Professional Documents
Culture Documents
Frekuensi pernafasan pada bayi dan anak lebih cepat dibanding orang
dewasa. Pada orok dan bayi antara 30 - 40 x semenit. Tipe pemafasan; orok, dan
bayi ialah abdominal, lewat hidung, sehingga gangguan pada kedua bagian ini
memudahkan timbulnya kegawatan pernafasan. . Paru-paru lebih mudah rusak
karena tekanan ventilasi yang berlebihan, sehingga menyebabkan pneumotoraks,
atau pneumomediastinum. Laju metabolisme yang tinggi menyebabkan cadangan
oksigen yang jauh lebih kecil; sehingga kurangnya kadar oksigen yang tersedia
pada udara inspirasi, dapat menyebabkan terjadinya bahaya hipoksia yang lebih
cepat dibandingkan pada orang dewasa. Neonatus tampaknya lebih dapat bertahan
terbadap gangguan hipoksia daripada anak yang besar dan orang dewasa, tetapi hal
ini bukan alasan untuk mengabaikan hipoksia pada neonatus.
Ada 5 perbedaan mendasar anatomi dari airway pada anak-anak dan dewasa.
1. Pada anak-anak, kepala lebih besar, dan lidah jug alebih besar
2. Laring yang letaknya lebih anterior
3. epiglottis yang lebih panjang
4. Leher dan trache yang lebih pendek daripada dewasa
5. Cartilago tiroid yang terletak berdekatan dengan airway
Pada gambar 1 terlihat bahwa epiglottis neonatus menempel pada langit-langit
lunak, sehingga neonatus bemafas lewat hidung.
Variable
Anak-anak
Dewasa
Frekuensi pernafasan
30-50
12-16
6-8
2-2.5
2.2
Alveolar ventiltion
100-150
60
FRC
27-30
30
Konsumsi Oxygen
6-8
Tabel 2. Perbedaan fisiologi pernafasan pada anak dan dewasa dikutip dari 2
2. Kardio-Sirkulasi.
Frekuensi jantung/nadi bayi dan anak berkisar antara 100-120 x permenit. Hipoksia
menimbulkan bradikardia, karena parasimpatis yang lebih dominan. Kadar
hemoglobin orok tinggi (16-20 gr%), tetapi kemtidian menurun sampai usia 6 bulan
(10-12 gr%), karena pergantian dari HbF (fetal) menjadi HbA (adult). Jumlah darah
bayi secara absoluts sedikit, walaupun untuk perhitungan mengandung 90 miligram
berat badan Karena itu perdarahan dapat menimbulkan gangguan sistem
kardiosirkulasi. Dan juga duktus arteriosus dan foramina pada septa interatrium dan
interventrikel belum menutup selama beberapa hari setelah lahir.
umur
Heart Rate
Tekanan Systolic
Tekanan Diastolic
Preterm 1000g
130-150
45
25
Baru lahit
110-150
60-75
27
6 bulan
80-150
95
45
2 tahun
85-125
95
50
4 tahun
75-115
98
57
8 tahun
60-110
112
60
Tabel 3. Perbedaan heart rate, dan tekanan darah pada pediatric berdasarkan
umur
Bayi bersifat poikilotennik, karena luas permukaan tubuhnya relative lebih luas
dibanding orang dewasa. Hal ini dapat menimbulkan bahaya hipotermia pada
lingkungan yang dingin, dan hipertermia pada lingkungan yang panas. Disamping itu
pusat pengaturan suhu di hipotalamus belum berkembang dengan baik
3. Cairan tubuh.
Bayi lahir cukup bulan mengandung relatif banyak air yaitu dari berat badan 75%,
setelah berusia 1 tahun turun menjadi 65% clan setelah dewasa menjadi 55-60 %.
Cairan ekstrasel orok ialah 40% dari berat badan, sedangkan pada dewasa ialah 20%.
Pada Tabel 4. dapat dilihat perbedaan EBV (Estimated Blood Volume) pada pediatric
berdasarkan umur.
Umur
EBV
Premature
90-100cc/kg
Baru lahit
80-90 cc/kg
3 bulan-1 tahun
70-80 cc/kg
>1tahun
70 cc/kg
Dewasa
55-60 cc/kg
5,7
. Bagi tenaga
yang
terbatas
komunikasinya
yang
disebabkan
karena
Para pekerja medis, baik tiu ahli anestesiologi dan perawat pre-operasi,
mengetahui keuntungan dan resiko dari pengurangan cemas pre-operasi. Keamanan
obat, onset obat, reaksi disforik, mual, muntah harus di pertimbangkan sebelum
melakukan premedikasi. Premedikasi ideal untuk anak-anak adalah dengan
administrasi yang baik, onset dan panjang durasi yang dapat diramalkan, dan
komplikasi yang minimal. Seringkali tujuan dari premedikasi adalah menciptakan
seorang pasien anak-anak yang tenang, kooperatif , dan mudah dipisahkan dari orang
tuanya dan menuruti instruksi dari sang ahli anestesi. Namun kebutuhan dan metode
dari premedikasi akan berbeda berdasarkan kebutuhan pasien, orang tua pasien,
prosedur bedah, dan juga tempramen sang ahli anestesi.
Meskipun premedikasi merupakan hal yang penting dalam menurunkan
kecemasan, namun bukan berarti premedikasi adalah satu-satunya komponen. Sebagai
contoh, seorang anak mungkin memiliki pikiran yang bercampur aduk tentang
premedikasi, dan permintaan mereka mungkin bahwa mereka ingin ditangani oleh
pekerja medis yang telah mereka kenal. Pada kasus ini , tidak diperlukan obat-obatan
sedative atau pengurang rasa cemas, sehingga tidak ada efek samping atau pun
komplikasi-komplikasi yang akan dihadapi atau dikhawatirkan.
Bedah emergensi, lambung yang penuh, trauma kepala dan trauma abdomen
merupakan kelemahan, atau batasan dari indikasi premedikasi. Pada anak normal dan
sehat, resiko tentu saja minimal, dan bila komplikasi terjadi, biasanya karena over
dosis atau suatu proses patologi yang tak diketahui.
1.3. Anak-anak Yang Cenderung Mengalami Komplikasi
Pasien pada kelompok ini , bila mereka menggunakan kursi roda, dokter harus lebih
berhati-hati , terutama terhadap efek depresi respiratorik.
5. Bayi dengan berat badan kurang dari 10 kg
Bayi dengan berat badan kurang dari 10 kg tidak memerlukan sedasi pre operasi,
karena mereka dapat dipisahkan dengan mudah dari orang tuanya dengan tingkat
kecemasan yang rendah,. Onset , durasi, efek samping obat-obatan terhadap anakanak ini tak dapat diramalkan.
1.4. Cara Pemberian Obat
Banyak cara pemberian obat dalam premedikasi. Oral dan rectal merupakan
cara yang sering dipilih. Meskipn begitu, bukan berarti kedua cara di atas merupakan
cara yang paling aman, dimana tidak dapat diramalkan karena fluktuasi dari
bioavalabilitas dan substansi first past effect.
a. Cara Oral
Biasanya merupakan cara yang paling dapat diterima. Hal-hal yang perlu diperhatikan
berupa jumlah obat , onset, durasi, tingkah laku selama penyembuhan, interaksi
dengan obat lain, dan efek samping. Kadang kala anak membuang kembali obat yang
telah ditelan. Biasanya ini terjadi karena kurang kooperatifnya anak ataupun kurang
lembutnya sikap sang premedikator. Obat-obat yang sering digunakan per-oral dapat
dilihat pada table 5.
Nama Obat
Agen
Benzodiazepin Midazolam
Cara
Pemberian
Oral
Dosis
Onset
Efek
0,3-
(menit)
15-30
Depresi system
Diazepam
Dissosiatif
Opioids
Ketamin
Morfin
Nasal
0,7mg/kgBB 5-10
pernafasan,
0,1-
eksitasi
0,2mg/kgBB
postoperative
Oral
3-8mg/kgBB 10-15
eksitasi
Eksitasi
IM
2-5mg/kgBB 2-5
Meningkatkan
IM
0,1-0,2
15-30
mg/kgBB
Meperidin
IM
Barbiturat
tekanan
intra
cranial
meningkat
Depresi system
pernafasan
15-30
0,5-1
Fentanil
TD,
oral
Depresi system
5-15
mg/kgBB
pernafasan
10-15
Depresi
sitem
Pentobarbital Oral
g/kgBB
3mg/kgBB
60
pernafasan
Eksitasi
Tiopental
30mg/kgBB
5-10
postoperative
Rectal
yang
memanjang
Depresi system
pernafasan,
Eksitasi
postoperative
yang
Antikolinergik Atropin
Oral
20g/kgBB
15-30
memanjang
Flushing
Scopolamin
IM
20g/kgBB
5-15
Mulut kering
IV
10-20g/kgBB 30
Rasa gembira
IM
Oral
20g/kgBB 15-30
7,5mg/kgBB 60
halusinasi
H2 Antagonis Cimetidine
Ranitidine
Oral
2 mg/kgBB
60
Dikutip dari 5
Keterangan : IM : Intra Muscular
IV : Intra Vena
TD : Tekanan Darah
Tabel 5. Nama obat-obat premedikasi, dosis, cara pemberian dan efeknya 5
a.1 Midazolam
Obat makan yang sering digunakan. Dosis yang dianjurkan adalah
0,5mg/kgBB sampai 20mg/kgBB. Dosis ini hamper selalu efektif dan mempunyai
batas aman yang luas. Efek sedasi dan hilangnya cemas dapat timbul 10 menit setelah
pemberian. Patel dan Meakin 5 telah membandingkan midazolam oral dan diazepamdroperidol sampai trimeprazine, dan mendapatkan hasil yang lebih baik pada preoperatif dan post-operatif pada midazolam dalam menghilangkan kecemasan dan
menimbulkan efek sedasi.
a.2.Fentanyl
Telah banyak berhasil digunakan. Memiliki efikasi yang sama dengan obat
oral cair meperidine, diazepam dan atropine. Namun efek samping yang tak dapat
diramalkan berupa depresi pernafsan, pruritus dan mual muntah merupakan kerugian
sehingga tidak diterima secara universal.
a.3.Ketamin
Bentuk oral merupakan alternative yang popular. Gutstein dan koleganya
membandingkan efek placebo dari 3 sampai 6 mg/kgBB dari ketamin oral. Ketamin
tidak berefek terhadap depresi pernafasan, dan takikardi. Ketamin juga dapat
diberikan bersamaan dengan permen pada dosis 5-6mg/kgbb tanpa hambatan.
a.4. Barbiturat
Telah digunakan selama bertahun-tahun sebagai obat premedikasi. Memiliki
onset of action yang lambat, dan durasi yang lama. Pentobarbital 3mg/kgBB sampai
30mg/kgBB memiliki onset satu jam dan durasi samapai 6 jam 5 .Kerugiannya adalah
efek sedasi yang panjang dan tidak cocok untuk pembedahan yang singkat atau
emergensi yang memerlukan persiapan yang cepat.
b. Cara Nasal
Premedikasi Intranasal dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tetes dan inhalasi.
Dosis yang tepat tentu diperlukan dan onset yang berulang dapat dicapai jika cara
nasal digunakan. Namun, pasien biasanya akan merasakan rasa yang tidak nyaman,
meskipun hanya sebentar. Sewaktu midazolam 100g/kgBB intranasal dibandingkan
dengan 10g/kgBB afentanyil intranasal, efek sedasi yang didapatkan sama, namun
tidak ditemukan rasa hidung terbakar pada anak-anak yang menerima alfentanil,
dimana 70% dari anak-anak yang mengunakan midazolam merasakan rasa hidung
terbakar 5
c. Cara Rectal
Cara ini kadangkala bergantung pada sang ahli anestesi sendiri. Telah dilaporkan
bahwa cara rectal merupakan cara yang popular di Eropa,sedangkan di Negaranegara lain tidak 5Cara rectal telah dibandingkan dengan midazolam oral oleh Khazin
dan Ezra 5 yang menemukan bahwa keduanya sama efektif, namun cara rectal lebih
di toleransi. Pada anak dewasa, cara rectal tidak begitu dianjurkan karena alas an
estetika dan volume yang dibutuhkan untuk menghantarkan dosis yang adekuat.
d. Cara Intramuskular dan Subkutan
Cara ini tidak begitu dianjurkan mengingat anak-anak sangat takut denga jarum, dan
bahkan dapat membuat rasa ketakutan yang berlebih pada tindakan tindakan
selanjutnya. Keuntungan cara ini adalah tidak dibutuhkannya sikap kooperatif dari
pasien , dan tanpa harus mengkhawatirkan pasien tersebut memuntahkan kembali
obat yang telah diberi secara oral 5
e. Cara Sublingual
Meskipun cara ini memiliki keuntungan , yaitu onset yang lebih cepat, namun tidak
begitu popular karena sulit memberikannya pada anak yang tidak kooperatif.
1.5. Puasa
Merupakan hal yang tidak menyenangkan bagi pasien anak. Dulu pentingnya puasa
tidak begitu diapresiasi dengan baik. Namun setelah ada laporan bahwa regurgitasi
dan refluks gaster yang sering terjadi pada anak yang tidak dipuasakan, akhinya
puasa menjadi suatu persiapan pre operasi yang mulai banyak digunakan 5
Lamanya puasa yang dibutuhkan tergantung dari banyak factor, seperti jenis operasi,
waktu makan terakhir samapi terjadinya cedera (pada operasi emergensi), tipe
makanan, dan pengobatan yang diberikan pada pasien sebelum operasi.
Tipe makanan
Cairan
Minimum 2 jam
Pasien sehat
Pasien sakit
Operasi emergensi
Susu
Minimum 4 jam
Penganganan tersendiri (pasang NGT, dll)
Minimum 4 jam
ASI
Padat
Minimum 6 jam
Operasi elektif
Operasi emergensi
Penanganan tersendiri
Monitoring pasien
Persiapan kamar operasi merupakan hal yang esensial, dan tergantung pada
ukuran tubuh dan status fisik pasien, metode induksi, dan rencana airway manajemen.
Mesin anestesi harus diperiksa terlebih dahulu dan ventilator diatur sesuai tubuh
pasien, ukuran face mask yang sesuai, dan juga oral airway.
Laringoskop harus di cek apakah berfungsi dengan baik, dan ukuran blade
yang sesuai harus dipersiapkan. Obat obatan , tube trakea, stylet yang sesuai juga
merupakan hal yang esensial dalam persiapan. Peralatan untuk resusitasi, obat-obat
emergensi juga harus dipersiapkan.
Karena permukaan tubuh anak lebih besar daripada dewasa, yangcenderung
untuk terjadinya hipotermi, suhu di ruangan operasi tentu harus disesuaikan juga, dan
alat pemanas dapat disediakan untuk dapat menjaga suhu pasien.
sentimeter dari mulut dan hidung, kalau sudah tidur barn dirapatkan ke muka
penderita.
Induksi intravena.
Dikerjakan pada anak yang tidak takut pada suntikan atau pada mereka yang sudah
terpasang infus. Induksi intravena biasanya dengan tiopenton (pentotal) 2~4 mg/kg
pada neonatus dan 4-7 mg/kg pada anak
Induksi dapat juga dengan ketamin (ketalar) 1-2mg/kg.LV. Kadang-kadang ketalar
diberikan secara intra muskular. 1
Banyak ahli anestesi pediatrik, yang terampil dalam menangani vena yang
kecil, lebih suka induksi intra vena (tiopenton 3-5 mg/kg). Yang lain lebih suka
menggunakan induksi inhalasi disertai dengan campuran kaya oksigen disertai atau
tanpa nitrogen oksida. Entluran efektiftetapi kurang kuat dan harus menggunakan
kadar yang lebih tinggi. Siklopropan 50% dalam oksigen masih sering dipakai
dibeberapa tempat, tctapi dapat menimbulkan ledakan, sehingga seringkali tidak
disediakan.
Banyak ahli anestesi pediatrik, yang terampil dalam menangani vena yang kecil,
lebih suka induksi intra vena (tiopenton 3-5 mg/kg). Yang lain lebih suka
menggunakan induksi inhalasi disertai dengan campuran kaya oksigen disertai atau
tanpa nitrogen oksida. Entluran efektif tetapi kurang kuat dan harus menggunakan
kadar yang lebih tinggi. Siklopropan 50% dalam oksigen masih sering dipakai
dibeberapa tempat, tetapi dapat menimbulkan ledakan, sehingga seringkali tidak
disediakan. 4
1.7. Intubasi.
Anestesi sebelum intubasi tidak penting bagi anakanak dengan berat badan
kurang dari 5 kg, dan dapat berbahaya.Risiko stridor meningkat karena
pembengkakan mukosa pada saluran pernapasan kecil akibat ititasi laring oleh pipa,
perala tan atau uap. Pipa tak bertutup yang cukup kecil untuk pengeluaran gas dapat
dipakai. Suatu bungkus tenggorokan akan menghentikan cairan melalui pipa yang
masuk ke paru-paru. Bayi kecil yang berat badannya kurang dari 5 kg tidak dapat
mempertahankan pemapasan spontan dengan pipa trakea yang sempit, sehingga hams
diberikan ventilasi. 4
Para abli anestesi harus memutuskanantara penggunaan masker anestesi dan
intubasi. Penggunaan intubasi dapat dicapai dengan atau tanpa bantuan relaksan otot.
Pada anak yang kecil, atau jika terdapat kelainan sa luran pemapasan, paling aman
untuk memperdalam anestesi sampai pipa dapat disisipkan sementara pernapasan
spontan berlangsung. Jika terdapat keraguan tentang kemampuan saluran pernapasan
untuk dilalui pipa, seorang ahli anestesi barus memperlibatkan babwa ia dapat
memberikan ventilasi pada paru menggunakan kantong, dan masker sebelum
membuat penderita menjadi lumpuh dengan relaksan otot
Laringoskopi pada bayi dan anak tidak membutuhkan bantal kepala. Kepala
bayi terutama neonatus oksiputnya menonjol. Dengan adanya perbedaan anatomis
padajalan nafas bagian atas, lebih mudah menggunakan laringoskop dengan bilah
lurus pada bayi.
Blade laringkoskop yang lebib kecil'digunakan untuk anak, jenisnya
tergantung pada piliban ahli anestesi dan adanya gangguan saluran pernapasan. Pipa
trakea dipilih berdasarkan prinsip babwa pipa yang dapat dibengkokkan tidak
digunakan di bawab nomor 7, dan dua nomor lebih rendah harus disiapkan bila
diperlukan. Daerah aliran udara paling sempit pada anak kecil adalah di bawah pita
suara
Intubasi dalam keadaan sadar dikerjakan pada keadaan gawat atau
diperkirakan akan menjumpai kesulitan. Beberapa penulis menganjurkan intubasi
sadar pada neonatus usia kurang dari 10-14 hari . Hati-hati terhadap hipertensi dan
meningginya tekanan intrakranial yang mungkin dapat menyebabkan perdarahan
dalam otak akibat laringoskopi dan intubasi.
Lebih digemari intubasi sesudah tidur dengan atau tanpa pelumpuh otot.
Kalau tidak menggunakan pelumpuh otot, bayi atau anak ditidurkan sampai dalam
lalu diberikan analgesia topikal barn dikerjakan intubasi. Dengan pelumpuh otot
digunakan suksinil-kolin dosis 2 mg/kgBB secara intravena setelah bayi/anak tidur.
tambahkan 25% untuk darah yang sulit dihitung misalnya yang menempel di
tangan pembedah, yang melengket di kain penutup dan lain-lain.
2. mengukur hematokrit secara serial. Perdarahan melebihi 10% pada
neonatus harus diganti dengan darah.
3. Tahap Pasca Bedah
3.1. Pengakhiran anestesia.
Setelah pembedahan selesai, obat anestetika dihentikan pemberiannya.
Berikan zat asam murni 5-15 menit. Bersihkan rongga hidung dan mulut dari lendir
kalau perlu.
Kalau menggunakan pelumpuh otot, netralkan dengan prostigmin (0,04
mg/kg) dan atropin (0,02 mg/kg). Depresi nafas oleh narkotika-analgetika netralkan
dengan naloksin 0,2-0,4mg secara titrasi.
Ekstubasi pada bayi dikerjakan kalau bayi sudah sadar benar, anggota badan.
bergerak-gerak, mata terbuka, nafas spontan adekuat. Ekstubasi dalam keadaan
anestesia ringan, akan menyebab kan batuk-batuk, spasme laring atau bronkus.
Ekstubasi dalam keadaan anestesia dalam digemari karena kurang traumatis.
Dikerjakan kalau nafas spontannya adekuat, keadaan umumnya baik dan
diperkirakan tidak akan menimbulkan kesulitan pasca intubasi
3.2. Perawatan di Ruang Pulih.
Setelah selesai anestesia dan keadaan umum baik, penderita dipindahkan ke
ruang pulih. Disini diawasi seperti di kamar bedah, walaupun kurang intensif
dibandingkan dengan pengawasan sebelumnya. Untuk memindahkan penderita ke
ruangan biasa dihitung dulu. skomya menurut Lockhart1
Nilai
Pergerakan
Gerak bertujuan
diam
Pernafasan
depresi
perlu dibantu
Warna
1
0
2
1
0
merah muda
pucat
sianosis
Tekana Darah
berubah 20-30%
Kesadaran
benar-benar sadar
bereaksi
tak bereaksi
3.3. Komplikasi
1
0
2
1
0
2
1
0