You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN DEPARTEMEN SURGIKAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners DepartemenSurgikal di


Ruang OK Sentral, Rumah Sakit Tentara Tk. II Dr. Soepraoen

CARSINOMA MAMAE (KANKER PAYUDARA)

Oleh :
Desak Gede Prema Wahini
NIM. 105070201131010

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014

A.

Definisi
Ca mamae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang

menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara. Ca mamae merupakan
tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara dan dapat tumbuh di dalam kelenjar
susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara.
B.

Etiologi
Menurut Brunner dan Suddarth (2002), tidak ada satupun penyebab spesifik dari ca

mamae, sebaliknya serangkaian faktor genetic, hormonal dan kemungkinan kejadian


lingkungan dapat menunjang kanker ini. Sedangkan menurut Moningkey dan Kodim, penyebab
spesifik dari ca mamae masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya ca mamae.
C.

Faktor Resiko
Faktor resiko pada ca mamae dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: faktor yang

dapat diubah seperti riwayat kehamilan, riwayat menyusui, oral kontrasepsi, hormonal
replacement, alkohol, obesitas dan trauma. Sedangkan faktor yang tidak dapat diubah antara
lain: riwayat keluarga yang menderita kanker, genetic, status menstruasi (menarche dan
menopause), riwayat tumor jinak dan kanker sebelumnya, tidak menikah, tidak pernah
melahirkan anak.
Sedangkan menurut Brunner dan Suddarth, faktor-faktor resiko ca mamae yaitu :
1. Riwayat pribadi tentang ca mamae. Risiko mengalami ca mamae pada payudara
sebelahnya meningkat hampir 1% setiap tahun.
2. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung) dari
wanita dengan ca mamae. Sekitar 5 hingga 10% ca mamae berkaitan dengan
mutasi herediter spesifik. Perempuan lebih besar kemungkinannya membawa gen
kerentanan kanker payudara jika mereka mengidap kanker payudara sebelum
menopause, mengidap ca mamae bilateral, mengidap kanker terkait lain (missal,
kanker ovarium) memiliki riwayat keluarga yang signifikan (yaitu banyak anggota
keluarga terjangkit sebelum menopause) atau berasal dari kelompok etnik tertentu.
3. Menarche dini. Risiko ca mamae meningkat pada wanita yang mengalami
menstruasi sebelum usia 12 tahun. Keadaan ini berarti peredaran hormon sudah
dimulai pada umur yang muda dan menyebabkan peningkatan pertukaran zat
hormon.
4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang
mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai risiko 2 kali lipat untuk
mengalami ca mamae dibanding dengan wanita yang mempunyai anak pertama
mereka pada usia sebelum 20 tahun.

5. Tidak pernah menyusui. Pada perempuan yang tidak pernah menyusui, kelenjar
susu tidak pernah dirangsang untuk mengeluarkan air susu sehingga dapat
dikatakan bahwa pemberian ASI pada anak selama mungkin dapat mengurangi
risiko ca mamae.
6. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan risiko
untuk mengalami ca mamae. Keadaan ini disebabkan karena hormone akan
berlangsung dalam jangka waktu yang lama, kelenjar susu akan berada di bawah
pengaruh hormone lebih lama.
7. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai
peubahan epitel proliperatif mempunyai risiko dua kali lipat untuk mengalami ca
mamae; wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai risiko empat kali lipat untuk
mengalami penyakit ini. Lesi jinak payudara mempunyai risiko mejadi kanker ganas
dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : tidak berisiko (non-proliferatif) yaitu kista,
fibroadenoma. Risiko kecil (proliferative tanpa atypa) yaitu florid hyperplasia,
papiloma intraduktal dan adenosis sklerosing. Risiko sedang (atypical hyperplasia)
yaitu atypical duct hyperplasia, atypical lobus hyperplasia.
8. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30
tahun berisiko hampir dua kali lipat.
9. Obesitas. Wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyai angka kematian
lebih tinggi yang paling sering berhubungan dengan diagnosis yang terlambat.
Selain itu korelasi makanan berlemak dengan ca mamae itu antara lain dibuktikan
oleh tingginya kadar estrogen yang juga diproduksi dalam makanan tinggi lemak.
Diketahui hormone estrogen yang juga diproduksi dalam ovarium ini karena sesuatu
hal dapat menimbulkan efek karsinogenik.
10. Pemakaian kontrasepsi oral secara terus menerus lebih dari 7 tahun meningkatkan
risiko terjadinya ca mamae.
11. Trauma terus menerus. Pemakaian bra atau kutang yang terlalu ketat dan menekan
jaringan payudara terus menerus dalam waktu lama merupakan salah satu risiko ca
mamae.
12. Alkohol. Sedikit peningkatan resiko ditemukan pada wanita yang mengkonsumsi
alkohol bahkan hanya dengan sekali minum dalam sehari. Risikonya dua kali lipat
diantara wanita yang minum alkohol tiga kali sehari.
13. Faktor usia. Pentingnya faktor usia sebagai faktor risiko diperkuat oleh data bahwa
78% ca mamae terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun.

D.

Patofisiologi

E.

Pathway

F.

Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala ca mamae, yaitu :
1. Benjolan pada payudara. Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada
payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada
kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada putting susu.
2. Erosi atau eksema putting susu. Kulit atau putting susu tadi menjadi tertarik ke
dalam (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi
edema hingga kulit kelihatan seperti jeruk, mengkerut atau timbul borok. Borok itu
makin lama makin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan payudara,
sering berbau busuk dan mudah berdarah.
3. Perdarahan pada putting susu.
4. Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah besar, sudah
timbul borok atau kalau sudah ada metastase ke tulang-tulang.

5. Kemudian timbul pembeasran kelenjar getah bening ketiak, bengkak pada lengan
dan penyebaran kanker di seluruh tubuh.
G.

Pemeriksaan Diagnostik
Terdapat berbagai macam cara untuk mendiagnosa kanker payudara dan untuk

menentukan apakah suda ada metastasis ke organ lain. Beberapa tes juga berguna untuk
menentukan pengobatan yang paling efektif untuk pasien. Kebanyakan pada tipe kanker, biopsi
(mengambil sedikit jaringan untuk diteliti dibawah mikroskop, dilakukan oleh ahli patologi)
adalah jalan satu-satunya untuk menentukan secara pasti diagnosis kanker. Apabila biopsy
tidak mungkin dilakukan, dokter akan mengusulkan tes lain untuk membantu diagnosa. Test
Imaging bisa digunakan untuk menemukan apakah telah terjadi metastasis. Dokter akan
mempertimbangkan faktor-faktor di bawah ini, ketika memutuskan tes diagnostic :

Usia dan kondisi medis pasien

Tipe kanker

Beratnya gejala

Hasil tes sebelumnya

Tes diagnosa kanker payudara biasanya dimulai apabila wanita atau dokter menemukan
suatu massa atau pengerasan yang tidak normal (suatu titik kecil dari kalsium, biasanya dilihat
pada saat X-ray), pada screening mammogram. Atau bisa juga suatu yang tidak normal di
payudara wanita ditemukan pada pemeriksaan klinis atau pemeriksaan sendiri. Beberapa tes
mungkin dilakukan untuk memastikan diagnosa dari kanker payudara. Tidak pada semua orang
akan dilakukan seluruh test dibawah ini :
1. Imaging Test
a. Diagnostic mammography
Sama dengan screening mammography hanya pada test ini lebih banyak
gambar yang bisa diambil. Biasanya digunakan pada wanita dengan tanda-tanda,
diantaranya puting mengeluarkan cairan atau ada banjo;an baru. Diagnostic
mammography bisa juga digunakan apabila sesuatu yang mencurigakan ditemukan
pada saat screening mammogram.
b. Ultrasound (USG)
Suatu pemeriksaan ultrasound adalah menggunakan gelombang bunyi dengan
frekuensi tinggi untuk mendapatkan gambaran jaringan pada payudara. Gelombang
bunyi yang tinggi ini bisa membedakan suatu masa yang padat, yang kemungkinan
kanker, dan kista yang berisi cairan, yang kemungkinannya bukan kanker.
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan magnetic, bukan X-ray, untuk memproduksi gambaran detail
dari tubuh. Apabila seorang wanita telah didiagnosa mempunyai kanker maka untuk
memeriksa payudara lainnya dapat digunakan MRI. Tetapi ini tidaklah mutlak karena

dapat digunakan untuk screening saja. Menurut American Cancer Society (ACS),
wanita yang mempunyai resiko tinggi terkena kanker payudara, seperti pada wanita
dengan mutasi gen BRCA atau banyak anggota keluarganya terkena kanker
payudara, sebaliknya juga mendapatkan MRI, bersamaan dengan mammografi. MRI
biasanya lebih baik dalam melihat suatu kumpulan masa yang kecil pada payudara
yang mungkin tidak terlihbat pada saat USG atau mammogram. Khususnya pada
wanita yang mempunyai jaringan payudara yang padat.
Kelemahan MRI juga ada, kadang jaringan pada yang terlihat pada saat MRI
bukan kanker, atau bahkan MRI tidak dapat menunjukkan suatu jaringan yang padat
itu sebagai in situ breast cancer maka untuk memastikan lagi harus dilakukan biopsi.
2. Tes Dengan Bedah
a. Biopsi
Suatu tes bisa saja menunjukkan kemungkinan adanya kanker tapi hanya biopsi
yang bisa memberikan diagnosis secara pasti. Sampel yang diambil dari biopsy,
dianalisa oleh ahli patologi (dokter spesialis yang ahli dalam menterjemahkan tes-tes
laboratorium dan mengevaluasi sel, jaringan, dan organ untuk menentukan
penyakit).
b. Image guided biopsy
Digunakan ketika suatu benjolan yang mencurigkan tidak teraba. Itu dapat
dilakukan dengan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB, menggunakan jarum kecil
untuk mengambil sampel jaringan). Stereotactic Core Biopsy (menggunakan X-ray
untuk menentukan jaringan yang akan diambil) atau Vacuum Assisted Biopsy
(menggunakan jarum yang tebal untuk mengambil beberapa macam jaringan inti
yang luas). Dalam melakukan prosedur ini, jarum biopsy untuk menuju area yang
dimaksud, dibantu oleh mammografi. USG atau MRI. Metal klip kecil dapat
diletakkan pada bagian dari payudara yang akan dilakukan biopsy. Dalam kasus ini
apabila jaringan itu membuktikan adanya kanker, maka segera diadakan operasi
tambahan. Keuntungan teknik ini adalah bahwa pasien hanya butuh sekali operasi
untuk menentukkan pengobatan dan menentukkan stadium.
c. Core Biopsy dapat menentukkan jaringan FNAB dapat menentukkan sel dari
suatu masa yang berada dan ini semua kemudian dapat dianalisa untuk
menentukkan adanya sel kanker.

d. Surgical Biopsy (biopsi dengan cara operasi) mengambil sejumlah besar


jaringan. Biopsy ini biasa incisional (mengambil sebagain dari benjolan) atau
excisional (mengambil seluruh benjolan).
Apabila

didiagnosa

kanker, operasi lanjutan

mungkin diperlukan untuk

mendapatkan clear margin area (area jaringan disekitar tumor dimana dipastikan

sudah bersih dari sel kanker) kemungkinan, sekalian mengambil jaringan kelenjar
getah bening. Jaringan yang didapat dari biopsy juga akan dites oleh dokter untuk
menentukan pengobatan. Tes itu untuk melihat :

Ciri-ciri tumor. Apakah tumor itu invasif (biasanya menyebar) atau in situ
(biasanya tidak menyebar). Ductal (dalam saluran susu) atau lobular (dalam
kelenjar susu) Grade (seberapa besar perbedaan kanker itu dari sel sehat)
dan apakah sel kanker telah menjalar ke pembuluh darah atau pembulu
getah bening. Margin dari tumor juga diamati.

Receptor Estrogen (ER) dan Receptor Progestron (PR) tes. Apabila diketahui
positif mengandung receptor ini [ER (+) dan PR (+)], kanker ini
berkembangnya karena hormon-hormon tersebut. Biasanya diadakan terapi
hormon.

Tes HER2 neu. (C-erb2). Adanya protein HER2 yang berlebihan. Rata-rata
pada 25% penderita kanker. Dengan mengetahui status HER2 (positif atau
negatif), maka dapat ditentukan apakah pasien akan diterapi dengan
menggunakan obat yang disebut trastuzumab (HERCEPTIN) atau tidak.

Genetic Desription of the Tumor. Tes dengan melihat unsur biologi dari tumor,
untuk memahami lebih dalam mengenai kanker payudara. Oncotype DX
adalah tes untuk mengukur resiko seberapa jauh kekambuhannya.

3. Tes Darah
Tes darah juga diperlukan untuk lebih mendalami kondisi kanker. Tes-tes itu antara
lain :

Level Hemoglobin (HB) : untuk mengtahui jumlah oksigen yang ada di dalam
sel darah merah

Level Hematokrit : untuk mengetahui persentase dari darah merah didalam


seluruh badan

Jumlah dari sel dari putih : untuk membantu melawan infeksi

Jumlah trombosit : untuk membantu pembekuan darah

Differential : persentase dari beberapa sel darah putih.

4. Jumlah Alkaline Phospathase


Jumlah enzim yang tinggi bisa mengindikasikan penyebaran kanker ke hati, saluran
empedu dan tulang.
5. SGOT dan SGPT
Tes ini untuk mengevaluasi fungsi hati. Angka yang tinggi dari salah satu tes ini
mengindikasikan adanya kerusakan pada hati, bisa jadi suatu sinyal adanya
penyebaran ke hati.

6. Tumor Marker Test


Untuk melihat apakah ada suatu jenis zat kimia yang ditemukan pada darah, urin
atau jaringan tubuh. Dengan adanya jumlah tumor marker yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah dari nilai normalnya, mengindikasikan adanya suatu proses yang tidak
normal di dalam tubuh akibat kanker. Pada kanker payudara tumor marker yang
biasanya dilakukan adalah CA 15.3 dengan mengambil sampel darah. Pada standar
PRODIA tumor marker tidak boleh melebihi angka 30.
7. Tes-Tes Lain
Tes-tes lain yang biasa dilakukan untuk kanker payudara adalah :

Photo Thorax untuk mengetahui apakah sudah ada penyebaran ke paru-paru

Bonescan untuk mengetahui apakah kanker sudah menyebar ke tulang.


Pasien disuntikan radioactive tracer pada pembuluh vena yang akan
berkumpul di tulang yang menujukkan kelainan karena kanker. Jarang antara
suntikan dan pelaksanaan bonescan kira-kira 3-4 jam. Selama itu pasien
dianjurkan minum sebanyak-banyak. Hasil yang terlihat adalah gambar
penampang tulang lengkap dari depan dan belakang. Tulang yang
menunjukkan kelainan akan melihat warnya lebih gelap dari tulang normal.

Computed Tomography (CT atau CAT) Scan. Untuk melihat secara detail
letak tumor. Pasien juga disuntik radioactive tracer pada pembuluh vena,
tetapi volumenya lebih banyak sehingga sebenarnya sama benar dengan
infus. Setelah disuntik CT-Scan dapat segera dilakukan.CT-scan akan
membuat gambar tiga dimensi bagian dalam tubuh yang diambil dari
berbagai sudut. Hasilnya akan terlihat gambar potongan melintang bagian
dari tubuh yang di scan 3 dimensi.

Positron Emission Tomograpy (PET) Scan. Untuk melihat apakah kanker


sudah menyebar. Dalam PET scan, cairan glukosa yang mengandung
radioaktif disuntikan pada pasien. Sel kanker akan menyerap lebih cepat
cairan glukosa tersebut dibandingkan sel normal. Sehingga akan terlihat
warna kontras pada PET scan. PET scan biasanya digunakan sebagai
pelengkap data dari hasil CT scan, MRI, dan pemeriksaan secara fisik.

H.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkain pengobatan meliputi

pembedahaan, kemoterapi, terapi radiasi, dan yang terbaru adalah terapi imunologi (antibodi).
Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi perkembangan penyakit
serta menghilangkan gejala-gejalanya. Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi
dilakukan secara individual.

1. Pembedahaan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur pembedahan
yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit,
jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Ahli bedah dapat
mengangkat

tumor

(lumpectomy),

mengangkat

sebagaian

payudara

yang

mengandung sel kanker atau pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk


meningkatan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan
seperti radiasi, hormone, atau kemoterapi.
2. Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh
sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
3. Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka horman dan
dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium
akhir.
4. Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit
(tidak dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi dapat digunakan secara
tunggal atau dikombinasikan. Salah satu diantaranya Capecitabine dari Roche, obat
anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga
hanya menyerang sel kanker saja.
5. Terapi Imunologi
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan
atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi
yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat
pertumbuhan tumor, dapat menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani
tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab.
6. Mengobati Pasien Pada Tahap Akhir Penyakit
Banyak obat anti kanker yang telah diteliti untuk membantu 50% pasien yang
mengalami kanker tahap akhir dengan tujuan memperbaiki harapan. Meskipun
demikian, hanya sedikit yang terbukti mampu memperpanjang hidup pada pasien,
diantaranya adalah kombinasi trastuzumab dengan capecitabine. Fokus terapi pada
kanker tahap akhir bersifat paliatif (mengurangi rasa sakit). Dokter berupaya untuk
memperpanjang serta memperbaiki kualitas hidup pasien melalui terapi hormon,
terapi radiasi, dan kemoterapi. Pada pasien kanker payudara dengan HER2 positif,
trastuzumab memberikan harapan untuk pengobatan kanker payudara yang dipicu
oleh HER2.

I.

Asuhan Keperawatan

You might also like