Professional Documents
Culture Documents
Oleh
INDRI ANDIANI
H14101053
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi
PERNYATAAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
Indri Andiani
H14101053
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Indri Andiani lahir pada tanggal 16 Juni 1983 di Bogor,
sebuah kota kecil yang berada di Provinsi Jawa barat. Penulis merupakan anak
pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Sofwan Bustomi dan Nani Indrawati.
Penulis menamatkan pendidikan pada SDN Polisi 4 Bogor, kemudian melanjutkan
ke SLTP Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama,
penulis diterima sebagai siswi di SMU Plus BBS Bogor dan lulus pada tahun
2001.
Pada tahun 2001, penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih
tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis masuk IPB melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program
Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA
INDUSTRI SUSU DI INDONESIA
Oleh
INDRI ANDIANI
H14101053
RINGKASAN
INDRI ANDIANI. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Susu di Indonesia
(dibimbing oleh TANTI NOVIANTI dan LUKYTAWATI ANGGRAENI).
Pergeseran struktur perekonomian dari basis pertanian menuju sektor industri
mengakibatkan suatu pemikiran bahwa sektor perindustrian merupakan sektor
yang berpotensial untuk menghasilkan value added (nilai tambah). Seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangan suatu industri muncullah berbagai masalah yang
dihadapi suatu industri, salah satunya adalah persaingan usaha. Penelitian ini
menganalisis struktur-perilaku-kinerja dari industri susu di Indonesia. Analisis
struktur-perilaku-kinerja adalah analisis yang menggambarkan struktur pasar
melalui konsentrasi rasio dan hambatan masuk/ keluar perusahaan; perilaku pasar
melalui strategi harga, produk dan promosi; kinerja pasar melalui keuntungan/
profit perusahaan-perusahaan suatu industri. Hubungan struktur dan kinerja
industri terlihat dari tingkat konsentrasi dan profit yang menjadi suatu hambatan
masuk pasar.
Metode yang digunakan dalam mengestimasi model persamaan dengan
menggunakan Metode Kuadrat Terkecil (Ordinary Least Square) untuk melihat
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara linear. Software
komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah E-Views 4.1. Data yang
digunakan adalah data sekunder dari tahun 1983-2002. Data-data penelitian
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Perdagangan dan
Departemen Perindustrian, CIC Consulting.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri susu memiliki struktur pasar
oligopoli ketat dengan nilai konsentrasi rata-rata 73,79 persen. Hasil estimasi
menunjukkan CR4 signifikan pada taraf 10 persen. Nilai koefisien CR4 bernilai
positif sebesar 0,624595 yang artinya jika CR4 meningkat sebesar 1 persen, maka
akan meningkatkan PCM sebesar 0,624595 persen. Koefisien produktivitas (prod)
sebesar 0,004607 dan nyata pada taraf 10 persen menunjukkan bahwa jika
produktivitas meningkat sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan PCM sebesar
0,004607 persen. Nilai koefisien Efisiensi-X sebesar 0,253553 menunjukkan
bahwa jika Efisiensi-X dua tahun sebelumnya meningkat 1 persen maka
diperkirakan PCM naik sebesar 0,253553 persen. Nilai koefisien Growth sebesar
0,254872 menunjukkan bahwa jika Growth tiga tahun sebelumnya meningkat 1
persen maka diperkirakan PCM naik sebesar 0,254872 persen. Efisiensi-X dan
Growth nyata pada taraf 10 persen.
Strategi penetapan harga dan produk dilakukan dengan melakukan
interdependensi antara pesaing yang satu dengan pesaing lainnya. Strategi
penetapan harga dan produk juga dapat ditetapkan melalui kebijakan-kebijakan
yang ditetapkan pada setiap perusahaan dalam industri susu. Strategi produk yang
dilakukan adalah melalui diversifikasi produk. Dalam mempromosikan
produknya, industri susu melakukan strategi berbentuk merek. Dari segi kinerja,
industri susu di Indonesia memiliki nilai PCM yang cukup tinggi. Peningkatan
utilitas kapasitas produksi akan meningkatkan jumlah produk susu di pasar yang
akan menyeimbangkan antara kelebihan penawaran dan permintaan yang besar.
Nilai efisiensi industri susu yang cukup tinggi menggambarkan efisiensi industri
susu cukup baik.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui struktur, perilaku dan kinerja
industri susu di Indonesia, oleh karena itu ada beberapa saran yang
direkomendasikan untuk perkembangan industri susu di Indonesia. Beberapa
saran yang direkomendasikan yaitu para produsen susu diharapkan dapat
meningkatkan kinerja perusahaannya melalui peningkatan efisiensi alokatif
dengan penggunaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi yang efisien dan
efektif, efisiensi teknis yang digambarkan pada efisiensi internal dimana
pengelolaan perusahaan dengan peningkatan sumber daya manusia, pemerataan
distribusi produk susu di seluruh wilayah Indonesia, penggunaan kemajuan
teknologi dalam menghasilkan output, kualitas produk yang bermutu tinggi,
perluasan kesempatan kerja dan pencapaian profit perusahaan. Saran yang
terakhir, yaitu pemerintah perlu memberikan informasi akurat melalui media
maupun penyuluhan mengenai produk susu yang layak dikonsumsi masyarakat
sehingga mendorong masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi susu sebagai
makanan pelengkap.
: Indri Andiani
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Tanggal Kelulusan :
KATA PENGANTAR
Segala puji milik Allah SWT, pemilik seluruh alam semesta beserta isinya.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan
para pengikutnya sampai akhir zaman.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penyusunan skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik. Perkembangan perindustrian di Indonesia
sudah semakin maju, salah satunya adalah industri susu. Industri susu merupakan
industri yang telah memberikan kontribusi pada perekonomian dan pembangunan
bangsa. Berkenaan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul skripsi Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri
Susu di Indonesia. Skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Tanti Novianti, SP, M.Si dan Lukytawati Anggraeni, SP, M.Si selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis dalam
pembuatan skripsi ini hingga akhirnya skripsi dapat diselesaikan,
2. Ir. Wiwiek Rindayanti, M.Si atas kesediaannya untuk menjadi dosen penguji
dan memberikan saran dan perbaikan pada penelitian ini,
3. Widyastutik, SE, M.Si sebagai Tim Komisi Pendidikan atas perbaikan tata
cara penulisan skripsi ini.
4. Orang tua penulis, yaitu Ir. Sofwan Bustomi, M.Si dan Nani Indrawati serta
adik-adik penulis. Perhatian, kesabaran dan dorongan mereka sangat besar
artinya dalam proses pembuatan skripsi ini.
5. Sahabat-sahabat penulis serta pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, atas
segala dorongan dan bantuannya.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang
membutuhkan.
Indri Andiani
H14101053
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................
DAFTAR GAMBAR................................................................................
ii
iii
I. PENDAHULUAN ...............................................................................
10
10
16
17
18
23
24
27
27
27
27
28
29
30
34
36
36
39
39
44
44
45
46
47
48
49
50
51
55
61
62
62
65
67
72
72
78
80
82
88
88
6.2 Saran...............................................................................................
89
91
LAMPIRAN..............................................................................................
93
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
2.
3.
11
4.
20
5.
37
6.
45
7.
46
47
9.
48
10.
49
8.
61
65
67
69
70
71
74
77
81
82
83
85
86
87
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
22
2.
23
I. PENDAHULUAN
satu
tujuan
pembangunan
nasional
adalah
pembangunan
industri
mempunyai
hubungan
dengan
perkembangan
perekonomian suatu bangsa karena kemajuan sektor industri merupakan salah satu
pemicu menuju kestabilan perekonomian. Fakta yang muncul dalam perindustrian
salah satunya adalah globalisasi. Aspek globalisasi ini mempunyai tiga dimensi,
yaitu idiologi, teknologi dan pasar (aspek ekonomi). Idiologi lebih terkait kepada
suatu paham liberalisme atau juga kelembagaan. Teknologi berkaitan dengan
teknologi informasi yang maju dan pesat sehingga informasi penting mengenai
dunia internasional dapat tersebar luas dengan cepat. Pasar merupakan aspek
ekonomi yang berarti pasar bebas yang menyebabkan arus produk, jasa dan
kapital dapat dengan mudah keluar masuk dari satu negara ke negara lainnya.
Pergeseran struktur perekonomian dari basis pertanian menuju industri
mengakibatkan suatu pemikiran bahwa sektor perindustrian merupakan sektor
yang berpotensial untuk menghasilkan nilai tambah (value added) terutama bagi
banyak perusahaan. Nilai tambah tersebut dapat diperoleh dari banyak faktor
antara lain, adanya variasi produk yang beraneka ragam dan berkualitas yang
2000
79 120,13
177 547,36
799 293,84
d(%)
6,97
7,94
6,65
%
7,49
17,10
75,41
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
Indonesia.
Dalam
upaya
tinggi dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat yang berpenghasilan
tinggi maupun berpenghasilan rendah.
Industri susu merupakan salah satu industri yang mampu memberikan
kontribusi yang cukup berarti dalam pembangunan Indonesia yaitu mampu
menyediakan produk susu yang bervariasi serta bermutu gizi tinggi. Industri susu
juga merupakan salah satu industri yang lebih mengandalkan mutu/ kualitas
tinggi. Produk susu mempunyai peranan penting dalam tubuh manusia karena di
dalam kandungan susu tersebut terdapat tambahan zat-zat gizi dan vitamin yang
berguna bagi perkembangan otak serta organ tubuh lainnya. Susu juga merupakan
salah satu sumber pembangun tubuh dan sumber energi untuk kesehatan
masyarakat.
Pada kenyataannya kebiasaan mengkonsumsi susu belum menjadi sebuah
tradisi bagi sebagian besar penduduk Indonesia (Lampiran 1). Beberapa faktor
yang menyebabkan sebagian besar penduduk Indonesia belum terbiasa
mengkonsumsi susu adalah kurangnya kesadaran diri dalam mengkonsumsi susu
serta kurangnya informasi mengenai pentingnya dari produk susu itu sendiri.
Indonesia merupakan negara berkembang yang mempunyai potensi bagi produsen
susu untuk menghasilkan dan mengembangkan produk-produk susu yang
berkualitas serta bergizi. Dengan berjalannya waktu, kesadaran masyarakat
tentang kesehatan semakin tinggi, sehingga mengakibatkan konsumsi susu dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan. Perkembangan konsumsi susu nasional
dapat dilihat pada Tabel 2.
Jumlah Penduduk
(juta jiwa)
1998
1999
2000
2001
208,00
212,15
216,39
220,70
Konsumsi per
kapita
(kg/jiwa/tahun)
5,16
7,00
7,56
8,17
Konsumsi Nasional
(juta/kg)
(%)
1 073,28
1 485,05
1 635,91
1 803,12
38,37
10,16
10,22
meningkatnya
adanya inovasi dari tahun ke tahun dan dilakukannya promosi berupa iklan di
televisi dan media cetak atau dilakukan di berbagai sarana pelayanan kesehatan
seperti klinik bersalin. Untuk menghadapi hal tersebut, maka perusahaan yang
bergerak di industri susu harus dapat meningkatkan nilai penjualan dan pangsa
pasarnya dalam industri. Nilai penjualan dan pangsa pasar adalah salah satu
indikator dalam menilai suatu kinerja perusahaan.
Beberapa tahun terakhir persaingan antar perusahaan susu semakin tinggi
dan ketat, terlebih lagi dengan masuknya produk susu impor ke dalam negeri.
Keadaan produsen susu dalam negeri mulai terusik dengan kehadiran beberapa
perusahaan susu yang mengkhususkan diri pada produk susu impor. Dengan
hadirnya perusahaan susu impor ini maka diperkirakan produk susu impor akan
semakin besar pada masa yang akan datang, hal ini dikarenakan pindahnya
produksi susu multi nasional ke mancanegara. Beberapa produk susu yang pada
awalnya diproduksi dengan sistem sewa produksi (makloon) di pabrik susu yang
terdapat di Indonesia secara perlahan dialihkan ke mancanegara yaitu ke Philipina
dan Singapura sehingga perpindahan produksi susu multi nasional ke
mancanegara akan mempengaruhi perkembangan industri susu dalam negeri.
Ketatnya persaingan antar perusahaan susu menyebabkan para produsen
lebih mencermati keadaan pasar, misalnya dengan mencermati segmentasi produk
berdasarkan umur seperti susu bayi, susu anak, susu dewasa dan susu ibu hamil
atau susu ibu menyusui. Kondisi permintaan pasar terhadap kandungan susu yang
sempurna untuk pertumbuhan bayi dan anak mendorong para produsen susu untuk
memproduksi susu yang mengandung high value ingredient seperti kandungan
DHA, AA, vitamin, kalsium, linoleat, linolenat dan kandungan lainnya. Oleh
karena itu kajian mengenai analisis industri susu di Indonesia cukup penting.
ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan
atau lokasi tertentu dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai
produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggungjawab
atas usaha tersebut. Industri merupakan suatu kegiatan proses pengolahan bahan
mentah menjadi barang jadi ataupun setengah jadi (BPS, 2002).
Istilah industri merujuk pada agregasi jumlah perusahaan dalam tingkat
regional, nasional dan regional economic integration (free trade area, custom
union, common market dan economic union). Dalam ekonomi industri yang
menjadi salah satu teori dasar adalah pemahaman terhadap struktur, perilaku dan
kinerja industri, faktor-faktor permintaan dan penawaran yang mempengaruhi
industri serta kerangka kebijakan dalam industri dimana perusahaan tersebut
berada.
Konsep-konsep industri sangat penting untuk diketahui dan dipahami.
Konsep industri ini digunakan untuk mengurangi hubungan yang kompleks antara
semua perusahaan yang terlibat dalam perekonomian menjadi suatu dimensi yang
terkelola (manageable dimensions), memungkinkan untuk menurunkan suatu
himpunan yang bersifat umum dimana kita dapat meramalkan tingkah laku
kelompok yang saling bersaing yang merupakan pembentuk suatu industri serta
memberikan kerangka analisis rintangan dan insentif masuk bagi perusahaan
dalam suatu industri untuk mencapai keseimbangan output dan harga (Daryanto,
2004).
Struktur Industri
Menurut Hasibuan (1993), pengertian struktur sering diidentikan dengan
bentuk atau format tetapi untuk istilah struktur pasar disini adalah bentuk susunan.
Struktur pasar merujuk pada jumlah dan ukuran distribusi perusahaan dalam pasar
serta mudah atau sulitnya masuk dan keluar dari pasar. Struktur pasar ini
menganalisis struktur pasar yang dipengaruhi berbagai faktor baik internal
maupun eksternal dan juga mendeskripsikan karakteristik dan komposisi pasar
dalam perekonomian. Pasar dapat diartikan sebagai suatu kelompok penjual dan
pembeli yang saling bertransaksi, mempertukarkan barang yang dapat
disubstitusikan. Melalui pengertian pasar inilah, struktur pasar dapat dinilai dan
dikaji secara mendalam.
Dalam struktur pasar dapat dijelaskan mengenai tingkat konsentrasi
industri, hambatan keluar masuk pasar, diferensiasi produk dan produk homogen,
adanya interaksi antara penjual dan pembeli serta informasi mengenai harga dan
lainnya. Hasibuan (1993) menjelaskan pula bahwa dalam struktur pasar terdapat
elemen-elemen yang menjelaskan pangsa pasar, konsentrasi dan hambatan untuk
masuk (barrier to entry).
a. Pangsa Pasar
Menurut Shepherd (1979), pangsa pasar menggambarkan besarnya tingkat
penjualan relatif perusahaan, yaitu rasio antara besarnya penjualan perusahaan
dengan total penjualan industri. Berikut ini disajikan jenis-jenis struktur utama
pasar pada Tabel 3.
Indeks
HirschmanHerfindahl
(IHH)
Jumlah
Produsen
Entry/ Exit
Barrier
Tipe Produk
Kekuasaan
Menentukan
Persaingan
selain Harga
Informasi
Profit
Efisiensi
Monopoli
Memiliki
100%
pangsa
pasar
Perusahaa
n
Dominan
Menguasa
i 50-100%
pangsa
pasar
tanpa
pesaing
kuat
Oligopoli
Gabungan
beberapa
perusahaa
n
terkemuka
yang
pangsa
pasarnya
60-100%
Persaingan
Monopolisti
k
Banyak
peasaing
yang efektif,
tidak
satupun
memiliki
lebih
dari
10% pangsa
pasar
Persainga
n Murni
Lebih dari
50 pesaing
yang tidak
satupun
memiliki
pangsa
pasar yang
berarti
IHH <
0.01
IHH = 1
0.25<IHH
<1
0.01<IHH
<0.18
0.01<IHH<
0.1
Satu
Banyak
Sedikit
Banyak
Sangat
tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat
banyak
Sangat
rendah
Heterogen
Heterogen
Homogen
atau
Heterogen
Heterogen
Homogen
Sangat
besar
Relatif
Relatif
Sedikit
Tidak ada
Tidak ada
Besar
Besar
Besar
Tidak ada
Sangat
terbatas
Cukup
terbuka
Terbatas
Cukup
Terbuka
Terbuka
Berlebih
Berlebih
Normal
Normal
Cukup Baik
Baik
Kurang
baik
Sumber : Alistair, 2004
Kurang
baik
Agak
berlebih
Kurang
baik
Pada pasar persaingan murni, lebih dari 50 pesaing yang tidak satupun
memiliki pangsa pasar yang berarti. Dengan jumlah produsen yang sangat banyak
karena hambatan untuk masuk pasar yang sangat rendah yang mengakibatkan para
pesaing dengan mudah untuk keluar masuk pasar, para produsen memiliki profit
yang normal dan efisiensi yang baik.
Dari penjelasan yang ada, dapat diketahui bahwa peranan pangsa pasar
adalah sebagai sumber keuntungan bagi perusahaan. Menurut hipotesa umum
menyatakan bahwa adanya hubungan antara pangsa pasar dengan tingkat
keuntungannya. Konsep pasar mempunyai kaitan yang erat dengan penelitian ini,
maka dari itu dalam penulisan ini dibahas sedikit mengenai pasar. Pasar
merupakan kumpulan antara penjual dan pembeli yang saling mempertukarkan
barang. Menurut Shepherd (1990) pasar terbagi menjadi dua dimensi yaitu jenis
produk dan area geografis. Pasar dibatasi oleh demand conditions dimana
pengertiannya meliputi zona pilihan konsumen untuk barang tersebut.
b. Konsentrasi
Konsentrasi atau pemusatan merupakan gabungan
tinggi besarnya mengarah pada kekuatan monopoli sedangkan pangsa pasar yang
lebih kecil menunjukkan hal yang sebaliknya (Jaya, 2001).
Menurut Greer (1992), konsentrasi disebabkan oleh 5 faktor, yaitu :
1. Adanya kesempatan dan keberuntungan
2. Adanya penyebab teknis berupa :
a. Besar pasar yang dimasuki
b. Skala ekonomi
c. Kemudahan memperoleh sumber daya
d. Tingkat pertumbuhan Pasar
3. Kebijakan pemerintah yang terdiri dari :
a. Peraturan
b. Pemberian paten, lisensi, tarif dan kuota
4. Kebijakan usaha berupa :
a. Merger
b. Adanya predatory pricing/ exclusive dealing
5. Diferensiasi produk.
Indeks konsentrasi terbagi menjadi dua, yaitu indeks konsentrasi penuh
dan indeks konsentrasi parsial. Indeks konsentrasi tersebut mempunyai kelebihan
dan kelemahannya masing-masing.
1. Indeks Konsentrasi Penuh
Indeks konsentrasi penuh merupakan presentase pangsa pasar untuk
keseluruhan perusahaan dalam satu industri.
Keterbatasan :
1. Terlalu membesar-besarkan peranan perusahaan kecil
2. Berbagai proposi pasar yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan terbesar
diketahui, maka Indeks Herfindahl yang dihitung berdasarkan atas data ini
hanya sedikit berbeda dengan indeks yang dihitung berdasarkan sumbangan
seluruh perusahaan yang ada dalam industri tersebut.
Kelebihan :
Terletak pada kemampuannya untuk melihat ketidakseimbangan penyebaran
skala perusahaan dalam suatu industri.
2. Indeks Konsentrasi Parsial
Indeks konsentrasi parsial merupakan presentase produksi, pangsa pasar atau
ukuran-ukuran lainnya yang dikuasai oleh beberapa perusahaan besar dalam
satu industri.
Keterbatasan :
Lebih menggambarkan perusahaan-perusahaan dominan dalam industri
sehingga tidak dapat menunjukkan besarnya distribusi antar perusahaan.
Kelebihan :
Pengukuran dengan cara ini lebih relatif sederhana karena didukung oleh datadata yang tersedia.
c. Hambatan untuk Masuk (Barrierss to Entry)
Banyak pesaing bermunculan untuk berpacu dalam mencapai target
keuntungan yang diinginkan dan merebut pangsa pasar. Persaingan yang terjadi
adalah persaingan yang potensial dimana perusahan-perusahaan di luar pasar yang
Perilaku Industri
Perilaku biasanya mengacu pada tingkah laku (tindakan atau aksi)
perusahaan dalam suatu pasar, keputusan yang mereka buat dan cara di mana
keputusan itu dibuat (Daryanto, 2004). Menurut teori ekonomi industri, perilaku
industri menganalisis tingkah laku serta penerapan strategi yang digunakan oleh
perusahaan dalam suatu industri untuk merebut pangsa pasar dan mengalahkan
pesaingnya. Perilaku industri ini terlihat dalam penentuan harga, promosi,
koordinasi kegiatan dalam pasar dan juga dalam kebijaksanaan produk. Perilaku
terbagi menjadi tiga jenis antara lain, perilaku dalam strategi harga, perilaku
dalam strategi produk dan perilaku dalam strategi promosi.
Dalam perilaku pasar dapat dijelaskan mengenai harga dan jumlah yang
ditetapkan oleh perusahaan, kolusi dan persaingan yang terjadi antara perusahaan,
diskriminasi harga, diferensiasi produk, pengeluaran iklan dan promosi serta
pengeluaran riset dan pengembangan.
2.2.3
Kinerja Industri
Hasibuan (1993) mengemukakan bahwa kinerja pasar atau industri adalah
hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri. Menurut para
ekonom, kinerja pasar biasanya memusatkan pada tiga aspek pokok yaitu
efisiensi, kemajuan teknologi dan keseimbangan dalam distribusi.
a. Efisiensi
Efisiensi adalah menghasilkan suatu nilai output yang maksimum dengan
menggunakan sejumlah input tertentu. Baik secara kuantitas fisik maupun nilai
ekonomis (harga). Efisiensi terdiri dari dua kategori, yaitu efisiensi internal dan
efisiensi pengalokasian. Efisiensi internal biasanya menggambarkan perusahaan
yang dikelola dengan baik, menggambarkan usaha yang maksimum dari para
pekerja dan menghindari kejenuhan dalam pelaksanaan jalannya perusahaan.
Sedangkan efisiensi alokasi menggambarkan sumber daya ekonomi yang
pengalokasian.
Keadilan
mempunyai
tiga
dimensi
pokok
yaitu
dalam hal memahami kerumitan yang terjadi di pasar terutama pada pasar
oligopoli. Pada pola tersebut, struktur pasar suatu industri diasumsikan
mempengaruhi tingkah laku perusahaan yang ada di dalamnya dan pada akhirnya
akan mempengaruhi kinerja. Dalam metode structure-conduct-performance
terdapat empat komponen, yaitu :
a. Kondisi dasar (Basic condition) yang menggambarkan kondisi permintaan dan
kondisi penawaran suatu produk.
b. Struktur pasar (Market structure) menganalisis berbagai faktor internal dan
eksternal dari suatu pasar, baik itu ukuran distribusi dari perusahaan (pangsa
pasar dan konsentrasi), rintangan masuk keluar pasar maupun elemen-elemen
lainnya.
c. Perilaku pasar (Market conduct) menganalisis tingkah laku perusahaan dalam
suatu pasar, serta pengambilan keputusan yang mereka buat meliputi
kerjasama dengan pesaing, staretegi melawan pesaing dan advertensi.
d. Kinerja pasar (Market performance) berhubungan dengan efisiensi dalam
pengalokasian, kemajuan teknologi serta keseimbangan dalam distribusi.
Pola hubungan struktur-perilaku-kinerja dapat dibagi menjadi beberapa
pandangan yaitu, pandangan Klasik, pandangan Chicago UCLA School,
pandangan Behaviourist dan pandangan Potensial Competition. Pandangan klasik
menerangkan bahwa struktur pasar mempengaruhi perilaku dan pada akhirnya
perilaku akan mempengaruhi kinerja. Pandangan Chicago UCLA School
menyatakan bahwa tingkat efisiensi relatif suatu perusahaan merupakan salah satu
faktor penentu posisi perusahaan di dalam pasar dan perilaku perusahaan yang
perolehan
Kondisi Dasar
Sisi Permintaan
Elastisitas
Tingkat Pertumbuhan
Substitusi
Tipe Pemasaran
Cara Pembelian
Sifat-sifat Siklis dan Musiman
Sisi Penawaran
Bahan Baku
Teknologi
Ketahanan Produk
Nilai atau Berat
Sikap Bisnis
Organisasi Buruh
Struktur
Jumlah Pembeli
Skala Pembeli
Diferensiasi Produk
Kondisi Entry
Konglomerasi
Jumlah Penjual
Kondisi Ongkos
Integrasi Vertikal
Integrasi Horizontal
Organisasi Buruh
Perilaku
Strategi Harga
Strategi Produk
Paksaan
Taktik Legal
Advertensi
Penelitian dan Inovasi
Kinerja
Efisiensi Alokatif
Efisiensi Teknis
Pemerataan
Kemajuan Teknologi
Kualitas Produk
Kesempatan Kerja
Profit
Sumber : Scherer, 1974
Gambar 1. Pendekatan Stuktur-Perilaku-Kinerja Pasar
Industri Susu
Struktur
Pangsa Pasar
Konsentrasi
Hambatan Masuk
Perilaku
Strategi Harga dan
Produk
Strategi Promosi
Kinerja
Price Cost Margin
Efisiensi
Utilisasi kapasitas
produksi
Persaingan pada
Industri Susu di Indonesia
Gambar 2. Bagan Kerangka Konseptual
yang
dilakukan
Setiawan
(1992)
tentang
Analisis
yang memberikan nilai tambah dan keuntungan terbesar per kilogram bahan baku
adalah susu pasteurisasi serta pola kebutuhan susu segar dan susu bubuk skim di
PT Indomilk cenderung meningkat setiap tahunnya dengan kecenderungan
peningkatan pemakaian susu segar lebih besar daripada susu bubuk skim. Model
yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini adalah Analisis Peramalan,
Analisis Pengendalian Persediaan serta Analisis Nilai Tambah (Metode Hayami).
Penelitian Rahmad (1993) tentang Strategi Bauran Produk dan Bauran
Harga dalam Pemasaran Susu Pateurisasi pada PT Australia Indonesian Milk
Industries. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmad (1993) menyimpulkan bahwa
pengembangan produk melalui diversifikasi dan pengembangan kegunaan,
peranan strategi harga untuk meningkatkan pangsa pasar kurang begitu ditekankan
karena persaingan yang terjadi di pasar adalah persaingan non harga, harga yang
ditetapkan PT Indomilk adalah harus di atas harga pesaing untuk mengembangan
citra produk yang bermutu tinggi serta peningkatan kegunaan susu pasteurisasi
dilakukan untuk menerobos pasar yang belum dijangkau. Metode analisis data
yang digunakan adalah Metode Tabulasi Langsung serta model yang digunakan
dalam penelitian adalah Analisis Titik Impas (Break Event Point).
Kusuma (1997) melakukan penelitian tentang Ekspor-Impor Susu Olahan
Indonesia
di
Pasaran
Internasional.
Hasil
penelitian
Kusuma
(1997)
menyimpulkan bahwa ekspor produk susu dalam laju pertumbuhan volume dan
nilai ekspor berfluktuasi dari tahun ke tahun dan cenderung menurun, impor susu
dalam laju pertumbuhan volume dan nilai impor cenderung stabil, penduduk
daerah pedesaan dan perkotaan paling banyak mengkonsumsi susu kental manis
serta pemasaran produk susu olahan memiliki prospek cukup baik di pasar
domestik.
Penelitian selanjutnya Primaswari (2001) tentang Optimalisasi Produksi
Susu Kental Manis pada PT Friesche Vlag Indonesia, Jakarta. Dalam penelitian
Primaswari (2001) menyimpulkan bahwa dari semua susu segar yang akan diolah
oleh PT FVI mengalami proses pasteurisasi, tingkat produksi susu kental manis
pada PT FVI selama periode Februari-April 2000 belum optimal dan dengan
berproduksi pada tingkat optimalnya, PT FVI dapat memperoleh pendapatan yang
lebih tinggi daripada kondisi aktualnya.
Ada beberapa perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis. Penelitian yang dilakukan Setiawan (1992), Wihanasari
(1993), Rahmad (1993), Kusuma (1997) dan Primaswari (2001) menggunakan
variabel, metode analisis dan tujuan penelitian yang berbeda dengan penulis
dimana penulis menggunakan variabel PCM, CR4, produktivitas, efisiensi-X dan
growth serta metode analisis yang digunakan adalah metode analisis struktur,
perilaku dan kinerja industri. Tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis
adalah untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri susu di Indonesia
serta menganalisis hubungan antara struktur dan kinerja industri susu di
Indonesia. Terdapat persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian
penulis adalah mempunyai kesamaan dalam meneliti produk susu dari perusahaan
susu, tetapi penulis lebih meneliti produk susu secara global yang dihasilkan dari
seluruh perusahaan dalam industri susu.
3.1
waktu) tahun 1983-2002. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Departemen Perdagangan,
Departemen Perindustrian, CIC Consulting, Gabungan Koperasi Susu Indonesia
(GKSI), beberapa perpustakaan dan hasil penelitian terdahulu. Data yang diolah
adalah data Rasio Konsentrasi Empat (CR4) perusahaan terbesar, produktivitas,
X-efisiensi biaya serta growth (tingkat pertumbuhan barang).
(1)
i=1
Keterangan :
CR4
msi
(2)
(1)
4
Pangsa Pasar (CR4) = msi
(2)
i=1
Produktivitas =
Nilai Output
(3)
(4)
Nilai Input
Growth =
(5)
=
=
=
=
=
=
=
=
=
dilakukan menggunakan uji statistik terhadap model penduga melalui uji F dan
pengujian untuk parameter-parameter regresi melalui uji t serta melihat berapa
persen variabel bebas yang dijelaskan oleh variabel-variabel bebas terikatnya
melalui koefisien determinan (R2). Uji ekonometrika yang digunakan adalah uji
autokorelasi, uji multikolinear, serta uji heteroskedastisitas. Sebelum semua
pengujian dilakukan maka dilakukan terlebih dahulu uji stasioner terhadap data
time series untuk menghindari terjadinya regresi palsu. Pengujian stasioner ini
dapat dilakukan melalui uji unit root yang dilakukan dengan bantuan komputer.
a. Uji F
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model penduga yang
diajukan sudah layak untuk menduga parameter yang ada dalam fungsi. Uji F ini
juga dapat diartikan pengujian yang digunakan untuk mengetahui bagaimanakah
pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependennya.
Hipotesis :
H0 : b1 = b2 = ... = bi = 0 (tidak ada variabel independen yang berpengaruh
terhadap variabel dependen)
H1 : minimal ada salah satu bi 0 (ada variabel independen yang berpengaruh
terhadap variabel dependen)
Kriteria uji :
Probability F-Statistic < taraf nyata (), maka tolak H0 dan simpulkan minimal
ada variabel independen yang mempengaruhi variabel dependennya.
Probability F-Statistic > taraf nyata (), maka terima H0 dan simpulkan tidak ada
variabel independen yang mempengaruhi variabel dependennya.
b. Uji t
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikan variabel bebas
atau untuk menguji secara statistik apakah regresi dari masing-masing variabel
independen yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap
variabel dependen.
Hipotesis :
H0 : b1 = b2 = ... = bi = 0 (variabel independen-i tidak mempengaruhi variabel
dependen)
H1 : bi 0 atau bi < 0 atau bi > 0 (variabel independen-i mempengaruhi variabel
dependen)
Kriteria uji :
Probability t-statistic < , maka tolak H0 dan simpulkan variabel independen-i
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya.
Probability t-statistic > , maka terima H0 dan simpulkan bahwa variabel
independen-i tidak mempengaruhi variabel dependennya secara signifikan.
c. Uji Autokorelasi
Suatu model dikatakan baik jika telah memenuhi asumsi tidak terdapat
gejala autokorelasi. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah hasil
estimasi model tidak mengandung korelasi serial di antara disturbance term. Pada
program E-Views, uji autokorelasi dilakukan dengan melihat probability Obs*Rsquared pada uji Breusch-Godfrey Correlation LM.
Hipotesis :
H0 : = 0
H1 : 0
Kriteria Uji :
Probability Obs*R-Squared < , maka tolak H0
Probability Obs*R-Squared > , maka terima H0
Jika H0 ditolak maka terjadi autokorelasi (positif atau negatif) dalam model.,
sebaliknya jika H0 diterima maka tidak ada autokorelasi dalam model.
d. Uji Heteroskedastisitas
Suatu fungsi dikatakan baik apabila memenuhi asumsi homoskedastisitas
(tidak terjadi heteroskedastisitas) atau memenuhi ragam error yang sama. Gejala
adanya heteroskedastisitas dapat ditujukan oleh probability Obs*R-Squared pada
uji White Heteroskedastisitas.
Hipotesis :
H0 : = 0
H1 : 0
Kriteria uji :
Jika H0 ditolak, maka terdapat gejala heteroskedastisitas pada model. Sebaliknya
jika H0 diterima, maka pada model tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.
e. Uji Multikolinearitas
Asumsi lainnya yang harus dipenuhi adalah tidak terdapat gejala
multikolinearitas di dalam suatu model regresi, yaitu adanya kolerasi yang kuat
pada sesama variabel bebas (eksogen). Uji Multikolinearitas ini dilakukan dengan
melihat koefisien korelasi antar variabel eksogen yang terdapat pada matriks
korelasi. Jika terdapat korelasi yang lebih besar dari 0.8, maka terdapat gejala
multikolinearitas.
3.3
Definisi Operasional
Analisis Struktur Perilaku Kinerja menggunakan berbagai macam variabel
dari berdirinya PT Sari Husada pada tahun 1954 di Indonesia. PT Sari Husada ini
berdiri karena adanya kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan Unicef
(PBB) sebagai perwujudan dari program bantuan sosial dunia bagi negara-negara
yang sedang berkembang dengan nama perusahaan NV Saridele.
Berikutnya pada tahun 1967, berdirilah perusahaan susu yang bernama PT
Australia Indonesia Milk Industry (PT Indomilk). Pada mulanya, perusahaan ini
berdiri karena adanya kerjasama antara Australia dengan Indonesia dalam bentuk
usaha patungan (joint venture). PT Indomilk ini merupakan pioneer industri susu
yang menghasilkan jenis Susu Kental Manis (SKM) di Indonesia.
Kedua perusahaan susu ini berkembang baik di Indonesia dengan diikuti
oleh berdirinya perusahaan-perusahaan susu lainnya. Berdirinya perusahaanperusahaan susu di Indonesia cukup mempengaruhi pasar dalam negeri dan
tingkat gizi masyarakat. Pada kenyataannya, Indonesia yang mempunyai jumlah
penduduk lebih dari 200 juta jiwa, mempunyai pasar yang cukup potensial untuk
memproduksi komoditi susu. Potensi pasar yang besar ini mendorong perusahaan-
perusahaan masuk ke dalam sektor industri susu. Menurut CIC Consulting (2005),
ada 34 perusahaan yang berdasarkan produksi dan kepemilikan merek dapat
dikategorikan ke dalam empat kelompok, yaitu perusahaan produsen pemegang
merek (18 perusahaan), perusahaan pemegang merek non produsen (6
perusahaan), perusahaan pabrikan (4 perusahaan) dan perusahaan importir murni
(6 perusahaan).
Tabel 5. Perusahaan dalam Industri Susu, 2004
Kelompok
1. Produsen Pemegang
Merek
2. Produsen Non
Pemegang Merek
3. Pemegang Merek Non
Produsen
4. Perusahaan Importir
Murni
Nama Perusahaan
1. PT Cita Nasional
2. PT Danone Dairy Indonesia
3. PT Diamond Cold Storage
4. PT Fajar Taurus
5. PT Friesche Flag Indonesia
6. PT Gizindo Prima Nusantara
7. GKSI (PT Industri Susu Alam Murni)
8. PT Greenfields Indonesia
9. PT Indomilk
10. Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS)
11. PT Mirota KSM
12. PT Nestle Indonesia
13. PT Netania Kasih Karunia
14. PT Nutricia Indonesia Sejahtera
15. PT Nutrifood Indonesia
16. PT Shangyang Perkasa
17. PT Sari Husada
18. PT Ultra Jaya Milk Industry
1. PT Foremost Indonesia
2. PT Indolakto
3. PT Sugizindo
4. PT Ultrindo Inti Jaya
1. PT Abbot Indonesia
2. PT Mead Johnson Indonesia
3. PT New Zealand Milk Indonesia
4. PT Tempo Scan Pasifik
5. PT Tiga Raksa Satria
6. PT Wyeth Indonesia
1. PT Madusari Nusa Persada
2. PT Mexindo Mitra Perkasa
3. PT Panen Lestari Utama
4. PT Protara Boga Indonesia
5. PT Sukanda Jaya
6. PT Tri Cipta Candra
4.2
Menurut CIC Consulting (2005), secara garis besar produk susu olahan
terbagi menjadi dua, antara lain :
1. Susu Setengah Jadi
Susu setengah jadi terdiri dari : Skim milk powder, Anhydrous milk fat
dan Whole milk powder. Ketiga jenis susu ini merupakan jenis susu yang
belum bisa dikonsumsi secara langsung oleh konsumen.
Dalam memproduksi produk susu setengah jadi ini digunakan
teknologi yang modern. Dari tahun ke tahun perkembangan teknologi
pembuatan susu semakin maju sehingga produk susu setengah jadi sudah
dapat diproduksi secara langsung oleh industri pengolahan susu di Indonesia.
Misalnya dalam pembuatan Susu Kental Manis (SKM) dan susu cair dapat
dibuat dari susu segar sebagai bahan bakunya.
2. Susu Olahan Jadi
Berdasarkan bentuknya susu olahan jadi terbagi menjadi tiga jenis
yaitu :
a. Susu Kental yang terdiri dari susu evaporasi dan Susu Kental Manis
(SKM).
b. Susu Bubuk yang terdiri dari susu formulasi untuk bayi, susu formulasi
untuk bayi lanjutan, susu formulasi spesialisasi dan susu full cream.
2. Susu Bubuk
Menurut CIC Consulting (2005), susu bubuk terdiri dari susu bubuk
berlemak dan susu bubuk tanpa lemak. Susu bubuk berlemak (full cream milk
powder) adalah susu sapi yang telah diubah bentuknya menjadi bubuk dan
bukan merupakan susu formula. Susu tanpa lemak (skim milk powder) adalah
susu sapi yang telah diambil lemaknya dan diubah bentuknya menjadi bubuk.
Susu bubuk merupakan produksi dari evaporated milk yang diproses lebih
lanjut. Produk ini mengandung 2-4 persen air dan kebanyakan dari susu ini
terbuat dari skim milk. Susu bubuk ini dikenal dengan nama dried milk
(Prameswari, 2001). Susu bubuk ini terdiri dari tiga jenis, yaitu :
a. Susu Formula yang diproduksi untuk dikonsumsi khusus seperti susu
untuk bayi, anak-anak, ibu hamil dan menyusui serta orang dewasa sesuai
dengan kebutuhan konsumsinya.
b. Susu Bubuk Full Cream/ Whole Milk. Susu jenis ini diproduksi dengan
kadar lemak tinggi. Kadar karbohidrat 100 gram susu full cream cukup
tinggi, karena bahan yang menyusun produk selain laktosa juga sukrosa.
Kadar lemak bisa mencapai 26-27,5 gram bubuk.
c. Susu Skim Non Fat. Susu ini diproduksi dengan lemak yang sedikit tetapi
mengandung kadar protein, karbohidrat, vitamin A dan D yang cukup
tinggi.
3. Susu Cair
Susu olahan yang diproduksi lanjutan menjadi jenis susu cair ini terbagi
menjadi susu pasteurisasi, susu Ultra High Temperature (UHT) dan susu
sterilisasi.
4.3
CIC
Consulting
(2005),
kapasitas
produksi
merupakan
kemampuan untuk memproduksi susu olahan yang berasal dari susu segar atau
bahan baku susu yang berasal dari impor maupun bahan baku susu dalam negeri
melalui proses campur basah (wet mix) ataupun campur kering (dry mix).
Kapasitas yang dimiliki oleh industri susu di Indonesia secara keseluruhan sebesar
2.90 juta ton/ juta SKLSS (Setara Kiloliter Susu Segar).
Pada Lampiran 3, kapasitas produksi terbesar diduduki oleh PT Sari
Husada dengan jumlah 643 ribu ton. Pada posisi kedua diduduki oleh PT Nestle
Indonesia sebesar 444 ribu ton. Selanjutnya dengan kapasitas produksi 434 ribu
ton, PT Friesche Flag Indonesia menduduki posisi ketiga, diikuti oleh GKSI (250
ribu ton).
4.4
yang berasal dari lokal maupun impor. Penyediaan bahan baku susu lokal dan
impor saling berkaitan erat antar keduanya. Adanya impor bahan baku susu
dikarenakan ketidakmampuan peternak lokal dalam mencukupi kebutuhan susu
untuk bahan baku dalam negeri, artinya impor bahan baku susu ini dapat menutupi
kekurangan bahan baku susu dalam negeri. Di lain pihak, adanya impor bahan
baku susu ini mengakibatkan banyak peternak sapi perah dalam negeri yang
gulung tikar, hal ini dikarenakan para produsen susu dalam negeri yang cenderung
menggunakan lebih banyak bahan baku susu impor. Bahan baku susu impor lebih
banyak digunakan produsen susu karena harga bahan baku susu impor relatif lebih
murah daripada bahan baku susu lokal.
4.4.1
Jumlah
(Ekor)
354 253
346 998
358 386
373 753
381 635
Laju Perubahan
(%)
-2,05
3,28
4,29
2,11
1,91
mengalami peningkatan tetapi peningkatan yang tidak besar. Dalam kurun waktu
perkembangan populasi sapi perah ini rata-rata hanya mengalami peningkatan
sebesar 1,91 persen setiap tahunnya. Walaupun pada tahun 2001 mengalami
penurunan populasi sapi perah sebesar 2,05 persen (Tabel 6). Penyebab penurunan
populasi sapi perah pada tahun 2001 salah satunya dikarenakan dampak krisis
ekonomi yang terjadi di Indonesia. Krisis ekonomi ini berdampak pada
penyediaan dan pemeliharaan sapi perah di Indonesia.
4.4.2
Jumlah
(kiloliter)
495 647
479 947
493 375
544 336
586 199
Laju Perubahan
(%)
-3,17
2,80
10,33
7,69
4,41
4.4.3
baku industri susu dalam negeri sehingga hal ini mengakibatkan impor susu.
Banyak peternak sapi perah yang gulung tikar menyebabkan impor susu tidak
dapat dihindari. Yang dimaksud dengan impor susu di sini merupakan impor susu
yang dilakukan oleh produsen susu maupun para pelaku industri es krim, industri
pemakai susu dan lainnya (CIC Consulting, 2005).
Pada tahun 2001, impor bahan baku susu sebesar 77,5 ribu ton mengalami
penurunan sebesar 15,15 persen dari tahun sebelumnya. Dua tahun kemudian
perkembangan impor bahan baku susu mengalami penurunan sebesar 0,39 persen.
Pada kenyataannya impor bahan baku susu pada tahun 2002 dan 2003 mengalami
penurunan jumlah volume sebesar 0,39 persen. Penjelasan ini dapat dilihat pada
Tabel 8.
Tabel 8. Perkembangan Impor Bahan Baku Susu di Indonesia, 2000-2004
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004*)
Rata-rata
Jumlah
(ton)
91 390,64
77 545,16
78 646,16
78 336,46
87 203,52
Volume
Laju Perubahan
(%)
-15,15
1,42
-0,39
11,32
-0,70
Jumlah
(US$ juta)
148,74
163,51
126,04
131,94
159,36
Nilai
Laju Perubahan
(%)
9,93
-22,92
4,68
20,78
3,12
perkembangan impor bahan baku susu mengalami penurunan, tetapi pada tahun
2004 impor bahan baku susu diperkirakan akan mencapai 87,20 ribu ton.
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Perusahaan
PT Mirota KSM
PT sari Husada
PT Diamond Cold Storage
PT Fajar Taurus
PT Foremost Indonesia
PT Friesche Flag Indonesia
PT Indomilk
PT Nutricia Indonesia Sejahtera
PT Nutrifood Indonesia
PT Shangyang Perkasa
PT Ultrindo Inti Jaya
PT Danone Dairy Industry
PT Gizindo Prima Nusantara
GKSI
PT Indolakto
KPBS
PT Sugizindo
PT Ultrajaya Milk Industry
PT Cita Nasional
GKSI
PT Nestle Indonesia
PT Netania Kasih Karunia
PT Prima Japfa Jaya
GKSI
Lokasi
Sleman
Yogyakarta
Jakarta Utara
Jakarta Timur
Jakarta Timur
Jakarta Timur
Jakarta Timur
Jakarta Timur
Jakarta Timur
Jakarta Timur
Jakarta Timur
Kerawang
Bandung
Bandung
Sukabumi
Bandung
Bogor
Bandung
Semarang
Boyolali
Pasuruan
Pasuruan
Malang
Pasuruan
Nama Perusahaan
PT Danone Dairy Indonesia
PT Foremost Indonesia
PMA
PT Friesche Flag Indonesia
PT Nestle Indonesia
PT Nutricia Indonesia Sejahtera.
PT Diamond Cold Storage
PT Indolakto
PT Indomilk
PMDN
PT Sari Husada
PT Sugizindo
PT Ultrajaya Milk Industry
PT Ultindo Inti Jaya.
PT Cita Nasional
PT Fajar Taurus
PT Gizindo Prima Nusantara
GKSI (Milk Treatment)
PT Greenfields Indonesia
PNC
KPBS
PT Minota KSM
PT Netania Kasih Karunia
PT Nutrifood Indonesia
PT Shangyang Perkasa.
Sumber : CIC Consulting, 2005.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
4.7
dari luar negeri. Beberapa diantaranya adalah merupakan produk susu yang
unggul dalam pasar dalam negeri. Produk susu yang mempunyai merek lisensi
dalam pasar domestik tidak sepenuhnya merupakan perusahaan PMA ataupun
perusahaan PMDN. Produk susu yang mempunyai merek lisensi dalam pasar
4.8
peningkatan gizi masyarakat itu sendiri. Peningkatan gizi masyarakat tidak lepas
dari peran usaha pertanian dan peternakan di Indonesia. Salah satu upaya
peningkatan gizi masyarakat melalui pemenuhan unsur kelima dari kelengkapan
gizi makanan yaitu susu. Komoditas susu itu sendiri memiliki peran yang cukup
berarti bagi kehidupan. Komoditas susu, selain merupakan upaya pemenuhan
sumber protein hewani pada masing-masing individu juga merupakan input dan
output bagi para peternak susu dengan menghasilkan susu berkualitas serta
menyediakan lapangan pekerjaan bagi ribuan tenaga kerja.
Sejarah kebijakan persusuan di Indonesia diawali dengan rantai distribusi
persusuan nasional. Keberadaan para peternak susu merupakan bagian yang tak
terpisahkan dengan industri persusuan nasional. Keduanya saling berkaitan erat
sehubungan dengan adanya kebutuhan pangan masyarakat melalui rantai
distribusi persusuan. Menurut sejarah persusuan di Indonesia, pada tahun 1800-an
terjadi impor sapi perah dari Belanda di daerah Grati, Jawa Timur. Adanya sapi
perah impor ini menyebabkan suatu usaha pengembangan sapi dengan mutu tinggi
dengan menyilangkan antara sapi perah impor dengan sapi perah lokal.
Keberhasilan dari persilangan sapi ini menyebabkan usaha peternakan yang
berkembang hingga ke daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Di era awal kemerdekaan RI, keberhasilan usaha peternakan sapi perah
menarik perhatian pemerintah dengan membentuk Perhewanan dan membuat
beberapa milk center di beberapa daerah seperti di Bandung, Boyolali dan Grati.
Pada kenyataannya, dalam upaya peningkatan kualitas dan kuantitas sapi perah
menyebabkan usaha pengembangan sapi perah mengalami kemunduran. Usaha
pengembangan sapi perah terus dilakukan sedikit demi sedikit yang pada akhirnya
mengalami perubahan diawali dengan adanya investasi Penanaman Modal Asing
(PMA) mendirikan Industri Pengolahan Susu (IPS) dengan pemerintah
menerbitkan UU No.1/1967 tentang Penanaman Modal Asing. Beberapa
perusahaan susu merupakan pelopor dalam pengembangan industri persusuan di
Indonesia melalui PMA ini adalah sebagai berikut, PT Indomilk, PT Nestle
Indonesia serta PT Friesche Flag Indonesia.
Pada tahun 1978, perkembangan peternakan sapi perah rakyat dan
koperasi susu di Indonesia mengalami kemajuan yang dimulai dengan adanya
kebijakan pemerintah mengenai kebijakan proteksi produksi susu dalam negeri
yang menetapkan IPS untuk menggunakan sebagian bahan baku susu segar yang
dihasilkan oleh peternak rakyat dengan adanya kesepakatan tingkat harga yang
memadai bagi peternak rakyat. Kemajuan para peternak rakyat didukung dengan
adanya iklim yang kondusif dan terbukanya pasar susu segar serta ditunjangnya
program pemerintah dengan mengimpor sapi perah dari New Zealand dan
Perdagangan
(2004)
mengemukakan
bahwa
setelah
pencabutan semua bentuk perlindungan non tarif yang tertuang dalam SKB tiga
Menteri, Inpres No.4/1998 serta berbagai peraturan pelaksanaannya, tidak pernah
ada lagi peraturan perundangan yang menjadi landasan bagi pengembangan
persusuan kecuali berbagai proyek pemerintah yang memberikan dorongan seperti
halnya program perguliran sapi perah, bantuan modal bergulir untuk peralatan
koperasi serta beberapa pemerintah lainnya. Dengan tidak berdayanya pemerintah
sebagai regulator terutama di bidang persusuan maka para pelaku usaha persusuan
ini sepenuhnya mengikuti mekanisme pasar yang berjalan.
dengan modal dasar US$ 3,4 juta yang seluruhnya ditempatkan dan disetor
penuh. Pendiri dan pemegang sahamnya adalah NV Verenisde Bedrijen
Nutricia dari Belanda sebagai mitra asing dan PT Mukti Nugraha Sejahtera
sebagai mitra lokalnya.
Perusahaan ini awalnya memakloonkan sebagian produknya ke
perusahaan lain. PT Nutricia Indonesia Sejahtera membangun pabrik dengan
kapasitas 22 500 ton per tahun di Jalan Raya Jakarta Bogor Km 26,6 Jakarta
Timur dengan menempati lahan seluas 3 Ha.
NUTRILON dan NUTRIMA merupakan merek-merek yang digunakan
untuk produk susu formula bayi dan susu formulasi lanjutan perusahaan ini.
Selain susu bayi atau formulasi lanjutan, perusahaan ini memasarkan susu
untuk ibu hamil dan ibu menyusui NUTRICIA BUNDA dan susu rendah
lemak PROTIFAR, produk bubur bayi dengan merek CREME NUTRICIA.
Perusahaan susu ini mendistribusikan berbagai macam produknya
dengan membidik pasar dalam negeri (lokal) dan pasar luar negeri (ekspor).
Untuk pasar lokal, PT Nutricia Indonesia Sejahtera mendistribusikan
produknya ke seluruh Indonesia, sedangkan untk pasar luar negeri, perusahaan
ini telah mengekspor produk-produknya sejak 10 tahun yang lalu ke beberapa
negara yaitu, Malaysia, Philipina, Afrika, Amerika dan beberapa negara Asia
lainnya.
Merek Dagang
Chil Kid
Chil Mil
Chil School
Morinaga BMT
Morinaga NL-33
Power Fit
Enercal
Nursoy
Anchor Wam UHT
Andex Boneto UHT
Anlene UHT
Pabrikan
PT Sugizindo
PT Sugizindo
PT Sugizindo
PT Sugizindo
PT Ultrajaya Milk Industry
PT Sugizindo
PT Sugizindo
PT Sugizindo
PT Industri Susu Alam Murni
PT Industri Susu Alam Murni
PT Greenfields Indonesia
V. ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA
INDUSTRI SUSU DI INDONESIA
5.1
berawal dari peternak sapi lokal yang mengelola industri persusuan nasional. Pada
awalnya pengelolaan hasil ternak sapi ini masih berdasarkan pada masing-masing
daerah yang artinya industri persusuan masih belum mendapat perhatian khusus
dari pemerintah Indonesia. Perkembangan zaman menuntut pemenuhan gizi
masyarakat yang sempurna, sehingga permintaan akan susu semakin meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah konsumsi susu di Indonesia. Sejak akhir tahun
1800-an, impor sapi perah bangsa Fries Holland (FH) dilakukan di daerah Grati,
Jawa Timur untuk dilakukan persilangan antara sapi perah FH dengan sapi lokal
yang kemudian dipelihara oleh rakyat. Pada zaman kolonial Jepang inilah banyak
perusahaan sapi perah yang diterlantarkan begitu saja oleh pemiliknya yang
kemudian dikelola oleh rakyat.
Pada saat kemerdekaan Republik Indonesia (RI), pemerintah mulai
memberikan perhatian pada industri persusuan lokal dengan membentuk milk
center di beberapa daerah penghasil susu antara lain Bandung, Boyolali dan Grati.
Milk center di beberapa daerah yang ditunjuk pemerintah ini mendistribusikan
hasil susu melalui distributor, subdistributor dan pengecer, salah satunya dapat
melalui badan koperasi. Dengan adanya usaha pengembangan sapi perah dengan
mengimpor sapi dari Belanda yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas susu
dan populasi sapi perah, ternyata tidak menyebabkan kemajuan yang signifikan.
Penyebab terhambatnya perkembangan susu dari sapi perah ini berasal dari
adanya investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dalam mendirikan Industri
Pengolahan Susu (IPS) dan adanya UU No.1/1967 mengenai Penanaman Modal
Asing. Perusahaan-perusahaan yang pertama kali menanamkan modalnya di
Indonesia antara lain, PT Friesche Flag Indonesia dan PT Food Specialities
Indonesia yang lebih dikenal dengan PT Nestle. Sebelum masuknya perusahaanperusahaan susu asing ke Indonesia, pada tahun 1954 sudah berdiri perusahaan
susu yang bernama NV Saridele yang sekarang dikenal dengan PT Sari Husada.
Pendirian perusahaan susu ini terkait dengan perkembangan industri susu dengan
melakukan kerjasama antara pemerintah RI dengan Unicef (PBB) sebagi realisasi
salah satu program bantuan bagi negara-negara yang sedang berkembang.
Seiring dengan adanya UU mengenai PMA yang mendorong masuknya
perusahaan-perusahaan susu asing ke Indonesia, maka perusahaan-perusahaan
kebijakan-kebijakan
mengenai
pembatasan
susu.
Dengan
5.1.1
Pangsa Pasar
Pangsa pasar merupakan kecenderungan perusahaan dalam menguasai
pasar susu di Indonesia. Data yang digunakan dalam penghitungan pangsa pasar
adalah data output produksi terbesar dari perusahaan-perusahaan susu setiap
tahunnya.
Tabel 12. Pangsa Pasar Masing-masing Perusahaan Susu Tahun 2000-2002
Tahun
2000
2001
2002
Nama Perusahaan
PT FOREMOST INDONESIA
PT NESTLE INDONESIA
PT SARI HUSADA
PT FRIESCHE FLAG INDONESIA
PT INDOMILK
PT FRIESCHE FLAG INDONESIA
PT FOREMOST INDONESIA
PT SARI HUSADA
PT SURYA DAIRY FARM
PT ULTRAJAYA MILK IND & TRAD CO
PT FRIESCHE FLAG INDONESIA
PT FAJAR TAURUS INDONESIA
CR4 (%)
79,64
62,56
76,51
berdasarkan klasifikasi susu secara umum yang artinya klasifikasi susu ini tidak
berdasarkan jenis susu. Perusahaan-perusahaan yang masuk ke dalam kelompok
empat perusahaan terbesar merupakan perusahaan-perusahaan yang memproduksi
bermacam-macam jenis susu, yaitu Susu Cair, Susu Kental Manis (SKM) dan
Susu Bubuk.
Pada Tabel 13, rata-rata dari rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar
dari tahun 1983 hingga 2002 cukup tinggi, yaitu sebesar 73,79 persen. Pada tahun
1998, nilai CR4 industri susu di Indonesia sebesar 94,17 persen dimana nilai
tersebut merupakan nilai konsentrasi yang sangat besar. Nilai konsentrasi (CR4)
yang sangat besar salah satunya dipengaruhi oleh faktor krisis yang terjadi pada
tahun 1998, hal tersebut disebabkan oleh pencabutan kebijakan persusuan di
Indonesia sehingga perusahaan-perusahaan susu di Indonesia yang sudah
mempunyai posisi kuat berusaha untuk mempertahankan posisinya dalam pasar
susu dengan meraih pangsa pasar sebesar-besarnya. Data lengkap rasio
konsentrasi empat perusahaan susu terbesar dapat dilihat pada Lampiran 10.
Tingkat konsentrasi industri susu yang relatif tinggi ini menggambarkan
struktur pasar oligopoli ketat. Struktur pasar ini menandakan bahwa adanya
tingkat konsentrasi yang cukup tinggi, entry condition yang berukuran sedang
sampai tinggi dan jenis produk dapat berupa produk homogen maupun heterogen.
Industri susu yang memiliki struktur pasar oligopoli ketat mempunyai
konsekuensi dimana perusahan-perusahaan susu yang bermain dalam industri susu
harus menghasilkan kinerja yang lebih efisien lagi sehingga dapat bersaing
sempurna dalam pasar susu.
5.1.2
persen. Pada tahun 2002 MES industri susu mengalami kenaikan yang tidak
begitu besar yaitu 20,27 persen. Perubahan MES industri susu ini disebabkan oleh
kondisi entry perusahaan susu ke dalam industri susu yang cukup bersaing. Selain
persaingan antar perusahaan susu, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan
nilai MES industri susu mengalami naik turun, antara lain adalah biaya investasi
yang besar, penguasaan teknologi atau dan tingkat produksi minimal yang tinggi.
Beberapa faktor ini didukung oleh keadaan perekonomian Indonesia yang pada
saat itu mengalami krisis.
Tabel 14. Skala Efisiensi Minimum Industri Susu Tahun 1998-2002
Tahun
MES (%)
1998
26,87
1999
38,75
2000
21,35
2001
15,22
2002
20,27
Rata-rata
24,49
Sumber : BPS, 1998-2002
Menurut Comanor dan Wilson (1967) dalam Lubis (1997), jika MES lebih
besar dari 10 persen maka hambatan masuk pada suatu industri tersebut cukup
tinggi. Berdasarkan Tabel 14, dapat diketahui nilai rata-rata MES dari tahun 1998
hingga 2002 sebesar 24,49 persen. Dari nilai rata-rata MES dapat diketahui bahwa
angka tersebut merupakan patokan output minimal bagi pesaing baru untuk
bersaing dalam industri susu. Apabila pesaing baru memasuki industri susu
dengan nilai output dibawah nilai MES, maka pesaing tersebut tidak dapat
bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang sudah eksis di industri susu
tersebut. Pelaku usaha baru yang masuk dalam industri susu dengan nilai output
lebih kecil dari MES akan menanggung biaya unit yang lebih besar untuk bersaing
dengan perusahaan-perusahaan yang mempunyai output besar.
Salah satu cara yang dapat dilakukan pesaing baru untuk memasuki
industri susu ini adalah dengan menghasilkan output besar yang ditunjang dengan
kapasitas produksi yang besar, fasilitas yang menunjang serta modal yang
mencukupi. Utilitas kapasitas produksi industri susu dapat dijelaskan pada Tabel
15.
Tabel 15. Utilitas Kapasitas Produksi Industri Susu Tahun 1998-2003
Susu
Tahun
Kapasitas Produksi
Produksi
Utilitas Kapasitas Produksi
(Ton)
(Ton)
(%)
1998
462 469
360 120
77,87
1999
462 469
352 902
76,31
2000
478 834
383 068
80,00
2001
489 785
411 996
82,60
2002
506 968
423 470
83,53
2003
517 107
444 644
85,99
Rata-rata
81,05
Sumber : Departemen Perdagangan, 1998-2003
Pada tahun 1998, kapasitas produksi industri susu nasional sebesar 462
469 ton dan utilitas kapasitas produksi sebesar 77,87 persen. Pada tahun
berikutnya, dengan kapasitas produksi yang tetap, utilitas kapasitas produksinya
berubah dengan nilai 76,31 persen. Perubahan utilitas ini disebabkan perubahan
produksi susu yang menurun. Tahun 2000, kapasitas produksi meningkat menjadi
478 834 ton yang juga meningkatkan utilitasnya sebesar 80 persen. Di tahuntahun berikutnya, kapasitas produksi yang meningkat menyebabkan peningkatan
utilitasnya. Rata-rata utilitas kapasitas produksi industri susu cukup tinggi sebesar
81,05 persen.
Tahun
1998
1999
2000
2001
2002
Bahan Baku
dan
Penolong
Bahan
Bakar,
Tenaga
Listrik dan
Gas
46 338 605
38 064 255
27 547 554
27 547 554
Barang
Lainnya
Pemeliharaan dan
Jasa Industri
1 798 038
7 677 260
22 613 734
Sewa
Gedung,
Mesin dan
Alat-alat
2 673 289
2 673 289
92 038 971
5 730 783
47 023 135
2 355 300
Jasa Non
Industri
Total
pesaing yang satu dengan pesaing lainnya serta mereka saling mempengaruhi satu
sama lain. Dalam pasar oligopoli diketahui bahwa terjadi kesepakatan dalam
penyesuaian harga salah satunya mencegah terjadinya pemotongan harga. Dalam
melakukan penetapan harga, umumnya perusahaan susu melakukan pengamatan
tingkat harga yang ditetapkan pesaing dengan mengasumsikan bahwa semua
perusahaan dalam industri susu menetapkan harga yang tinggi. Industri susu
mempunyai tujuan dalam menetapkan harga susu di pasar antara lain, agar setiap
perusahaan susu dapat mempertahankan kelangsungan dalam mengoperasikan
usahanya. Tujuan lain penetapan harga adalah untuk merebut pangsa pasar susu
dan meraih keuntungan besar.
Strategi penentuan harga selanjutnya dilakukan melalui kesepakatan antara
produsen dengan distributor, agen maupun relailer. Strategi penentuan harga yang
umum digunakan dari hasil kesepakatan tersebut antara lain, strategi harga
psikologis, strategi harga diskon dan startegi harga kompetitif. Beberapa strategi
harga psikologis yang digunakan dalam menetapkan harga susu yaitu, multiple
unit pricing, price lining dan leader pricing. Strategi multiple unit pricing yang
digunakan yaitu strategi penentuan harga susu dengan harga yang murah tetapi
mempunyai syarat pembelian produk susu dengan jumlah yang cukup banyak.
Strategi price lining adalah strategi penentuan harga susu dengan menetapkan
harga yang berbeda pada produk yang berbeda pula. Contohnya, harga susu
Dancow berbeda dengan harga susu Bendera, begitupula dengan merek yang
lainnya. Strategi leader pricing adalah menetapkan harga susu yang dipamerkan
pada suatu etalase toko atau tempat khusus.
Strategi harga diskon terdiri dari cash discount, trade discount dan
quantity discount. Strategi cash discount adalah strategi penentuan harga susu
dengan memberikan diskon khusus pada produk susu yang dibeli konsumen
secara langsung. Strategi trade discount adalah pemberian diskon yang diberikan
pada perantara produk susu, contohnya agen susu, supermarket, sehingga
distributor susu tersebut dapat menjual harga susu dengan harga kompetitif.
Sedangkan strategi quantity discount adalah diskon yang diberikan pada produk
susu jika dengan pembelian jumlah besar.
Strategi harga kompetitif terdiri dari relative pricing dan follow the leader
pricing. Strategi relative pricing adalah penetapan harga susu relatif berdasarkan
harga produk pesaing. Sedangkan strategi follow the leader pricing bisa sama
diartikan dengan strategi relative pricing tetapi lebih mengikuti kepada harga
produk unggulan.
Strategi produk yang dijalankan pada industri susu mempunyai strategi
yang sama seperti strategi harga, yaitu adanya interdependensi antara pesaing satu
dengan pesaing lainnya yang satu sama lain saling mempengaruhi. Pada awalnya
setiap perusahaan susu hanya memproduksi satu jenis susu saja. Dengan
berkembangnya zaman, permintaan dan selera konsumen yang semakin
meningkat, mendorong perusahaan susu untuk memproduksi jenis susu bervariasi.
Dalam meningkatkan kualitas dan keragaman susu, para produsen melihat
perkembangan
teknologi,
perkembangan
competitor
serta
perkembangan
kemasan dengan berbagai ukuran, variasi rasa pada setiap susu juga akan menarik
minat konsumen. Untuk menciptakan produk yang mempunyai posisi kuat di
pasaran, maka pada setiap jenis susu diperkaya dengan kandungan-kandungan
yang mempunyai komponen High value Ingredient terutama pada jenis susu bayi
dan anak.
Strategi promosi yang dilakukan dapat melalui iklan (media cetak dan
media elektronik), public relation, personal selling dan lain-lain. Iklan merupakan
media promosi yang lebih sering digunakan karena lebih mudah dijangkau secara
luas baik melalui media cetak maupun media elektronik. Iklan media cetak dibuat
semenarik mungkin agar dapat mudah diingat. Iklan yang menarik perhatian
konsumen dapat dilihat dari segi tulisan, warna, gambar serta orang yang
mengiklankan produk tersebut. Umumnya iklan susu melalui media elektronik
akan menggunakan public figure yang sedang terkenal atau yang sudah
mempunyai anak. Iklan media elektronik lebih menarik karena lebih real dalam
penayangan iklan produk tersebut. Berbagai tayangan iklan susu seperti Dancow,
Indomilk, Bendera dan lainnya dapat ditayangkan setiap waktu tanpa ada batasan
jam penayangan sesuai dengan perjanjian oleh beberapa pihak terkait.
Media lain yang digunakan dalam mempromosikan produk adalah melalui
tempat dimana produk tersebut dijual. Cara yang digunakan pada tempat
penjualan tersebut biasanya dinamakan product display dimana pada tempat
tersebut terdapat media promosi yang membuat konsumen yang melewatinya
tertarik untuk membeli produk tersebut. Tempat adanya product display antara
lain adalah supermarket, hypermarket, toko, warung dan lain-lain. Selain dengan
adanya product display, pihak supermarket menempatkan sales promotion di
counter-counter produk susu Dancow, Sustagen dan lain-lain.
Dalam melakukan kegiatan promosi, beberapa produsen susu seperti PT
Sari Husada yang ikut mensukseskan suatu kongres kesehatan. PT Sari Husada
juga mempunyai tim dokter yang memberikan nasihat dalam mempromosikan
produk di berbagai acara kesehatan. Kegiatan promosi tidak berhenti pada tahap
itu saja, dengan memberikan undangan gratis kepada para bidan di Indonesia
untuk mengunjungi pabrik susu juga merupakan kegiatan promosi yang cukup
menunjang keberlangsungan suatu produk. Promosi susu dapat diadakan melalui
kegiatan lomba bayi sehat serta pemberian hadiah pada setiap kemasan susu.
Banyak produk susu yang menyediakan hadiah pada setiap kemasannya. Hadiahhadiah tersebut dapat berupa mug lucu, Compact Disc (CD) kesehatan dan buku
cerita anak. Direct selling pun merupakan salah satu cara mempromosikan produk
susu berupa minum susu bersama di sekolah-sekolah atau promosi yang dilakukan
pada praktek kerja dokter.
Kegiatan promosi lain yang dilakukan produk susu Morinaga adalah
berupa kegiatan amal dengan mengumpulkan mainan yang sudah tidak terpakai
untuk disumbangkan kepada anak-anak yang kurang mampu atau sedang dilanda
bencana. Kegiatan amal ini merupakan bentuk kegiatan sosial yang dapat menarik
simpatik konsumen sehingga mendorong konsumen untuk menggunakan produk
susu tersebut. Promosi produk susu juga dapat dijalankan melalui bentuk kegiatan
perlombaan seperti lomba bayi sehat, bayi cerdas dan lain-lain.
Nilai Tambah
(ribuan Rupiah)
959 789 417
2 113 396 573
1 174 392 910
1 628 330 835
4 063 143 966
Pengeluaran
Tenaga Kerja
(ribuan Rupiah)
59 071 640
78 583 944
97 608 570
150 328 365
176 332 412
Barang yang
Dihasilkan
(ribuan Rupiah)
1 890 037 316
3 901 583 379
3 879 551 663
4 720 366 352
6 758 543 365
PCM
(%)
47,66
52,15
27,76
31,31
57,51
43,28
Hasil perolehan rata-rata utilitas kapasitas produksi susu yang tinggi cukup
menjelaskan para produsen susu menggunakan kapasitas susu semaksimal dengan
tidak mengesampingkan keseimbangan antara penawaran produksi susu dengan
permintaannya. Dengan menjaga keseimbangan antara penawaran produksi dan
permintaanya bertujuan untuk menghindari dari kerugian perusahaan.
Tabel 20. Efisiensi-X Industri Susu di Indonesia Tahun 1998-2002
Tahun
1998
1999
2000
2001
2002
Rata-rata
Nilai Tambah
(000 Rp)
959 789 417
2 113 396 573
1 174 392 910
1 628 330 835
4 063 143 966
Nilai Input
(000 Rp)
1 465 082 943
2 355 558 300
3 090 871 648
3 626 709 108
4 196 778 944
Xeff
(%)
65,51
89,72
38,00
44,90
96,82
66,99
Prob.
0,0050
0,0122
0,0733
0,0341
0,0102
11,82363
0,000398
2,092664
Dari hasil estimasi di atas dapatlah disusun persamaan regresi Price Cost
Marjin (PCM) industri susu di Indonesia sebagai berikut :
PCM = -50,14736 + 0,624595 CR4t + 0,004607 PRODt + 0,253553 XEFFt-2 +
0,254872 GROWTHt-3
Berdasarkan hasil pengolahan pada model persamaan PCM, langkah
selanjutnya adalah melakukan berbagai macam pengujian terhadap parameter
estimasi tersebut yaitu uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji
miltikolinearitas. Pengujian tersebut dilakukan untuk melihat ada tidaknya
0,984450
0,973750
Probability
Probability
0,570501
0,438388
Uji Multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 24. Menurut teori yang
menyatakan bahwa terdapat gejala multikolineritas jika terdapat suatu hubungan
kausalitas pada variabel-variabel independennya. Model persamaan regresi PCM
tidak memilki masalah multikolineritas, dimana semua variabel yang digunakan
dalam penelitian ini mempunyai nilai mutlak korelasi yang tidak lebih besar dari
0,8.
Tabel 24. Uji Multikolinearitas
CR4
1.000000
CR4
0.352123
PROD
0.025585
XEFF_2
0.055471
GROWTH_3
Sumber : Lampiran 9
PROD
0.352123
1.000000
0.210943
0.386323
XEFF_2
0.025585
0.210943
1.000000
-0.148262
GROWTH_3
0.055471
0.386323
-0.148262
1.000000
Berdasarkan pengujian yang dilakukan dan dapat dilihat pada Tabel 22,
Tabel 23 dan Tabel 24 maka dapat diketahui bahwa model persamaan PCM
tersebut bebas dari masalah autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinearitas
sehingga menghasilkan koefisien dugaan terbaik (BLUE). Uji koefisien
determinasi dengan nilai R2 sebesar 79,76 persen menunjukkan bahwa uji
ketepatan perkiraan (goodness of fit) dari model persamaan adalah baik, artinya
79,76 persen keragaman PCM dapat dijelaskan oleh hubungan linier dengan
variabel-veriabel independennya.
Uji F dilakukan untuk melihat apakah variabel-variabel independen secara
serentak berpengaruh pada variabel dependennya. Nilai F-statistic sebesar
11,82363 dengan probabilitas (F-statistic) sebesar 0,000398 yang artinya dari
keempat variabel independen dalam model tersebut nyata pada taraf 10 persen.
Uji t dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependennya. Hasil pengujian yang dilakukan
memperlihatkan bahwa keempat variabel independen yaitu CR4, Produktivitas,
Effisiensi-X dan Growth berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen nyata pada taraf 10 persen.
6.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan pada industri susu di Indonesia,
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Bentuk struktur pasar yang dimiliki oleh industri susu di Indonesia adalah
struktur pasar oligopoli ketat. Struktur pasar ini menandakan bahwa adanya
tingkat konsentrasi yang cukup tinggi, entry condition yang berukuran sedang
sampai tinggi serta jenis produk yang heterogen.
2. Dalam industri susu, penetapan harga susu berdasarkan kesepakatan harga
antara pesaing yang satu dengan pesaing lainnya serta mereka saling
mempengaruhi satu sama lain. Setiap perusahaan susu memiliki kebijakan
tersendiri mengenai penetapan harga susu yang akan dijual ke publik. Dalam
pasar oligopoli diketahui bahwa terjadi kesepakatan dalam penyesuaian harga
salah satunya mencegah terjadinya pemotongan harga.
3. Strategi produk yang dilakukan industri susu adalah dengan melakukan
diversifikasi dan diferensiasi produk yang berkualitas dan bermutu tinggi.
4. Strategi promosi yang dilakukan pada setiap perusahaan susu di Indonesia
adalah melalui strategi berbentuk merek, strategi berdasarkan industri dan
strategi berbentuk politik. Tetapi umumnya industri susu melakukan strategi
berbentuk merek. Selain itu promosi dilakukan juga melalui iklan (media
cetak dan media elektronik), public relation, personal selling dan lain-lain.
5. Dari segi kinerja, industri susu di Indonesia memiliki nilai PCM yang cukup
tinggi. Peningkatan utilitas kapasitas produksi akan meningkatkan jumlah
produk susu di pasar yang akan menyeimbangkan kelebihan penawaran yang
besar. Nilai efisiensi industri susu yang cukup tinggi menggambarkan efisiensi
industri susu cukup baik.
6. Berdasarkan hasil regresi, Four Concentration Ratio (CR4) dan Price Cost
Margin (PCM) mempunyai hubungan positif dan nyata pada industri susu,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kriteria secara ekonomi terpenuhi. Ketiga
variabel lain (Produktivitas, X-Efisiensi dan Growth) memenuhi kriteria uji
ekonomi dimana hubungannya dengan PCM mempunyai pengaruh nyata serta
berhubungan positif, artinya jika setiap variabel independen meningkat maka
akan meningkatkan nilai PCM industri susu. Model persamaan yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
bebas
dari
masalah
autokorelasi,
6.2 Saran
Dari hasil analisis pada industri susu di Indonesia, maka ada beberapa hal
yang disarankan untuk perkembangan industri susu, yaitu :
1. Para produsen susu harus meningkatkan kinerja perusahaannya melalui
peningkatan efisiensi alokatif dengan penggunaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi yang efisien dan efektif, efisiensi teknis yang
digambarkan pada efisiensi internal dimana pengelolaan perusahaan dengan
wilayah
Indonesia,
penggunaan
kemajuan
teknologi
dalam
DAFTAR PUSTAKA
2004 *)
74
8,674
9,624
Pertumbuhan
(%)
11.0
23 760
1 949
0
0
23 546
2 500
24 675
195 530
251 841
104 750
5 241
196 946
87
0
0
53
0
24 100
2 116
0
0
24 586
2 500
24 823
187 665
263 662
110 014
5 585
197 458
0
0
0
45
0
2 435
2 583
0
9 957
24 603
188 380
26 588
195 040
281 419
112 468
6 993
235 493
63
0
0
9
0
25 000
2 794
0
10 256
25 077
195
29 949
200 236
281 440
113 817
7 063
238 208
68
0
0
9
0
-99.0
8.2
0
3.0
1.9
-99.9
12.6
2.7
0.0
1.2
1.0
1.0
7.9
0
0
0.0
0
10
9 610
0 091
5.0
13 812
7 620
12 924
13 182
2.0
12 394
4 593
32 014
0
4 593
32 098
0
0
4 600
0
0
7,000
4 646
33
0
7,140
4 692
33
0
2.0
1.0
0.0
0
22 428
-
0
0
0
3
2 298
0
0
0
0
3
2 708
0
0
0
0
0
3 724
0
0
0
0
0
3 725
0
0
0
0
0
0.0
0
Jumlah
929 690 883 758
Sumber : Departemen Perdagangan, 2000-2004
Keterangan : *) Angka Sementara
-) Data tidak tersedia
889 934
1 433 091
957 624
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Propinsi
2000
2001
N. Aceh
Darussalam
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Bali
NTB
NTT
Kalimantan Barat
Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi
Tenggara
Maluku
Papua
Bangka Belitung
Banten
Gorontalo
Maluku Utara
61
67
22 840
1 810
9 093
187
2 390
24 672
184 829
287 850
104 224
6 371
213
779
93
56
Tahun
2002
Propinsi
N. Aceh
Darussalam
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera
Selatan
Bengkulu
Lampung
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Bali
NTB
NTT
Kalimantan
Barat
Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi
Tengah
Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Tenggara
Maluku
Papua
Bangka
Belitung
Banten
Gorontalo
Maluku Utara
(ton)
Pertumbuhan (%)
10.96
2000
65
2001
72
Tahun
2002
79
4 615
530
0
11
187
4 622
506
0
0
300
4 639
492
0
24
302
4 658
833
0
29
302
4 675
863
0
29
302
0.36
3.60
0.00
0.00
0.00
0
75
5 094
184 515
78 931
6 888
214 581
64
130
77
6 130
184 833
81 578
4 405
196 946
85
97
117
78
5 795
198 510
80 064
5 299
197 458
68
45
48
78
5 795
207 855
82 906
5 597
235 942
35
16
50
78
5795
246 322
83 901
5 652
238 208
36
14
17
4.17
0.00
0.00
18.51
1.20
0.98
0.96
2.86
6.25
59
65
73
80
83
3.75
32
32
32
32
32
0.00
232
68
-
68
-
38
-
40
-
5.26
-
493 375
553 442
596 303
7.74
Jumlah
498 647 479 947
Sumber : epartemen Perdagangan, 2000-2004
Keterangan : *) Angka Sementara
-) Data tidak tersedia
2003
9 198
2004 *)
10 206
Total
(SKLSS)
(%)
22.20
643 000
15.32
443 693
1. PT Sari Husada
2. PT Nestle
Indonesia
434 174
3. PT Friesche
Flag Indonesia
250 000
4. GKSI (Milk
Treatment)
226 782
5. PT Indomilk
192 240
6. PT Indolakto
180 000
7. PT Nutricia
Indonesia
Sejahtera
132 000
8. PT Ultrajaya
Milk Industry
99 800
9. PT Foremost
Indonesia
92 160
10. PT Gizindo
Prima Nusantara
63 000
11. KPBS
40 000
12. PT Mirota KSM
25 000
13. PT Greenfields
Indonesia
24 000
14. PT Sugizindo
3 840
15. PT Shangyang
Perkasa
3 200
16. PT Netania
Kasih Karunia
960
17. PT Nutrifood
Indonesia
420
18. PT Diamond
Cold Storage
420
19. PT Fajar Taurus
0
20. PT Ultrindo Inti
Jaya
0
21. PT Danone Dairy
Indonesia
0
22. PT Cita Nasional
Total
2 896 188
Sumber : CIC Consulting, 2005.
Cair
(kiloliter)
3 000
32 000
SKM
(kiloliter)
0
55 872
Bubuk
(kiloliter)
80 000
34 700
14.99
65 000
30 489
37 000
8.63
250 000
7.83
6.64
6.22
3 870
6 000
0
74 880
57 600
0
5 400
6 000
22 500
4.56
20 000
30 000
3.45
5 000
39 500
3.18
2.18
1.38
0.86
63 000
0
25 000
0
0
0
0.83
0.13
0
0
0
0
0.11
400
0.03
120
0.01
420
0.01
0.00
420
0
0
0
0
n.a
0.00
n.a
0.00
100
n.a
475 210
0
288 341
0
216 120
5 000
0
11 520
0
0
0
3 000
480
Pemegang Merek
PT Nestle Indonesia
Bebelac
Bendera
PT Nutricia Indonesia
Sejahtera
PT Friesche Flag Indonesia
Calcimex
Carnation
PT Nestle Indonesia
Chil Kid
PT Shangyang Perkasa
PT Shangyang Perkasa
Chil Mil
PT Shangyang Perkasa
Chil School
PT Shangyang Perkasa
Dancow
PT Nestle Indonesia
Enercal
Enfagrow
Enfakid
Enfapro
Kompleta
PT Wyeth Indonesia
PT Mead Johnson Indonesia
PT Mead Johnson Indonesia
PT Mead Johnson Indonesia
PT Friesche Flag Indonesia
Krimer
Milk Maid
PT Nestle Indonesia
Morinaga BMT
PT Shangyang Perkasa
Morinaga NL-33
PT Shangyang Perkasa
Nestle
PT Nestle Indonesia
Nursoy
Nutricia Bunda
PT Wyeth Indonesia
PT Nutricia Indonesia
Sejahtera
PT Nutricia Indonesia
Sejahtera
PT Nutricia Indonesia
Sejahtera
Nutrilon
Nutrima
Pemberi Lisensi
Societes des Produits
Nestle SA (Switzerland)
Lyempt B. V Holland
Friesland Cober co Dairy
Food (Holland)
Friesland Cober co Dairy
Food (Holland)
Societes des Produits Nestle
SA (Switzerland)
Morinaga Milk Industry
(Japan)
Morinaga Milk Industry
(Japan)
Morinaga Milk Industry
(Japan)
Morinaga Milk Industry
(Japan)
Societes des Produits Nestle
SA (Switzerland)
Wyeth Ayerst Inc. (USA)
Mead Johnson Inc. (USA)
Mead Johnson Inc. (USA)
Mead Johnson Inc. (USA)
Friesland Cober co Dairy
Food (Holland)
Friesland Cober co Dairy
Food (Holland)
Societes des Produits Nestle
SA (Switzerland)
Morinaga Milk Industry
(Japan)
Morinaga Milk Industry
(Japan)
Societes des Produits Nestle
SA (Switzerland)
Wyeth Ayerst Inc. (USA)
Nutricia Zoofermeer
(Holland)
Nutricia Zoofermeer
(Holland)
Nutricia Zoofermeer
(Holland)
Lampiran 4. lanjutan
Sobee Plus
Sustacal
Sustagen Kids
Sustagen Mama
Sustagen Yunior
Pemegang Merek
PT New Zealand Milk
Indonesia
PT New Zealand Milk
Indonesia
PT New Zealand Milk
Indonesia
PT New Zealand Milk
Indonesia
PT Nestle Indonesia
PT Sukanda Jaya
Pemberi Lisensi
Mainland Products Limited
(New Zealand)
Compac Inter Ltd (New
Zealand)
Compac Inter Ltd (New
Zealand)
Compac Inter Ltd (New
Zealand)
Nestle (Thai) Ltd
New Zealand Dairy Food
Enfagrow
PT Mead Johnson Indonesia
Enfakid
PT Mead Johnson Indonesia
Enfalac
PT Mead Johnson Indonesia
Enfamama
PT Mead Johnson Indonesia
Enfamil
PT Mead Johnson Indonesia
Enfapro
PT Mead Johnson Indonesia
Ensure
F&N
Gain
PT Abbot Indonesia
PT Aneka Jaya
PT Abbot Indonesia
Grow
PT Abbot Indonesia
Isocol
PT Mead Johnson Indonesia
Isomil
PT Abbot Indonesia
Lactogen1
Lactogen2
Lidels
PT Nestle Indonesia
PT Nestle Indonesia
PT Sukanda Jaya
Mastere Purc
PT Sukanda Jaya
Milo Actigen
PT Nestle Indonesia
Lampiran 5. lanjutan
Nan1
Nan2
Nestle Low Fat
PT Nestle Indonesia
PT Nestle Indonesia
PT Nestle Indonesia
Nursoy
Nutrilon
Olac
PT Wyeth Indonesia
PT Nutricia Indonesia
Sejahtera
PT Mead Johnson Indonesia
Pediasure
PT Abbot Indonesia
President
PT Protara Boga
Procal
Progestemil
PT Wyeth Indonesia
PT Mead Johnson Indonesia
Prolene
Promil
Promil Gold
Promise Gold
Prosobee
S-26
S-26 Gold
Similac Advence
Similac Special
Carre
Sobee Plus
So Natural
Sustacal
PT Wyeth Indonesia
PT Wyeth Indonesia
PT Abbot Indonesia
PT Abbot Indonesia
Sustagen HP
Sustagen Kids
Sustagen Mama
Sustagen Yunior
Ucare
U-Milk
Nestle Netherland
Nestle Suisse SA
Netherland Product
(New Zealand)
Wyeth Nutrician Singapore
Nutricia Zoofermeer
(Holland)
Bristol Myers Squibb
(Philipina)
Abbot Labboratories
(Netherland)
Lactalis Internasional
(Franche)
Wyeth Nutrician Singapore
Bristol Myers Squibb
(Philipina)
Compac Inter Ltd (New
Zealand)
Wyeth Nutrician Singapore
Wyeth Nutrician Singapore
Wyeth Nutrician Singapore
Mead Johnson BV
(Netherland)
Wyeth Nutrician Singapore
Wyeth Nutrician Singapore
Abbot Labboratories BV
Abbot Labboratories BV
Bristol Myers Squibb
(Philipina)
So Natural Foods Australia
Bristol Myers Squibb
(Philipina)
Bristol Myers Squibb
(Philipina)
Bristol Myers Squibb
(Philipina)
Bristol Myers Squibb
(Philipina)
Bristol Myers Squibb
(Philipina)
Compac Inter Ltd
(New Zealand)
TTS Food Industry
(Singapore)
Nilai Tambah
(000 Rp)
1983
55 506 500
1984
39 227 236
1985
45 358 153
1986
48 643 404
1987
38 616 318
1988
117 091 261
1989
80 368 929
1990
103 833 658
1991
161 605 780
1992
195 080 116
1993
241 467 642
1994
285 597 442
1995
326 684 710
1996
455 234 673
1997
450 725 000
1998
959 789 417
1999
2 113 396 573
2000
1 174 392 910
2001
1 628 330 835
2002
4 063 143 966
Sumber : BPS, 1983-2002
Pengeluaran
Tanaga Kerja
(000 Rp)
6 172 589
6 540 966
9 044 547
8 797 689
11 057 412
13 001 619
16 499 208
18 986 846
29 339 807
31 577 065
21 868 345
34 871 535
35 466 163
40 133 323
52 442 747
59 071 640
78 583 944
97 608 570
150 328 365
176 332 412
Barang yang
dihasilkan
(000 Rp)
192 723 659
189 074 000
234 798 202
265 224 938
329 708 323
476 575 893
548 661 837
643 574 820
852 117 912
946 950 908
960 989 057
1 189 219 898
1 353 821 818
1 764 107 875
1 857 387 000
1 890 037 316
3 901 583 379
3 879 551 663
4 720 366 352
6 758 543 365
PCM
(%)
25,60
17,30
15,50
15,00
8,40
21,80
11,60
13,20
15,50
17,30
22,90
21,10
21,50
23,50
21,40
47,70
52,20
27,80
31,30
57,50
Nilai Tambah
(000 Rp)
1983
55 506 500
1984
39 227 236
1985
45 358 153
1986
48 643 404
1987
38 616 318
1988
117 091 261
1989
80 368 929
1990
103 833 658
1991
161 605 780
1992
195 080 116
1993
241 467 642
1994
285 597 442
1995
326 684 710
1996
455 234 673
1997
450 725 000
1998
959 789 417
1999
2 113 396 573
2000
1 174 392 910
2001
1 628 330 835
2002
4 063 143 966
Sumber : BPS, 1983-2002
Nilai Input
(000 Rp)
134 061 020
148 477 738
189 719 050
210 803 753
278 208 268
350 535 201
469 743 140
544 482 881
694 644 595
754 480 913
725 726 297
935 690 328
1 124 983 000
1 318 258 211
1 414 984 000
1 465 082 943
2 355 558 300
3 090 871 648
3 626 709 108
4 196 778 944
Xeff
(%)
41,40
26,42
23,91
23,08
13,88
33,40
17,11
19,07
23,26
25,86
33,27
30,52
29,04
34,53
31,85
65,51
89,72
38,00
44,90
96,82
Nilai Output
1983
192 975 287
1984
190 946 272
1985
240 233 382
1986
266 683 345
1987
332 404 399
1988
480 944 978
1989
555 660 053
1990
652 114 676
1991
861 807 545
1992
956 697 100
1993
979 901 223
1994
1 237 424 136
1995
1 477 909 664
1996
1 818 297 699
1997
1 949 531 000
1998
2 486 101 636
1999
4 490 816 788
2000
4 342 814 770
2001
5 320 191 658
2002
8 452 246 306
Sumber : BPS, 1983-2002
Nilai Input TK
Produktivitas (%)
6 172 589
6 540 966
9 044 547
14 797 689
11 057 412
13 001 619
16 499 208
18 986 846
29 339 807
31 577 065
21 868 345
34 871 535
35 466 163
40 133 323
52 442 747
59 071 640
78 583 944
99 608 570
150 328 365
176 332 412
3126,33
2919,24
2656,11
1802,19
3006,17
3699,12
3367,80
3434,56
2937,33
3029,72
4480,91
3548,52
4167,10
2038,95
3717,45
4208,62
5714,67
4359,88
3539,05
4793,36
Prob.
0.0050
0.0122
0.0733
0.0341
0.0102
25.27647
14.27154
7.084413
7.329476
11.82363
0.000398
Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
0.015696 Probability
Obs*R-squared
0.053200 Probability
0.984450
0.973750
Uji Heteroskedasitas
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
0.878413 Probability
Obs*R-squared
7.949807 Probability
0.570501
0.438388
Uji Multikolinearitas
CR4
PROD
XEFF_2
GROWTH_3
Correlation Matrix
CR4
PROD
XEFF_2
1.000000 0.352123 0.025585
0.352123 1.000000 0.210943
0.025585 0.210943 1.000000
0.055471 0.386323 -0.148262
GROWTH_3
0.055471
0.386323
-0.148262
1.000000
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
PT INDOMILK
PT DJOHAN WISATA
PT FRIESCHE FLAG INDONESIA
PT GIZINDO PRIMA NUSANTARA
PT GIZINDO PRIMA NUSANTARA
PT INDOMILK,
PT DJOHAN WISATA
PT FRIESCHE FLAG INDONESIA
PT GIZINDO PRIMA NUSANTARA
PT FRIESCHE FLAG INDONESIA
PT DJOHAN WISATA
PT INDOMILK
PT GIZINDO PRIMA NUSANTARA
PT INDOMILK
PT DJOHAN WISATA
PT FRIESCHE FLAG INDONESIA
PT FRIESCHE FLAG INDONESIA
PT DJOHAN WISATA
PT INDOMILK
PT GIZINDO PRIMA NUSANTARA
PT FRIESCHE FLAG INDONESIA
PT TIGAKA
PT INDOMILK
MILK TREATMENT BATU, KOPERASI
GKSI/GABUNGAN KOPERASI SUSU
INDONESIA
PT FRIESCHE FLAG INDONESIA
MILK TREATMENT BATU, KOPERASI
PT INDOMILK
PT FOREMOST INDONESIA
PT INDOMILK
PT FRIESCHE FLAG INDONESIA
PT NESTLE INDONESIA
PT NESTLE INDONESIA
PT FRIESCHE FLAG INDONESIA
PT INDOMILK
PT SARIHUSADA
Pangsa
pasar CR4 (%)
(%)
18,09
89,13
16,60
13,79
40,64
39,32
89,89
19,36
17,62
13,58
33,13
79,20
13,03
16,66
16,37
31,45
77,22
20,97
13,86
10,94
10,08
79,58
12,76
22,13
34,61
19,26
61,99
11,09
9,22
22,42
11,44
25,66
15,80
12,40
10,08
10,96
26,17
13,47
28,23
21,85
10,33
8,28
65,30
60,67
68,69
10,24
20,90
8,07
31,53
26,37
19,47
10,59
10,19
10,33
23,89
17,60
17,34
14,10
16,69
21,45
19,00
18,45
18,02
15,94
13,08
19,81
12,63
14,07
15,14
35,34
28,47
16,28
14,08
13,99
11,39
16,28
44,60
23,58
19,32
12,83
23,90
14,19
17,15
16,31
14,91
25,35
20,40
15,99
14,77
70,74
66,61
69,16
71,24
65,49
61,65
94,17
86,26
79,64
62,56
76,51
Barang yang
dihasilkan
(000 Rp)
1983
192 723 659
1984
189 074 000
1985
234 798 202
1986
265 224 938
1987
329 708 323
1988
476 575 893
1989
548 661 837
1990
643 574 820
1991
852 117 912
1992
946 950 908
1993
960 989 057
1994
1 189 219 898
1995
1 353 821 818
1996
1 764 107 875
1997
1 857 387 000
1998
1 890 037 316
1999
3 901 583 379
2000
3 879 551 663
2001
4 720 366 352
2002
6 758 543 365
Sumber : BPS, 1983-2002
Growth
(%)
10,85
-1,89
24,18
12,96
24,31
44,54
15,13
17,30
32,40
11,13
1,48
23,75
13,84
30,31
5,29
1,76
106,43
-0,56
21,67
43,18