Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
KURNIA WIJAYANTI
G6B 008 024
BAB I
PENDAHULUAN
A. TOPIK INQUIRY
Demam tifoid atau dikenal sebagai tifus haruslah diwaspadai. Di
Indonesia, penyakit ini bersifat endemik. Angka kejadian termasuk tertinggi
di dunia, yaitu 358-810 per 100.000 penduduk per tahun dengan angka
kematian 2,5-6 persen. Hal itu mengemuka dalam simposium "Demam
Tifoid: Salah Satu Masalah Kesehatan Anak di Indonesia" yang
diselenggarakan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Jakarta, akhir
pekan lalu.
Menurut dr Narain HP SpA dari US Namru II Jakarta yang juga Ketua
Unit Kerja Infeksi IDAI Jaya, 80-90 persen penderita penyakit adalah anak
usia dua tahun sampai 19 tahun. Gejalanya demam, perasaan lemah, sakit
kepala, nafsu makan kurang, sakit perut, dan gangguan buang air besar. Jika
diperiksa tampak lidah kotor (berwarna putih), nyeri pada perut saat ditekan,
pembesaran hati dan limpa, denyut jantung berkurang dan terdapat gangguan
kesadaran.
Gejala demam tifoid pada anak bervariasi, namun secara garis besar
terdiri dari demam satu minggu atau lebih, terdapat gangguan saluran
pencernaan. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit
infeksi akut pada umumnya, seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual,
muntah, diare/konstipasi. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu
badan yang meningkat.
Pada minggu kedua tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam
remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung bisa disertai
gangguan kesadaran dari ringan sampai berat. Masa inkubasi demam tifoid
berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah
dan strain kuman yang tertelan. Setelah masa inkubasi penderita mulai
menunjukkan gejala klinis. Onset penyakit berjalan secara perlahan tetapi
bisa juga timbul secara tiba-tiba. Demam makin lama makin tinggi tetapi bisa
juga remiten atau menetap. Pada awalnya suhu meningkat secara bertahap
menyerupai anak tangga selama 2-7 hari, lebih tinggi pada sore dan malam
hari. Akan tetapi demam bisa pula mendadak tinggi.
Setelah suhu mencapai sekitar 400C kemudian akan menetap selama
minggu kedua, mulai menurun tajam pada minggu ketiga dan mencapai
normal kembali pada minggu keempat. Sehingga penatalaksanaan awal
adalah dengan cara menurunkan suhu tubuh anak sangat penting.
Hal itu dikuatkan oleh dr Soedjatmiko SpA dari Subbagian Tumbuh
Kembang Pediatri Sosial, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Dia
menambahkan, penderita yang telah sembuh, 15 persen bisa kambuh lagi.
Yang sembuh, 1-4 persen di antaranya tetap membawa kuman dalam
tubuhnya (carrier).
B. MASALAH
Terdapatnya demam yang umumnya naik selama satu minggu pertama,
demam terutama pada sore dan malam hari (bersifat febris remitent)
C. TUJUAN
Tujuan umum:
Dengan berakhirnya PBK di ruang Anak RSDK, diharapkan saya mampu
dalam mengelola demam
tifoid.
Tujuan khusus:
Dengan berakhirnya PBK di ruang Anak RSDK, diharapkan saya mampu:
1.
2.
3.
4.
II. BAB II
III. SUMBER PEMBELAJARAN
Sumber pembelajaran dari kontrak belajar ini adalah :
A. Studi pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Soegeng
Soegijanto.
2002.
Ilmu
Penyakit
Anak,
Diagnosa
dan
9.
10.
11.
. www.keperawatan-gun.blogspot.com/2008/06. Diakses
tanggal 13 Junuari 2009
12.
13.
Expert
Expert adalah para ahli, dalam hal ini bisa dokter spesialis anak, ahli gizi,
perawat senior, atau ahli-ahli lain yang berkompetensi dalam hal tifus
abdominalis
IV. BAB III
V. STRATEGI PEMBELAJARAN
Dalam pembelajaran klinik ini strategi yang akan saya gunakan antara lain :
1. Melaksanakan studi pustaka
Yaitu dengan cara kita belajar dari literatur-literatur yang berkaitan dengan
kasus tifus abdominalis, yang dapat menunjang pencapaian tujuan dari kontrak
belajar
2. Browsing internet tentang demam tifoid
3. Merawat dan observasi
Dengan cara merawat dan observasi secara langsung pada anak dengan tifus
abdominalis untuk mendapatkan data empiris berkaitan dengan
penatalaksanaan
4. Pasien anak yang mengalami demam pada tifoid
5. Melakukan studi expert
6. Diskusi dengan expert ini dilakukan dalam rangka membahas mengenai demam
pada tipoid dan penatalaksanaan keperawatan yang diberikan.
BAB IV
VI.
A. Studi pustaka
ANOTATED BIBLIOGRAPHY
Soegijanto.
2002.
Ilmu
Penyakit
Anak,
Diagnosa
dan
11.
. www.keperawatan-gun.blogspot.com/2008/06. Diakses
tanggal 16 Agustus 2008
B. Isi/spesifikasi
1. Berisi tentang mekanisme demam pada tipoid
2. Berisi tentang pemantauan demam pada tipoid
3. Berisi tentang cara menurunkan suhu pada tipoid secara farmakologis dan
non-farmakologis.
BAB V
PENCAPAIAN TUJUAN
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah saya rencanakan, maka ada
beberapa kegiatan yang akan saya lakukan antara lain :
1. Menyusun kontrak belajar yang sebelumnya dikonsultasikan kepada
pembimbing.
2. Mengidentifikasi kasus yang sesuai dengan kontrak belajar untuk dijadikan
kasus kelolaan dan merumuskan masalah terdapatnya demam remitent pada
penderita tifoid sehingga ditetapkan tujuan untuk mengatasi thermoregulasi
dalam batas normal
3. Mengelola kasus atas seijin pembimbing.
4. Mendiskusikan kasus dengan clinical expert.
5. Menyusun laporan pelaksanaan kasus kelolaan.
6. Membuat analisa hasil
7. Mencari literatur (studi pustaka) untuk mendapatkan sumber pembelajaran
yang mengarahkan dalam penanganan demam tifoid
8. Menyusun laporan dan analisa pembahasan tentang penatalaksanaan demam
tifoid
IX.
X.
BAB VI
PENILAIAN
Saya akan melakukan kontrak belajar ini selama 12 hari PBK di ruang anak RSDK
dengan justifikasi :
1. Nilai A bila saya mampu mencapai 80 % dengan kriteria 3 dari 4 tujuan
khusus tercapai terutama tujuan nomor 4.
2. Nilai B bila saya mampu mencapai 60 % dengan kriteria 3 dari 4 tujuan
khusus tercapai terutama tujuan nomor 4.