You are on page 1of 7

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI)


Stase Kebutuhan Dasar Manusia
RS PKU Muhammadiyah Gamping
Yogyakarta

Disusun oleh:
Iwan Toniro
2014-403-1-063

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

A. Konsep Dasar
1. Definisi.
a. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang
untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses
penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan.
Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu
penyakit manapun (Smeltzer, 2001)
b. Menurut Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut
pernah mengalaminya.
c. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat
akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. (Judith M. Wilkinson
2002)
d. Menurut Keperawatan, nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan
individu yang mengalaminya, yang ada kapan pun individu mengatakannya.
e. Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan kerusakan
jaringan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
2.

Istilah dalam nyeri


a. Nosiseptor adalah serabut saraf yang mentransmisikan nyeri.
b. Non-nosiseptor adalah serabut saraf yang biasanya tidak mentransmisikan nyeri.
c. Sistem nosiseptif adalah sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi terhadap
nyeri.
d. Ambang nyeri adalah stimulus yang paling kecil yang akan menimbulkan nyeri.
e. Toleransi nyeri adalah intensitas maksimum atau durasi nyeri yang dapat ditahan oleh
individu.

3. Fisiologis nyeri
Untuk memudahkan dalam memahami nyeri, maka perlu mempelajari 3
komponen fisiologi nyeri, antara lain:
a. Resepsi : Proses perjalanan nyeri.
b. Persepsi : Kesadaran seseorang terhadap nyeri.
Adanya stimuli yang mengenai tubuh ( mekanik, termal, kimia ) akan menyebabkan
pelepasan substansi kimia ( histamine, bradikinin, kalium ). Substansi tersebut
menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri maka
akan timbul impuls saraf yang akan dibawa menghantarkan sensasi berupa sentuhan,
getaran, suhu hangat dan tekanan halus. Reseptor terletak di struktur permukaan.
c. Reaksi
: Respon fisiologis dan perilaku setelah mempersepsikan nyeri.

4. Klasifikasi nyeri
a. Berdasarkan sumbernya
1) Cutaneus/ superficial, yaitu nyeri yang mengenai kulit atau jaringan subkutan.
Biasanya bersifat burning (seperti terbakar).
Contoh: Terkena ujung pisau atau tergunting
2) Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh
darah, tendon dan saraf, nyeri menyebar dan lebih lama daripada cutaneus.
Contoh: Sprain sendi
3) Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dalam rongga abdomen,
cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, ischemia, regangan
jaringan.
b. Berdasarkan Penyebabnya
1) Fisik
Bisa terjadi karena stimulus.
Contoh: fraktur femur
2) Psycogenik
Terjadi karena sebab yang kurang jelas/ susah diidentifikasi, bersumber dari emosi/
psikis dan biasanya tidak disadari.
Contoh: orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya.
c. Berdasarkan lama/ durasi
1) Nyeri akut
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh mengalami cedera, atau intervensi
bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat
sampai ringan. Fungsi nyeri ini adalah sebagai pemberi peringatan akan adanya
cedera atau penyakit yang akan datang. Nyeri ini kadang bisa hilang sendiri tanpa
adanya intervensi medis, setelah keadaan pulih pada area yang rusak.
2) Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan
biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan. Nyeri ini disebabkan oleh kanker yang
tidak terkontrol, karena pengobatan kanker tersebut atau karena gangguan
progresif lain. Nyeri ini dapat berlangsung terus sampai kematian. Klien yang
mengalami kronis akan mengalami periode remisi (gejala hilang sebagian/
keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan meningkat). Nyeri ini biasanya tidak
memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya.
Nyeri ini merupakan penyebab utama ketidakmampuan fisik dan psikologis. Sifat
nyeri kronis yang tidak dapat diekspresikan membuat klien menjadi frustasi dan
seringkali mengarah pada depresi psikologis. Individu yang mengalam kronik
akan timbul perasaan yang tidak aman, karena ia tidak tahu apa yang akan
dirasakan dari hari ke hari.
d. Berdasarkan lokasi/ letak
1) Nyeri Neuropatik Perifer
Pada nyeri neuropatik perifer Letak lesi di sistem perifer, mulai dari saraf
tepi, ganglion radiks dorsalis sampai ke radiks dorsalis.

2) Nyeri Neuropatik Sentral


Letak lesi dari medula spinalis sampai ke korteks.
3) Radiating pain
Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (contoh: cardiac pain).
4) Reffered pain
Nyeri di rasakan pada bagian tubuh tertentu yang diperkirakan berasal dari
jaringan penyebab.
5) Intracable pain
Nyeri yang sangat susah dihilangkan (contoh: nyeri kanker maligna).
6) Phantom pain
Sensasi nyeri dirasakan pada bagian tubuh yang hilang (contoh: bagian tubuh
yang di amputasi) atau bagian tubuh yang lumpuh karena injury medulla spinalis.
5. Faktor yang mempengaruhi respon nyeri
a. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon
nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis
dan mengalami perubahan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang
dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal yang alamiah yang harus
dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri
diperiksakan.
b. Jenis Kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan
dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (contoh: tidak pantas
kalau laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
c. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka meresapon nyeri
(contoh: suatu daerah yang menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat dari
kesalahannya sendiri).
d. Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan
bagaimana mengatasinya.
e. Usia
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatian pada nyeri dapat mempengaruhi
persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan
nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri
yang menurun. Teknik relaksasi, guided imagery merupakan teknik untuk mengatasi
nyeri.
f. Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemas.
g. Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri di masa lampau dan saat ini
nyeri yang lama timbul kembali, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya.

Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu


dalam mengatasi nyeri.
Jenis Penyebab Nyeri
Jenis penyebab
1.
Mekanik
- Trauma jaringan (ex: operasi).
- Perubahan jaringan
(ex:edema).
- Penyumbatan pada saluran
tubuh.
- Tumor.
- Spasme otot.
2.
Termal
Panas/ dingin (ex: combustio).
3.
Kimia
- Iskemia jaringan karena
sumbatan arteri koroner.
- Spasme otot.

Dasar fisiologis
- Kerusakan jaringan, iritasi langsung
pada reseptor nyeri, inflamasi.
- Penekanan pada reseptor nyeri
- Distensi pada lumen
- Penekanan pada reseptor nyeri,
iritasi ujung saraf.
- Stimulasi pada reseptor nyeri.
- Kerusakan jaringan, perangsangan
pada reseptor nyeri.
- Perangsangan pada reseptor nyeri
karena akumulasi asam laktat atau
zat kimia lain seperti asam laktat
pada jaringan.
- Sekunder terhadap stimulasi
mekanik yang menyebabkan
iskemia jaringan.

6. DIAGNOSA KEBUTUHAN RASA NYAMAN


a)
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik atau trauma
b)
Nyeri kronis berhubungan dengan kontrol nyeri yang tidak adekuat

PERENCANAAN KEPERAWATAN

No.
Dx
1

Nama Diagnosa

Tujuan /NOC

Nyeri akut berhubungan


dengan agen cedera fisik
atau trauma

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama .......x24 jam,
diharapakan nyeri berkurang dengan
kriteria:
Kontrol Nyeri (1605)
- Mengenal faktor penyebab (160501)
- Mengenal reaksi serangan nyeri
(160502)
- Mengenali gejala nyeri (1605009)
- Melaporkan nyeri terkontrol
(1605011)
Tingkat Nyeri (2021)
- Frekuensi nyeri (210203)
- Ekspresi akibat nyeri (210206)
Keterangan Penilaian NOC
1. tidak dilakukan sama sekali
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan

Intervensi / NIC
Pain Management (140)
- Kaji tingkat nyeri,meliputi : lokasi,karakteristik,dan
onset,durasi,frekuensi,kualitas, intensitas/beratnya
nyeri, faktor-faktor presipitasi
- Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan
- Berikan informasi tentang nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi
- Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
- Turunkan dan hilangkan faktor yang dapat
meningkatkan nyeri
- Lakukan teknik variasi untuk mengurangi nyeri
Analgetik Administration (2210)
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
nyeri sebelum pemberian obat
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgetik
- Berikan analgetik yang tepat sesuai dengan resep
- Catat reaksi analgetik dan efek buruk yang
ditimbulkan
- Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis,dan
frekuensi

5. selalu dilakukan

Nyeri kronis
berhubungan dengan
kontrol nyeri yang tidak
adekuat

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama .......x24 jam,
diharapakan nyeri berkurang dengan
kriteria:
Kontrol Nyeri (1605)
- Mengenal faktor penyebab (160501)
- Mengenal reaksi serangan nyeri
(160502)
- Mengenali gejala nyeri (1605009)
- Melaporkan nyeri terkontrol

Pain Management (140)


- Kaji tingkat nyeri,meliputi : lokasi,karakteristik,dan
onset,durasi,frekuensi,kualitas, intensitas/beratnya
nyeri, faktor-faktor presipitasi
- Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk menguragi
nyeri (relaksasi, distraksi)
- Perhatikan tipe dan sumber nyeri

You might also like