You are on page 1of 3

Judul : Randomized Controlled Trial and Meta-anlysis of Oral Decontamination

with 2% Chlorhexidine Solution for the Prevention of Ventilator Associated


Pneumonia.
Tujuan : untuk mengetahui keefktivan dekontaminasu oral menggunakan 2%
chlorfexidine untuk mencegah VAP (Ventilator Associated Pneumonia)
Metode : Randomized controlled trial dan Meta analisis
Setting : Penelitian dilakukan di RS Siriraj Thailand, bulan januari 2006 Maret
2007
Responden : terdiri dari 207 pasien, yang dibagi menjadi 2 kelompok. Grup
chlorhexidine sebanyak 102 orang dan grup Saline ada 105 orang.
Kriteria inklusi :
Pasien berusia minimal 18 tahun
Pasien dirawat di ICU maupun bangsal biasa yang terpasang ventilator
Kriteria eksklusi :
Pasien yang telah didiagnosa pneumonia saat penelitian berlangsung
Pasien yang memiliki alergi terhadap chlorhexidine
Pendahuluan :
Penumonias yang terjadi akibat dari oenggunaan ventilator disebut
VAP(ventilator Associated Pneumonia). Dimana VAP ini mengakibatkan
peningkatan LOS(lenght of stay), pembiayaan dan tingkat kematian). Di RS Siriraj
Thailand, angka kejadian VAP mencapai 14 kasus / 1000 ventilator dan 90% nya
dikarenakan basil gram negatif. Karena dampak negatif tersbut, maka perlu
dilakukan dekontaminasi oral menggunakan antibiotik dan/ antiseptik untuk
mencegah terjadinya VAP.
Karakteristik responden :

Kelompok Chlorhexidine maupun saline diberikan terapi dekontaminasi oral yaitu


oral care sebanyak 4x.hari, oral care tersebut meliputi :
1. Menggosok gigi
2. Suction oral sekret
3. Mengolesi mukosa oropharyngeal dengan 15ml (2% chlorhexidine) untuk
kelompok chlorhexidine, dan mengolesi dengan saline(pada kelompok
saline)
Oral care ini dilakukan terus menerus hingga pasien tersebut diextubasi.
Diagnosis VAP ditegakkan jika pasien tersebut terlihat meimiliki infiltrat yang
baru, persisten, progresif saat dilakukan radiografi dada dengan diikuti 3 dari 4
kriteria berikut :
1. Suhu tubuh lebih dari 38C atau kurang dari 35C
2. Leukositosis (lebih dari 10.000/mm3 atau leukopenia(kurang dari 3000
mm3)
3. Terdapat aspirasi trakea yang purulen, dan/atau
4. pasien dinyatakan positif terdapat bakteri patogen saat dilakukan kultur
sampel produk aspirasi trakea
swab oropharyngeal dilakukan segera setalah pasien dilakukan pemasangan
ventilator, 3 hari setelah intubasi, 7 hari setelah intubasi, dan setiap 7hari sekali
hingga pasien diextubasi.
Hasil :

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada kelompok yang menerima oral care
menggunakan chlorhexidine, kasus terjadinya VAP lebih sedikit yaitu 5 orang dari
102 orang, sedangkan pada kelompok saline terjadi lebih banyak yaitu 12 kasus
dari 105 orang, tidak berbeda signifikan.
Angka rerata kasus VAP per 1000 penggunaan ventilator pada kelompok
chlorhexidine sebanyak 7 orang dan kelompok saline juga lebih banyak, yaitu
sebesar 21 orang, terdapat perbedaan signifikan.
Dari keseluruhan pasien yang terkena VAP, dikarenakan adanya basil gram
negatif.
Namun jika dilihat dari adanya iritasi pada membran mukosa, kelompok
chlorhexidine (10 kasus)memiliki kasus yang lebih banyak dibanding kelompok
saline (1 orang), terdapat perbedaan signifikan.
Observasi terhadap kolonisasi oropharyngeal didapatkan data bahwa basil
gram negatif sudah ada semenjak awal penelitian pada 63 orang pada kelompok
chlorhexidine dan 71 orang pada kelompok saline. 12 dari 63 orang pada

kelompok chlorhexidine dan 0 orang pada kelompok saline sudah tidak terdapat
kolonisasi bakteri dimana sebelumnya terdapat kolonisasi.15 orang dari 39 orang
pada kelompok chlorhexidine dan 28 orang dari 34 orang di kelompok saline
dinyatakan baru saja terjadi terdapat kolonisasi basil gram negatif. 21 orang dari
39 orang pada kelompok chlorhexidine dan 3 orang dari 34 orang di kelompok
saline dinyatakan tidak terdapat basil gram negatif saat dilakukan oropharyngeal
swab. Jumlah basil gram negatif meningkat saat dilakukan oropharyngeal swab
yaitu 9 dari 63 orang di kelompok chlorhexidine dan 36 dari 71 di kelompok
saline, sedangkan jumlah gram ngetif berkurang pada 27 dari 63 orang di
kelompok chlorhexidine dan 10 dari 71 irang di kelompoknsaline. Tingkat
mortalitas tidak jauh berbeda, 36 dari 102 di kelompok chlorhexidine dan 37 dari
105 orang di kelompok saline.
Diskusi
Chlorhexidine merupakan antiseptik spektrum luas untuk bakteri gram
negatif maupun positif, chlorhexidine dapar efektif bekerja 6 jam setelah
pemberiannya. Chlorhexidine sudah digunakan sebagai oral care untuk
pengobatan dokter gigi dan terbukti dapat mencegah terjadinya infeksi, namun
chlorhexidine ini belum terbukti efektif untuk mencegah pneumonia, menurut
penelitian serupa pada tahun 2006. Pada penelitian ini pun kelompok
chlorhexidine memang lebih sedikit yang mengalami VAP dibanding kelompok
saline, namun hal ini tidak berbeda secara signifikan. Oleh karena itu, peneliti
memiliki hipotesis bahwa saat melakukan dekontaminasi oral menggunakan
chlorhexidine mungkin dibutuhkan kadar chlorhexidine yang lebih besar (lebih
dari 2%).
Sedangkan untuk tingkat iritasi membran mukosa pada
kelompokchlorhexidine memiliki kasus yang lebih banyak, peneliti berasumsi hal
ini kemungkinan dikarenakan saat mengolesi membran oropharyngeal
menggunakan kassa yang diberi 2% chlorhexidine, tenaga kesehatan terlalu
menggosoknya dengan keras, sehingga diharapkan selanjutnya saat mengolesi
dengna chlorhexidine dapat dilakukan dengan hati-hati.

You might also like