Professional Documents
Culture Documents
Kompetensi Dasar
Menjelaskan obat-obat sistem saraf
pusat (SSP) dan otonom (SSO).
Indikator
1.
2.
3.
4.
5.
Materi Pembelajaran
A. Pendahuluan: Sistem Koordinasi
B. Obat-obat Sistem Saraf Pusat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Analgetika
a. Analgetika Nonnarkotika
b. Anti Inflamasi Non Steroid (NSAID)
c. Analgetika Narkotika
Anestetika
a. Anestetika Umum
b. Anestetika Lokal
Antiemetika
Antiepilepsi
Psikofarmaka
Hipnotika Sedativa
Antiparkinson
Nootropik/Neurotropik
Tinjauan
Terjadinya penyakit (patofisiologi)
Gejala penyakit
Pengelompokan penyakit
Pengelompokan obat
Mekanisme kerja (MK) obat
Indikasi (I), kontraindikasi (KI), dan efek samping
(ES) obat
Nama generik dan nama dagang obat
SISTEM KOORDINASI
Koordinasi = pengaturan
Tdd sistem saraf & sistem hormon
Sistem saraf: kerja cepat, pengaturan oleh
benang-benang saraf
Sistem hormon: kerja lambat, lebih teratur, jangka
waktu lama.
Penerusan Impuls
Susunan saraf motoris mengatur otototot lurik dengan impuls listrik
(rangsangan) yg secara langsung
dikirim dari SSP melalui saraf motoris
ke otot tsb.
Penerusan Impuls
Pada susunan saraf otonom impuls disalurkan
ke organ tujuan (efektor, organ ujung)
secara tak langsung.
Saraf otonom di beberapa tempat terkumpul
di sel-sel ganglion, dimana terdapat sinaps
(yaitu sela di antara dua neuron).
Neuron preganglioner: saraf yg meneruskan
impuls dari SSP ke ganglia
Neuron postganglioner: saraf antara ganglia
dan organ ujung
Penerusan Impuls
Impuls dari SSP dalam sinaps dialihkan dari
satu neuron ke neuron yg lain secara kimiawi
melalui neurotransmitter (neurohormon).
Bila dalam suatu neuron impuls sampai di
sinaps, maka pada saat iut juga neuron
tersebut membebaskan suatu neurohormon
di ujungnya, yg melintasi sinaps dan
merangsang neuron berikutnya.
Pada sinaps ygn berikut dibebaskan pula
neurohormon dst hingga impuls sampai di
organ efektor.
Penerusan Impuls
Saraf kolinergik
Semua neuron preganglioner, baik dari
saraf simpatik dan saraf parasimpatik
menghasilkan neurohormon asetilkolin
(ACh), begitu pula neuron postganglioner
dari saraf parasimpatik.
ACh juga merupakan transmiter untuk
saraf motoris pada penerusan impuls ke
otot-otot lurik.
Penerusan Impuls
Saraf adrenergik
Sebaliknya, neuron postganglioner dari
saraf simpatik meneruskan impuls dari SSP
dengan melepaskan neurohormon adrenalin
dan atau noradrenalin (NA) pada ujungnya.
Adrenalin juga dihasilkan oleh bagian dalam
anak ginjal.
Metabolisme Neurohormon
Guna menghindari kumulasi neurohormon dan
terangsannya saraf secara kontinu, maka terdapat
suatu mekanisme inaktivasi.
Setelah meneruskan impuls, neurotransmiter diuraikan
oleh enzim yang terdapat dalam darah dan jaringan.
Ach diuraikan oleh enzim kolinesterase
NA dalam darah mengalami demetilasi oleh
metiltransferase dan deaminasi oleh monoamin
oksidase (MAO) dalam hati serta di ujung neuron
(setlah diresorpsi kembali).
Enzim MAO juga menguraikan neurohormon lain yg
aktif di dalam SSP (serotonin dan dopamin)
Obat-obat Otonom
Obat-obat otonom adalah obat-obat yg dapat
mempengaruhi penerusan impuls dalam SSO
dengan jalan mengganggu sintesis,
penimbunan, pembebasan, atau penguraian
neurotransmiter atau mempengaruhi kerjanya
atas reseptor khusus.
Akibatnya adalah dipengaruhinya fungsi otot
polos dan organ, jantung, dan kelenjar.
Obat-obat Otonom
Menurut khasiatnya, obat otonom dapat digolongkan
sbb:
1. Obat yang bekerja terhadap saraf simpatis,
yaitu:
a. Simpatomimetika (adrenergika), obat yang
meniru efek dan perangsangan saraf simpatis
oleh noradrenalin.
Contoh: efedrin, isoprenalin, amfetamin.
b. Simpatolitika (adrenolitika), obat yang meniru
efek bila saraf simpatis ditekan atau melawan
efek adrenergik.
Contoh: alkaloid sekale dan propranolol.
Obat-obat Otonom
2.
Obat-obat Otonom
3. Obat perintang ganglion, yang merintangi
penerusan impuls dalam sel-sel ganglion
simpatik dan parasimpatik. Contoh: senyawa
amonium kuarterner.
Simpatomimetika/Adrenergika
Obat yang meniru efek dan perangsangan
saraf simpatis oleh noradrenalin.
Saraf simpatis berfungsi meningkatkan
penggunaan zat oleh tubuh. Organisme
disiapkan agar dgn cepat menghasilkan banyak
energi untuk suatu reaksi fight, fright, flight
(berkelahi, merasa takut, melarikan diri).
Simpatomimetika/Adrenergika
Berdasarkan titik kerjanya pada sel-sel efektor dari organ ujung,
adrenergika dibagi menjadi:
adrenergik yg bekerja pada reseptor alfa
adrenergik yg bekerja pada reseptor beta
Reseptor alfa lebih peka terhadap adrenalin.
Reseptor beta lebih peka terhadap isoprenalin.
Berdasarkan efek fisiologinya, reseptor dapat dibedakan menjadi:
Alfa-1
Alfa-2
Beta-1
Beta-2
Simpatomimetika/Adrenergika
- Alfa-1
menimbulkan vasokontriksi dari otot polos dan
menstimulasi sel-sel kelenjar dgn efek
bertambahnya sekresi ludah dan keringat.
- Alfa-2
menghambat pelepasan NA pada saraf-saraf
adrenergis dgn efek turunannya tekanan darah.
- Beta-1
memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung
- Beta-2
bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen
dan lemak
Simpatomimetika/Adrenergika
Lokasi reseptor
- Alfa-1 dan beta-1: postsinaps
- Alfa-2 dan beta-2: presinaps dan
ekstrasinaps, al di kulit otak, rahim,
keping darah.
Bila di suatu organ terdapat kedua jenis reseptor, maka
responsnya terhadap stimulasi oleh katekolamin (adrenalin, NA,
dopamin, serotonin) agak tergantung dari pembagian dan jumlah
reseptor alfa dan reseptor beta di jaringan tsb.
Contoh:
bronchi (banyak reseptor beta-2) >> NA hanya berefek
ringan sedangkan adrenalin dan isoprenalin menimbulkan
bronkodilatasi kuat.
Simpatomimetika/Adrenergika
otot polos dinding pembuluh (banyak
reseptor alfa dan beta) >> sedikit NA sudah
merangsang reseptor beta-2 dgn efek
vasodilatasi sedangkan lebih banyak NA
diperlukan untuk
merangsang reseptor alfa
dengan efek vasokonstriksi.