Professional Documents
Culture Documents
DASAR TEORI
2.1
Tinjauan Umum
Pembangunan pada hakekatnya merupakan rangkaian perubahan menuju
Pantai
Perairan pantai
Daratan
Laut
Angin
Angin yang berhembus di atas permukaan air akan memindahkan
A.
daerah sesuai dengan elevasi di atas permukaan. Di daerah geostropik yang berada
di atas 1000 m kecepatan angin adalah konstan. Di bawah elevasi tersebut terdapat
dua daerah yaitu daerah Ekman yang berada pada elevasi 100 sampai 1000 m dan
daerah di mana tegangan konstan yang berada pada elevasi 10 sampai 100 m. Di
kedua daerah tersebut kecepatan dan arah angin berubah sesuai dengan elevasi,
karena adanya gesekan dengan permukaan laut dan perbedaan temperatur antara
air dan udara.
Untuk memprediksi gelombang didasarkan pada kecepatan angin yang di
ukur pada elevasi y = 10 m. Apabila angin tidak diukur pada elevasi 10 m, maka
kecepatan angin harus dikonversikan pada elevasi tersebut. Untuk y lebih kecil
dari 20 dapat menggunakan persaman berikut :
U (10) = U(y) (
10 1/7
)
y
kecepatan angin
B.
Data Angin
(2.1)
C.
U = 2,16 xU s
(2.2)
dengan :
Us
rumus pembangkitan gelombang data angin yang digunakan adalah yang di atas
permukaan air laut. Oleh karena itu diperlukan transformasi dari data angin di
lokasi stasiun angin ke data angin di atas permukaan laut. Hubungan antara angin
di atas laut dan angin di atas daratan terdekat diberikan oleh RL = UW/UL seperti
dalam Gambar 2.3. Gambar tersebut merupakan hasil penelitian yang dilakukan di
Great Lake, Amerika Serikat.
(Triatmodjo, 1999)
Gambar 2.3. Hubungan antara kecepatan angin di laut (UW) dan di darat (UL)
(2.3)
12
U A = 0,71xUW
1, 23
(2.4)
Dimana :
UW
UA
D.
Fetch
(2.5)
Dengan :
Feff
E.
Peramalan Gelombang
13
START
gF
gt
= 68.8. 2
UA
U A
2 / .3
7.1
Fully Developed
Fetch Limited
H mo = 0 . 0016 .
gF
. 2
U A
1/ 2
mo
= 0 . 2433 .
U A2
g
1/ 3
Tmo = 0.2857.
U A gF
.
g U A 2
Finish
mo
= 8 . 134
Finish
Dimana :
Hmo
Tmo
Feff
Ua
gravitasi
waktu
14
2.2.2 Gelombang
beberapa
teori
gelombang
dengan
beberapa
derajad
jarak antara muka air rerata dan dasar laut (kedalaman laut)
( x, t ) :
amplitudo gelombang
tinggi gelombang = 2 a
angka gelombang = 2 / L
frekuensi gelombang = 2 / T
gT
2d
tanh
2
L
(2.6)
gT 2
2d
tanh
2
L
(2.7)
16
Arah rambatan
L
puncak
x
0
a
lembah
2x 2t
T
L
= a cos
Dasar, z = -d
Keterangan
d/L
Tanh
(2d/L)
Cepat
rambat
gelombang
Panjang
Gelombang
Gelombang
dilaut dangkal
d/L 1 / 2
Gelombang di laut
transisi
1/20 < d/L <
Gelombang di laut
dalam
d/L 1/20
2d / L
Tanh (2d/L)
C=
L
= gd
T
L = T gd
C=
L gT
2d
tanh
=
T 2
L
L=
gT 2
2d
tanh
2
L
C = Co =
L = Lo =
L gT
=
T 2
gT 2
= 1,56T 2
2
(Nur Yuwono,1982)
17
Selama penjalaran gelombang dari laut dalam ke laut dangkal, orbit partikel
mengalami perubahan bentuk seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.6.
2
SW
L
2B
B
B
Elips A
Lingkaran A
Dasar z = -d
Dasar z = -
w=0
u 0
w=0
u 0
Gambar 2.6. Gerak orbit partikel zat cair di laut dangkal, transisi, dan dalam
gT
2d
tanh
L
2
(2.8)
2d
gT 2
tanh
L
2
(2.9)
18
(2.10)
2
4x 4t
H0
2x 2t H 0
cos(
)+
cos
2
4 L0
L0
T
T
L0
(2.11)
c) Kecepatan partikel.
Komponen kecepatan partikel dalam arah x dan y mempunyai bentuk berikut :
u=
v=
H cosh k (d + y)
T
sinh kd
H sinh k (d + y)
T
sinh kd
3 H cosh 2k (d + y)
cos(kx t ) +
cos 2(kx t ) (2.12)
C
4 L
sinh 4 kd
2
3 H sinh 2k (d + y)
sin(kx t ) +
sin 2(kx t ) (2.13)
C
4 L
sinh kd
H cosh k (d + y )
H 2
1
sin(kx t ) +
2
sinh kd
8L sinh 2 kd
3 cosh 2k (d + y )
sin 2(kx t )
1 2
sinh 2 kd
H Ct cosh 2k (d + y )
+
sinh 2 kd
L 2
H sinh k ( d + y ) 3 H 2 sinh 2k (d + y )
+
cos 2(kx t )
2
sinh kd
16 L
sinh 4 kd
(2.14)
(2.15)
19
H C cosh 2k (d + y )
U ( y) =
sinh 2 kd
L 2
(2.16)
f) Tekanan gelombang
Distribusi tekanan gelombang pada kedalaman air diberikan oleh bentuk
berikut :
p = g
H cosh k ( d + y )
cos( kx t ) gy
2
cosh kd
H 2 tanh kd
3
+ g
8
L sinh 2 kd
1
H 2 tanh kd
g
[cosh 2k (d + y ) 1]
8
L sinh 2 kd
cosh 2 k ( d + y ) 1
cos 2( kx t )
2
3
sinh kd
(2.17)
20
x t
ys = yt + H .cn 2 2 K (k )( ), k
L T
(2.18)
Dengan :
yt
cn
K(k)
: integral elips
H
yt yc H 16d 2
K (k ){K (k ) E (k )} + 1
=
=
2
d
yc d
d
3L
(2.19)
L=
16d 3
k .K (k )
3H
(2.20)
4.
21
3 H
3H
ys = d + H sec h 2
( x Ct ) atau = H sec h 2
( x Ct)
3
3
4d
4d
(2.21)
C = g(H + d )
(2.22)
v = CN
1 + cos( My / d ) cosh( Mx / d )
{cos(My / d ) + cosh(Mx / d }2
sin( My / d ) sinh( Mx / d )
(2.23)
Dengan M dan N adalah fungsi H/d seperti di berikan pada Gambar 2.10. dan y
diukur dari dasar. Kecepatan horizontal u sering dipergunakan untuk memprediksi
gaya gelombang pada bangunan pantai di air dangkal. Kecepatan maksimum Umaks
terjadi apabila x = t = 0, sehingga :
U maks =
CN
1 + cos( My / d )
(2.24)
8
3 3
. . g .H 3 / 2 d 3 / 2
(2.25)
22
(2.26)
H
= 0.78
Gelombang pecah akan terjadi jika
d maks
(2.27)
(Triatmodjo, 1999)
Gambar 2.10. Daerah penerapan fungsi gelombang fungsi H/d dan d/L
23
H o' = K Kr Ho
H o'
Ho
koefisien difraksi
Kr
koefisien refraksi
(2.28)
2. Refraksi Gelombang
Garis orthogonal
Kontur
kedalaman
24
(2.29)
Dimana :
Ks
Kr
Koefisien refraksi =
Ho
sudut antara garis puncak gelombang di laut dalam dan garis pantai
sudut antara garis puncak gelombang dan garis kontur dasar laut di
C
titik yang ditinjau, sin =
Co
sin 0
3. Difraksi Gelombang
25
(2.30)
K = f ( , , r / L)
(2.31)
4. Refleksi Gelombang
dengan bangunan tegak dan masif. Pada bangunan vertikal, halus dan dinding
tidak permeable, gelombang akan dipantulkan seluruhnya.
Besar kemampuan suatu bangunan memantulkan gelombang diberikan
oleh koefisien refleksi, yaitu perbandingan antara tinggi gelombang refleksi Hr
dan tinggi gelombang datang Hi :
X=
Hr
Hi
(2.32)
Tipe bangunan
0,7 1,0
0,5 0,7
0,3 0,6
0,3 0,5
0,05 0,2
(Triatmodjo, 1999)
= Hi cos kx cos t
(2.33)
5. Gelombang Pecah
(2.34)
(2.35)
(2.37)
1,56
(1 + e 19,5 m )
(2.38)
b=
Dimana :
Hb : tinggi gelombang pecah
Ho : tinggi gelombang laut dalam ekivalen
Lo : panjang gelombang di laut dalam
db : kedalaman air pada saat gelombang pecah
m : kemiringan dasar laut
g
: percepatan gravitasi
T : periode gelombang
Dengan mengambil berbagai harga db maka dapat menentukan harga Hb
dengan cara coba-coba. Harga db dan Hb digambarkan dalam grafik. Perpotongan
antara grafik H = Ks Kr Ho dan grafik Hb merupakan lokasi gelombang pecah.
28
d
m p
(2.39)
Dimana :
HD
Hb
: db / Hb
ds
29
2.2.3
Fluktuasi muka air laut yang disebabkan oleh proses alam diantaranya adalah:
a. Tsunami
b. Gelombang badai (storm surge)
c. Kenaikan muka air karena Gelombang (wave set up)
d. Kenaikan muka air karena angin (wind set up)
e. Pemanasan global
f. Pasang surut
Di antara beberapa proses tersebut fluktuasi muka air kerena tsunami dan badai
tidak dapat diprediksi.
30
0.536 H b2 / 3
g 1 / 2T
(2.40)
dengan:
Sb
: periode gelombang
Ho
db
: percepatan gravitasi
Hb
SW = 0.191 2.82
Hb
g T 2
(2.41)
(Triatmodjo, 1999)
K1 + O1
M 2 + S2
(2.42)
dimana :
F
= nilai formzahl
365,24 hari
Bumi
Matahari
PERIHELION
(bumi terdekat
dengan matahari)
PERIGEE
(bulan terdekat
dengan bumi)
APOGEE
(bulan terjauh
dengan bumi)
Bulan
APHELION
(bumi terjauh
dengan matahari)
Orbit bulan
(e = 1/18)
Gambar 2.15. Posisi Matahari Bulan Bumi saat terjadi Pasang Surut
Secara umum pasang surut di berbagai daerah di Indonesia dapat dibagi menjadi 4
jenis, yaitu:
1. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide), yaitu pasang yang
memiliki sifat dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan juga dua kali
surut dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi berurutan
secara teratur.
2. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide), yaitu tipe pasang surut yang
apabila dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut.
3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (Mixed Tide Prevailling
Semidiurnal), yaitu pasang surut yang dalam sehari terjadi dua kali pasang
dan dua kali surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda.
4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (Mixed Tide
Prevealling Diurnal), yaitu dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan
satu kali air surut, tetapi kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali
pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda.
33
34
Matahari
Bmi
Bulan pertama
Pasang surut bulan
Matahari
Bmi
Bulan baru/mati
Bulan terakhir
Beberapa definisi muka air laut berdasarkan data pasang surut yaitu :
1. MHHWL : Mean Highest High Water Level, tinggi rata-rata dari air
tinggi yang terjadi pada pasang surut purnama atau bulan
mati (spring tides).
2. MLLWL
3. MHWL
: Mean High Water Level, tinggi rata-rata dari air tinggi selama
periode 19,6 tahun.
4. MLWL
: Mean Low Water Level, tinggi air rata-rata dari air rendah
selama 18,6 tahun.
5. MSL
: Mean Sea Level, tinggi rata-rata dari muka air laut pada
setiap tahap pasang surut selama periode 18,6 tahun, biasanya
ditentukan dari pembacaan jam-jaman.
6. HWL
7. HHWL
8. LWL
9. LLWL
: Lowest Low Water Level, air terendah pada saat pasang surut
bulan purnama atau bulan mati (spring tides).
2.3
2.3.1
Bentuk Pantai
Pantai bisa terbentuk dari material dasar berupa lumpur, pasir, atau
kerikil (gravel). Kemiringan dasar pantai tergantung pada bentuk dan ukuran
material dasar. Pada pantai kerikil kemiringan pantai bisa mencapai 1:4, pantai
pasir mempunyai kemiringan 1:20 - 1:50 dan untuk pantai berlumpur mempunyai
kemiringan sangat kecil mencapai 1:5000.
Pantai berlumpur terjadi di daerah pantai dimana terdapat banyak muara
sungai yang membawa sedimen suspensi dalam jumlah besar ke laut. Selain itu
kondisi gelombang di pantai tersebut relatif tenang sehingga tidak mampu
membawa sedimen tersebut ke perairan dalam laut lepas.
36
Dune
Breaker
zone
Surf zone
Longshore bar
Backshore
Foreshore
Inshore
Offshore
38
39
2.3.2
Sedimen pantai bisa berasal dari erosi garis pantai itu sendiri, dari
daratan yang dibawa oleh sungai, dan / atau dari laut dalam yang terbawa arus ke
daerah pantai. Sifat-sifat tersebut adalah ukuran partikel dan distribusi butir
sedimen, rapat massa, bentuk, kecepatan endap, tahanan terhadap erosi.
A.
Rapat massa adalah massa tiap satuan volume, sedang berat jenis
adalah berat tiap satuan volume. Terhadap hubungan antar berat jenis dan rapat
massa, yang membentuk = g. Rapat massa atau berat jenis sedimen merupakan
fungsi dari komposisi mineral. Rapat relatif adalah perbandingan antara rapat
massa suatu zat dengan rapat massa air pada 4o. Rapat massa air pada temperatur
tersebut adalah 1000 kg/m3 dan rapat relatif pasir adalah sekitar 2,65.
C.
Kecepatan Endap
2.3.3
sedimen dasar berakhir dan mulai disebut sebagai transpor sedimen suspensi,
namun pengertian akan adanya mekanisme tersebut perlu diperhatikan untuk
memahami sifat sifat angkutan sedimen di pantai dalam hubungannya dengan
permulaan gerak sedimen. Pada umumnya, di daerah pantai transpor sedimen
dasar lebih besar dari pada transpor sedimen susupensi.
41
Mengukur debit sedimen di lokasi yang ditinjau, cara ini adalah cara
terbaik untuk memperkirakan transpor sedimen sepanjang pantai.
(2.43)
Dimana :
Q S = Angkutan sedimen sepanjang pantai (m3/hari)
K = koefisien
P1 = Komponen fluks energi gelombang sepanjang pantai pada saat pecah
(Nm/d/m)
PI =
g
32
2
H b2 C b K RBR
sin b cos b
(2.44)
42
QS = K .
K `= K .
g
32
2
H b2 C b K RBR
sin b cos b
(2.45)
(2.46)
32
(2.47)
Dimana :
Q S = Angkutan sedimen sepanjang pantai (m3/hari)
P1
Cb
gd b
Nama
Keterangan
Rumus
Caldwell
Qs = 1,200 P1
Savage
Qs = 0,219 P1
Ijima,Sato,Aono,Ishii
Tanaka
0,8
Qs = 0,130 P10,54
Qs = 0,120 P1
Qs = angkutan sedimen
sepanjang pantai
3
(m /hari)
P1 = komponen fluks energi
gelombang sepanjang
pantai pada saat pecah
(ton m/hari/m)
(Triatmodjo, 1999)
43
(2.48)
sV
(2.49)
Dimana s adalah rapat massa sedimen, Qm dan Qk masing masing adalah debit
sedimen masuk dan keluar sel (ruas).
Dengan menyamakan persamaan tersebut, didapat persamaan
y
1 Q
=
t
d x
(2.50)
dengan
y
waktu
2.4
Program GENESIS
45
4. Struktur bangunan pantai eksisting atau yang direncanakan dan data struktur
struktur laut lainnya yang berada pada perairan yang ditinjau.
5. Data-data lainnya seperti ukuran butiran (d50), parameter kalibrasi, posisi
bangunan pantai dan beach fill akibat masuknya sedimen dari sungai.
Dalam program GENESIS ini, dengan input/ data-data masukan di atas
akan menghasilkan output berupa perkiraan nilai longshore transport rate serta
perubahan garis pantai akibat angkutan sedimen tersebut tanpa maupun dengan
adanya struktur bangunan pantai untuk jangka waktu tertentu. Secara rinci dapat
dilihat pada Gambar 2.21. berikut :
START.ext
SHORL.ext
SHORM.ext
SETUP.ext
OUTPT.ext
WAVES.ext
SEAWL.ext
SHORC.ext
NSWAV.ext
DEPTH.ext
Gambar 2.21. Struktur File Input dan Output GENESIS
Untuk menjalankan Genesis, 4 jenis file input harus ada dalam bentuk
dan jumlah data yang tepat seperti yang ditunjukkan pada gambar dengan bolder
hitam (START.ext, SHORL.ext, SHORM.ext, WAVES.ext). Untuk filefile
dengan bolder merah (SEAWL.ext, NSWAV.ext, DEPTH.ext) hanya dibutuhkan
apabila ada bangunan pantai.
File Start berisi perintah-perintah yang mengontrol simulasi perubahan
garis pantai dan prinsip interface antara GENESIS dan user. Beberapa data
penting dalam file ini antara lain data tanggal selama simulasi garis pantai
berakhir (berapa tahun kedepan), nilai K1, K2 (Koefisien kalibrasi
46
garis pantai awal, jika tidak ada maka dapat dibuat sama dengan data
SHORL.
WAVE terdiri dari informasi gelombang berupa tinggi gelombang, periode
pada file START, maka SEAWL tidak bisa membaca. Jadi SEAWL
digunakan bila ada bangunan pantai yang akan di analisis.
NSWAV terdiri dari arah dan tinggi gelombang dekat pantai pada masing
pantai dan jumlah angkutan sedimen yang terjadi, yang dalam proses
running akan memberikan peringatan (warning message) jika ada
kesalahan selama simulasi.
OUTPT terdiri dari hasil umum simulasi, diantaranya grafik Net Transport
(2.51)
Dengan :
V
percepatan gravitasi
Hb
Salah satu permasalahan besar yang ada di daerah pantai adalah abrasi
pantai. Abrasi pantai dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar dengan
rusaknya kawasan pemukiman dan fasilitas-fasilitas yang ada di wilayah tersebut.
Langkah pertama yang harus ditempuh dalam melindungi pantai adalah mencari
penyebab terjadinya abrasi. Dengan diketahui penyebabnya, maka perlindungan
dapat dilakukan dengan :
1. bangunan pantai,
2. menambah suplai sedimen, atau
3. perlindungan dengan tumbuhan
48
groin
groin
Garis pantai
Garis pantai
Garis pantai
(b). Groin
Pemecah gelombang
jetty
Pemecah gelombang
Perairan
Garis pantai
Garis pantai
Muara sungai
(d). Jetty
49
50
Seawall
Kerugian
Macam Seawall :
Revetment
Macam Revetment :
1. struktur rigid keunggulan terletak pada perlindungan
terhadap lapisan pasir, tetapi pada saat pelaksanaan
perlu di lakukan proses dewatering terlebih dahulu
2. struktur flexible keunggulan terletak pada perlindungan
yang baik terhadap lapisan pasir, dapat mengatasi
kegagalan struktur yang di akibatkan oleh konsolidasi
atau settlement dan pada saat pelaksanaan pekerjaan
tidak perlukan proses dewatering terlebih dahulu
Groin
51
tidak
-
Breakwater
Macam-macam breakwater :
1. Breakwater lepas pantai
adalah
dengan
52
2.
53
2.6
struktural,
sebagian
lagi
merupakan
permasalahan
akibat
manajeman pemanfaatan lahan pantai. Pada bab ini penulis hanya menjelaskan
mengenai pemecahan masalah struktural saja. Hal ini dikarenakan permasalahan
menyangkut
manajemen
pemanfaatan
lahan
penanggulangannya
sangat
PERMASALAHAN
SOLUSI
PERLIDUNGAN PANTAI
STABILISASI INLET
PERLINDUNGAN PELABUHAN
DREDGING
SEAWALL
SEAWALL
REVETMENT
NAVIGASI
REVETMENT
GROINS
BULKHEAD
Hidraulika
Sedimentasi
Navigasi
Bangunan kontrol
SIRKULASI TELUK
PERTIMBANGAN
PERTIMBANGAN
Bangunan kontrol
Pemeliharaan
Hukum
Lingkungan
Ekonomi
Hidraulika
Sedimentasi
Bangunan kontrol
Pemeliharaan
Hukum
Lingkungan
Ekonomi
PERTIMBANGAN
PEMECAH
GELOMBANG LEPAS
Pemeliharaan
PERTIMBANGAN
Sedimentasi
PEMECAH
GELOMBANG
PERTIMBANGAN
SAND DUNE
Hidraulika
JETTY
JETTY
BULKHEAD
Hidraulika
Sedimentasi
Bangunan kontrol
Hukum
Lingkungan
Ekonomi
PERTIMBANGAN
Hidraulika
Sedimentasi
Navigasi
Bangunan kontrol
Pemeliharaan
Hukum
Lingkungan
Ekonomi
54