangan Anak.
Proses berpikir pada anak-anak dimulai dari yang kongkrit ke fungsional sampai akhirnya kepada yang abstrak
:
Masa Bayi.
Karena bayi tidak mampu menggunakan kata-kata maka dia menggunakan komunikasi non verbal. Mereka
akan tersenyum dan mendekat bila situasi menyenangkan dan akan menangis bila tidak menyenangkan.
Bayi yang lebih besar memusatkan perhatian pada dirinya dan ibunya sehingga setiap orang asing akan
merupakan ancaman bayinya.
Masa Pra Sekolah ( Toddler ).
Anak usia dibawah 5 tahun, hampir semuanya egosentris , mereka melihat segala sesuatu hanya berhubungan
dengan dirinya sendiri dan hanya dari sudut pandang mereka sendiri.
Waktu pemeriksaan anak perlu menyentuh alat-alat yang akan digunakan dalam pemeriksaan agar dia mengenal
dan merasa terasing gunakan kalimat singkat dan kata-kata yang familiar bagian anak serta batas pernyataan
yang sifatnya menyatakan penyelesaian.
Masa Usia Sekolah.
Anak berusia 5 8 tahun kurang mengandalkan pada apa yang mereka lihat tetapi lebih pada apa yang mereka
ketahui bila diperhadapkan pada masalah baru. Mereka butuh penyelesaian untuk segala sesuatu tetapi
membutuhkan lebih dari itu.
Masa Remaja.
Masa ini anak berfikir dan berperilaku antara anak dan orang dewasa .
Oleh karena itu pada saat anak mengalami ketegangan mereka mencari rasa aman yang biasa didapatkan pada
masa kanak-kanak.
Apabila anak berbicara disertai emosional maka cara terbaik untuk memberikan dukungan ( Support ) adalah
memberi perhatian, mencoba untuk tidak menyela (interupsi ) dan menghindari komentar / ekspresi yang
menimbulkan kesan terkejut / mencela.
Tehnik Berkomunikas dengan Anak.
Tehnik Non Verbal.
a. Tehnik Orang Ketiga..

Tehnik ini mengungkapkan ekspresi perasaan orang ketiga, seperti dia atau mereka .
Tehnik tersebut mengurangi perasaan terancam dari pada lansung bertanya pada anak bagaimana perasaannya
? cara seperti ini memberikan kesempatan untuk setuju atau tidak setuju tanpa ingin bertahan.
Misalnya Perawat mengatakan : kadang-kadang bila seseorang jatuh sakit, perasaan-perasaan marah dan
sedih karena dia mampu berbuat seperti apa yang orang lain perbuat.
Kemudian diam sebentar untuk menunggu responnya atau mendorong timbulnya jawaban dan berkata lagi :
Apakah engkau pernah merasakan seperti itu ?
Tehnik pendekatan seperti ini memberi kesempatan pada anak dalam tiga pilihan :
1. Menyetujui, penuh harapan dan mengunggkapkan perasaannya.
2. Tidak setuju.
3. Tetap diam, mungkin mempunyai suatu perasaan tetapi tidak mampu mengekresikan nya pada saat itu.
b. Neuro Linguistic Programming ( NLP ).
Tehnik pendekatan ini relatif masih baru. Pendekatan ini untuk mengerti proses komunikasi yang
memperhatikan cara/gaya/kelakuan dimana informasi dapat diterima dan dimengerti oleh individu.

Dalam komunikasi biasanya orang menggunakan satu dari tiga sensorik seperti ;
- Penglihatan
- Pendengaran
- Kinesthetic.
Sensorik yang spesifik adalah mengidentifikasi melalui observasi tipe dari kata kerja, kata sifat dan kata
ketergantungan yang digunakan seseorang.dengan mengunakan sensori yang sama, perawat dapat
meningkatkan hubungan dan mengkomunikasikan informasi lebih efektif. Orang tipe visual yang
memanfaatkan alat bantu seperti diagram dan ilustrasi. Orang tipe mendengar menggunakan kata-kata atau
suara-suara. Anak-anak cendrung menggunakan bantuk kinesthetic dan belajar dari manipulasi objek-objek

Contoh NLP
Cara Komunikasi Respon yang cocok
Cara Visual :
Saya dapat melihat bahwa saya tidak sehat.
Cara Auditory :
Dari apa yang saya dengar dimana dokter mengatakan, anak saya akan sembuh.
Cara Kinesthetic :
Saya merasa bahwa prognosa anak saya menurun. Ceritakan pada saya tentang apa yang kamu lihat.
Apa yang kamu dengar yang membuat kamu melihat sesuatu seperti ini.
Ceritakan lagi tentang perasaan anda bahwa prognosanya menurun.
c. Facilitative Responding.
Facilitative Responding adalah mendengarkan secara seksama dan membayangkan kembali perasaan-perasaan
pasien dan isi pernyataan anak.

Seperti :
- Respon yang empati

- Tidak menghakimi dan mengesahkan perasaan-perasaan seseorang.


Rumus untuk fasilitative responding adalah ;
Engkau merasa ------ karena ---- (Henrich and Bernheim, 1981 ).
Contoh Bila seseorang anak mengatakan :
Saya benci ke RS dan mendapatkan suntikan, dan fasilitatife respon adalah engkau merasa tidak bahagia
karena semua dilakukan padamu.
d. Bercerita ( Story telling ).
Respon anak terhadap tehnik-tehnik bercerita bervariasi. Bercerita menggunakan bahasa anak, dan menyelidiki
perasaannya, sementara itu menghindarkan hambatan yang disengaja atau hindarkan ketakutan-ketakutan yang
paling sederhana adalah meminta anak menceritakan tentang sesuatu kejadian / peristiwa sperifik Berada di
Rumah Sakit. Selain itu dapat menggunakan gambaran dari suatu peristiwa dan meminta anak untuk
menceritakannya.
Dongeng bersama lebih mengembangkan pendekatan terapiutik. Dongeng tidak saja membantu membuka
pikiran anak, juga mencoba merubah persepsi anak atau perasaan takutnya.
Kita mulai dengan meminta anak bercerita tentang sesuatu kejadian, diikuti oleh cerita lain oleh perawat yang
sebabnya sama dengan cerita anak hanya bedanya disini bertujuan membantu anak masuk kedalam masalahnya.
Contohnya ; Anak bercerita tentang masuk Rumah sakit dan tidak dapat melihat orang tuanya lagi.
Cerita perawat hampir sama dan mengunakan nama orang lain bercerita bahwa sewaktu anak itu berada di
Rumah sakit tetap dapat bertemu orang tuanya setiap hari setelah selesai bekerja .
Dengan cara ini dapat mengurangi perasaan takutnya akan terpisah dari orang tuanya.
e. Bibliotherapy
Bibliotherapy melibatkan penggunaan buku-buku dalam rangka proses therapiutik dan supportive. Sasarannya
adalah membantu anak mengungkapkan perasaan-perasaan dan perhatiannya melalui aktivitas membaca, cara
ini dapat memberi kesempatan pada anak untuk menjelajahi suatu kejadian yang sama dengan keadaannya
tetapi sedikit berbeda untuk mengijinkan dia membatasinya dari kisah itu dan tetap dalam kontrol. Pada
dasarnya buku tidak mengancam karena anak dapat sewaktu-waktu menutup buku tersebut atau berhenti
membacanya.
Petunjuk umum dalam menggunakan Bibliotherapy :
Jajaki perkembangan emosi dan pengetahuan anak
Hayati isi buku dan sesuaikan isinya dengan tingkat usia anak.
Bersama-sama memakai buku itu seperti kita membaca untuknya.
Menyelidiki bersama anak akan arti dari isi buku dengan cara menceritakan kembali cerita itu, baru kembali
bagian-bagian khusus, gambar sesuatu yang berkaitan dengan cerita itu dan diskusikan gambar tersebut ,
bicarakan tentang karakter atau simpulkan pengertian dari cerita tersebut.
f. Fantasy.
Bentuk khusus dari Bibliotherapy adalah menggunakan dongeng fantasy atau dongeng yang wajar seperti
Bawang Putih dan Bawang Merah, Malin Kundang, Sikancil mencuri ketimun , Abu Nawas, dan lainlain. Figur dan kejadian-kejadian pada dongeng melambangkan dan mengilustrasikan adanya suatu konflik
dalam suatu peristiwa seperti butuh kasih sayang /dicintai , takut akan meninggal , takut akan tidak berharga,
pentingnya kejujuran dalam kehidupan dan lain-lain. Perlu penjelasan pada anak arti dari dongeng dalam
mencapai kebutuhan-kebutuhannya.
g. Mimpi.
Mimpi sering diartikan sebagi ungkapan sesuatu sasaran tidak sadar dan akan menekan kembali perasaan dan
pikiran seseorang. Dipulau jawa kita kenal beberapa macam mimpi yang dapat mengartikan sesuatu, seperti
mimpi titiyoni, gondoyoni dan puspogeni.
Salah satu cara pada Psychoterapi dapat menggunakan interpretasi dari mimpi dengan menanyakan pada anak
dan orang tua tentang mimpi. Kemudian jelajahi perasaan bersalah yang sangat mengganggi
h. Pertanyaan Bagaimana Bila.
Pertanyaan Bagaimana Bila mendorong anak untuk menjelajahi situasi dan menentukan berbagai pemecahan
masalah.

Contoh :
Perawat dapat bertanya : bagaimana bila engkau sakit dan harus masuk Rumah Sakit.???.
Anak akan mengatakan perasaan-perasaannya yang telah dia ketahui dan tentang apa yang dia anggap aneh
yang ingin dia ketahui.
Jenis komunikasi yang baik akan membantu anak mempelajari ketrampilah pertahanan diri ; khususnya pada
situasi-situasi yang berbahaya.
i. Tiga Permintaan (Tree Wishes).
Satu strategi untuk mengundang anak anak dalam percakapan adalah tehnik Tiga Permintaan. Satu
pertanyaan sederhana , apabila kau ingin memiliki tiga hal didunia, apakah itu . Biasanya anak menjawab
tentang apa yang dirasakan , seperti Saya tidak mau sakit lagi. Apa bila kita tanyakan tentang kedua sisa
pertanyaan, dia akan menyatakan Apabila hal itu jadi kenyataan , demikian pula permintaan lainnya adalah
sama dan saya tidak ada permintaan lagi.
Selanjutnya perawat dan pasien akan membahas tentang apa arti sakit baginya. Sekalipun perawat tidak mampu
menyembuhkan nya tetapi dia mampu membuat sebagian permintaannya menjadi kenyataan .
Salah satu diantaranya adalah mengatur teman-teman sekolahnya untuk mengunjunginya pada saat dia di
Rumah Sakit dan masa penyembuhan dirumah. Sebelum percakapan ini keinginan anak untuk berada/dekat
dengan teman-temannya tidak akan pernah terwujud.

j. Ranting Game.
Permainan ini terutama membantu anak-anak yang lebih besar untuk berani berbicara. Dari ada menanyakan
padanya bagaimana perasaaannya, lebih baik perawat bertanya bagaimana pengalaman dari hari ke hari dalam
skala 1 sampai 10, dengan skor 10 yang menjadi paling baik. Anak-anak pada tingkat usia sekolah dapat
menggunakan cara ini yaitu dengan menulis pengalaman/ perasaan mereka selama dirawat dalam buku
hariannya.
k. Word Association Game
Pendekatan degan cara permainan asosiasi kata dapat dimulai dengan sejumlah kata-kata kunci dan meminta
anak untuk menyebut kata pertama yang dia kenal. Akan tetapi baik jika dimulai dengan kata-kata netral
seperti menggambar, menulis, berdoa kemudian pada kata-kata yang mengundang kecemasan seperti,
penyakit, jarum suntik, rumah sakit, pembedahan dan lain-lain.
Kunci kata-kata yang dipilih harus sesuai dengan situasi kehidupan anak.
l. Sentenoe Completion
Tanpa menanyakan langsung tentang keadaannya, tetapi menyadarkan pernyataan yang harus dilengkapi oleh
anak.
Cara pendekatan ini khususnya digunakan untuk anak-anak pra remaja dan remaja.
Contoh :
Sesuatu yang menyenangkan ( menjengkelkan) tentang sekolah anak
Usia yang paling menarik (tidak menarik) adalah ..
Pernyataan dimulai dengan yang netral kemudian diakhiri dengan pernyataan yang difokuskan pada perasaan
tentang dirinya.
m. Pros and Cons ( Pro dan Kontra ).
Suatu pendekatan yang agak berbeda untuk mendorong menjelajahi perasaan-perasaannya adalah memilih topic
seperti Berada di RS, dan meminta anak membuat daftar (list), 5 hal yang baik dan 5 hal yang buruk
tentang RS ini adalah tehnik yang sangat berharga apabila diterapkan untuk menciptakan hubungan baik.
Contoh :
Dapat meminta anggota keluarga menulis lima hal yang mereka senangi dan yang tidak disenangi tentang satu
sama lainnya. Kemudian setiap anggota keluarga mendapat kesempatan mendiskusikan perasaan-perasaan
mereka dalam suasana yang tidak bersifat mengadili.

Bagaimana, bila menggunakan cara ini, perawat harus mampu menangani perasaan-perasaan yang tiba-tiba
muncul, perawat peka, cepat tanggap dan cepat menetralisir situasi
Tehnik Verbal.

Tehnik komunikasi non verbal dapat digunakan pada anak-anak seperti:


a. Menulis.
Menulis adalah suatu alternatif pendekatan komunikasi bagi anak, remaja muda dan pra remaja. Untuk
memulai suatu percakapan perawat dapat memeriksa / menyelidiki tentang tulisan dan mungkin juga meminta
untuk membaca beberapa bagian.
Dengan menulis anak-anak lebih riel dan nyata.
b. Menggambar.
Mengambar adalah salah satu bentuk komunikasi yang berharga melalui pengamatan gambar. Dasar asumsi
dalam menginterpretasi gambar adalah bahwa anak-anak mengungkapkan tentang dirinya.
Untuk mengevaluasi sebuah gambar utamakan / fokuskan pada unsur-unsur sebagai berikut :
Ukuran dari bentuk badan individu, ini mengekspresikan orang penting.
Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prioritas kepentingan.
Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya, mengekspresikan perasaan anak terhadap status terhadap
status dalam keluarga atau ikatan keluarga.
Bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar silang, mengekspresikan ambivalen pertentangan,
keprihatinan atau kecemasan pada hal-hal tertentu.
c. Gerakan Gambar Keluarga.
Menggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan anak-anak dan respon emosi, dia akan
menggambarkan pikirannya tentang dirinya dan anggota keluarga yang lainnya.
Gambar kelompok yang paling berharga bagi anak adalah gambar keluarga.

d. Sosiogram
Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak-anak, dan jenis gambar yang berguna bagi anak-anak seusia 5 tahun
adalah sosiogram (gambar ruang kehidupan) atau lingkaran keluarga. Menggambar suatu lingkaran adalah
untuk melambangkan orang-orang yang hampir mirip dalam kehidupan anak, dan gambar bundaran-bundaran
didekat lingkaran menunjukkan keakraban / kedekatan.
e. Menggambar bersama dalam keluarga
Salah satu tehnik yang berguna dan dapat diterapkan pada anak-anak adalah menggambar bersama dalam
keluarga.
Menggambar bersama dalam keluarga merupakan satu alat yang berguna untuk menggungkapkan dinamika dan
hubungan keluarga.
f. Bermain.
Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling penting dan dapat menjadi tehnik yang paling efektif
untuk berhubungan dengan mereka. Dengan bermain dapat dikumpulkan petunjuk mengenai tumbuh kembang
fisik, intelektual dan sosial. Terapeutik play sering digunakan untuk mengurangi trauma akibat sakit atau
masuk rumah sakit atau untuk mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur medis / perawatan.
3. Program dan kebijakan pemerintah tentang Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, Departemen Kesehatan pada periode 2005-2009
memprioritaskan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai urutan pertama dalam pembangunan kesehatan.
Prioritas berikutnya adalah pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, pendayagunaan tenaga kesehatn,
penanggulangan penyakit menular, gizi buruk dan krisis kesehatan akibat bencana serta peningkatan pelayanan
kesehatan daerah terpencil, tertinggal, daerah perbatasan dan pulau-pulau terluar.
Visi dan Misi Departemen Kesehatan yaitu meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas, maka untuk mencapai upaya tersebut adalah :

1. Pelayanan Kesehatan Dasar yang terdiri dari:


a. Pelayanan Kesehatan ibu dan anak :
Kebijakan tentang KIA secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan
bayi baru lahir yang diberikan di semua fasilitas kesehatan, dari posyandu sampai rumah sakit pemerintah
maupun fasilitas kesehatan swasta.
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis
kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) seperti pengukuran berat badan dan tekanan darah,
pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil
selama masa kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan
promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan ibu hamil K1 dan K4.
b. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi Kebidanan.
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar
persalinan. Hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
kompetensi kebidanan (profesional). Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 70,62 % 77,21 %.
c. Deteksi Resiko, Rujukan Kasus Resti dan Penanganan Komplikasi.
Kegiatan deteksi dini dan penanganan ibu hamil berisiko/komplikasi kebidanan perlu lebih ditingkatkan baik di
fasilitas pelayanan KIA maupun di masyarakat. Deteksi risiko oleh tenaga kesehatan pada tahun 2007 sebesar
46,17% sedangkan deteksi risiko oleh masyarakat (kader, tokoh masyarakat,dll) sebesar 22,08%.
Resti komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan
kematian ibu maupun bayi. Resti/komplikasi kebidanan meliputi Hb <> 140 mmHg, diastole > 90 mmHg).
Oedeme nyata, ekslampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan > 32
minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan p````````rematur.
d. Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN2).
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling
tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28hari) minimal dua
kali, satu kali pada umur 0-7 hari (KN1) dan satu lagi pada umur 8-28 hari (KN2).
Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi
juga melakukan konseling perawatan bayi pada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal
dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa
perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi);pemberian vitamin K; manajemen terpadu balita
muda (MTBM); penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA. Cakupan kunjungan
neonatal (KN2) pada tahun 2007 sebesar 77,16%.
2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB).
Masa subur seorang wanita memiliki peranan penting bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita
melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita terjadi antara usia 15-49
tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/ pasangan lebih
diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007, persentase wanita berumur 10 tahun keatas yang
pernah kawin dengan jumlah anak yang dilahirkan hidup terbesar adalah 2 orang (23,02%), 1orang (19,52%)
dan 3 orang (17,11%). Sedangkan rata-rata jumlah anak lahir hidup per wanita usia 15-19 tahun adalah 1,79
untuk daerah perkotaan dan 1,98 di pedesaan.
3. Pelayanan Imunisasi.
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi 0-1 tahun (BCG,DPT, Campak, Polio, HB),
imunisasi untuk wanita usia subur/ibu hamil TT dan imunisasi untuk anak SD (kelas 1; DT dan kelas 2-3; TT),
sedangkan kegiatan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar ditemukannya masalah seperti desa non UCI,
potensial/resti KLB, ditemukan/diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan
teknis.

Pencapaian UCI pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada
kelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti eilayah tersebut
tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31). Dalam hal ini pemerintah menargetkan pencapaian UCI pada
wilayah administrasi desa dan kelurahan. Pencapaian UCI pada tahun 2007 sebesar 71,18 % dengan target
nasional UCI 80%.
Program-program kebijakan pemerintah terhadap kesehatan ibu dan anak di Indonesia yang sedang berlangsung
diantara meliputi :
Perawatan Penyakit Anak yang Terpadu (IMCI).
Rencana Kesehatan Remaja Nasional.
kebijakan dan rencana untuk mencegah malaria dalam kehamilan dan malaria bawaan, penularan vertikal HIV
dan syphilis dalam kehamilan.
Making Pregnancy Safer.
Peningkatan kesadaran akan HIV/AIDS.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam berkomunikasi secara nob verbal , secara serentak menggunakan semua pancaindra kita dalam proses
menerima dan mengirim berita.
Bagaimana kita memakai panca indra tadi dan bagaimana penginterpretasi berita yang diterima sangat
menentukan observasi kita.
Orang tua merupakan fokus penting dalam komunikasi segi tiga walaupun tidak mengabaikan saudara kandung,
sanak saudara atau pembantunya. Dalam proses komunikasi dalam keluarga kita dapat menggunakan langkahlangkah seperti : mendorong orang tua untuk berbicara ; mengarahkan pada pokok permasalahan ; mendengar ;
diam sejenak ; meyakinkan ; menentukan masalah ; memecahkan masalah ; mengantisipasi bimbingan , dan
menghindari hambatan-hambatan komunikasi.
Walaupun tampaknya bayi tidak mampu berbicara, ternyata dia memilih bentuk komunikasi prabicara seperti :
tangisan, celoteh, isyarat dan ekspresi emosional. Kemudian bentuk komunikasi prabicara ini berkembang
menjadi peran bicara dalam berkomunikasi. Untuk mencapai ini dibutuhkan : persiapan fisik; kesiapan mental;
model yang baik untuk ditiru; kesempatan untuk praktek; motipasi yang tinggi; bimbingan yang tepat.
Komunikasi yang berkaitan dengan proses berpikir harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
Proses berpikir pada anak-anak dimulai dari yang kongkrit ke fungsional dan akhirnya keabstrak.
Terdapat bermacam-macam tehnik berkomunikasi dengan anak seperti tehnik komunikasi non verbal ; tehnik
orang ketiga ; neurolinguistic programming (N. C. P ) ; facilitativa responding ; bercerita ; bibliotherapy ;
fantasy ; mimpi ; pertanyaan bagaimana bila tiga permintaan , rating game ; word association game ;
melengkapi kalimat dan pro & kontra. Sedang komunikasi verbal bagi kebanyakan anak & orang tua sering
mendapat kesulitan karena harus membicarakan perasaan-perasaannya. Komunikasi verbal dapat berupa :
menulis ; menggambar ; gerakan gambar keluarga ; sociogram ; menggambar bersama dalam keluarga dan
bermain.
B. Saran.
Makalah ini kami angkat berdasarkan dari sumber penerbit dan pengatahuan dan diskusi kelompok
kami.somoga pembaca dapat menambah wawasan dan pengatahuan tentang makala ini.
Serta membawa manfaat bagi lingkungan,Dengan cara berkomunikasi seperti ini.Perawat dapat lebih
merencanakan bantuan dan bimbingan bagi pasien dan juga perawat akan mengembangkan kepercayaan pada
diri sendiri.Kami menerima saran anda agar makalah ini lebih sepurnah.

Daftar Pustaka
Asuhan Keperawatan anak dan dalam kontek keluarga,usdiknakes Depkes RI Jakarta (1993)
Hubungan teraputik perawat klien Budiana Keliat S.Kp
Elyshabet d.k.k , Asuhan Keperawatan anak.university Indonesia

You might also like