You are on page 1of 9

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI : KONSEP

DAN PERKEMBANGANNYA1
Hari Wibawanto
Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang

Pendahuluan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) secara umum adalah semua yang teknologi berhubungan dengan
pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan
penyajian informasi (Kementerian Negara Riset dan Teknologi, 2006: 6). Tercakup dalam
definisi tersebut adalah semua perangkat keras, perangkat lunak, kandungan isi, dan
infrastruktur komputer maupun (tele)komunikasi. Istilah TIK atau ICT (Information and
Communication Technology), atau yang di kalangan negara Asia berbahasa Inggris
disebut sebagai Infocom, muncul setelah berpadunya teknologi komputer (baik perangkat
keras maupun perangkat lunaknya) dan teknologi komunikasi sebagai sarana penyebaran
informasi pada paruh kedua abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang
sangat pesat, jauh melampaui bidang-bidang teknologi lainnya. Bahkan sampai awal abad
ke-21 ini, dipercaya bahwa bidang TIK masih akan terus pesat berkembang dan belum
terlihat titik jenuhnya sampai beberapa dekade mendatang. Pada tingkat global,
perkembangan TIK telah mempengaruhi seluruh bidang kehidupan umat manusia. Intrusi
TIK ke dalam bidang-bidang teknologi lain telah sedemikian jauh sehingga tidak ada
satupun peralatan hasil inovasi teknologi yang tidak memanfaatkan perangkat TIK.
Membicarakan pengaruh TIK pada berbagai bidang lain tentu memerlukan waktu diskusi
yang sangat panjang. Dalam makalah ini, kaitan TIK dengan proses pembelajaran disoroti
lebih dibanding dengan kaitannya dengan bidang lain. Tanpa mengecilkan pengaruh TIK
di bidang lain, bidang pembelajaran mendapatkan manfaat lebih dalam kaitannya dengan
kemampuan TIK mengolah dan menyebarkan informasi.

Perkembangan TIK
Bila dilacak ke belakang, terdapat beberapa tonggak perkembangan teknologi yang
secara nyata memberi sumbangan terhadap eksistensi TIK saat ini. Pertama adalah
temuan telepon oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1875. Temuan ini kemudian
ditindaklanjuti dengan penggelaran jaringan komunikasi dengan kabel yang melilit
seluruh daratan Amerika, bahkan kemudian diikuti pemasangan kabel komunikasi transatlantik. Inilah infrastruktur masif pertama yang dibangun manusia untuk komunikasi
global. Memasuki abad ke-20, tepatnya antara tahun 1910-1920, terealisasi transmisi
suara tanpa kabel melalui siaran radio AM yang pertama (Lallana, 2003:5). Komunikasi
suara tanpa kabel segera berkembang pesat, dan kemudian bahkan diikuti pula oleh
1

Disampaikan pada Seminar Tantangan dan Peluang Pembelajaran TI&K di Sekolah di Jurusan Kurikulum
dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, 10 Februari 2007

hal 1 dari 9

transmisi audio-visual tanpa kabel, yang berwujud siaran televisi pada tahun 1940-an.
Komputer elektronik pertama beroperasi pada tahun 1943, yang kemudian diikuti oleh
tahapan miniaturisai komponen elektronik melalui penemuan transistor pada tahun 1947,
dan rangkaian terpadu (integrated electronics) pada tahun 1957. Perkembangan teknologi
elektronika, yang merupakan soko guru TIK saat ini, mendapatkan momen emasnya pada
era perang dingin. Persaingan IPTEK antara blok Barat (Amerika Serikat) dan blok
Timur (eks Uni Sovyet) justru memacu perkembangan teknologi elektronika lewat upaya
miniaturisasi rangkaian elektronik untuk pengendali pesawat ruang angkasa maupun
mesin-mesin perang. Miniaturisasi komponen elektronik, melalui penciptaan rangkaian
terpadu, pada puncaknya melahirkan mikroprosesor. Mikroprosesor inilah yang menjadi
otak perangkat keras komputer, dan terus berevolusi sampai saat ini.
Di lain pihak, perangkat telekomunikasi berkembang pesat saat mulai diimplementasikannya teknologi digital menggantikan teknologi analog yang mulai menampakkan
batas-batas maksimal pengeksplorasiannya. Digitalisasi perangkat telekomunikasi
kemudian berkonvergensi dengan perangkat komputer yang dari awal merupakan
perangkat yang mengadopsi teknologi digital. Produk hasil konvergensi inilah yang saat
ini muncul dalam bentuk telepon seluler. Di atas infrastruktur telekomunikasi dan
komputasi inilah kandungan isi (content) berupa multimedia, mendapatkan tempat yang
tepat untuk berkembang. Konvergensi telekomunikasi-komputasi-multimedia inilah yang
menjadi ciri abad ke-21, sebagaimana abad ke-18 dicirikan oleh revolusi industri. Bila
revolusi industri menjadikan mesin-mesin sebagai pengganti otot manusia maka
revolusi digital (karena konvergensi telekomunikasi-komputasi-multimedia terjadi
melalui implementasi teknologi digital) menciptakan mesin-mesin yang mengganti (atau
setidaknya meningkatkan kemampuan) otak manusia.
Indonesia pernah menggunakan istilah telematika (telematics) untuk maksud yang kurang
lebih sama dengan TIK yang kita kenal saat ini. Encarta Dictionary mendeskripsikan
telematics sebagai telecommunication+informatics (telekomunikasi+informatika)
meskipun sebelumnya kata itu bermakna science of data transmission. Pengolahan
informasi dan pendistribusiannya melalui jaringan telekomunikasi membuka banyak
peluang untuk dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk bidang
pendidikan. Ide untuk menggunakan mesin-belajar, membuat simulasi proses-proses yang
rumit, animasi proses-proses yang sulit dideskripsikan, sangat menarik minat praktisi
pembelajaran. Tambahan lagi, kemungkinan untuk melayani pembelajaran yang tak
terkendala waktu dan tempat, juga dapat difasilitasi oleh TIK. Sejalan dengan itu
mulailah bermunculan berbagai jargon berawalan e, mulai dari e-book, e-learning, elaboratory, e-education, e-library dan sebagainya. Awalan e- bermakna electronics yang
secara implisit dimaknai berdasar teknologi elektronika digital.

Kebijakan Nasional bidang TIK


Menyadari pentingnya TIK sebagai bidang yang berperan besar dalam pembangunan
nasional, Kementerian Negara Riset dan Teknologi memberikan arahan sektor-sektor
yang diprioritaskan untuk dikembangkan melalui kegiatan riset, antara lain: infrastruktur
informasi, perangkat lunak, kandungan informasi (information content), pengembangan
SDM dan kelembagaan, pengembangan regulasi dan standarisasi (Kementerian Negara
Riset dan Teknologi, 2006: 5).

hal 2 dari 9

Infrastruktur Informasi
Infrastruktur informasi terdiri atas beberapa aspek yang seluruhnya harus dibangun secara
paralel dan saling menunjang. Aspek pertama adalah jaringan fisikyang berfungsi sebagai
jalan raya informasi baik pada tingkat jaringan tulang-punggung maupun tingkat akses
pelanggan. Jaringan tulang punggung harus mampu menghubungkan seluruh daerah
Indonesia sampai wilayah pemerintahan terkecil. Pada tingkat akses pelanggan harus
memungkinkan tersedianya akses yang murah dan memadai bagi masyarakat luas.
Aspek kedua menekankan pada kemanfaatan sebesar-besarnya pengelolaan sumber
informasi bagi seluruh komponen masyarakat. Kondisi ini dapat dicapai melalui
diwujudkannya interoperabilitas sumber daya informasi yang tersebar luas sehingga
dapat dimanfaatkan secara efisien dan efektif oleh seluruh pemangku kepentingan.
Aspek terakhir adalah pengembangan perangkat keras, baik di sisi jaringan maupun di
sisi terminal. Pengembangan ini harus dirancang berdasarkan kebutuhan dan kondisi
jaringan yang ada di Indonesia, dengan mengadopsi sistem terbuka dan menanamkan
tingkat kecerdasan tertentu untuk memudahkan integrasi sistem dan pengembangannya di
masa depan.

Perangkat Lunak
Pengembangan perangkat lunak diarahkan pada realisasi sistem aplikasi yang mampu
menunjang proses transaksi ekonomi yang cepat dan aman, serta pengambilan keputusan
yang benar dan cepat. Harga yang terjangkau dan daya saing pada tingkat internasional
merupakan salah satu kriteria yang dipersyaratkan, khususnya mendukung kebijakan
substitusi impor.
Perangkat lunak sistem operasi dengan kehandalan tinggi dan kebutuhan sumber daya
memori maupun prosesor yang minimal serta fleksibel terhadap perangkat keras maupun
program aplikasi yang baru, merupakan prioritas yang harus dikembangkan. Program
aplikasi juga perlu dikembangkan, terutama yang terkait dengan sektor perekonomian,
industri, pendidikan, maupun pemerintahan.
Dalam mempercepat pengembangan dan pendayagunaan perangkat lunak, perlu pula
ditinjau implementasi konsep open source. Penerapan konsep open source ini diharapkan
mampu menggalakkan industri perangkat lunak dengan partisipasi seluruh lapisan
masyarakat tanpa melakukan pelanggaran hak cipta.

Kandungan Informasi
Kegiatan pengembangan kandungan informasi (information content) bertujuan
melakukan penataan, penyimpanan, dan pengolahan informasi yang diperlukan untuk
meningkatkan efisiensi proses pembangunan, pengorganisasian,
pencarian, dan
pendistribusian informasi.
Kegiatan riset dan pengembangan kandungan informasi diawali dengan pemetaan
berbagai potensi dan informasi nasional beserta pemodelan proses information retrieval.
Dengan demikian implementasi information repository dan information sharing
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan teknologi informasi
dan komunikasi. Pemanfaatan maksimal kandungan informasi yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia dengan potensi lokal, akumulasi kekayaan seni dan budaya Indonesia
hal 3 dari 9

yang beraneka ragam dapat pula dieksploitasi sebesar-besarnya untuk menghasilkan


produk-produk seni budaya yang berbasis multimedia.

Pengembangan SDM
Dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) diperlukan upaya peningkatan
kemandirian dan keunggulan, yang salah satunya adalah dengan mengembangkan sistem
pendidikan dan pelatihan untuk membentuk keahlian dan keterampilan masyarakat dan
peneliti dalam bidang teknologi yang strategis serta mengantisipasi timbulnya
kesenjangan keahlian sebagai akibat kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi
dan komunikasi.

Pengembangan Regulasi dan Standarisasi


Program kajian regulasi meliputi penyusunan Undang-Undang dan penyempurnaan
berbagai kebijakan terkait bidang teknologi informasi, komunikasi dan broadcasting.
Salah satunya adalah penyempurnaan Cetak Biru Telekomunikasi dan UU
Telekomunikasi No. 36/1999 yang sudah mulai ketinggalan dengan perkembangan
teknologi dan tuntutan masyarakat. Penyelesaian Rancangan UU tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik dan berbagai UU lain yang dapat mendorong pertumbuhan aplikasi
IT sangatlah diharapkan realisasinya pada tahun 2005-2025. Termasuk dalam kerangka
regulasi ini adalah mempercepat terlaksananya proses kompetisi yang sebenar-benarnya
dalam penyediaan jasa telekomunikasi sehingga dapat memberikan perbaikan kondisi
layanan, kemudahan bagi pengguna jasa, serta harga yang ekonomis.

TIK dalam Pembelajaran


Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran di Indonesia telah memiliki sejarah yang cukup
panjang. Inisiatif menyelenggarakan siaran radio pendidikan dan televisi pendidikan
sebagai upaya melakukan penyebaran informasi ke satuan-satuan pendidikan yang
tersebar di seluruh nusantara, merupakan wujud dari kesadaran untuk mengoptimalkan
pendayagunaan teknologi dalam membantu proses pembelajaran masyarakat. Kelemahan
utama siaran radio maupun televisi pendidikan adalah tidak adanya interaksi imbal-balik
yang seketika. Siaran bersifat searah, dari nara sumber belajar atau fasilitator kepada
pembelajar.
Introduksi komputer dengan kemampuannya mengolah dan menyajikan tayangan
multimedia (teks, grafis, gambar, suara, dan movie) memberikan peluang baru untuk
mengatasi kelemahan yang tidak dimiliki siaran radio dan televisi. Bila televisi hanya
mampu memberikan informasi searah (terlebih-lebih bila materi tayangannya adalah
materi hasil rekaman), pembelajaran berbasis teknologi internet memberikan peluang
berinteraksi baik secara sinkron (real time) maupun asinkron (delayed). Pembelajaran
berbasis Internet memungkinkan terjadinya pembelajaran secara sinkron dengan
keunggulan utama bahwa pembelajar maupun fasilitator tidak harus berada di satu tempat
yang sama. Pemanfaatan teknologi video conference yang dijalankan berdasar teknologi
Internet, memungkinkan pembelajar berada di mana saja sepanjang terhubung ke jaringan
komputer. Selain aplikasi puncak seperti itu, beberapa peluang lain yang lebih sederhana
dan lebih murah juga dapat dikembangkan sejalan dengan kemajuan TIK saat ini.

hal 4 dari 9

Buku Elektronik
Buku elektronik atau ebook adalah salah satu teknologi yang memanfaatkan komputer
untuk menayangkan informasi multimedia dalam bentuk yang ringkas dan dinamis. Ke
dalam ebook dapat diintegrasikan tayangan suara, grafik, gambar, animasi, maupun
movie sehingga informasi yang disajikan lebih kaya dibandingkan dengan buku
konvensional.
Jenis ebook paling sederhana adalah yang sekedar memindahkan buku konvensional
menjadi bentuk elektronik yang ditayangkan oleh komputer. Dengan teknologi ini,
ratusan buku dapat disimpan dalam satu keping CD atau compact disk (kapasitas sekitar
700MB), DVD atau digital versatile disk (kapasitas 4,7 sampai 8,5 GB), ataupun
flashdisk (saat ini kapasitas yang tersedia sampai 4 GB). Bentuk yang lebih kompleks dan
memerlukan rancangan yang lebih cermat ada pada misalnya Microsoft Encarta dan
Encyclopedia Britannica yang merupakan ensiklopedi dalam format multimedia. Format
multimedia memungkinkan ebook menyediakan tidak saja informasi tertulis tetapi juga
suara, gambar, movie dan unsur multimedia lainnya. Penjelasan tentang satu jenis musik,
misalnya, dapat disertai dengan cuplikan suara jenis musik tersebut sehingga pengguna
dapat dengan jelas memahami apa yang dimaksud oleh penyaji.

E-learning
Beragam definisi dapat ditemukan untuk e-learning. Victoria L. Tinio, misalnya,
menyatakan bahwa e-learning meliputi pembelajaran pada semua tingkatan, formal
maupun nonformal yang menggunakan jaringan komputer (intranet maupun ekstranet)
untuk pengantaran bahan ajar, interaksi, dan/atau fasilitasi (Tinio, tt: 4). Untuk
pembelajaran yang sebagian prosesnya berlangsung dengan bantuan jaringan internet,
sering disebut sebagai online learning. Definisi yang lebih luas dikemukakan pada
working paper SEAMOLEC, yakni e-learning adalah pembelajaran melalui jasa
elektronik (SEAMOLEC, 2003:1). Meski beragam definisi namun pada dasarnya
disetujui bahwa e-learning adalah pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi
elektronik sebagai sarana penyajian dan distribusi informasi. Dalam definisi tersebut
tercakup siaran radio maupun televisi pendidikan sebagai salah satu bentuk e-learning.
Meskipun per definisi radio dan televisi pendidikan adalah salah satu bentuk e-learning,
pada umumnya disepakati bahwa e-learning mencapai bentuk puncaknya setelah
bersinergi dengan teknologi internet. Internet-based learning atau web-based learning
dalam bentuk paling sederhana adalah web-site yang dimanfaatkan untuk menyajikan
materi-materi pembelajaran. Cara ini memungkinkan pembelajar mengakses sumber
belajar yang disediakan oleh nara sumber atau fasilitator kapanpun dikehendaki. Bila
diperlukan, dapat pula disediakan mailing-list khusus untuk situs pembelajaran tersebut
yang berfungsi sebagai forum diskusi.
Fasilitas e-learning yang lengkap disediakan oleh perangkat lunak khusus yang disebut
perangkat lunak pengelola pembelajaran atau LMS (learning management system). LMS
mutakhir berjalan berbasis teknologi internet sehingga dapat diakses dari manapun
selama tersedia akses ke internet (Hari Wibawanto, 2006). Fasilitas yang disediakan
meliputi pengelolaan siswa atau peserta didik, pengelolaan materi pembelajaran,
pengelolaan proses pembelajaran termasuk pengelolaan evaluasi pembelajaran serta
pengelolaan komunikasi antara pembelajar dengan fasilitator-fasilitatornya. Fasilitas ini

hal 5 dari 9

memungkinkan kegiatan belajar dikelola tanpa adanya tatap muka langsung di antara
pihak-pihak yang terlibat (administrator, fasilitator, peserta didik atau pembelajar).
Kehadiran pihak-pihak yang terlibat diwakili oleh email, kanal chatting, atau melalui
video conference.

Aplikasi Lain
Selain e-book dan fasilitas e-learning, berbagai aplikasi lain bermunculan (dan kadang
saling berintegrasi sehingga menimbulkan sinergi) sebagai dampak ikutan perkembangan
TIK terutama internet.
E-zine dari kata e-magazine, merupakan bentuk digital dari majalah konvensional.
Penerbitan majalah berformat digital memungkinkan ditekannya ongkos produksi (karena
tidak perlu mencetak) dan distribusi (karena sekali diupload ke server, seluruh dunia bisa
mengaksesnya). Pemutakhiran isinya juga dapat dilakukan dengan sangat cepat sehingga
perkembangan mutakhir dapat disajikan dengan lebih cepat. Termasuk dalam kategori ezine ini adalah e-newspaper yang berfokus pada berita terkini dan e-journal yang
memfokuskan diri pada laporan hasil-hasil penelitian.
E-laboratory, merupakan bentuk digital dari fasilitas dan proses-proses laboratorium
yang dapat disimulasikan secara digital. Pada dasarnya, perangkat lunak ini adalah
perangkat lunak animasi dan simulasi yang dapat dikemas dalam keping CD, DVD
maupun disajikan pada web-site sebagai web-based application (perangkat lunak yang
berjalan pada jaringan internet).
Blog atau weblog adalah perkembangan mutakhir di bidang web-based application. Ide
semula adalah menyediakan fasilitas electronic diary atau buku harian elektronik untuk
remaja. Pengguna dapat mengisi buku harian tersebut semudah menulis email,
mengunggah (upload) ke server hanya dengan meng-klik ikon, dan hasilnya adalah
tayangan tulisan di layar browser. Pemakai internet di manapun berada dapat melihat
publikasi
tersebut
dengan
mengakses
alamat
situs,
misalnya:
http://hariwibawanto.wordpress.com. Dari sisi kandungan isi, blok sekarang banyak
berisi gagasan, ide, dan opini pribadi tentang satu masalah yang menarik secara
subyektif. Meskipun akurasi informasi yang tersaji masih bisa diperdebatkan, tetapi yang
penting adalah blog memungkinkan seseorang tanpa pengetahuan desain web-site dapat
dengan mudah membuat web-site pribadi dan mengelola maupun memutakhirkan isinya
dengan sangat mudah. Kemudahan lain adalah tersedianya banyak server blog gratis.
Dalam konteks pemanfaatannya bagi proses pembelajaran, kandungan isi blog
pembelajar, misalnya, dapat menjadi umpan balik bagi fasilitator.

Konteks Lokal: Universitas Negeri Semarang


Salah satu syarat awal keterlibatan sivitas akademika dalam dunia TIK modern adalah
computer literate atau melek komputer. Pendekatannya bisa top-down (dari dosen turun
ke mahasiswa) atau sebaliknya bottom-up (dari mahasiswa naik ke dosen), atau duaduanya berjalan simultan. Pendekatan ketiga itulah yang secara alami terjadi di
Universitas Negeri Semarang (Unnes). Penetrasi budaya masyarakat informasi yang
ditularkan oleh perguruan tinggi besar di Indonesia maupun luar negeri telah menjadikan
sebagian dosen melek komputer dan melek internet lebh dulu dari rekan-rekannya yang

hal 6 dari 9

lain. Aset inilah yang secara alami melalui proses interaksi saling memerlukan, menjadi
sarana persebaran keterampilan (dan budaya) menggunakan komputer dan internet.
Penggarapan lebih serius dilakukan oleh UPT Sumber Belajar dan Media melalui
kegiatan-kegiatan pelatihan produksi multimedia, perancangan situs web, dan
sebagainya, yang berlangsung sejak tahun 2000. Dalam kegiatan-kegiatan pelatihan
itulah dilakukan pengenalan pemanfaatan komputer untuk pembelajaran, sehingga
menimbulkan gairah belajar-mengajar dengan fasilitas komputer.
Sejak itu, mulailah masing-masing jurusan maupun program studi menyediakan fasilitas
laboratorium komputer maupun laboratorium produksi multimedia. Kebutuhan yang
mendesak terhadap akses internet mulai dilayani oleh warung internet yang bekerjasama
dengan UPT Perpustakaan, kemudian disusul oleh layanan serupa di Jurusan Fisika,
Jurusan Ekonomi, dan Jurusan Teknik Elektro.
Menyadari pentingnya akses Internet dan fasilitas pembelajaran berbasis TIK lainnya,
maka pada tahun 2006, melalui program hibah kompetisi INHERENT Unnes berupaya
menyatukan jaringan-jaringan komputer lokal yang ada di 8 fakultas dengan
menggunakan back-bone serat optik. Upaya itu berhasil dilakukan setelah Unnes
memenangkan hibah INHERENT (Unnes, 2006). Penyatuan jaringan lokal tersebut
memungkinkan dioperasikannya sistem informasi online yang mulai tahun 2007
dimanfaatkan sebagai sarana heregistrasi, yudisium, dan pengisian KRS secara online.
Pengembangan selanjutnya adalah menyatukan beberapa kampus Unnes yang berada di
lokasi lain (misalnya: Program Pascasarjana di Bendan Ngisor dan PGSD di
Karanganyar) menjadi satu jaringan dengan kampus pusat di Gunungpati. Sayangnya,
keterbatasan anggaran rutin yang disediakan Unnes menjadikan rencana-rencana tersebut
hanya dapat dilaksanakan dengan mengandalkan dana-dana dari program hibah
kompetisi. Tim-tim yang dibentuk oleh Unnes mendapat tugas berat untuk mengajukan
dan mempertahankan proposal yang diajukan ke Direktorat Pendidikan Tinggi, bersaing
dengan ratusan perguruan tinggi lain (negeri maupun swasta), agar dapat didanai.
Beberapa permasalahan yang ditengarai menjadi tantangan pemanfataan TIK bagi
pembelajaran di Unnes antara lain adalah:

Adanya digital divide dalam konteks lokal Unnes sendiri. Ada kesenjangan antara
mahasiswa yang memperoleh kekayaan informasi lebih dengan mahasiswa yang
memiliki akses informasi terbatas, baik akibat belum meratanya ketersediaan
fasilitas, kurangnya keterampilan mengakses informasi, kurangnya dukungan
finansial, maupun oleh sebab-sebab lain yang belum bisa diidentifikasi.
Kesenjangan digital ini juga terjadi pada level dosen dan sivitas akademika
lainnya.

Adanya resistansi atau penolakan baik yang bersifat statik (berupa sifat malas
berubah dan malas belajar) maupun agresif (perlawanan, karena menjadi pihak
yang dirugikan).

Ketergantungan pada sumber dana yang berasal dari hibah kompetisi menjadikan
perkembangan TIK di Unnes tidak selalu berjalan sesuai skenario ideal. Hal itu
disebabkan setiap program hibah yang diluncurkan Dikti senantiasa memiliki arah
dan fokus sendiri, dan tidak selalu bisa dikaitkan dengan implementasi TIK.
hal 7 dari 9

Peluang-peluang di Masa Depan


Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
termuat mata ajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk SMP/MI maupun
SMA/SMK/MA/MAK. Sampai saat ini belum ada Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan yang menghasilkan guru dengan spesialisasi pengajar Teknologu Informasi
dan Komunikasi. Sebagian besar guru TIK di lapangan adalah guru yang berasal dari
bidang keahlian kependidikan lain yang kebetulan bisa mengoperasikan komputer atau
bahkan sarjana-sarjana komputer. Ini merupakan peluang bagi LPTK seperti Unnes, baik
dengan membuka secara khusus program studi yang terkait dengan TIK ataupun
membekali calon guru dengan keterampilan TIK yang memadai sehingga tidak gamang
menghadapi penugasan sebagai guru TIK.
Ladang garapan lain yang seharusnya digarap LPTK seperti Unnes adalah bidang
pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran. Kiranya program studi Kurikulum dan
Teknologi Pendidikan (dengan penekanan pada frasa terakhir, Teknologi Pendidikan)
tepat untuk menggarap bidang tersebut. Berikut adalah sebagian dari daftar panjang
bidang-bidang yang seharusnya digarap Unnes sebagai LPTK:

Kajian desain dan implementasi bahan ajar multimedia;

Kajian teori-teori belajar terkait proses pembelajaran online;

Kajian eksploratif pemanfaatan jaringan Internet dalam proses pembelajaran;

Desain dan implementasi perangkat lunak pembelajaran dengan berlandaskan


pada teori belajar mutakhir;

Pemanfaatan secara kreatif aplikasi-aplikasi berbasis internet yang telah ada


menjadi alat bantu pembelajaran;

Kajian pemanfaatan chatting, blogging, maupun teleconferencing pada proses


pembelajaran;

Penutup
Sebagai institusi yang menghasilkan guru dan tenaga kependidikan lainnya, Unnes masih
perlu membenahi dan terus memperbaiki infrastruktur terkait teknologi informasi dan
komunikasi. Perbaikan infrastruktur TIK ini merupakan keniscayaan, mengingat pesatnya
perkembangan TIK pada umumnya dan yang terkait dengan proses pembelajaran pada
khususnya. Selain perbaikan infrastruktur, rekayasa sosial untuk mendekatkan sivitas
akademika dengan TIK perlu dilakukan mengingat bahwa adopsi teknologi hanya
berhasil baik apabila disertai dengan penyesuaian-penyesuaian budaya maupun kebiasaan
yang dibawa serta oleh teknologi tersebut.

Daftar Pustaka
Hari Wibawanto. 2006. Learning Management System. Handout. Disajikan pada
Training on ICT in Instruction for Quality Improvement of Graduate Study
di Universitas Udayana, Denpasar.

hal 8 dari 9

Kementerian Negara Riset dan Teknologi. 2006. Buku Putih. Penelitian


Pengembangan dan Penerapan IPTEK Bidang Teknologi Informasi dan
Komunikasi Tahun 2005-2025. Jakarta: Kementerian Negara Riset dan
Teknologi.
Lallana, Emmanuel C. 2003. The Information Age. Manila: e-Asean Task Force UNDP
APDIP.
SEAMOLEC. 2003. e-Learning di Indonesia dan Prospeknya di Masa Mendatang.
Makalah. Disajikan pada Seminar Nasional E-Learning perlu E-Library di
Universitas Kristen Petra Surabaya pada 3 Februari 2003.
Unnes. 2006. Laporan Akhir Pelaksanaan Program K-2. Semarang: Unnes

Tentang Penulis
Drs. Hari Wibawanto, M.T.
Menyelesaikan S1 di Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika IKIP Yogyakarta dan S2 di
Fakultas Teknik Universitas Gadjahmada Yogyakarta dengan spesialisasi Sistem
Komputer dan Informatika. Menjadi dosen Universitas Negeri Semarang sejak tahun
1991 setelah beberapa saat lamanya menjadi staf redaksi bidang rekayasa dan ilmu-ilmu
hayati pada Ensiklopedi Nasional Indonesia.
Terlibat aktif dalam penyusunan hibah-hibah kompetisi a.l.: Due-Like, SP4 Kompetisi,
dan PHK K2 (Inherent). Saat ini sedang menyelesaikan pendidikan S3 di Universitas
Gajahmada Yogyakarta.

hal 9 dari 9

You might also like