You are on page 1of 94

1

PENGARUH ZAKAT, INFAQ, SEDEKAH TERHADAP BESARAN


PENDAPATAN, KEMAMPUAN SAVING/INVESTASI DAN KONDISI
KESEHATAN MUZAKKI
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Persoalan yang banyak dihadapi oleh manusia saat ini
adalah munculnya suatu pemahaman yang menempatkan
aspek material yang bebas dari dimensi nilai. Berpijak
padamideologi materialisme inilah kemudian mendorong
perilaku manusia menjadi pelaku ekonomi hedonistik,
sekularistik dan materialistik. Dampak yang ditimbulkan dari
perilaku ini akan membawa malapetaka dan bencana dalam
kehidupan sosial masyarakat seperti eksploitasi dan
perusakan lingkungan, disparitas pendapatan dan kekayaan
antar golongan masyarakat dan antar negara, lunturnya
sikap kebersamaan dan persaudaraan, timbulnya penyakit
sosial, timbulnya revolusi sosial yang anarkis dan
sebagainya.
Sistem ekonomi kapitalis dan sosialis telah gagal
menyelesaikan persoalan sosial ekonomi, begitu pula
dengan persoalan kemanusiaan. Kenyataannya ekonomi
kapitalis mampu mensejahterakan individu atau sebuah
negara tertentu secara materi, namun perlu dicatat bahwa
kesejahteraan dan kemakmuran yang dibangun diatas
penderitaan orang atau negara lain. Sehinggga kapitalisme
tidak mampu menyelesaikan ketimpangan dan kesenjangan
sosial ekonomi bahkan kapitalisme menciptakan dan
melanggengkan kesenjangan tersebut untuk
mempertahankan eksistensinya.1
1 Muhammad Iswadi, Ekonomi Islam Kajian Konsep dan
Model Pendekatan , Mazahib, Vol.IV, No.1 Juni 2007,

Dalam pandangan Agama Islam, sistem ekonomi kapitalis


yang telah menguasai ekonomi dunia saat ini bertanggung
jawab terhadap kondisi tersebut, oleh karenya diperlukan
kajian yang mendalam terhadap strategi pembangunan
ekonomi yang lebih humanistik dengan menggali inspirasi
dan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran dan Sunnah
serta khasanah pemikiran para cendekiawan muslim. 2
Agama sebagai salah satu bagian penting dari ideologi dan
budaya menjadi salah satu sumber perilaku manusia untuk
menghadapi kehidupan ini serta menjadikannya lebih lebih
baik. Artinya, setiap persoalan yang dihadapi manusia dapat
diantisipasi dengan pendekatan agama, termasuk
pendekatan sosial dan ekonomi. Praktek keagamaan atau
amal shaleh dan keimanan seseorang (religious practice and
beliefs) memiliki konsekuensi sangat penting dalam
pembangunan ekonomi (economic development).3 Oleh
karenanya, sangat penting mengkaitkan antara agama
dengan perilaku ekonomi terhadap tingkat kesejahteraan
khususnya tingkat pendapatan dan kesehatan manusia.
Di dalam setiap kajian mengenai kesejahteraan ada dua hal
yang harus dipahami; Pertama adalah ruang linkup dari
kesejahteraan, Kedua adalah intensitas subtansi dapat
direpresentasikan secara keseluruhan sebagai sebuah
kesejahteraan individu.
Penentuan batasan kesejahteraan dan representasi
kesejahteraan menjadi perdebatan yang universal sehingga
diperlukan batasan-batasan kesejahteraan individu.
http://www.danepraire.com
2 Ibid
3 Max Weber, The Protestan Work Ethicand the Spirit
Capitalism (translete P.Baehr and G.C.Wellis, London Penguin
Books, 1930.

Perumusan tentang batasan tersebut seringkali ditentukan


oleh perkembangan praktek kebijakan yang dipengaruhi
oleh ideologi dan kinerja sebuah negara yang tidak lepas
dari pengaruh dinamika pada tingkat global.
Untuk menentukan tingkat ruang lingkup kesejahteraan
tidaklah mudah, oleh karenanya dibutuhkan indikatorindikator output ekonomi perkapita sebagai proksi tingkat
kesejahteraan. Perkembangan selanjutnya output ekonomi
perkapita digantikan dengan pendapatan perkapita, hal ini
disebabkan adanya pandangan output ekonomi perkapita
tidak mencerminkan kesejahteraan masyarakat karena lebih
mencerminkan nilai tambah produksi yang terjadi pada unitunit observasi yaitu negara atau wilayah tertentu. Nilai
tambah ini, tidak dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat
yang berada dinegara/wilayah tersebut, bahkan sebahagian
besar kesejahteraan dinikmati oleh pemilik modal yang
boleh jadi tidak berada pada negara yang sama atau tidak
berada pada wilayah dimana proses produksi berlangsung.
Menanggapi kritikan pengukuran kesejahteraan
dengan menggunakan ouput ekonomi perkapita, maka
digunakan pendapatan rumah tangga sebagai proksi
kesejahteraan, hal ini dipandang lebih sesuai dan
mencerminkan apa yang diperoleh oleh individu
masyarakat. Persoalannya adalah data untuk pendapatan
rumah tangga seringkali sulit diperoleh sehingga digunakan
informasi tentang konsumsi rumah tangga ditambah dengan
pengeluaran untuk simpanan (tabungan) serta pengeluaran
untuk kesehatan masing-masing individu. Penggunaan
output ekonomi perkapita atau pendapatan rumah tangga
dipandang kurang relevan dalam mengukur kesejahteraan
masyarakat karena hanya memperhatikan faktor ekonomi
saja. Hal ini mendorong penggunaan indikator lain yang

lebih komprehensif. Menurut Grinols4 : Kesejahteraan itu


tidak hanya dinilai dari sisi materi melainkan juga
mengandung nilai-nilai spiritual, seperti perilaku mulia,
perasaan tenteram, ikhlas, sehat, kebebasan dan
sebagainya, maka semua aktivitas yang memberikan
konstribusi ke arah nilai-nilai tersebut dapat dijadikan
sebagai indikator dari kesejahteraan dalam perspektif yang
berbeda.
Agama Islam menjelaskan tentang lingkup kesejahteraan
dalam konteks konsumsi yakni dengan menganjurkan
mengkomsumsi yang memberikan manfaat sekaligus
keberkahan baik bagi individu atau kelompok konsumen
maupun kepada komunitas masyarakat secara luas. Jenis
komsumsi yang dimaksud adalah konsumsi yang ditujukan
untuk ibadah (konsumsi ibadah), misalnya; pembelian
barang / jasa untuk diberikan kepada orang miskin, zakat,
infaq, sedekah dan waqf, serta ibadah-ibadah lainnya5.
Konsumsi ibadah merupakan satu perilaku Altruistik, yaitu
tindakan filantropi dimana seseorang senamg memberi
secara sukarela untuk orang lain yang membutuhkan.
Perilaku tersebut memiliki tradisi yang sangat kuat
dikalangan kaum Muslimin maupun Non Muslim. Pada
kalangan Muslim perilaku ini dikenal dengan sedekah,
sedangkan dikalangan Non Muslim dikenal dengan istilah
giving atau donation (sumbangan). Sebahagian kalangan

4 Earl L Grinols, Microeconomics, Houghton Miffin


Company, Boston, Toronto, Genewa, Illinois Palo Alto Princeton,
NewJersey, 1994
5 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam
Universitas Islam Indonesia (P3EI-UII), Ekonomi Islam, Ed. 1, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.

menganggap sumbangan tersebut sebagai barang


konsumsi6. Sedekah yang dilakukan oleh ummat Muslim
merupakan suatu barang konsumsi juga merupakan barang
investasi tujuannya untuk mendapatkan amal dari sedekah
berupa pahala di dunia maupun di akhirat. Kebaikan di dunia
bisa berupa kesejahteraan ekonomi, sosial, kesehatan dan
sebagainya. Sedangkan kebaikan diakhiran berupa ampunan
dan ridha Allah SWT.
Pendapat Grinols di dukung oleh Chapra bahwa semua
faktor yang mempengaruhi tingkah laku individu dan
memiliki potensi untuk memberikan konstribusi pada
kesejahteraan seluruh manusia harus diperhitngkan, baik
faktor ekonomi maupun non ekonomi, publik atau pribadi,
moral atau keduniawian7. Pandangan tersebut menjadikan
beberapa faktor non ekonomi sangat berperan dalam
menghasilkan kesejahteraan dunia maupun akhirat. Oleh
karenanya faktor-faktor non ekonomi dapat dimasukkan
dalam mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi amal
sedekah dan kesejahteraan individu yang dapat berupa
kepatuhan terhadap suatu nilai yang diyakini, pandangan
terhadap perilaku mulia, pandangan tentang konsumsi /
tabungan, investasi dan kesejahteraan yang bermakna
religious, disamping itu juga harus memperhatikan kondisi
individu seperti umur, status perkawinan, etnis/suku bangsa
dan moral.

6 Milton Friedman, A Theory of The Consumption, Princeton,


NJ: Princeton University Press, 1957.
7 M. Umer Chapra, The Future Of Economics: An Islamic
Perspective. The Islamic Foundation, UK. Ikhwan Abidin Basri
(penerjemah), Masa Depan Ilmu Ekonomi : Sebuah Tinjauan Islam,
Gema Insani Press, Jakarta, 2000.

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa kesejahteraan secara


material dapat dilihat dari sisi penghasilan (kekayaan),
pengeluaran untuk konsumsi, tingkat pencapaian
pendidikan, penyisihan untuk tabungan, kondisi kesehatan,
dan lain-lain. Untuk mengkaji tingkat kesejahteraan
terhadap beberapa individu yang mempunyai kekayaan
tidak boleh disama ratakan dengan individu yang tidak
mempunyai harta. Untuk individu yang mempunyai harta
tidak bisa dipandang, ia sudak sejahtera sebab belum tentu
dengan hartanya mampu menghantarkannya pada
kesejahteraan, sebaliknya bagi yang tidak punya harta
peningkatan penghasilan akan berdampak pada perubahan
status sosial, ekonomi dan kesehatan. Perbaikan status
dapat berakibat peningkatan penghasilan sehingga
kesejahteraan relatif dapat dianalisis melalui pendekatan
pendapatan. Untuk menganalisa kesejahteraan melalui
indikator pendapatan tidak dapat mempresentasikan
individu atau rumah tangga sebagai objek yang akan diteliti,
contoh populasi dan sample penelitian tidak dapat
mendikotomi antara orang kaya dan miskin, begitupula
dengan faktor perilaku yang suka menabung dan kondisi
kesehatan yang prima menjadi indikator kesejahteraan akan
bias pada kelompok orang kaya, sebab kedua perilaku
tersebut belum tentu dapat mengantarkan pada
kesejahteraan.
Sesuai dengan teori The law of diminishing marginal
utility (hukum pertambahan manfaat yang makin menurun)
disebutkan bahwa setiap barang / jasa yang dikonsumsi
akan mengalami penurunan utilitas pada setiap
pertambahannya. Sehingga Keyness menggambarkan
bahwa hubungan antara pendapatan yang siap dibelanjakan
(disposible income) dan konsumsi adalah bersifat non linier,

dimana Marginal Propensity to Consume ( MPC) atau hasrat


konsumsi mula-mula naik, namun pada titik kepuasan
tertentu akan mengalami penurunan. Hal ini terjadi sebab
konsumsi yang dimaksudkan oleh keynes adalah barang
yang bersifat nyata. Namun pada konsumsi ibdah tidak
berlaku hukum pertambahan manfaat yang makin menurun
(LDMU). Perilaku yang suka bersedekah, infaq dan Zakat
(ZIS) tidak akan akan masuk pada fase membosankan
sebagaimana pada perilaku menkonsumsi atas barang riil
(konsumsi riil). Disisi lain, ZIS sebagai konsumsi ibadah
mempunyai kesamaan dengan barang konsumsi riil yakni
dapat memberikan kepuasan dari utilitas yang dirasakan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka telah banyak
penelitian yang dilakukan terkait dengan dampak ZIS,
Giving, Donation ataupun charitable terhada kesejahteraan
individu pemberi dan penerima, diantaranya Multifah
(2007), Luks (1991), Ambo Wonua N (2011), Dullin dan Hill
(2003), Brown dkk (2003) dll. Oleh karenanya peneliti akan
mengkaji lebih jauh mengenai determinan amal Zakat, Infak
dan Sedekah yang akan mempengaruhi besaran/jumlah
pendapatan yang ditandai dengan kemampuan
menyimpan/menabung muzakki yang didukung dengan
kondisi yang prima. Kedua indikator tersebut, dapat
dikategorikan sebagai indikator kesejahteraan muzakki,
khususnya didalam komunitas Islam.
Penelitian yang terbaru tentang perilaku Altuisme
yang dilakukan di Indonesia meliputi peranan dan faktorfaktor yang mempengarihi ZIS, antara lain dilakukan oleh
Multifiah (2007) tentang peran ZIS terhadap kesejahteraan
rumah tangga miskin. Kesejahteraan yang dikaji adalah
terkait dengan penghasilan yang diperoleh penerima dana
ZIS (Mustahiq) setelah menggunakan dana tersebut untuk

kegiatan usaha ekonomi. Penelitian ini memproksikan


sejumlah penghasilan yang dihitung berdasarkan
pengeluaran total dari konsumsi pangan dan non pangan,
termasuk sewa rumah, biaya transportasi keluarga, biaya
pendidikan, kesehatan, listrik, dan biaya lainnya. Hasil
penelitian menunjukkan secara simultan seluruh variable
independent berpengaruh terhada kesejahteraan mustahiq,
namun secara parsial hanya ada lima variable berpengaruh8,
antara lain: pendidikan, Frequensy sakit, asset fisik, jumlah
anggota keluarga dan lamanya menerima bantuan ZIS,
sedangkan nilai-nilai agama tidak berpengaruh.
Peneliti lain, Nur Farida (2008)9 yang menemukan bahwa :
1). Pendapatan dan indeks religiousitas tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap zakat yang dibayarkan oleh para
muzakki, 2). Pendapatan dan indeks reiligousitas tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap selisih zakat yang
seharusnya dibayarkan oleh para muzakki, dan 3).
Pendapatan dan indeks religiousitas tidak berpengarush
secara signifikan terhadap selisih jumlah zakat yang
dibayarkan oleh para Muzakki. Hal ini mendukung penelitian
sebelumnya, Ahmad dkk (2005). Kedua penelitian ini
mengindikasikan adanya variable independen diluar model
yang mempengaruhi variable dependent, dan agama belum
mampu memberikan konstribusi yang signifikan terhadap
kesadaran membayar zakat.
8 Multifiah, Pran ZIS terhadap kesejahteraan rumah tangga
miskin, (Studi Penanggulangan Kemiskinan Melalui Bantuan
Modal, Pendidikan, dan Kesehatan di Daerah Malang) Disertasi,
FEUB, Malang, 2007.
9 Nur Farida, Hikayah Azizie, Variable-variable yang
mempengaruhi pembayaran zakat oleh para muzakki (studi kasus
pengelola lembaga keuangan syariah di kota Yogyakarta), Journal
of Islamic Business and Economics, Desember, Vol.2 No.2, 2008

Ambo wonua Nusantara (2011) meneliti tentang


kesejahteraan muzakki dan menyimpulkan10; 1) Karateristik
individu disertai dengan nilai-nilai religious berpengarush
signifikan terhadap pengeluaran sedekah. 2) Pemahaman
nilai-nilai religious dan pengeluaran sedekah terbukti
berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan muzakki. 3)
Jumlah sedekah yang dikeluarkanmuzakki selama ini belum
mampu memediasi pengaruh dari potensi-potensi individual
yang terdiri dari karateristik individu dan pemahaman nilainilai religious terhadap kesejahteraan. Penelitian dari yang
menyangkut pemberian ditulis oleh Hughes dan Lukesetich
(2008) tentang volatilitas pendapatan dan kekayaan serta
efeknya terhadap pemberian (charitable giving)11. Mereka
menemukan bahwa 1). Pendapatan permanen keluarga
memiliki efek yang positif kuat dan signifikan secara statistik
terhadap total amal pemberian keluarga, 2). Peningkatan
variasi pada pendapatan keluarga memiliki dampak yang
negatif dan signifikan terhadap amal pemberian, 3).
Koefisien untuk kekayaan didapati postif dan signifikan dan
begitu juga halnya dengan koefisien untuk hutang, 4). Efek
dari perubahan pada pendapatan permanen terhadap amal
pemberian adalah selalu positif secara konsisten, tapi
elastisitas dari kategori pendapatan adalah lebih kecil
secara signifikan daripada pendapatan aggregat, 5).
Pengarus dai pendapatan kepala keluarga terhadap total
10 Ambo Wonua Nusantara, Analisis Pengeluaran Sedekah
dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Muzakki, Studi di
wilayah Malang, Disertasi Program Doktor Ilmu Ekonomi Unibraw,
Malang, 2011.
11 Patricia Hughes dan Willam Lukesitich, Income Volatility
and Wealth: The Effect on Charitable Giving, Non Profit and
Loluntary sector Quartely, Vol. 37No. 2 Juni,
Http://nvssagepub.com, 2008

10

amall pemberian adalah berbeda secara signifikan dengan


pengaruh dari pendapatan istri terhadap total amal
pemberian, 6). Variasi pada pendapatan dari kepala
keluarga memiliki dampak positif terhadap total amal
pemberian, sementara variasi pada pendapatan dari istri
memiliki dampak negatif, 7). Jika memang amal pemberian
adalah didasarkan/ditentukan berdasarkan pada pendapatan
permanen, maka sumber pendapatan yang lebih besar dan
lebih stabil dapat diperkirakan akan memiliki pengaruh yang
lebih besar terhadap amal pemberian dari pada pendapatan
yang tidak teratur, atau pendapatan sekunder, seperti
pendapatan istri, 8) . Besarnya amal pemberian religious
adalah lebih rendah secara signifikan untuk rumah tangga
dimana kepala keluarga dan istri mengklaim diri mereka
tidak memiliki afiliasi religious.
Dari Sejumlah penelitian yang membahas ZIS atau
Pemberian/ Sumbangan/Donasi belum ada yang meneliti
tenta\ng pengaruh ZIS terhadap besaran pendapatan yang
mempunyai dampak terhadap kesejahteraan Muzakki,
khususnya kemampuan menyimpan dana yang lebih
(tabungan) atau melakukan investasi untuk masa depan
dengan kondisi sehat jasmani dan rohani.
Keyness berpendapat bahwa pengeluaran seseorang
untuk konsumsi dipengaruhi oleh pendapatannya12. Semakin
tinggi tingkat pendapatannya maka tingkat konsumsinya
juga semakin tinggi. Sejalan dengan pemikiran tersebut,
kiranya mudah untuk dimengerti bahwa seseorang yang
tingkat pendapatannya semakin tinggi, semakin besar pula
tabungannya karena tabungan merupakan bagian dari
pendapatan yang tidak dikonsumsikan.

12

11

Secara sistematis, hubungan fungsional antara konsumsi


dan pendapatan dapat ditulis :
C = f(Y) atau C = a + bY

(a > 0, b>0)

dimana :
C = pengeluaran untuk konsumsi
a = besarnya konsumsi saat pendapatannya 0
b = MPC yaitu besarnya tamabahan konsumsi karena
adanya tambahan pendapatan
Y = Pendapatan

Pendapatan (Y) digunakan untuk konsumsi (C) dan tabungan


(S), atau
Y = C+S
S = Y-C
S = Y (a+bY)
S = Y a bY
S = -a + (1-b) Y

Konsumsi (Consumption) adalah Kegiatan mengurangi


nilai guna barang dan jasa, dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan13. Alat untuk melakukan konsumsi adalah dengan
menggunakan pendapatan, maka kossumsi juga sering
13

12

dartikan bagian pendapatan masyarakat yang digunakan


untuk membeli barang atau jasa dalam rangka memenuhi
kebutuhan. Bagi masyarakat yang berpenghasilan kecil
seluruh pendapatannya akan habis dipergunakan untuk
keperluan konsumsi.
Jika dirumuskan
Y = C.
Y = Yield (pendapatan)
C = Consumption( konsumsi)
Faktor

yang

komposisi

mempengaruhi

keluarga,

konsumsi

lingkungan,

pendapatan,

kepribadian,

motivasi,

sikap,budaya dan perkiraan masa depan.

Tabungan
masyarakat

(saving)

yang

tidak

adalah

bagian

digunakan

untuk

pendapatan
konsumsi.

Masyarakat yang mempunyai penghasilan lebih besar dari


kebutuhan konsumsi akan mempunyai kesempatan untuk
menabung Dalam perekonomian sederhana Pendapatan
Nasional akan digunakan untuk : Konsumsi dan Tabungan,
dirumuskan :
Y=C+S
Y = Yield (pendapatan)
C = Consumption( konsumsi)
S = Saving (tabunga)

13

Faktor yang mempengaruhi tabungan ; pendapatan, tingkat


bunga, motif berjaga-jaga.

Investasi (investment) adalah bagian dari tabungan


yang digunakan untuk kegiatan ekonomi menghasilkan
barang dan jasa (produksi) yang bertujuan mendapatkan
keuntungan14. Jika tabungan besar, maka akan digunakan
untuk kegiatan menghasilkan kembali barang dan jasa
(produksi). Tabungan akan digunakan untuk investasi.
Investasi

mempunyai

dampak

sangat

besar

terhadap

bertambahnya pendapatan nasional. Bila dirumuskan


Y=C+S
Y=C+I
Sehingga I = S
Y (yield) : pendapatan
C (consumption): konsumsi
S (saving : tabungan)
Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

melakukan investasi :
a) Tingkat bunga kredit
b) Jumlah permintaan barang/jasa
c) Perkembangan teknologi
14

Ibid

pengusaha

untuk

14

d) Pajak Perseroan (perusahaan)


e) Biaya produksi
f) Kebijakan investasi & stabilitas politik

Konsumsi, pendapatan dan tabungan hubungannya


sangat erat. Menurut pendapat JM Keyness dikenal dengan
psychological

Consumption

membahas

tingkah

laku

masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan


pendapatan.
Pendapat JM Keyness sebagai berikut15 :
1) Jika pendapatan naik, maka konsumsi akan naik, tetapi
tidak sebanyak kenaikan pendapatan
2) Setiap kenaikan pendapatan akan digunakan untuk
konsumsi dan tabungan
3) Setiap

kenaikan

pendapatan

jarang

menurunkan

konsumsi dan tabungan.

Fungsi
konsumsi

Konsumsi

dan

menjelaskan

pendapatan

nasional

hubungan

antara

kedalam

bentuk

persamaan digunakan beberapa asumsi sebagai berikut :


Jika

masyarakat

tetap

akan

pengeluaran konsumsi minimum (otonom)

15

Ibid

melakukan

15

Pengeluaran konsumsi tergantung dari besar kecilnya


pendapatan
Jika terjadi kenaikan pendapatan, maka konsumsi
meningkat dengan jumlah yang lebih kecil dibanding
kenaikan pendapatan.
Proporsi kenaikan pendapatan yang akan dikonsumsi
adalah tetap. Proporsi ini disebut Marginal Propensity
to Consume (MPC)

Berdasarkan asumsi persamaan linier pengeluaran konsumsi


dirumuskan :
C = a + bY
Yang menunjukkan bahwa :
Y = Pendapatan (income)
C = konsumsi
a

konstanta,

besarnya

konsumsi

saat

tidak

ada

pendapatan ( sama dengan nol) disebut konsumsi


otonom.
b =

tambahan melakukan konsumsi bila ada tambahan

pendapatan,
merupakan

disebut

hasrat

perbandingan

konsumsi
antara

marginal,
perubahan

pengeluaran konsumsi dan perubahan pendapatan.

Untuk menghitung besar a dirumuskan a = (APC MPC) Y

16

Dimana :
APC :

average propencity to consume, rata-rata hasrat


mengkonsumsi

dengan

membandingkan

antara

besarnya konsumsi dengan pendapatan itu sendiri.


APC = C/Y
Untuk menghitung b Secara matematis dirumuskan :
MPC = C/Y
(MPC = marginal propensity to consume)

Fungsi
dengan

tabungan

pendapatan

pendapatan

menjelaskan

diperoleh

nasional

dengan

dari

antara

tabungan

persamaan

pengeluaran

antara

konsumsi

masyarakat ditambah dengan tabungan masyarakat. Jadi ,

Y=C+S
S = Y- C
Padahal C = a +by maka,
C = Y - (a+by)
C = Y a by
C = -a + y by
C = -a + y by

17

C = -a + (1-b)y
Jadi fungsi tabungan =
S = -a + (1-b)y atau S =+(1-b) - a
Keterangan :
S = tabungan nasional
(1-b) = MPS (marginal Propensity Save) hasrat marginal
menabung ), yaitu besarnya tambahan tabungan yang
disebabkan oleh bertambahnya pendapatan.
(1-b) hasrat untuk menabung marjinal ( (MPS= marginal
propensity to save
Secara matematis MPS =
MPS= S/Y
a =

pengeluaran konsumsi otonom /pengeluaran apabila


pendapatan sama dengan nol.
S = + (1-b)Y-a
S=YC
S = Y Ca + b

atau MPS = 1 - MPC, sebab MPC + MPS = 1


Karena (b) + (1-b) = 1 maka MPC + MPS = 1

18

Tingkat

BEP

adalah

tingkat

dimana

besarnya

pendapatan sama dengan besarnya pengeluaran untuk


konsumsi.
Y = C atau Y-C = 0
Dirumuskan Hubungan antara MPC dengan MPS dinyatakan
berikut :
MPC +MPS = 1 atau MPC= 1-MPS atau MPS = 1 - MPC








Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus
biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki.
Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui. (QS Al-Baqarah
: 261)
bahwa mengeluarkan zakat/sedekah/infaq akan
diganti 10 sampai 700 kali lipat oleh Allah SWT. Sekilas
mungkin orang berpikir bahwa tidak mungkin uang yang kita
keluarkan untuk zakat akan diganti begitu saja. Sama
bingungnya dengan bagaimana mungkin uang itu bisa
kembali kepada kita? apakah ada uang senilai sepuluh kali
lipat yang turun dari langit atau kita diberi uang oleh
malaikat

atau

ada

orang

yang

dengan

cuma-cuma

memberikan uang kepada kita di jaman sekarang seperti ini.


Bagaimanapun

keajaiban

sedekah

adalah

sebuah

misteri yang sulit dicerna oleh akal. Bagi orang yang tidak

19

beriman, barangkali sedekah adalah sebuah pengeluaran


harta. Secara akal, jelas tindakan tersebut mengurangi harta
yang dimilikinya. Perlulah dipahami bahwa ajaran agama
bukanlah bim salabim, Sedekah bukanlah sebuah sulap,
yang dapat merubah kertas jadi uang atau mengubah batu
jadi emas. Balasan dari Allah tidak begitu saja turun dari
langit, namun balasan Allah tetap berpegah pada proses
sebab akibat sebagai bentuk keseimbangan hidup didunia
ini. Terkadang seorang mengeluarkan sedekah dan ia telah
melupakannya, namun dalam suatu waktu mendatang ia
telah mendapatkan rezki yang berlimpah. Justru ia tidak
menyadari bahwa rezeki yang mudah didapat dan berlimpah
itu dampak dari sedekahnya. Dalam contoh yang lain,
seseorang

bersedekah

di

hari

ini,

kemudian

dihari

mendatang ia terselamatkan dari bahaya yang hampir


merenggut nyawanya atau telah mengidap suatu penyakit
yang berbahaya kemudian disembuhkan dari penyakitnya
itu, terkada semua itu terjadi akibat dari berkahnya sedekah
yang ia berikan. Dalam suatu hadist yang diriwayatkan oleh
Al-Baihaqi,

Rasulullah

SAW

bersabda

Sembuhkanlah

penyakit kalian dengan sedekah, Lindungilah harta kalian


dengan zakat, dan siapkanlah doa untuk mengusir petaka.
Zakat, akan di ganjar sepuluh kali lipat bahkan lebih
adalah benar. Ini bisa di jelaskan oleh perspektif Agama,
kebenarannya karena sudah termaktub dalam Al-Quran.
Namun bagaimana kita menjelaskannya melalui kacamata
ekonomi karena sejatinya zakat juga berhubungan dengan
perspektif ekonomi?. Mudah Saja. Kita dapat memakai
analogi atau dalam bahasa ekonomi disebut efek multiplier
secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut :

20

Seorang penjual baju akan semakin kaya apabila


banyak pembeli dan akan bangkrut apabila pembelinya
tidak ada. Untuk meningkatkan daya beli masyarakat maka
si penjual baju akan mengeluarkan zakat. Penjual baju
adalah orang yang mengeluarkan zakat atau muzakki.
Sedangkan Yang menerima zakat di sebut Mustahiq (ada 8
golongan Mustahiq)16.
Dengan Mengeluarkan zakat, maka efeknya tidak
hanya dirasakan oleh mustahiq saja. Kita ambil contoh
penjual baju tadi memberikan zakat dan sedekahnya kepada
mustahiq sebesar Rp. 120.000, selanjutnya mustahiq akan
membelanjakannya untuk beras 20 kg senilai Rp. 100.000
(20rb lainnya sebagai tabungan mustahiq atau biaya
lainnya), selanjutnya penjual beras mendapat untung senilai
Rp. 30.000 dan penjual beras membelanjakannya untuk
membeli baju di penjual baju tadi. Hal yang sama juga
berlaku pada profesi lain. Bisakah anda membayangkan jika
semua Muzakki yang ada di Indonesia mengeluarkan zakat?
berapakah keuntungan yang di dapat?. Dapat kita
bayangkan ada beberapa pihak yang di untungkan dalam
ilustrasi ini. Dari contoh diatas Zakat dalam bentuk bantuan
konsumtif yang diberikan kepada mustahik akan
meningkatkan pendapatan mustahik, yang berarti daya beli
mustahik tersebut atas suatu produk yang menjadi
kebutuhannya akan meningkat pula. Peningkatan daya beli
atas suatu produk ini akan berimbas pada peningkatan
permintaan atas suatu produk tersebut. Peningkatan
permintaan berarti akan terjadi peningkatan produksi suatu
perusahaan, imbas dari peningkatan produksi adalah
penambahan kapasitas produksi yang hal ini berarti
perusahaan akan menyerap tenaga kerja lebih banyak. Hal
16

21

ini berarti tingkat pengangguran akan semakin berkurang,


Sementara itu di sisi lain peningkatan produksi akan
berakibat pada meningkatnya pula pajak yang dibayarkan
kepada negara, baik pajak perusahaan, pajak pertambahan
nilai maupun pajak penghasilan.
Bila penerimaan negara dari pajak bertambah, maka negara
akan mampu menyediakan sarana dan prasarana untuk
pembangunan serta mampu menyediakan fasilitas publik
bagi masyarakat, dan apabila zakat yang mampu
dikumpulkan secara signifikan akan mampu memberikan
pendidikan dan kesehatan gratis bagi masyarakat. Dari
gambaran di atas terlihat bahwa dari pembayaran zakat
mampu menghasilkan multiplier effect17 dalam
perekonomian, yang pada akhirnya secara tidak langsung
akan berimbas pula kepada kita.
Bantuan yang diberikan dalam bentuk bantuan
konsumtif saja sudah mampu memberikan efek pengganda
yang cukup siginifikan, apalagi zakat diberikan dalam bentuk
bantuan produktif seperti modal kerja atau dana bergulir,
maka sudah barang tentu efek pengganda yang didapat
akan lebih besar lagi dalam suatu perekonomian,
dikarenakan zakat memberikan efek dua kali lipat lebih
banyak dibandingkan dalam zakat dalam bentuk bantuan
konsumtif.
Disamping itu dalam sebuah artikel ustadz mansyur
tentang matematika sedekah18 menjelaskan cara Allah
melipat gandakan sedekah. Contoh; 10 1 = 19, Jadi kalau
kita punya harta 10 disedekahkan 1 harta tersebut menjadi
19, bukan 9, karena harta tersebut akan dilipat gandakan
oleh Allah sesuai ayat di atas menjadi 19, sebab satu yang
17

Teori Keyness dalam Muh.Yunanto 2007

18

Muh. Syahputra dan Dr. Hj. Musriha 2011

22

dikeluarkan akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kali


lipat. Hasil akhir, bagi mereka yang mau bersedekah, tentu
akan menjadi berlipat ganda lagi tergantung dari kehendak
Allah, sebab dijanjikan balasan berkali-kali lipat lebih dari
sedekah sepuluh kali lipat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa zakat bermakna
pertumbuhan dan firman Allah dalam surat Al-Baqarah
ayat 261 tentang zakat yang dapat memberikan balasan
yang berlipat ganda bagi orang yang menafkahkan hartanya
di jalan Allah tidak hanya berupa kebajikan semata
melainkan turut pula memberikan pengaruh berlipat ganda
dalam perekonomian.
Zakat sebagai suatu ibadah maliah ijtimalah atau
ibadah yang bersifat sosial kemasyarakatan adalah hak
tertentu yang diwajibkan Allah terhadap harta kaum
muslimin yang berkecukupan. Dimana hak tersebut
diperuntukkan bagi fakir miskin dan mustahik lainnya yang
membutuhkan, sebagai tanda syukur atas segala nikmat
yang telah Allah berikan dan untuk mendekatkan diri
kepada-Nya serta untuk membersihkan diri dan hartanya.
Ibadah zakat mempunyai dua aspek, yaitu aspek hubungan
manusia dengan Allah SWT (hablum minallah) dan aspek
hubungan manusia dengan sesama (hablum minannas).
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai
beberapa arti yaitu al-barakatu (keberkahan), al-namaa
(pertumbuhan dan perkembangan), ath-thaharatu
(kesucian) dan ash-shalahu (keberesan).
Makna keberkahan yang terdapat pada zakat berarti
dengan membayar zakat akan memberikan berkah kepada
harta yang dimiliki dan insya Allah akan membantu

23

meringankan di akhirat kelak, sebab salah satu harta yang


tidak akan hilang meskipun sampai kita di alam barzah
adalah amal jariyah.
Zakat berarti pertumbuhan, karena dengan
memberikan hak fakir miskin dan lain-lain yang terdapat
dalam harta benda kita, akan terjadilah suatu sirkulasi uang
dalam masyarakat yang mengakibatkan berkembangnya
fungsi uang itu dalam kehidupan perekonomian di
masyarakat. Sedangkan zakat bermakna kesucian ataupun
keberesan dimaksudkan untuk membersihkan harta benda
milik orang lain, yang dengan segaja atau tidak sengaja,
telah termasuk ke dalam harta benda kita.
1.2. Rumusan Masalah
1.

Besarnya pengaruh zakat terhadap besaran


pendapatan dan kesejahteraan baik langsung maupun
tidak langsung.

2.

Besarnya pengaruh Infaq terhadap besaran


pendapatan dan kesejahteraan baik langsung maupun
tidak langsung.

3.

Besarnya pengaruh sedekah terhadap besaran


pendapatan dan kesejahtaeraan baik langsung maupun
tidak langsung.

4.

Besarnya pengaruh pendapatan dan kesejahteraan


terhadap kondisi kesehatan muzakki.

5.

Besarnya pengaruh pendapatan dan kesejahteraan


terhadap kemampuan menabung atau melakukan
investasi oleh muzakki baik langsung maupun tidak
langsung.

6.

Besarnya pengaruh kemampuan menabung atau


melakukan investasi terhadap kondisi kesehatan Muzakki
baik langsung maupun tidak langsung.

24

C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan


masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.

Untuk mengetahui besarnya pengaruh zakat terhadap


besaran pendapatan dan kesejahteraan baik langsung
maupun tidak langsung.

2.

Untuk mengetahui besarnya pengaruh Infaq terhadap


besaran pendapatan dan kesejahteraan baik langsung
maupun tidak langsung.

3.

Untuk mengetahui besarnya pengaruh sedekah


terhadap besaran pendapatan dan kesejahtaeraan baik
langsung maupun tidak langsung.

4.

Untuk mengetahui besarnya pengaruh pengaruh


pendapatan dan kesejahteraan terhadap kemampuan
menabung atau melakukan investasi oleh muzakki baik
langsung maupun tidak langsung.

5.

Untuk mengetahui besarnya pendapatan dan


kesejahteraan terhadap kondisi kesehatan muzakki.
D. Manfaat Penelitian

1.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi


gambaran yang lebih komprehensip tentang pengelolaan
keuangan rumah tangga Muzakki yang memenuhi
kewajibannya akan ZIS serta penggunaan sisa lebih dari
konsumsi yakni Tabungan atau investasi, agar nanti-nya
dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan
evaluasi dan perbaikan-perbaikan yang lebih konstruktif,
sehingga keberadaannya dapat lebih eksis.

25

2.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan


kajian dan referensi dalam pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya terkait dengan peranan Zakat,
Infaq dan Sedekah terhadap besarnya pendapatan
pemberi, sekaligus mendapatkan nikmat kesehatan.

E.

Ruang Lingkup Penelitian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia19, Arti rezeki


memupnyai dua makna; Pertama, Segala sesuatu yang
dipakai untuk memelihara kehidupan yang diberikan Tuhan.
Kedua, Rezeki merupakan penghidupan, Pendapatan untuk
memelihara keuntungan, kesempatan mendapat makanan
dan sebagainya.

19

Kamus Besar Bahasa Indonesia

26

BABII
LANDASAN TEORI
Ilmu ekonomi secara umum merupakan suatu studi
tentang perilaku masyarakat dalam menggunakan
sumberdaya yang terbatas (langka) dalam rangka
memproduksi berbagai komoditi, untuk kemudian
menyalurkan (mendistribusikan) komoditi tersebut kepada
berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu
masyarakat. Jadi ilmu ekonomi membahas aktivitas yang
berkaitan dengan alokasi sumberdaya yang langka untuk
kegiatan produksi untuk memproduksi barang dan jasa;
ekonomi juga membahas aktivitas yang berkaitan dengan
cara-cara memperoleh barang dan jasa; juga membahas
aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan konsumsi,
yakni kegiatan pemanfaatan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan hidup; serta membahas aktivitas yang
berkaitan dengan kegiatan distribusi, yakni bagaimana
menyalurkan barang dan jasa yang ada di tengah
masyarakat.20 Dalam referensi lain disebutkan ilmu ekonomi
secara umum dipahami sebagai suatu studi ilmiah yang
mengkaji bagaimana orangperorang atau kelompokkelompok masyarakat menentukan pilihan.
Pilihan harus dilakukan manusia pada saat mereka
akan memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hal ini dikarenakan setiap
manusia mempunyai keterbatasan (kelangkaan) dalam hal
sumber daya yang dimilikinya (pendapatan), sehingga
mereka tidak mungkin mampu memenuhi seluruh
kebutuhan dan keinginan hidupnya tanpa melakukan pilihan
20

Produksi dan konsumsi dalam Al-Quran:Aplikasi tafsir ekonomi. Internet tgl

akses 12 september 2009. masmiar net malang.

27

untuk mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki. Pilihan


yang dimaksud menyangkut pilihan dalam kegiatan
produksi, konsumsi serta kegiatan distribusi barang dan jasa
tersebut di tengah masyarakat. Namun intinya pembahasan
ilmu ekonomi ditujukan untuk memahami bagaimana
masyarakat mengalokasikan keterbatasan (kelangkaan)
sumberdaya yang dimilikinya.
Analisis Konsumsi dan perilaku konsumen Dalam
Ekonomi
Kegiatan konsumsi adalah pekerjaan atau kegiatan
memakai atau menggunakan suatu produk barang atau jasa
yang diproduksi atau dibuat oleh produsen. Dalam kamus
bahasa indonesia lengkap konsumsi adalah pemakaian
barang-barang produksi, bahan makanan dan sebagainya.21
Contoh kegiatan konsumsi adalah seperti makan di
warung, cukur jenggot di tukang pangkas rambut dan
berobat ke dokter. Sebagaimana dipahami dalam pengertian
ilmu ekonomi konvensional, bahwa ilmu ekonomi pada
dasarnya mempelajari upaya
manusia baik sebagai individu maupun masyarakat.
Dalam rangka melakukan pilihan penggunaan sumber daya
yang terbatas guna memenuhi kebutuhan (yang pada
dasarnya tidak terbatas) akan barang dan jasa. Kelangkaan
akan barang dan jasa timbul bila kebutuhan (keinginan)
seseorang atau masyarakat ternyata lebih besar daripada
tersedianya barang dan jasa tersebut. Jadi kelangkaan ini
muncul apabila tidak cukup barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut.22
21

Daryanto. (1997). Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Penerbit APOLLO.

Surabaya. Hal. 374

22

Huda, Nurul. (2005). http//:KuliahYarsi.ac.id. google. Masmiar Net. Tgl akses,

12 september 2011 7:33 AM. Hal.1

28

Konsumsi adalah suatu kegiatan menggunakan barang


atau mengurangi nilai guna suatu barang. Pengertian
konsumsi ini hampir bisa dikaitkan dengan definisi
permintaan. Dimana dalam ilmu ekonomi mikro dijelaskan
panjang lebar mengenai permintaan. Ilmu ekonomi mikro
menjelaskan bahwa permintaan diartikan sebagai jumlah
barang yang dibutuhkan. Pengertian ini berangkat dari
pernyataan bahwa manusia memiliki kebutuhan (melakukan
kegiatan konsumsi).
Atas dasar kebutuhan tersebut individu akan
mempunyai permintaan terhadap barang atau jasa, semakin
banyak penduduk di suatu negara, itu berarti semakin
banyak barang atau jasa yang dikonsumsi. Sehingga
semakin besar permintaan masyarakat akan sesuatu jenis
barang atau jasa. Permintaan di pasar barang sangat
berkaitan dengan harga. Sehingga permintaan baru akan
memiliki arti jika didukung dengan daya beli permintaan
barang. Permintaan yang didukung dengan daya beli
permintaan barang inilah yang disebut dengan permintaan
efektif. Sedangkan permintaan yang hanya di dasarkan pada
kebutuhan saja disebut permintaan absolut atau potensial.
Daya beli seorang konsumen tergantung pada dua unsur
pokok yaitu pendapatan yang dapat dibelanjakannya dan
harga barang yang dikehendaki.23
Konsumsi dipandang dalam sosiologi bukan sebagai
sekedar pemenuhan kebutuhan yang bersifat fisik dan
biologis manusia, tetapi berkaitan dengan aspek-aspek
sosial budaya. Konsumsi berhubungan dengan masalah
selera, identitas, atau gaya hidup. Jika para ekonom
memperlakukan selera sebagai suatu yang stabil, difokuskan
pada nilai guna, dibentuk secara individu dan dipandang
23

Sudarsono. (1984). Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES. Yogyakarta.Hal. 8-9

29

sebagai sesuatu yang eksogen (diluar pusat perhatian).


Maka sosiolog memandang selera sebagai sesuatu yang
dapat berubah, difokuskan pada kualitas simbolik dari
barang dan tergantung pada persepsi tentang selera dari
orang lain.
Konsumsi terhadap suatu barang, menurut Weber
(1922-1987), merupakan gambaran gaya hidup tertentu dari
kelompok status tertentu.24
Analisis mengenai perilaku konsumen dalam teori
ekonomi konvensional terbagi menjadi tiga prinsip yaitu:25
a. Kelangkaan dan terbatasnya pendapatan. Adanya
kelangkaan dan terbatasnya pendapatan memaksa orang
menentukan pilihan. Agar pengeluaran senantiasa berada di
anggaran yang sudah ditetapkan, meningkatkan konsumsi
suatu barang atau jasa harus disertai dengan pengurangan
konsumsi pada barang dan jasa yang lain.
b. Konsumen mampu membandingkan biaya dengan
manfaat. Jika dua barang memberi manfaat yang sama,
konsumen akan memilih yang lebih kecil biayanya. Disisi
lain, bila untuk memperoleh dua jenis barang yang biayanya
sama maka konsumen akan lebih memilih yang lebih besar
manfaatnya.
c. Tidak selamanya konsumen dapat memperkirakan
manfaat dengan tepat. Saat membeli suatu barang, bisa jadi
manfaat yang diperoleh tidak sesuai dengan harga yang
harus dibayarkan. Pengalaman tersebut akan menjadi
informasi bagi konsumen yang akan mempengaruhi
keputusan konsumsinya mengenai kebutuhan barang yang
akan datang.
24

Damsar. (1997). Sosiologi Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal. 13

25

Edwin, Mustafa dkk. (2006). Ekonomi Islam. Kencana Prenada Group. Jakarta.

Hal.57-58

30

d. Setiap barang dapat disubstitusi dengan barang


lain. Dengan demikian konsumen dapat memperoleh
kepuasan dengan berbagai cara.
e. Konsumen tunduk pada hukum Berkurangnya
Tambahan Kepuasan (The Law Diminishing Marginal Utility).
Semakin banyak jumlah barang yang dikonsumsi, akan
semakin kecil tambahan kepuasan yang dihasilkan.
Tujuan aktivitas konsumsi adalah memaksimalkan
kepuasan (utility) dari mengkonsumsi sekumpulan barang
dan jasa dengan memanfaatkan seluruh anggaran atau
pendapatan yang dimiliki. Secara matematis hal diatas
dapat ditunjukkan dengan rumus berikut ini:
U=U1+U2 + U3 + U4 +..+ Un ..
(1)
Dengan kendala I= P1X1 + P2X2 + P3X3 +.+ PnXn
(2)
Keterangan Rumus:
U = Total kepuasan Un= kepuasan dari menkonsumsi
barang n
Pn = harga barang n Xn= banyaknya barang n yang
dikonsumsi
I = Total pendapatan
Ada beberapa aksioma yang dikembangkan dalam
menentukan pilihan-pilihan rasional individu:26
a. Completeness (kelengkapan): jika individu
dihadapkan dua situasi A dan B maka ia akan senantiasa
dapat menentukan secara pasti salah satu dari ketiga
kemungkinan berikut ini;
26

Ibid,.hal.

31

1) A lebih disukai daripada B


2) B lebih disukai daripada A
3) A dan B sama-sama disukai
Dalam hal ini individu di asumsikan dapat mengambil
keputusan secara konsekuen dan mengerti akibat dari
keputusan tersebut, asumsi juga mengarah pada
kemungkinan bahwa individu lebih menyukai salah satu dari
A dan B.
b Transitivity jika seseorang berpendapat bahwa A
lebih disukai daripada B dan B lebih disukai daripada C maka
tentu ia akan mengatakan A harus disukai daripada C.
asumsi ini menyatakan bahwa pilihan individu bersifat
konsisten secara internal.
c Continuity jika seseorang menganggap A lebih
disukai daripada B maka situasinya yang cocok mendekati A
harus juga lebih disukai daripada B.
Ada 2 pendekatan dalam membahas teori perilaku
konsumen konvensional, antara lain:
1) Pendekatan Kardinal (Cardinal Approach)
Pendekatan kardinal merupakan gabungan dari
beberapa pendapat para ahli ekonomi aliran subjektif seperti
Herman Heinrich Gossen (1854), William Stanley Jevons
(1871), dan Leon Walras (1894). Pendekatan kardinal dapat
dianalisis dengan menggunakan konsep utilitas marjinal
(marginal utility). Asumsi dalam pendekatan ini antara lain:
a) konsumen bertindak rasional (ingin memaksimalkan
kepuasan sesuai dengan batas anggarannya);
b) pendapatan konsumen tetap;

32

c) uang memiliki nilai subjektif yang tetap.


Menurut pendekatan kardinal utilitas suatu barang dan
jasa dapat diukur dengan satuan util. Contoh, sebuah raket
akan lebih berguna bagi pemain tenis dari pada pemain
sepak bola. Namun bagi pemain sepak bola, bola akan lebih
berguna daripada raket. Beberapa konsep mendasar yang
berkaitan perilaku konsumen melalui pendekatan kardinal
adalah konsep utilitas total (total utility) dan utilitas marjinal
(marginal utility).
Utilitas total adalah yang dinikmati konsumen dalam
mengonsumsi sejumlah barang atau jasa tertentu secara
keseluruhan. Adapun utilitas marjinal adalah pertambahan
utilitas yang dinikmati oleh konsumen dari setiap tambahan
satu unit barang dan jasa yang dikonsumsi. Sampai pada
titik tertentu, semakin banyak unit komoditas yang
dikonsumsi oleh individu, akan semakin besar kepuasan
total yang diperoleh. Meskipun utilitas total meningkat,
namun tambahan (utility) yang diterima dari mengonsumsi
tiap unit tambahan komoditas tersebut biasanya semakin
menurun. Hal tersebut yang mendasari hukum utilitas
marjinal yang semakin berkurang (the law of diminishing
marginal utility). Menurut hukum ini jumlah tambahan
utilitas yang diperoleh konsumen akan semakin menurun
dengan bertambahnya konsumsi dari barang atau jasa
tersebut. Hukum tersebut diperkenalkan pertama kali oleh
H.H. Gossen (18101858), seorang ahli ekonomi dan
matematika Jerman, dan selanjutnya hukum ini dikenal
dengan nama Hukum Gossen I.
Gossen menjelaskan bahwa konsumen akan
memuaskan kebutuhan yang beragam tersebut sampai
memiliki tingkat intensitas yang sama Dengan tegas,

33

Gossen menyatakan bahwa konsumen akan melakukan


konsumsi sedemikian rupa sehingga rasio antara utilitas
marjinal dan harga setiap barang atau jasa yang dikonsumsi
besarnya sama. Selanjutnya, pernyataan ini dikenal dengan
Hukum Gossen II.
Hukum Gossen II menunjukkan adanya upaya setiap
orang untuk memprioritaskan pemenuhan kebutuhannya
berbanding harga barang hingga memperoleh tingkat
optimalisasi konsumsinya. Dengan tingkat pendapatan
tertentu seorang konsumen akan berusaha men dapatkan
kombinasi berbagai macam kebutuhan hingga rasio antara
utilitas marjinal (MU) dan harga sama untuk semua barang
dan jasa yang dikonsumsinya. Pendekatan ordinal kali
pertama diperkenalkan oleh Francis Edgeworth dan Vilfredo
Pareto. Asumsi yang dipergunakan dalam pendekatan ini
antara lain:
a) konsumen bertindak rasional (ingin memaksimumkan
kepuasannya);
b) konsumen memiliki pola pilihan (preferensi) terhadap
barang yang disusun berdasarkan urutan besar
kecilnya (pilihan) nilai guna;
c) konsumen memiliki sejumlah uang tertentu;
d) konsumen konsisten dengan pilihannya. Jika ia
memilih A dibanding B, memilih B dibanding C, maka
ia akan memilih A dibanding C.
2) Pendekatan Ordinal (Ordinal Approach)
Pendekatan ordinal menganggap bahwa utilitas suatu
barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan
konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya utilitas
yang di peroleh dari mengonsumsi sejumlah barang atau
jasa. Selanjutnya konsumsi dipandang sebagai upaya
optimalisasi dalam konsumsinya. Pendekatan ordinal dapat

34

dianalisis dengan menggunakan kurva indiferen


(indifference curve) dan garis anggaran ( budget line).
a) Kurva Indiferen (Indiferent Curve)
Kurva indiferen adalah kurva yang menunjukkan
kombinasi dua macam barang konsumsi yang memberikan
tingkat utilitas yang sama Seorang konsumen membeli
sejumlah barang, misalnya, makanan dan pakaian dan
berusaha mengombinasikan dua kebutuhan yang
menghasilkan utilitas yang sama. Ciri-ciri kurva indiferen
adalah sebagai berikut:
a. Turun dari kiri atas ke kanan bawah, hal ini berakibat
pada terjadinya keadaan yang saling meniadakan
(trade-off), yaitu jika konsumen ingin menambah
konsumsi atas satu barang, ia harus mengurangi
konsumsi atas barang lainnya.
b. Cembung ke arah titik asal (angka 0), yang
menunjukkan jika konsumen menambah konsumsi
satu unit barang, jumlah barang lain yang dikorbankan
semakin kecil. Dalam analisis ilmu ekonomi hal ini
sering disebut sebagai tingkat substitusi marginal
(marginal rate of substitution atau MRS), yaitu tingkat
ketika barang X bisa disubstitusikan dengan barang Y
dengan tingkat utilitas yang tetap. Secara matematis
dapat di tuliskan dengan persamaan :
MRSxy=

dy MUy
=
dx MUx

.. (3)

c. Kurva indiferen tidak saling berpotongan.


a. Jika kombinasi barang yang dikonsumsi memiliki
kualitas yang semakin banyak, maka akan
memberikan utilitas yang semakin tinggi yang
ditunjukan oleh kurva indiferen yang semakin
menjauhi titik 0.

35

b) Garis Anggaran (Budget Line)


Adanya keterbatasan pada pendapatan akan
membatasi pengeluaran konsumen untuk mengonsumsi
sejumlah barang. Hal ini digambarkan dalam garis anggaran
(budget line), yaitu garis yang menunjukkan berbagai
kombinasi dari dua macam barang yang berbeda oleh
konsumen dengan pendapatan yang sama.
Persamaan garis anggaran adalah:
I = Px.X + Py.Y .
(4)
Dimana :
I = Pendapatan konsumen
P = Harga barang atau jasa yang dikonsumsi
X,Y = Jenis Barang X dan Y
Selanjutnya untuk mengetahui pada saat kapan
konsumen optimalisasi dalam mengonsumsi secara optimal,
yaitu pada saat kurva indiferen (IC2) bersinggungan dengan
garis anggaran (AB), terjadi di titik (E). Adapun kurva
indiferen (IC1) dan kurva indiferen (IC3) merupakan kurva
yang tidak diharapkan oleh konsumen, karena kurva-kurva
tersebut tidak menunjukkan keseimbangan barang dan jasa
yang dikonsumsi.
Konsep konsumsi menurut para ilmuwan
Konvensional
a. Thorstein Bunde Veblen (1857-1929)
Mengatakan bahwa perilaku masyarakat dipengaruhi
serta ikut mempengaruhi pandangan serta perilaku orang
lain. Pola perilaku seseorang ditentukan oleh kondisi sosial.

36

Sehingga nilai-nilai, norma-norma, kebiasaan serta budaya,


yang semuanya terefleksikan dalam kegiatan ekonomi, baik
dalam berproduksi maupun berkonsumsi. Dalam perilaku
konsumsi ada perilaku yang wajar, yaitu ingin memperolah
manfaat atau utilitas yang sebesar-besarnya dari tiap
barang yang dikonsumsinya, dan ada pula yang tidak wajar
kalau konsumsi ditujukan hanya untuk pamer (conspicuous
consumption).27
b. Plato
Naluri untuk memperoleh benda-benda melebihi
kebutuhan yang layak sebenarnya merupakan rintangan
bagi perdamaian.28 Meskipun plato tidak menyalahkan
kekayaan dan kemewahan, plato hanya mengingatkan
manusia akan kewajibannya mengendalikan keinginannya
serta bertanggung jawab.
c. Karl Menger, Leon Walras, dan Jevons
Merumuskan teori konsumsi dengan konsep teori nilai
guna kardinal. Yaitu teori yang menjumlahkan kepuasan.
Dalam teori nilai guna, nilai kepuasan dinyatakan dengan
satuan utility. Dimana dia mengukur kepuasan atas
konsumsi barang baik yang tidak ada hubungan dengan
kepuasannya mengkonsumsi maupun ada hubungannya.29
d. Samuelson
Merumuskan teori preferensi30, yaitu konsumen yang
telah memiliki preferensi untuk konsumsinya maka
27

Deliarnov. (2003). Perkembangan Pemikiran Ekonomi. PT RajaGrafindo

Persada. Jakarta. Hal.146

28

Soeriawidjadja. (1987). Ekonomi dan Koperasi. Ganeca Exact. Bandung

29

Putong, Iskandar. (2005).Teori Ekonomi Mikro. Penerbit Mitra Wacana Media.

Jakarta. Hal.154

37

konsumen tersebut tidak akan berpindah ke lain preferensi


karena adanya perubahan harga barang. Konsumen akan
konsisten dengan pilihannya. Ilustrasinya adalah ketika
seseorang telah cukup dengan membeli 2 pulpen dan 1
buku mengapa harus membeli 2 pulpen dan 3 buku ?.31
e. A.Ando, R. Bruimberg dan F.Modigliani.S
Asumsi yang di gunakan yaitu, sepanjang hidupnya
masyrakat mempengaruhi konsumsinya. Mengenai sumber
pendapatan, Ando Brumberg Modigliani membedakan dua
sumber pendapatan yaitu tenaga kerja sebagai sumber
labour income dan kekayaan sebagai sumber property
income.
Dapat dirumuskan dengan : Y= YL + YP
(5)
f. Milton Friedman
Dengan menggunakan asumsi bahwa konsumen
bersikap rasional dalam mengalokasikan pendapatan yang
diperoleh selama hayatnya diantara kurun waktu yang
dihadapinya serta menghendaki pola-pola konsumsi yang
kurang lebihnya merata dari waktu ke waktu. Milton
Friedman menarik kesimpulan bahwa konsumsi permanen
seorang konsumen atau suatu masyarakat mempunyai
hubungan yang positif dan proporsional dengan
pendapatannya. Secara matematis dapat ditulis dengan:
30

Preferensi meliputi 4 konsep yaitu; (1) konsumen dapat menemukan kembali

utility pada setiap kombinasi barang dan dapat membandingkan kombinasi mana yang
mempunyai utility lebih besar atau lebih kecil. (2) tingkat kepuasan konsumen lebih tinggi
bilamana jumlah konsumsi suatu barang lebih banyak tanpa mengurangi jumlah konsumsi
barang lainnya.(3) tingkat kepuasan konsumen lebih rendah bilamana unit konsumsi satu
macam barang dikurangi tanpa menambah jumlah barang lainnya.(4) konsumen mampu
menemukan kembali kombinasi barang yang menghasilkan utility yang sama.

31

Ibid,.hal.188

38

Cp = K Yp . (6)
dengan Cp adalah konsumsi permanent
g. James Desenbery
James Desenbery mengemukakan pendapatnya bahwa
pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan
terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah
dicapainya.apabila pendapatan berkurang, konsumen tidak
akan banyak mengurangi pengeluarannya untuk konsumsi.
Untuk mempertahankan tingkat konsumsi mereka terpaksa
mengurangi saving.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengeluaran
konsumsi:
1) Distribusi pendapatan nasional
2) Banyaknya kekayan masyarakat dalam bentuk alatalat liquid
3) Banyaknya barang-barang konsumsi tahan lama
dalam Masyarakat.
Teori Rasionalitas dalam perilaku konsumen
konvensional
Definisi rasionalitas diambil dari bahasa Inggris
rationality. Dalam Oxford disebutkan banyak arti ration;32
dapat menggunakan kekuatannya untuk berpikir, tidak
bodoh dan ngawur, ungkapan jelas, mudah dipahami. Dan
rationality merupakan kata bendanya, yang berarti; kualitas
perbuatan berpikir atau sesuatu yang dapat diterima akal.
Bila di kaitkan dengan ilmu ekonomi khususnya teori
perilaku konsumen maka definisi teori rasionalitas ini adalah
konsep yang muncul ketika setiap orang mencari
32

AS Hornby, Oxford Adanced Learners Dictionary of Current English, Edisi IV,

Inggris: Oxford University Press, 1989, hal. 1040.

39

kesejahteraan hidupnya (kekayaan material) dengan cara


melakukan pilihan-pilihan yang tepat bagi diriya, dengan
prinsip jangan sampai dia tidak kebagian mendapatkan
pilihan itu karena terbatasnya ketersediaan, maka orang
tersebut dianggap melakukan tindakan rasional.
Dalam lingkup yang lebih khusus, seorang produsen
dianggap rasional jika ia dapat mencapai tujuan usahanya
(keuntungan) dengan cara melakukan beberapa pilihan
strategi, meminimalisasi kapital dan mendapatkan
keuntungan maksimum. Demikian juga konsumen, ia
dianggap rasional, jika ia dapat memenuhi atau melampaui
batas maksimum kepuasannya dari alat-alat pemuas yang
terbatas. Oleh karena itu, rasionalitas ekonomi dapat
dipahami sebagai tindakan atas dasar kepentingan pribadi
untuk mencapai kepuasannya yang bersifat material
lantaran kawatir tidak mendapatkan kepuasan itu karena
terbatasnya alat atau sumber pemuas. Dalam referensi lain
sudarsono menyebutkan bahwa asumsi rasionalitas adalah
asumsi yang menyatakan bahwa seorang konsumen
senantiasa berusaha menguunakan pendapatannya yang
jumlahnya terbatas itu untuk memperoleh kombinasi
barang-barang dan jasa konsumsi yang menurut
perkiraannya akan mendatangkan kepuasan yang
maksimum.33 Masih dalam referensi yang sama diungkapkan
bahwa seorang konsumen yang rasional adalah konsumen
yang bertujuan memaksimumkan utilitas total atau
kepuasan total dalam membelanjakan hartanya. Rasionalitas
juga memiliki arti bahwa suatu usaha konsumen untuk
meningkatkan kepuasannya atau akan memilih tingkat
kepuasan yang tertinggi yang bisa dicapai nya.34

33

Masyhuri. (2007). Ekonomi Mikro. UIN Press: Malang. Hal.24-25

40

Asumsi sentral dalam teori ekonomi mikro


konvensional adalah manusia berperilaku secara rasional.
Asumsi ini diperlukan agar dapat dibangun teori yang
memiliki daya prediksi terhadap perilaku manusia dalam
memenuhi kebutuhannya dihadapkan dengan keterbatasan
sumber daya yang di milikinya. Rasionalitas menjadi dasar
dari semua model dalam teori ekonomi modern yang
berkembang sampai saat ini, dan diyakini bahwa sistem
kapitalisme tidak dapat hidup tanpanya. Adanya dari
rasionalitas adalah adanya pengetahuan atau perkiraan
mengenai akibat dari sesuatu yang kita lakukan.
Kepentingan pribadi atau self-interest, menjadi titik
tekan disini. Namun, menurut Adam Smith, penekanan pada
self-interest itu bukan berarti mengabaikan kepentingan
masyarakat. Menurutnya, dengan memaksimalkan selfinterest, kepentingan (kesejahteraan) masyarakat dengan
sendirinya akan terpenuhi kesejahteraan masyarakat itu.
Oleh karena itu, dalam buku-buku ekonomi rasionalitas ini
dijelaskan bahwa pelaku ekonomi melakukan tindakan
rasional jika ia melakukan sesuatu yang sesuai dengan selfinterest, dan pada saat yang sama konsisten dengan
membuat pilihan-pilihannya dengan tujuan dapat
dikuantifikasikan (dihitung untung ruginya) menuju
kesejahteraan umum. Meskipun ada tujuan kepentingan
umumnya, tetapi itu berangkat dari kepentingan pribadi.
Fungsi tujuan utilitas konsumen rasional sebagaimana telah
dijelaskan diatas, dapat dituliskan dengan persamaan
matematis yaitu:
U= f ( Xi. Zj) .
(7)
34

Putong, Iskandar. (2005).Teori Ekonomi Mikro. Penerbit Mitra Wacana Media.

Jakarta.hal. 168

41

keterangan:
U= total Utilitas yang dicapai konsumen karena
mengkonsumsi barang Xi
dan barang tahan lama Zj.
Xi= jumlah barang ke-i yang dikonsumsi pada periode
tertentu.
Zj= jumlah barang tahan lama ke-j yang dikonsumsi pada
periode tertentu.
Teori Konsumsi Dalam Ekonomi Mikro Islam
Ilmu ekonomi menurut pandangan Islam adalah ilmu
yang membahas tentang upaya-upaya mengadakan dan
meningkatkan produktivitas barang dan jasa. Atau dengan
kata lain berkaitan dengan produksi suatu barang dan jasa.
Ekonomi Islam adalah tata aturan yang berkaitan dengan
cara berproduksi, distribusi dan konsumsi serta kegiatan lain
dalam kerangka mencari maisyah (penghidupan individu
maupun kelompok atau negara) sesuai dengan ajaran
Islam.35
Menurut M.Akram khan,36 ekonomi Islam adalah ilmu
ekonomi yang bertujuan untuk melakukan kajian untuk
kebahagiaan hidup manusia yang dicapai dengan
mengorganisasikan sumber daya alam atas dasar
bekerjasama dan partisipasi. Kemudian menurut M. Umar
Chapra37, ekonomi Islam adalah sebuah pengetahuan yang
membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui
alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang
berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam
35

Aziz, Abdul. (2008). Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro.Graha

Ilmu.Yogyakarta hal.3-4

36

Huda, Nurul dkk. (2008). Ekonomi Makro Islam.kencana prenada media group:

Jakarta.hal-1

37 Ibid,,.Hal.2

42

tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku


makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa
ketidakseimbangan lingkungan.
Konsumen (pembeli atau pemakai) dalam bahasa Arab
dikenal mustary (pembeli). Dalam format kamus yang
berbeda, Kamus Indonesia Arab memuat kata al-mustahlik
(pemboros dan konsumsi) al-istihlak (memboroskan atau
membuang harta).38 Alih bahasa kata boros dalam Kamus
Inggris-Indonesia, adalah wasteful (boros, royal),
extravagant (berlebih-lebihan, mewah) dan lavish
(menghambur-hamburkan). Berbeda dengan consumer yang
berarti konsumen dan pemakai.39 Dalam pemakaian bahasa,
kata boros sering dikonotasikan dengan konsumerisme. Alhasil, terjadi pemaknaan yang berlawanan antara boros dan
sederhana sebagai sifat consumers. Istilah untuk
pemborosan dikenal konsumtivisme yang dilawankan
dengan konsumerisme, yaitu gerakan konsumen akibat
perilaku pelaku usaha yang tidak jujur (fair). Dalam kamus
Ilmiah juga disebutkan bahwa konsumsi berarti
penyempurnaan.40
Perilaku konsumen (consumer behavior) mempelajari
bagaimana manusia memilih di antara berbagai pilihan yang
dihadapinya dengan memanfaatkan sumberdaya (resources)
yang dimilikinya. Teori perilaku konsumen yang dibangun
berdasarkan syariah Islam, memiliki perbedaan yang
mendasar dengan teori konvensional. Perbedaan ini
menyangkut nilai dasar yang menjadi fondasi teori, motif
dan tujuan konsumsi, hingga teknik pilihan dan alokasi
anggaran untuk berkonsumsi. Islam sangat menganjurkan
38

Yunus, Mahmud.Kamus Arab-Indonesia. PT Hidakarya Agung.Jakarta.Hal.419

39

Ecols. John. (2005). Kamus Inggris Indonesia. PT Gramedia. Jakarta. Hal.142

40 Widodo. (2001).Kamus Ilmiah Populer.PT Absolut. Yogyakarta. Hal.333

43

pemenuhan kebutuhan hidup secara sederhana. Dalam


pandangan Islam kegiatan ekonomi merupakan tuntutan
kehidupan, di samping merupakan anjuran yang
memiliki dimensi ibadah.
Sejalan dengan Shiddiqi41, bahwa aktivitas ekonomi
dalam pandangan Islam bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup secara sederhana, memenuhi kebutuhan
keluarga, memenuhi kebutuhan jangka panjang,
menyediakan kebutuhan keluarga yang ditinggalkan dan
memberikan bantuan sosial dan sumbangan menuntut jalan
Allah. Dalam menganalisis perilaku konsumen Islam ada
bebrapa model pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan Paradoks Halal-Haram
Pendekatan paradoks halal-haram ini akan mendorong
kita pada pemahaman bahwa kepuasan seorang muslim
sangat ditentukan oleh kadar kehalalan maupun kadar
keharaman barang konsumsi. Dengan meminjam alat
analisis konvensional hal tersebut di atas dapat dijelaskan
bahwa konsumen muslim dihadapkan pada pilihan barang
halal (X) dan barang haram (Y) dan pendapatan sebesar I,
karena Y memberi utilitas 0 atau U=0 maka seorang
konsumen muslim tidak pernah membelanjakan
pendapatannya pada barang Y, kemudian dapat dituliskan
dalam rumus:
Y= - (Px / Py) X + I / Py . (8)
Hal tersebut dapat diselesaikan dengan corner
sollution42 yakni keadaan dimana pendapatan individu habis
digunakan untuk satu barang saja dalam hal ini adalah X.
41

Siddiqi, M.N. (1992) Islamic Consumer Behavior, in Tahir et al: Readings in

Microeconomics in Islamic Perspective, Longman Malaysia, pp.49-60.

42
Hal.119

Suprayitno, Eko. (2008). Ekonomi Mikro Perspektif Islam. UIN Press: Malang.

44

Dengan kata lain konsumen meningkatkan nilai gunanya


dengan terus mengurangi konsumsi barang haram untuk
mendapatkan lebih banyak barang halal, sampai pada titik
dimana dia tidak dapat lagi melakukannya, yaitu pada
seluruh pendapatannya digunakan untuk membeli barang
halal.
b. Pendekatan Prinsip kemurahan hati
Salah satu prinsip konsumsi dalam islam adalah
prinsip kemurahan hati dan prinsip mementingkan
kepentingan sosial secara\ luas. Berbeda dengan
konvensional yang berprinsip pada maksimalisasi kepuasan
individu dengan tidak memperdulikan orang lain selama
individu tidak mengganggu kepentingan orang lain pula atau
dalam ekonomi konvensional dikenal dengan optimum
pareto yang diperkenalkan oleh Vilverdo Pareto. Sehingga itu
yang menunjukkan bahwa konsumen muslim tetap
mendapat tingkat kepuasan maksimal walaupun
pendapatannya terbagi untuk konsumsi dan pengeluaran
dijalan Allah (zakat, infaq, shodaqoh).
Secara matematis hubungan antara pembelanjaan
kebutuhan sehari-hari dengan pembelanjaan dijalan Allah
adalah sebagai berikut:
I=Pxa Xa + Pxb Xb + Pxc Xc +.+Pxn Xn + Z
(9)
Dimana, Pa, Pb, Pc,.Pn adalah harga dari barang Xa
sampai Xn. Sedangkan Z adalah pembelanjaan Allah berupa
(zakat, infaq, shodaqoh). Pendapatan yang diperoleh dengan
cara yang halal akan digunakan untuk menutupi kebutuhan
harian seorang konsumen muslim. Pada sisi pemenuhan
kebutuhan individual dan keluarga, secara langsung
menguntungkan pasar mulai dari produsen hingga

45

pedagang dengan memperjualbelikan komoditi barang dan


jasa. Setiap uang yang dibelanjakan konsumen menjadi
revenue bagi pengusaha sebagai bentuk transaksi
pertukaran antara barang dan uang.
Konsumsi atau pemanfaatan merupakan hal penting
dalam pengolahan kekayaan. Pemanfaatan adalah akhir dari
keseluruhan proses produksi. Penggunaan harta harus
diarahkan pada pilihan yang baik dan tepat agar kekayaan
dapat dimanfaatkan pada jalan sebaik mungkin. Konsumen
muslim tidak hanya menekankan aspek duniawi semata.
Kemanfaatan konsumsi di dunia harus memiliki nilai ibadah.
Konsumen muslim selalu dapat meyeimbangkan kehidupan
dunia dan akhirat dalam mencapai ridha Allah, karena
semua yang dihasilkan kemudian dikonsumsi ditujukan
untuk kemaslahatan yang lebih besar (al-maslahat alummat).
Etika ilmu ekonomi Islam berusaha untuk mengurangi
kebutuhan material yang luar biasa sekarang ini, untuk
mengurangi energi manusia dalam mengejar cita-cita
spiritualnya. Perkembangan bathiniah yang bukan perluasan
lahiriah, telah dijadikan cita-cita tertinggi manusia dalam
hidup. Tetapi semangat modern dunia barat, sekalipun tidak
merendahkan nilai kebutuhan akan kesempurnaan batin.
Namun rupanya telah mengalihkan tekanan kearah
perbaikan kondisi-kondisi kehidupan material. Dalam
ekonomi Islam konsumsi dikendalikan oleh lima prinsip
dasar43:
c. Prinsip Keadilan

43 Suprayitno, Eko. (2008). Ekonomi mikro Perspektif Islam. UIN Malang Press.
Malang. Hal.109-110

46

Prinsip keadilan disini adalah mengandung arti ganda


akan pentingnya mencari rezeki secara halal dan tidak
melanggar hukum. Sesuai dengan Firman Allah dalam AlQuran surat Al-Baqarah ayat 168 berikut ini:
ygr't $Z9$# (#q=. $JB F{$#$
Wxn=ym $Y7hs wur (#q6Ks? Nuqz `s
9$# 4 mR) N3s9 Art 7B

Artinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal


lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu. (QS.Al-Baqarah:168).44
d. Prinsip Kebersihan
Selain prinsip keadilan dalam kegiatan mengkonsumsi
barang, Islam juga menggunakan prinsip kebersihan. Yaitu
prinsip yang menghendaki makanan yang akan dikonsumsi
harus baik atau cocok untuk dimakan. Tidak kotor atau
menjijikkan sehingga dapat merusak selera. Rasulullah
mencontohkan untuk tetap menjaga kebersihan. Dalam AlQuran pun telah dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat
173:
yJR) tPym N6n=t sptGyJ9$# tP$!$#ur$
zNss9ur Y9$# !$tBur @d& m/ t9 !$# (
`yJs $# ux 8$t/ wur 7$t Ixs zNO) mn=t
4 b) !$# qx Om

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu


bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika
disembelih) disebut (nama) selain Allah. tetapi Barangsiapa
dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka
tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.Al-Baqarah:173).45

44

Depag. (2003). Al-Quran dan Terjemahannya. Penerbit CV.Asy-Syifa.

Semarang. Hal.56

45

Ibid,.Ha.57

47

Dalam surat di atas mengandung makna bahwa


makanan yang tidak bersih dan kotor adalah terdapat pada
kata, mayyitata (bangkai), Lahm (darah), dan khindzir
(daging babi). Ketiga jenis makanan tersebut diharamkan.
Karena mengandung kemudharatan pada kondisi tubuh.
Dalam medis, kesehatan adalah hal yang paling penting
dalam hidup manusia. Bangkai tidak pantas dikonsumsi
karena pada dasarnya sesuatu yang telah menjadi bangkai,
maka dapat dipastikan ada bagian-bagian yang telah
membusuk. Sehingga dapat membahayakan kesehata jika
tetap dikonsumsi. Darah juga diharamkan karena tidak
menutup kemungkinan dalam darah terdapat berbagai
macam bibit penyakit yang ikut dalam aliran darah.
Kemudian pada bangkai babi, Islam tidak secara gamblang
menyebutkan mengapa daging babi diharamkan.
Berdasarkan penelitian para pemerhati kesehatan
menyatakan bahwa dalam daging babi terdapat cacing pita.
Apabila cacing tersebut termakan oleh manusia, maka akan
berkembang biak dalam usus manusia dan sangat
berbahaya.
e. Prinsip Kesederhanaan
Prinsip ini mengandung arti bahwa dalam
mengkonsumsi janganlah bersikap berlebih-lebihan dan
diperintahakan memenuhi kebutuhan sesuai dengan
kebutuhan prioritas saja. Dalam Al-Quran surat Al-Maidah
dijelaskan dalam ayat 87 yang berbunyi:

pkr't t%!$# (#qZtB#u w$


(#qBhptB Mt6hs !$tB @ymr& !$#
N3s9 wur (#rtGs? 4 c) !$# w =t
ttFJ9$#

48

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah


kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah
halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.(QS.Al-Maidah:87).46
Dalam mengkonsumsi barang atau jasa sebaiknya
secukupnya saja dan jangan berlebihan. Karena berlebihan
akan mengakibatkan haramnya barang yang halal. Seperti
dijelaskan dalam ayat di atas.
La tuhrimuu thoyyibaati maa ahalallahu lakum yang
artinya janganlah kamu mengharamkan apa-apa yang baik
yang telah Allah halalkan untukmu!. Sesuatu yang halal
akan menjadi haram manakala dalam penggunaannya
terlalu berlebihan, kemudian apabila dalam memperolehnya
diperoleh dengan cara yang tidak benar.
f. Prinsip Kemurahan Hati
Islam memerintahkan kepada umatnya untuk bersikap
baik kepada sesama, diantaranya dijelaskan dan hadits yang
artinya:
Tidaklah beriman seorang hamba hingga ia
mencintai tetangganya atau saudaranya seperti ia
mencintai dirinya sendiri47
Selain itu juga telah diajarkan dalam Islam bagaimana
seorang muslim saling memikirkan saudaranya yang lain
yang membutuhkan pertolongan, konsep saling berbagi
yang kemudian akan mempererat tali persaudaraan di
antara sesama akan memperkuat persatuan umat. Antara
lain dengan adanya perintah berzakat dalam agama yang
telah jelas di paparkan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah
ayat 177:
46

Ibid,.hal.255-256

47

Depag. (2003).Al-Quran dan terjemahannya.Penerbit CV. As-Syifa: Semarang

49

9 99$# br& (#q9uq? N3ydq_r @t6%{ *


-yJ9$# >yJ9$#ur `3s9ur 99$# `tB z`tB#u
!$$/ Qqu9$#ur zFy$# px6n=yJ9$#ur
=tG39$#ur z`h;Z9$#ur tA#uur tA$yJ9$# 4n?t
mm6m rs 4n1)9$# 4yJtGu9$#ur t3|
yJ9$#ur t$#ur @69$# t,#!$9$#ur ur U$s
%h9$# uQ$s%r&ur no4qn=9$# tA#uur no4q29$#
cqqJ9$#ur Ndgy/ #s) (#rygt ( t99$#ur
!$y't79$# !#9$#ur tnur 't79$# 3 y7
s9'r& t%!$# (#q%y| ( y7s9'r&ur Nd tbq)GJ9$#

Artinya: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah


timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari Kemudian, malaikatmalaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orangorang yang memintaminta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orangorang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.
(QS.Al- Baqarah:177).48
Disebutkan dalam ayat tersebut beberapa pokok
kebajikan yang diperintahkan oleh agama salah satunya
adalah wa aatazzakaah yang artinya tunaikan zakat.
Disinilah konsep saling berbagi itu kemudian dikembangkan
oleh Islam, tidak hanya sebatas zakat 2,5 kg pada bulan
puasa saja. Tetapi lebih dari itu ada zakat-zakat lain yang
juga sunnah seperti zakat maal, zakat penghasilan,
shodaqoh, infaq, hibah, dan waqaf yang itu semua ditujukan
untuk kesejahteraan umat.
g. Prinsip Moralitas

48

Ibid,.hal.58-59

50

Islam juga memperhatikan pembangunan moralitas


bagi manusia yang digambarkan dalam perintah agama.
Untuk mengajarkan\ manusia selalu bersyukur atas segala
karunia yang diberikan Allah. Sehingga secara tidak
langsung akan membawa dampak terhadap perkembangan
psikologis manusia. Dalam Al-quran telah dijelaskan dalam
surat Al-baqarah ayat 172:
ygr't %!$# (#qZtB#u (#q=2 `B$
Mt6hs $tB N3oY%yu (#r3$#ur ! b) OFZ2
n$) cr7s?

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, makanlah di


antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu
dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepadaNya kamu menyembah.(QS.Al-Baqarah:172).49

Dengan bersyukur manusia akan merasa lebih tenang


dan qanaah terhadap segala yang Allah berikan padanya
sehingga akan mendorong sifat besar hati serta tidak ada
tekanan dalam pribadinya. Perilaku konsumen (consumer
behavior) mempelajari bagaimana manusia memilih di
antara berbagai pilihan yang dihadapinya dengan
memanfaatkan sumberdaya (resources) yang dimilikinya.
Teori perilaku konsumen yang dibangun berdasarkan syariah
Islam, memiliki perbedaan yang mendasar dengan teori
konvensional. Perbedaan ini menyangkut nilai dasar yang
menjadi fondasi teori, motif dan tujuan konsumsi, hingga
teknik pilihan dan alokasi anggaran untuk berkonsumsi.
Ada tiga nilai dasar yang menjadi fondasi bagi perilaku
konsumsi masyarakat muslim:50
1 Keyakinan akan adanya hari kiamat dan kehidupan
akhirat, prinsip ini mengarahkan seorang konsumen
untuk mengutamakan konsumsi untuk akherat
49

Ibid,.hal.57

50

Huda, Nurul. (2005). http//:KuliahYarsi.ac.id. google. Masmiar Net. Tgl akses,

12 september 2011 7:33

51

daripada dunia. Mengutamakan konsumsi untuk


ibadah daripada konsumsi duniawi. Konsumsi untuk
ibadah merupakan future consumption (karena
terdapat balasan surga di akherat), sedangkan
konsumsi duniawi adalah present consumption
(konsumsi saat sekarang).
2 Konsep sukses dalam kehidupan seorang muslim
diukur dengan moral agama Islam, dan bukan dengan
jumlah kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi
moralitas semakin tinggi pula kesuksesan yang
dicapai. Kebajikan, kebenaran dan ketaqwaan kepada
Allah merupakan kunci moralitas Islam. Kebajikan dan
kebenaran dapat dicapai dengan perilaku yang baik
dan bermanfaat bagi kehidupan dan menjauhkan diri
dari kejahatan.
3 Kedudukan harta merupakan anugerah Allah dan
bukan sesuatu yang dengan sendirinya bersifat buruk
(sehingga harus dijauhi secara berlebihan). Harta
merupakan alat untuk mencapai tujuan hidup, jika
diusahakan dan dimanfaatkan dengan benar. Sesuai
dengan penjelasan firman Allah QS. Al-Baqarah : 265
@sWtBur t%!$# cq)Y Ngs9uqBr& u!$tG/
$# V$|tB !$# $\G7[s?ur `iB NgRr& @sVyJx.
pYy_ >ouq/t/ $ygt/$|r& @/#ur Ms?$ts $ygn=2&
x b*s N9 $pk: @/#ur @@ss 3 !$#ur
$yJ/ tbq=yJs? t/

Artinya: Dan perumpamaan orang-orang yang


membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah
dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun
yang terletak di dataran Tinggi yang disiram oleh hujan
lebat, Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat.
Jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis
(pun memadai). dan Allah Maha melihat apa yang kamu
perbuat.(Q.S.Al-Baqarah:265)51

51

Depag. (2003). Al-Quran dan Terjemahannya. Penerbit CV.Asy-Syifa.

Semarang. Hal.94

52

Bagaimana seharusnya seorang muslim


memanfaatkan segala sesuatu yang telah Allah ciptakan
untuk kepentingannya. Memanfaatkan tidak untuk pribadi
tetapi juga untuk orang lain. Pada kalimat yunfiquu
amwalahumubtighooa mardhotillah yuniqu yang berarti
membelajakan, amwalahum yang berasal dari
kata maal yang artinya harta, kemudian mardhotillah
yang artinya keridhoan Allah. Jika disimpulkan bahwa
belanjakanlah sebagian dari hartamu untuk mencari
keridhoan Allah. Membelanjakan disini artinya tidak hanya
sebatas membelanjakan uang untuk kegiatan konsumsi
pribadi. Tetapi lebih dari itu, arti kata membelanjakan harta
dalam konteks ayat tersebut adalah memanfaatkan harta
yang dimiliki untuk kepentingan orang lain dan
kemaslahatan.
Konsep Maslahah Dalam Perilaku Konsumen Islami
Pembahasan konsep kebutuhan dalam Islam tidak
dapat dipisahkan dari kajian perilaku konsumen dari
kerangka Maqasid Syariah. Tujuan syariah harus dapat
menentukan tujuan perilaku konsumen dalam Islam. Tujuan
syariah Islam adalah tercapainya kesejahteraan umat
manusia. Oleh karena itu semua barang dan jasa yang
memiliki maslahah akan dikatakan kebutuhan manusia.
Dalam teori konvensional nilai guna (utility) digambarkan
dengan memiliki barang atau jasa untuk memuaskan
keinginan manusia. Keinginan manusia ditentukan secara
subyektif. Tiap-tiap orang memiliki atau mencapai kepuasan
menurut kriterianya masing-masing. Dalam perspektif Islam,
kebutuhan ditentukan oleh konsep maslahah.
Imam Shatibi menggunakan istilah 'maslahah', yang
maknanya lebih luas dari sekadar utility atau nilai guna.

53

Maslahah merupakan tujuan hukum syara' yang paling


utama. Dalam kamus Ilmiah populer, kata maslahat berarti
mendatangkan faedah, yang mendatangkan manfaat.52
Menurut Imam Shatibi, maslahah adalah sifat atau
kemampuan barang dan jasa yang mendukung elemenelemen dan tujuan dasar dari kehidupan manusia di muka
bumi ini. Ada lima elemen dasar menurut beliau, yakni:
kehidupan atau jiwa (al-nafs), properti atau harta benda (al
mal), keyakinan (al-din), intelektual (al-aql), dan keluarga
atau keturunan (al-nasl)53. Semua barang dan jasa yang
mendukung tercapainya dan
terpeliharanya kelima elemen di atas disebut
maslahah. Kemanfaatan konsumsi di dunia harus memiliki
nilai ibadah. Konsumen muslim selalu dapat
menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat dalam
mencapai ridha Allah. Karena semua yang dihasilkan
kemudian dikonsumsi ditujukan untuk kemaslahatan yang
lebih besar (al-maslahat al-ummat).54
a. Sifat-sifat maslahah sebagai berikut :
1) Maslahah bersifat subyektif dalam arti bahwa setiap
individu menjadi hakim bagi masing-masing dirinya dalam
menentukan apakah suatu perbuatan merupakan suatu
maslahah atau bukan bagi dirinya. Namun, berbeda dengan
konsep utility, kriteria maslahah telah ditetapkan oleh
syariah dan sifatnya mengikat bagi semua individu.
Misalnya, bila seseorang mempertimbangkan bunga bank
memberi maslahah bagi diri dan usahanya, namun syariah
52

Widodo. (2001).Kamus Ilmiah Populer.PT Absolut. Yogyakarta. Hal.408

53 Adiwarman, Karim.(2004). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.PT RajaGrafindo


Persada.Jakarta. hal.382- 383

54 Anshorullah, Najmudin. (2007). Jurnal Najmu. Sumber:Media Konsumen.


Masmiar Net.Malang. Tgl akses 12 september 2009 7:33 AM. Hal.1

54

telah menetapkan keharaman bunga bank, maka penilaian


individu tersebut menjadi gugur.
2) Maslahah orang per seorang akan konsisten dengan
maslahah orang banyak. Konsep ini sangat berbeda dengan
konsep Pareto Optimum, yaitu keadaan optimal di mana
seseorang tidak dapat meningkatkan tingkat kepuasan atau
kesejahteraannya tanpa menyebabkan penurunan kepuasan
atau kesejahteraan orang lain.
3) Konsep maslahah mendasari semua aktivitas
ekonomi dalam masyarakat, baik itu produksi, konsumsi,
maupun dalam pertukaran dan distribusi. Dengan demikian
seorang individu Islam akan memiliki dua jenis pilihan, yaitu
i) Berapa bagian pendapatannya yang akan dialokasikan
untuk maslahah jenis pertama dan berapa untuk maslahah
jenis kedua. ii) Bagaimana memilih di dalam maslahah jenis
pertama, berapa bagian pendapatannya yang akan
dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan dunia
(dalam rangka mencapai 'kepuasan' di akhirat) dan berapa
bagian untuk kebutuhan akhirat.
Pada tingkat pendapatan tertentu, konsumen Islam,
karena memiliki alokasi untuk hal-hal yang menyangkut
akhirat, akan mengkonsumsi barang lebih sedikit daripada
non-muslim. Hal yang membatasinya adalah konsep
maslahah tersebut di atas. Tidak semua barang atau jasa
yang memberikan nilai guna (utility) mengandung maslahah
di dalamnya. Sehingga tidak semua barang atau jasa dapat
dan layak dikonsumsi oleh umat Islam. Dalam
membandingkan konsep kepuasan dengan pemenuhan
kebutuhan (yang terkandung di dalamnya maslahah), kita

55

perlu membandingkan tingkatantingkatan tujuan hukum


syara' yakni antara daruriyyah, tahsiniyyah dan hajiyyah.
b. Pembagian konsep tingkat kebutuhan menurut Islam55:
1 Dharuriyat; kebutuhan yang harus dipenuhi
(kebutuhan primer). Kebutuhan ini terdiri dari
kebutuhan agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
Pengabaian kelima unsur pokok tersebut akan
menimbulkan kerusakan dimuka bumi serta kerugian
yang nyata di akherat kelak.
2 Hajiyat; kebutuhan yang menyertai kebutuan
dharuriyat (kebutuhan sekunder, yaitu kebutuhan
yang memudahkan kehidupan, dan menghilangkan
kesulitan manusia di dunia.
3 Tahsiniyat; kebutuhan yang digunakan untuk
menyempurnakan pemeliharaan lima unsur pokok
kehidupan manusia (kebutuhan mewah). Kebutuhan
ini bertindak sebagai pelengkap, penerang dan
penghias kehidupan. Misalnya , kehalusan dalam
berbicara dan bertindak serta pengembangan kualitas
produksi dan hasil pekerjaan.
Kebutuhan dan Keinginan dalam Islam
Ilmu ekonomi konvensional tampaknya tidak
membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Karena
keduanya memberikan efek yang sama bila tidak terpenuhi,
yakni kelangkaan. Dalam kaitan ini, Imam al-Ghazali
tampaknya telah membedakan dengan jelas antara
keinginan (raghbah dan syahwat) dan kebutuhan (hajat),
sesuatu yang tampaknya agak sepele tetapi memiliki
55

Adiwarman, Karim. (2004). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. PT RajaGrafindo

Persada. Jakarta.hal.382

56

konsekuensi yang amat besar dalam ilmu ekonomi56. Dari


pemilahan antara keinginan (wants) dan kebutuhan (needs),
akan sangat terlihat betapa bedanya ilmu ekonomi Islam
dengan ilmu ekonomi konvensional.
Menurut Imam al-Ghazali kebutuhan (hajat) adalah
keinginan manusia untuk mendapatkan sesuatu yang
diperlukan dalam rangka mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan menjalankan fungsinya. Kita melihat misalnya
dalam hal kebutuhan akan makanan dan pakaian.
Kebutuhan makanan adalah untuk menolak kelaparan dan
melangsungkan kehidupan, kebutuhan pakaian untuk
menolak panas dan dingin. Pada tahapan ini mungkin tidak
bisa dibedakan antara keinginan (syahwat) dan kebutuhan
(hajat) dan terjadi persamaan umum antara homo
economicus dan homo Islamicus. Namun manusia harus
mengetahui bahwa tujuan utama diciptakannya nafsu ingin
makan adalah untuk menggerakkannya mencari makanan
dalam rangka menutup kelaparan, sehingga fisik manusia
tetap sehat dan mampu menjalankan fungsinya secara
optimal sebagai hamba Allah yang beribadah kepadaNya. Di
sinilah letak perbedaan mendasar antara filosofi yang
melandasi teori permintaan Islami dan konvensional. Islam
selalu mengaitkan kegiatan memenuhi kebutuhan dengan
tujuan utama manusia diciptakan. Manakala manusia lupa
pada tujuan penciptaannya, maka esensinya pada saat itu
tidak berbeda dengan binatang ternak yang makan karena
lapar saja.
Teori konsumsi menurut pendapat Ilmuwan Muslim
a. Abu Abdillah Muhammad bin Al-Hasan bin Farqad AlSyaibani;
56

Ibid,. hal.318

57

Apabila manusia telah merasa cukup dari apa yang


dibutuhkan kemudian bergegas pada kebajikan, sehingga
mencurahkan pehatiannya pada urusan akhiratnya adalah
lebih baik bagi mereka. Dalam hal ini diartikan bahwa
seorang muslim berkonsumsi dalam kondisi yang cukup
(kifayah), bukan kondisi papa dan meminta-minta (kafafah).
Beliau menyerukan agar manusia hidup dalam kecukupan,
baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarganya. Beliau
juga menyatakan bahwa sifat-sifat kaya berpotensi
membawa pemiliknya hidup dalam kemewahan. Disini tidak
ada penentangan gaya hidup lebih dari cukup selama harta
tersebut hanya di pergunakan untuk kebaikan57.
b. Al-Ghazali
Kesejahteraan (maslahah) dari suatu masyarakat
tergantung padapencarian dan pemeliharaan lima tujuan
dasar, yakni agama, hidup atau jiwa, keluarga atau
keturunan, harta atau kekayaan, dan akal. Al- Ghazali
mendefinisikan aspek ekonomi dan fungsi kesejahteraan
sosialnya dalam kerangka sebuah hierarki utilitas individu
dan sosial yang tripartite, yakni kebutuahan pokok
(daruriyat), kebutuahan kesenangan atau kenyamanan
(hajiyat), dan kebutuhan mewah (tahsiniyat). Hierarki
tersebut adalah klasifikasi dari peninggalan tradisi
Aristotelian yang disebut sebagai kebutuhan ordinal yang
terdiri dari kebutuhan dasar, kebutuhan terhadap barangbarang eksternal dan kebutuhan terhadap barang-barang
psikis.58
Islam adalah agama yang memiliki keunikan tersendiri
dalam hal syariah, sangat komprehensif dan universal.
57

Ibid,. hal.260-261

58

Ibid,. hal. 318

58

Komprehensif berarti merangkum seluruh aspek kehidupan


baik ritual maupun sosial (muamalat). Universal berarti
dapat diterapkan setiap waktu dan tempat. Dalam hal
konsumsi pun Islam mengajarkan sangat moderat dan
sederhana, tidak berlebihan, tidak boros, dan tidak
kekurangan karena pemborosan adalah saudara-saudara
setan59. Konsumsi pada hakikatnya adalah mengeluarkan
sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhan. Konsumsi
meliputi keperluan, kesenangan dan kemewahan60.
Kesenangan atau keindahan diperbolehkan asal tidak
berlebihan, yaitu tidak melempaui batas yang dibutuhkan
oleh tubuh dan tidak pula melampaui batas-batas makanan
yang dihalalkan.61 Dijelaskan dalam ayat Al-quran surat AlMaidah ayat 87:
pkr't t%!$# (#qZtB#u w (#qBhptB$
Mt6hs !$tB @ymr& !$# N3s9 wur (#rtGs? 4 c)
!$# w =t ttFJ9$#

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah


kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah
halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas. (QS.Al- Maidah:87)
Konsumen muslim tidak akan melakukan permintaan
terhadap barang sama banyak dengan pendapatannya,
sehingga pendapatannya habis. Karena mereka memiliki
kebutuhan jangka pendek( dunia) dan kebutuhan jangka
panjang (akherat).62 Dengan memperhatikan keterbatasan
sumber pembiayaan, sebuah rumah-tangga dalam
memenuhi kebutuhannya dihadapkan dengan berbagai
pilihan. Pilihanpilihan ini dapat berupa kombinasi tingkat
59

Q.S Al-Isra, 17:27

60

Diana, Ilfi. (2008). Hadits-Hadist Ekonomi. UIN Malang Press. Malang.Hal.55

61
62

Diana, Ilfi. (2008). Hadits-Hadist Ekonomi. UIN Malang Press. Malang .Hal.56

59

konsumsi antara barang pertanian dan industri, atau antara


konsumsi saat ini dan saat mendatang. Kombinasi dari dua
macam barang termasuk jasa yang memberikan tingkat
kepuasan yang sama digambarkan oleh Pareto.
Dalam kurva indiferensi (indifference curve), yaitu
kurva yang berbentuk garis lengkung yang mewakili
kombinasi dari dua macam barang. Sedangkan keterbatasan
sumber pembiayaan diwakili oleh keterbatasan pendapatan
digambarkan dalam garis anggaran (budget line). Oleh
karena itu pencapaian maksimum nilai guna (utility) dari
sebuah rumah tangga tergantung bagaimana sebuah
rumah-tangga menentukan pilihannya dengan
memperhatikan anggaran yang dimilikinya. Ini berarti
permintaan harus dihentikan setelah kebutuhan dunia
terpenuhi, karena ada kebutuhan akherat yang harus
dibayarkan, yaitu zakat.
Dalam ilmu konvensional, konsumsi agregat terdiri
dari konsumsi barang kebutuhan dasar (Cn) serta konsumsi
barang mewah (C1), dan yang dapat mempengaruhi
konsumsi adalah tingkat harga dan pendapatan. Dalam
Islam tingkat harga saja tidak cukup untuk mengurangi
barang mewah, tetapi dibutuhkan faktor moral dan sosial,
diantaranya adalah kewajiban membayar zakat. Ajaran Islam
bertujuan untuk mengingatkan umat manusia agar
membelanjakan harta sesuai kemampuannya. Pengeluaran
tidak seharusnya melebihi pendapatan dan juga tidak
menekan pengeluaran terlalu rendah sehingga mengarah
pada kebakhilan. Manusia sebaiknya bersifat moderat dalam
pengeluaran sehingga tidak mengurangi sirkulasi kekayaan
dan juga tidak melemahkan kekuatan ekonomi masyarakat
akibat pemborosan.63
63

Ibid,. hal.57

60

Konsep kepemilikan dalam ekonomi Islam dan


ekonomi konvensional
Menurut Islam, anugerah-anugerah Allah adalah milik
semua manusia. Suasana yang menyebabkan sebagian
diantara anugerah-anugerah itu berada ditangan orangorang tertentu tidak berarti bahwa mereka dapat
memanfaatkan anugerah-anugerah itu untuk mereka
sendiri. Orang lain masih berhak atas anugerah-anugerah
tersebut walaupun mereka tidak memperolehnya. Dalam AlQur'an Allah SWT mengutuk dan membatalkan argumen
yang dikemukakan oleh orang kaya yang kikir karena
ketidaksediaan mereka memberikan bagian atau miliknya
ini. Ayat-ayat Al-Quran tentang kepemilikan :

uqd %!$# Yn=y{ N3s9 $B


F{$# $YJy_ NO #uqtG$# n<) !
$yJ9$# `g1q|s y7y ;NuqyJy 4 uqdur
e@3/ >x L=t

Artinya:Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang


ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia
Maha mengetahui segala sesuatu .(QS. Al-Baqarah:29).64
Dalam surat Al-Baqarah ayat 29 telah disebutkan
bahwa Allah telah menciptakan segala yang ada di muka
bumi semata-mata hanya untuk manusia. Maka sudah
selayaknya manusia harus memanfaatkan ciptaan (sumber
daya alam) Allah dengan sebaik-baiknya dan selalu
bersyukuratas itu semua, seperti dijelaskan dalam surat AlJatsiyah ayat 12 berikut ini:

64

Depag. (2003). Al-Quran dan Terjemahannya. Penerbit CV.Asy-Syifa.

Semarang.Hal.10

61

!$# %!$# ty /3s9 tst79$# yftG9 *


7=9$# m nBr'/ (#qtG;tG9ur `B &#s
/3=ys9ur tbr3s?

Artinya:Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu


supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizinNya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan
Mudah-mudahan kamu bersyukur.(Q.S.Al-Jatsiyah:12)65
Kemudian tidak cukup hanya dengan memanfaatkan
dan bersyukur tapi juga dalam mengkonsumsi umat Islam
harus pula memperhatikan makanan yang dikonsumsinya,
apakah ia halal ataukah haram. Seperti yang tercantum
dalam surat Abasa ayat 24-32 berikut :

Zu=s `|RM}$# 4n<) mB$ys


$Rr& $uZ;t7| u!$yJ9$# ${7| NO $uZ)s)x
uF{$# $y)x $uZKt7/Rr's $pk ${7ym
$Y6uZur $Y7s%ur $ZRqGyur WxwUur
t,!#ytnur $Y6= Zpyg3sur $|/r&ur
$YtGB /39 /3JyRL{ur

Artinya: Maka hendaklah manusia itu memperhatikan


makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah
mencurahkan air (dari langit), Kemudian Kami belah bumi
dengan sebaik-baiknya, Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di
bumi itu, Anggur dan sayur-sayuran, Zaitun dan kurma,
Kebun-kebun (yang) lebat, Dan buah-buahan serta rumputrumputan, Untuk kesenanganmu dan untuk
binatangbinatang ternakmu.(Q.S. Abasa: 24-32)66
Inilah bagaimana Islam mengatur kegiatan konsumsi
yang dalam Al-Quran telah banyak dijelaskan dan dikupas
secara mendalam. Sehingga nantinya akan dapat digunakan
sebagai pedoman hidup masyarakat muslim. Nilai dasar
kepemilikan menurut sistem ekonomi Islam:
a. Kepemilikan bukanlah penguasaan mutlak atas
sumber-sumber ekonomi, tetapi setiap badan atau orang
dituntut kemampuannya untuk memanfaatkan sumbersumber ekonomi tersebut.
65

Ibid.hal.1119

66

Ibid.hal.1355-1356

62

b. lama kepemilikan manusia atas suatu benda


terbatas pada lamanya manusia tersebut hidup didunia.
c. sumber daya yang menyangkut kepentingan umum
atau yang menjadi hajat hidup orang banyak harus menjadi
milik umum.
Ada beberapa karakteristik model kepemilikan dalam
ekonomi islam sebagaimana disebutkan dalam al-mawsuah
al-ilmiyah wa alamaliyah al-islamiyah:
1) Harta kepunyaan Allah dan manusia khalifah harta,
karakteristik pertama terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a) Semua harta, baik benda maupun alat produksi
adalah milik (kepunyaan Allah), sebagaimana dijelaskan
dalam firmanNya (QS.Al-Baqarah:284)
tB NuqyJ9$# $tBur F{$# 3 b)ur$ !
(#r7? $tB N6Rr& rr& nq?
N37$y m/ !$# ( us `yJ9 !$to
>jyur `tB !$to 3 !$#ur 4n?t e@2 &x
s%

Artinya: Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di


langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan
apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan
dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah
mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa
siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.(QS.Al- Baqarah:284)
b) Manusia adalah khalifah atas harta miliknya,
dintaranya dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Hadid ayat 7
qZB#u !$$/ &!quur (#q)Rr&ur $JB#)
/3n=yy_ tn=tGB m ( t%!$$s (#qZtB#u
O3ZB (#q)xRr&ur Nlm; _r& 7x.

Artinya: Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya


dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah
menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang
beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari
hartanya memperoleh pahala yang besar.(QS.Al-Hadid:7)

63

Kata menguasai pada ayat di atas, adalah


penguasaan yang bukan secara mutlak. hak milik pada
hakikatnya adalah pada Allah. manusia menafkahkan
hartanya itu haruslah menurut hukum-hukum yang telah
disyariatkan Allah. karena itu tidaklah boleh kikir dan boros.
Teori Rasionalitas Dalam teori perilaku konsumen
islam
Islam menjelaskan bahwa fungsi tujuan konsumen
muslim rasional mencapai maksimum tidak hanya dengan
mengkonsumsi sejumlah barang dan menguasai sejumlah
barang tahan lama, melainkan juga bahkan lebih diharapkan
adalah membelanjakan pendapatannya untuk amalan
shaleh sesuai yang dikehendaki Allah.Swt. Sebagaimana
dijelaskan dalam Al-Quran Surat Al-Kahfi ayat 46 :
R) $oY=yy_ $tB n?t F{$# ZpoY $ol;$
Oduq=7oY9 Nkr& `|mr& WxyJt

Artinya: Harta dan anak-anak adalah perhiasan


kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh
adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik
untuk menjadi harapan. ( QS.Al-Kahfi:46)
Ayat di atas menjelaskan bahwa harta dan segala
yang kita miliki adalah semata-mata harapan untuk
mencapai pahala menuju keridhoan Allah. Sehingga dalam
pemanfaatannya haruslah dengan sebaikbaiknya di
manfaatkan dijalan Allah. Apabila pengeluaran konsumen
diluar belanja barang-barang konsumsi dan penguasaan
barang-barang tahan lama dikelompokkan kedalam zakat,
infaq, dan sedekah, maka fungsi tujan konsumen muslim
merupakan fungsi dari jumlah barang yang dikonsumsi,
jumlah barang yang tahan lama yang dikuasai dan jumlah
zakat, infaq, sodaqoh serta harta milik yang harus diberikan

64

pada saudaranya yang sangat membutuhkan. Dari


penjelasan diatas dapat dituliskan persamaan matematis
fungsi tujuan konsumen muslim rasionalnya yaitu:
U= a + f ( Xi + Yj + Zk ) .
(10)
keterangan:
U = total utilitas yang diperoleh sebagai akibat dari
mengkonsumsi sejumlah barang Xi dan barang tahan lama
Zk.
a = jumlah pengeluaran untuk ZIS (zakat,infaq,sodaqoh)
atau utilitas yang diterima sebagai akibat dari
dikeluarkannya harta untuk ZIS.
Xi = jumlah barang ke-I yang dikonsumsi pada periode
tertentu.
Yj = jumlah barang ke-j yang relakan untuk konsumsi
saudara-saudara lain yang membutuhkan.
Zk = jumlah barang tahan lama ke-k yang dikonsumsi pada
periode tertentu.
Konsep Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan (status) sehat secara fisik,
mental (rohani) dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan
yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan67.
Kesehatan Mental sebagai bagian dari kesejahteraan
batiniyah sering disebut dengan istilah Health dan atau
mental hygiene. Secara historis, ilmu ini diakui berasal dari
kajian psikologi. Usaha para psikolog yang kemudian
menelurkan ilmu baru ini berawal dari keluhan-keluhan
masyarakat sebagai akibat dari munculnya gejala-gejala
yang mengelisahkan. Ilmu kesehatan mental terkait erat
67

Zuyina Luk Lukaningsih, Stit Bandiyah, Psikologi Kesehatan, Nuha Medika,

Yogyakarta, 2011, hal. 39.

65

dengan terhindarnya seseorang dari gangguan penyakit


kejiwaan68.
Kesehatan mental mencakup69 (Marie Jahoda dikutip
oleh Yahya Jaya dalam Ikrom 2008) :
a) Sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri,
kemampuan mengenali diri dengan baik.
b) Pertumbuhan dan perkembangan serta perwujudan
diri yang baik.
c) Keseimbangan mental, kesatuan pandangan, dan
ketahanan terhadap segala tekanan.
d) Otonomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur
kelakuan dari dalam atau kelakuan-kelakuan bebas.
e) Persepsi mengenai realitas, terbebas dari
penyimpangan kebutuhan serta memiliki empati dan
kepekaan sosial, dan
f) Kemampuan menguasai dan berintgrasi dengan
lingkungan.
Teori ini hanya mengukur tingkat kesehatan atas dasar
realitas empirik semata, dimana kesehatan mental dianggap
identik dengan seberapa mampu seseorang dalam
mempersepsi terhadap lingkungan realitas empirik dengan
baik. Realitas yang dimaksud mencakup lingkungan yang
terbatas pada diri dan masyarakat disekitarnya. Sementara
realitas meta empirik tidak dibicarakan diantaranya;
Makhluk spriritual, alam ruh, Allah dan sebagainya.
Upaya penyempurnaan pengertian kesehatan mental
tersebut terus dilakukan agar dapat merangkum seluruh
aspek termasuk ketercakupan seluruh potensi manusia yang

68

Musthafa Fahmi, Al-Ins,n wa Shihhah Al Nafssiyyah, Kairo; Maktabat Misr,

69

Ikrom, Psikologi Islam, Titik singgung antara Tasawuf, psikologi agama dan

1965.

kesehatan mental, Teologia Vol.19, No. 1 Januari 2008.

66

multi dimensi. Zakiah Darajat (1990) menggambarkan


kesehatan mental dari berbagai indikator, yakni70 ;
a) Ketika seseorang mampu menghindarkan diri dari
gangguan mental (Neurose) dan Penyakit (Psikose).
b) Ketik seseorang mampu menyesuaikan diri dengan
masyarakat, alam dan Tuhannya.
c) Ketika seseorang mampu mengendalikan diri terhadap
semua problema dan keadaan hidup sehari-hari.
d) Ketika dalam diri seseorang terwujud keserasian,
keharmonisan antara fungsi-fungsi kejiwaan.
Dengan adanya indikator ini, orang lebih mudah
mengukur tingkat kesehatan mental seseorang. Dalam
artian semakin terpenuhinya keempat dindikator di atas
maka semakin tinggi tingkat kesehatan mental seseorang,
demikian pula sebaliknya. Istilah yang sering digunakan
untuk kesehatan mental adalah Kondisi kejiwaan seseorang.
Istilah lain adalah kesehatan mental sebagai ilmu
pengetahuan dan kesehatan mental sebagai terapi kejiwaan.
Helman (1990) dalam buku psikologi kesehatan oleh
Zuyina menjelaskan penyakit (disease) adalah fungsi atau
adaptasi dari proses biologis dan psikologis pada seseorang
sedang kesakitan ( illness) adalah reaksi personal,
interpersonal serta kultural terhadap penyakit atau perasaan
kurang nyaman. Jadi penyakit adalah sesuatu yang dimiliki
oleh organ, sedangkan kesakitan adalah sesuatu yang
dimiliki oleh seseorang. Undang-undang kesehatan No.23
Tahun 1992 memberikan batasan yang jelas dari arti
kesehatan, yakni keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomi71.
70

Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, Peranannya dalam pendidikan dan

Pengajaran, Jakarta, IAIN, 1978.

71

Soekiji Notoatmojo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, PT.Rineka Cipta,

Jakarta, 2007, hal.3

67

Menilik definisi di atas maka ada empat aspek yang


terkandung dalam arti sehat, yakni72;
1. Kesehatan Fisik terwujud jika seseorang tidak merasa
sakit dan memangsecara klinis tidak sakit.
2. Kesehatan Mental (jiwa), mencakup tiga komponen,
yaitu; a). Pikiran yang sehat tercermin dari cara berpikir
seseorang, b). Emosional tercermin dari kemampuan
seseorang untuk mengekspresikan emosinya. c).
Spiritual yang tercermin dari kemampuan seseorang
untuk mengekspresikan rasa syukur, pujian atau
penyembahan terhadap sang pencipta alam dan
seisinya (Allah SWT).
3. Kesehatan Sosial terwujud apabila seseorang mampu
berhubungan dengan orang lain secara baik, atau
mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain
tanpa membedakan sara, status sosial, ekonomi,politik,
dan sebaginya.
4. Kesehatan dari aspek Ekonomi terlihat dari
produktivitas seseorang (dewasa) dalam arti
mempunyai kegiatan, yang menghasilkan sesuatu yang
dapat menyokong hidupnya atau keluarganya secara
finansial.
Tinjauan Teori Sedekah
Secara umum sedekah diartikan sebagai
pertolongan/pemberian seseorang individu terhadap
individu lain. Biasanya pelaku sedekah adalah orang mampu
secara materi (kaya) yang kemudian memberikan bantuan
materil kepada orang yang tidak mampu (miskin). DI dalam
Islam beberapa komponen dari sedekah berkaitan dengan
pengertian umum di atas, yakni Zakat, Infaq dan Sedekah
(ZIS). Ketiga komponen ini adalah jenis pembiayaan yang
72

Ibid, Hal 4

68

disunnahkan/diharuskan dan dianjurkan untuk dikeluarkan


setiap individu muslim yang mampu secara syarie. Namun
secara khusus ketiga komponen tersebut mempunyai arti
yang berbeda-beda menurut hukum\, baik dari segi jumlah,
waktu dan kepada siapa diberikan.
Zakat
Zakat adalah hak berupa harta tertentu yang wajib
ditunaikan untuk diberikan kepada kelompok tertentu
dwaktu tertentu73. Zakat secara bahasa berarti berkah,
tumbuh, suci, baik dan bersihnya sesuatu, sedangkan secara
syarie berarti hitungan tertentu dari harta dan sejenisnya
dimana syar;ie mewajibkan untuk mengeluarkannya kepada
orang-orang fakir dan yang lainnya dengan syarat khusus,
oleh karenanya zakat merupakan sebuah amalan
(obsevance) yang terkait dengan masalah harta dan
kekayaan.
Islam menekankan bahwa orang yang kaya harus
membantu orang yang miskin didalam memenuhi
kebutuhan merekan dan mengimplementasikan apa yang
menjadi kebutuhan publik. Zakat menjadi wajib bagi yang
mampu, karena adanya kekayaan yang melampaui
kebutuhan dasar dari diri sendiri dan orangyang menjadi
tanggungan mereka (keluarga dan kerabat).
Kekayaan dapat berupa uang, barang dagangan,
ternak, dan hasil bumi dengan jumlah tertentu yang diakui
kaum muslim. Zakat yang terkumpul kemudian dibagikan
kepada kepada kaum miskin yang memenuhi syarat syarie
guna memenuhi kepentingan publik. Zakat dalam bentuk
uang dapat diberikan sekali setahun, sementara zakat yang
73

Gus Arifin, Zakat, Infaq, Sedekah, Dalil-dalil dan Keutamaan, PTY.Elex Media

Komputindo, Jakarta, 2011, hal. 6

69

berbentuk hasil pertanian diberikan setiap selesai masa


panen.
Zakat dan sedekah mempunyai arti yang sama dalam
segi esensi makna, baik yang termaktub dalam Al Quran
maupun As Sunnah. Zakat yang harus dibagikan kepada 8
penerima zakat disebut dalam Al Quran sebagai sedekah,
QS. At Taubah (9) : 60 :




60. Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk


orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus
zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,
dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Yang berhak menerima zakat Ialah: 1. orang fakir:
orang yang Amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai
harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya. 2.
orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan
dalam Keadaan kekurangan. 3. Pengurus zakat: orang yang
diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.
4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan
orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
5. memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan
Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. 6. orang
berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan
yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya.
Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan
umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun
ia mampu membayarnya. 7. pada jalan Allah (sabilillah):
Yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin.

70

di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah


itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti
mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. 8. orang yang
sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami
kesengsaraan dalam perjalanannya.
Diayat yang lain zakat diartikan sebagai sesuatu yang
bersih QS. At Taubah (9) : 103 :


103. ambillah zakat dari sebagian harta mereka,


dengan zakat itu kamu membersihkan[658] dan
mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.
Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari
kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta
benda sedangkan makna mensucikan adalah zakat itu
menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan
memperkembangkan harta benda mereka.
Zakat merupakan instrumen yang dibuat oleh Allah
SWT. untuk memaksa orang kaya berbagi kepada yang
memerlukan (mustahiq). Juga dapat menggerakkan
perekonomian masyarakat secara multi years guna

pemberdayaan masyarakat, sehingga terciptalah keadilan


sosial dan pengentasan kemiskinan.
Infaq
Infaq adalah segala macam bentuk pengeluaran
(pembelanjaan) baik untuk kepentingan pribadi, keluarga
ataupun yang lain74. Infaq yang berasal dari kata anfaqa (to

74

Ibid, Hal. 173

71

spend) berhubungan dengan amal materi, yakni


pengeluaran harta, QS Al-Baqarah (2) : 262 :







262. orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah,
kemudian mereka tidak mengiringi apa yang
dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya
dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka
memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.
Infaq harus dikeluarkan dengan tepat dan benar akan
berarti investasi bagi diri mereka sendiri. Maka Islam
mengajarkan agar orang yang melakukan infaq secara
terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, disaat sulit
maupun berkelebihan, dengan perasaan ikhlas semata-mata
untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT. QS. Al Baqarah (2)
: 261:







261. perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orangorang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan
Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.
Diayat yang lain (QS Saba (34) : 39 :


72




39. Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki
bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hambaNya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)".
dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan
menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaikbaiknya.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu hurairah juga
disebutkan infaq dengan makna mendatangkan kekayaan,
Dari Abu Hurairah ra. Berkata, Rasulullah SAW bersabda :
Tidak ada suatu pagi seorang hamba melainkan
menghampirinya dua malaikat yang berdoa satu sama lain :
Ya Allah berilah orang yang berinfaq, gantinya. Dan berkata
yang lain : Ya Allah berilah kepada yang menahan infaq,
kehancuran. (HR. Bukhari dan Muslim).
Infaq merupakan amal ibadah yang dapat menambah
dan mendatangkan kekayaan, karena akan diganti oleh
AllahSWT jika dilakukan dengan benar, karena dalam kata
infaq juga menyebutkan pengeluaran uang yang dilakukan
dengan cara yang salah, sebagaimana firman Allah SWT
dalam QS At Taubah (9) : 34 :










34. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya
sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahibrahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan
jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari
jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan
perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih.

73

Infaq dapat dilakukan pada saat pemilik harta masih


hidup maupun setelah wafat. Contohnya ketika masih hidup
dengan mengeluarkan sumbangan/sedekah dan ketika telah
wafat dengan menghibahkan harta/kekayaannya. Infaq
dapat diwajibkan kepada ummat muslim jika antara suami
dan istri, tetapi bersifat sunnah jika pemberian kepada fakir
miskin, anak yatim dan lain-lain. Infak tidak mengenal
nishab/batasan jumlah harta dan tidak harus diberikan
kepada mustahiq tertentu.
Sedekah
Sedekah adalah pemberian sesuatu dari seseorang
kepada orang lain karena ingin mendapatkan pahala dari
Allah75. Menurut para ahli fiqih, sedekah bisa memiliki
makna yang sama dengan zakat, yaitu ada sejumlah harta
tertentu yang harus diberikan oleh seorang muslim dengan
besaran dan waktu yang ditentukan oleh hukum islam,
sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah At Taubah (9) :
58, 60, 103.





58. dan di antara mereka ada orang yang mencelamu
tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi sebahagian dari
padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak
diberi sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka
menjadi marah.







75

Ibid, Hal. 189.

74



60. Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orangorang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat,
Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai
suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.






103. ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui.
Sedekah bisa berarti tidak mempunyai batasan yang
spesifik sebagaima sabda Rasulullah SAW,
setiap muslim wajib bersedekah. Ada yang bertanya, :
Bagaimana jika dia tidak menjumpai (apa yang
disedekahkan)?, Rasulullah menjawab, : hendaklah ia
bekerja, sehingga mendapatkan hasil untuk dirinya dan
bersedekah. Bagaimana jika dia tidak mampu bekerja?,
Rasulullah menjawab, membantu orang yang benar-benar
membutuhkan bantuan, : Bagaimana jika ia tidak mampu?
menyuruh orang berbuat baik, Bagaimana jika ia tidak
mampu? Rasulullah bersabda, Tidak melakukan
keburukan, karena yang demikian itu adalah sedekah.:
(Muttafaq Alaih).
Dihadist yang lain sedekah dapat membersihkan harta serta
menumbuk kembangkan harta tersebut :
Abu Hurairah ra, meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
bersabda, Harta tidak akan berkurang karena sedekah.
Allah pasti akan menambah kemuliaan seseorang yang suka
memaafkan. Dan, seseorang yang merendahkan diri karena
Allah, niscaya Allah yang maha mulia lagi Maha Agung akan
meninggikan derajatnya. (HR. Muslim)

75

BAB III
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Mengacu pada permasalahan penelitian yang
dikemukakan, maka penelitian ini bersifat eksplanatif
(eksplanatory research), yakni berusaha menjelaskan
hubungan kausalitas (causality relationship) antara variabel
Zakat, Infaq dan Sedekah terhadap besaran
pendapatan/penghasilan muzakki yang berada di Sulawesi
Selatan. Desain penelitian yang sejenis dengan ini adalah
penelitian konklusif (Ambo wonua Nusantara, 2011),
meliputi desain penelitian deskriptif dan kausal. Penelitian
deskriptif adalah pemecahan masalah dengan
menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian
sesuai dengan fakta-fakta yang ada saat ini sebagaimana
adanya. Sedangkan penelitian kausal adalah untuk mengkaji

76

satu variabel atau lebih yang menjadi determinan terhadap


variabel lainnya. Penelitian ini dilakukan adalah untuk
menguji hipotesis tertentu dan menemukan hubungan atau
pengaruh antar variable yang diteliti.
Adapun bentuk penelitian ini adalah metode survei,
metode penelitian yang memanfaatkan kuesioner dalam
pengumpulan data utama dan mengambil sampel dari
populasi.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah anggota
Lembaga Amil Zakat yang telah mempraktekkan ZIS selama
3 tahun berturut-turut. Ini menjadi hal terpenting,
mengingat penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana peranan ZIS terhadap besarnya penghasilan
yang dapat dideteksi dari jumlah tabungan atau investasi
(dalam bentu apapun) yang didukung kondisi kesehatan
muzakki yang optimal.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sulawesi Selatan,
tepatnya pada lembaga-lembaga amil zakat yang berada di
sulawesi selatan khususnya dibawah naungan
Muhammadiyah Makassar.
Adapun waktu pengumpulan data dalam penelitian
adalah dari bulan Oktober 2012 sampai September 2013.
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi dan
responden adalah anggota amil zakat yang berada di
Sulawesi Selatan dan telah menjadi anggota selama 3
tahun.

77

Teknik penarikan sampel menggunakan metode simple


proporsional random sampling76. Penggunaan teknik ini dengan
alasan

bahwa

menghendaki

populasi

dan

dilakukannya

kajian

penelitian

stratifikasi

ini

terhadap

tidak

populasi,

besarnya variance dari populasi, cara terbaik adalah cukup


dengan mengambil persentase tertentu, misalnya 5%, 10%, 50%
dari seluruh jumlah populasi77.
Penelitian

ini

juga

menggunakan

program

Sructural

Equation Model (SEM) yang pada dasarnya mensyaratkan jumlah


sampel yang dapat memenuhi kriteria SEM dalam estimasi dan
interpretasi
Berdasarkan

hasil

penelitian

yaitu

antara

pertimbangan-pertimbangan

100-200

tersebut,

sampel.

maka

di-

tetapkan sampel sebesar 50% dari total populasi atau ditetapkan


secara proporsional dari populasi per LAGZIS.

Metode Pengumpulan Data


Instrumen utama dalam pengumpulan data pada
penelitian ini adalah pertanyaan terstruktur yang diadopsi
dari berbagai penelitian sebelumnya yang dianggap telah
teruji kehandalan dan kesahihannya. Untuk mendapatkan
jawaban responden menyangkut masalah identitas, lama
kerja, penghasilan, dan aspek-aspek lain digunakan daftar
per-tanyaan terstruktur (kuesioner) yang bersifat tertutup,
semi-tertutup dan atau semi-terbuka.
Untuk menggali jawaban yang lebih akurat mengenai
kepuasan kerja, motivasi, dan kinerja, maka disusun
kuesioner yang bersifat ter-tutup, dengan lima alternatif
jawaban yang disediakan bersifat ordinal. Pertanyaan
dimodifikasi ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami
dan pertanyaan dibuat dalam bentuk positip. Jawaban atas
76

A.J.B Anderson, Interpreting Data: A First Course in Statitic, Chapman & Hall,

London, 1994.

77
1995.

Suparmok, Metode Penelitian Praktis, Edisi 3, Yogyakarta, BPFE, Gajah Mada,

78

pertanyaan yang diajukan dirubah dalam skala ordinal Likert


yang kemudian dirubah men-jadi skala rasio berdasarkan
jumlah indikator pada masing-masing variabel yang diamati
dan jawaban responden dari sejumlah alternatif jawaban
yang tersedia.
Penggunaan skala Likert dengan lima alternatif lebih
memungkin-kan penyebaran nilai-nilai jawaban responden.
Dengan bentuk positif dari alternatif jawaban, maka
diharapkan responden yang merasa ragu-ragu atau netral
tidak terakomodir dalam pengukuran variabel yang diamati,
meskipun tetap disadari, bahwa salah satu kelemahan data
melalui kuesioner ini adalah responden melakukan penilaian
tentang dirinya sendiri (self-reforted perfomance
evaluation).
Selain itu, pengumpulan data dalam penelitian ini juga
dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap
responden, agar diperoleh informasi yang bersifat
melengkapi dan memperkuat tingkat akurasi data yang
diperoleh melalui kuesioner. Selain itu, pengumpulan data
dalam penelitian ini juga menggunakan teknik studi
dokumentasi yang pada umumnya dalam bentuk annual
report.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi

operasional

masing-masing

variabel

indikator

dimaksud-kan untuk menjelaskan variabel konstruknya. Hal ini


akan dituangkan dalam bentuk pertanyaan yang juga disebut
sebagai instrumen penelitian. Pengukuran akan menggunakan
skala semantik deferensial dengan jenjang empat titik lajur
dengan batas sisi kiri dan sisi kanan yang berisi kata-kata sifat
yang berlawanan maknanya.
Adapun definisi operasional atas variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

79

1.

Zakat

(X1),

variable

eksogen

pertama

adalah

zakat.

Variable ini merupakan variable laten/konstruk yang diukur


melalui :
a.

Pemahaman tentang zakat

b.

Kriteria Individu berupa : Umur, Status Perkawinan,


Etnis/Suku

bangsa,

Pendidikan,

dan

pengalaman

bersedekah.
c.

Pandangan tentang kesejahteraan.


Untuk mengukur masing-masing indikator dari variabel

diberi nilai kategori secara ordinal. Adapun nilai kategori adalah:


(1) Tidak tahu, (2) tahu sedikit, (3) tahu sedang/agak banyak, (4)
tahun banyak, dan (5) sangat tahu. Dengan lima pilihan tersebut
diharapkan akan diperoleh jawaban yang jujur dari responden
untuk menilai perilaku berzakat.

2.

Infaq (X2), variable eksogen kedua adalah infaq. Variable


ini merupakan variable laten/konstruk yang diukur melalui :
a.

Pemahaman tentang zakat

b.

Kriteria Individu berupa : Umur, Status Perkawinan,


Etnis/Suku

bangsa,

Pendidikan,

dan

pengalaman

bersedekah.
c.

Pandangan tentang kesejahteraan.


Untuk mengukur masing-masing indikator dari variabel

diberi nilai kategori secara ordinal. Adapun nilai kategori adalah:


(1) Tidak tahu, (2) tahu sedikit, (3) tahu sedang/agak banyak, (4)
tahun banyak, dan (5) sangat tahu. Dengan lima pilihan tersebut
diharapkan akan diperoleh jawaban yang jujur dari responden
untuk menilai perilaku berinfaq.

80

3.

Sedekah (X3), variable eksogen ketiga adalah sedekah.


Variable ini merupakan variable laten/konstruk yang diukur
melalui :
a.

Pemahaman tentang zakat

b.

Kriteria Individu berupa : Umur, Status Perkawinan,


Etnis/Suku

bangsa,

Pendidikan,

dan

pengalaman

bersedekah.
c.

Pandangan tentang kesejahteraan.


Untuk mengukur masing-masing indikator dari variabel

diberi nilai kategori secara ordinal. Adapun nilai kategori adalah:


(1) Tidak tahu, (2) tahu sedikit, (3) tahu sedang/agak banyak, (4)
tahun banyak, dan (5) sangat tahu. Dengan lima pilihan tersebut
diharapkan akan diperoleh jawaban yang jujur dari responden
untuk menilai perilaku Sedekah.
4.

Pendapatan

(Y1),

yaitu

besarnya

penghasilan

atau

pendapatan karyawan yang dihasilkan dari hasil berzakar,


berifaq dan bersedekah. Variabel ini merupakan variabel
laten/konstruk, yang diukur melalui indikator:
a.

Besarnya penghasilan tetap perbulan/tahun.

b.

Besarnya penghasilan tidak tetap perbulan/tahun.


Untuk mengukur masing-masing indikator dari variabel

diberi nilai kategori secara ordinal. Adapun nilai kategori masingmasing: (1) sangat tidak tinggi, (2) tidak tinggi, (3) cukup tinggi,
(4) tinggi, dan (5) sangat tinggi terhadap pertanyaan yang ada.
Dengan lima pilihan tersebut diharapkan akan diperoleh jawaban
yang jujur dari responden untuk menilai perilaku pimpinan dan
kinerjanya sendiri.

81

5.

Saving/Investasi

(Y2),

menyimpan/saving
investasi

(bagian

atau
dari

yaitu

kemampuan

kemampuan
saving

yang

untuk

untuk

melakukan

dipergunakan

untuk

mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang) Motivasi


Kerja

Karyawan

(Y2).

Variabel

ini

merupakan

variabel

laten/konstruk, yang diukur melalui indikator:


a.

Sesuai syarie

b.

Tidak sesuai syarie


Untuk mengukur masing-masing indikator dari variabel

diberi nilai kategori secara ordinal. Adapun nilai kategori masingmasing: (1) sangat tidak tinggi, (2) tidak tinggi, (3) cukup tinggi,
(4) tinggi, dan (5) sangat tinggi terhadap pertanyaan yang ada.
Dengan lima pilihan tersebut diharapkan akan diperoleh jawaban
yang jujur dari responden untuk menilai perilaku pimpinan dan
kinerjanya sendiri.
6.

Kesehatan (Y3), yaitu variabel endogen ketiga dan juga


merupakan variabel tergantung yaitu sejauhmana kemampuan
untuk

mendapatkan

penghasilan

yang

disisihkan

untuk

menghasilkan kesehatan yang optimal. Variabel ini merupakan


variabel laten/konstruk, yang diukur melalui indikator:
a.

Pengetahuan untuk merawat organ phisik secara


optimal.

b.

Pengetahuan untuk mengendalikan diri dari rasa


ststres atau hal-hal yang menimbulkan gangguan mental.
Untuk mengukur masing-masing indikator dari variabel
diberi nilai kategori secara ordinal. Adapun nilai kategori
masing-masing: (1) sangat tidak tinggi, (2) tidak tinggi, (3)
cukup tinggi, (4) tinggi, dan (5) sangat tinggi terhadap
pertanyaan

yang

ada.

Dengan

diharapkan

akan

diperoleh

lima

jawaban

pilihan
yang

tersebut

jujur

dari

82

responden untuk menilai perilaku pimpinan dan kinerjanya


sendiri.

Selanjutnya, pengukuran variable exogenus dan


endogenus meng-gunakan kuesioner multifactor. Setiap
partisipan diminta untuk memilih berdasarkan tingkat skala
dari jawaban-jawaban yang tersedia dalam kuesioner.
Variabel-variabel yang telah disebutkan sebelumnya diukur
dengan meng-gunakan skala tingkat sumatif (summated
rating scale), yang disebut skala Likert, yang diperoleh
melalui tanggapan kesetujuan atau ketidaksetujuan
responden terhadap pertanyaan atau pernyataan yang
diajukan, skor-skor untuk butir-butir yang terdapat dalam
skala dijumlahkan, kemudian di rata-rata untuk
mendapatkan skor sikap seorang individu78.

Model dan Teknik Analisis Data


Dalam menganalisis data hasil survey dan
menginterpretasikan hasil penelitian, maka digunakan
analisis deskriptif, analisis frekuensi, pengujian model
pengukuran, pengujian model overal, pengujian model
struktural untuk melihat pengaruh antar variabel penelitian.
Berkaitan dengan maka untuk mempermudah analisis
digunakan program Excel, SPSS (Statistical Package for
Service Solution) dan AMOS (Analysis of Momen Structure)
yang merupakan paket dalam program SEM (Structural
Equation Modeling).
1.

Analisis Deskriptif
78

Fred N Kerlinger, Azas-azas Penelitian Behavioral, Yogyakarta, Gajahmada

University Press, 2000.

83

Analisis

deskriptif

digunakan

untuk

menggambarkan

karakteristik responden dan variabel penelitian baik exogenous


variable maupun variabel endogenous variable. Karakteristik
responden

seperti

yang

sudah

ditetapkan

di

atas

yang

kesemuanya disajikan dalam bentuk tabulasi.


2.

Pengujian Model Pengukuran


Model pengukuran ini melibatkan indikator dan variabel

(construct). Dalam penelitian ini terdapat 6 construct yang diukur,


yaitu: Zakat, Infaq, Sedekah, Pendpatan, Saving/Investasi dan
Kesehatan. Pengujian model pengukuran dilakukan untuk mengetahui apakah model pengukuran tersebut compatible atau tidak
untuk di-gunakan. Karena itu, dalam pengujian digunakan metode
comfirmatory factor analysis (CFA) yang terbagi dua, yaitu: uji
goodness of fit dan uji validitas yang selanjutnya dilakukan uji
reliabilities, uji normalitas, dan uji outliners.
a.

Uji Validitas Instrumen


Uji validitas digunakan

untuk

menunukkan tingkat

kakuratan suatu indikator dalam mengukur construct tertentu,


karena

instrumen

penelitian

yang

digunakan

dalam

pengumpulan data tidak menjamin bahwa indikator yang


digunakan mampu mengukur variabel yang akan diukur.
Validitas suatu indikator bisa diamati melalui dua cara, yaitu:
Pertama, koefisien estimasi (loading factor = ) dari suatu
indikator

terhadap

construct

tertentu

yang

besarnya

ditentukan oleh standar-dized regression weight. Koefisien


dinyata-kan

valid,

jika

indikator

yang

mengukur construct tertentu bilamana

digunakan

dapat

0,5 (Hair et.al.,

1989). Menilai tingkat signifikansi sesungguhnya belum ada


pedoman baku mengenai besaran angkanya, karena pendapat
yang masih beragam dari para penulis.
Kedua, nilai critical ratio (cr) dari regression weight yang
menunjukkan nilai thitung pada tabl distribusi t dimana nilai CR

84

1,28 dinyatakan valid untuk tingkat signifikansi 10%, CR 1,65


untuk tingkat signifikansi 5%, dan CR 2,33 untuk tingkat
signifikansi 1% atau nilai probabilitas (P) regression weight
yang menunjukkan tingkat signifikansi dimana nilai P 0,10
untuk tingkat signifikansi 10%, P 0,05 untuk tingkat
signifikansi 5%, dan P 0,01 untuk tingkat signifikansi 1%.
b.

Uji Goodness of Fit


Confirmatory Factoe Analysis (CFA) juga harus memenuhi

syarat kesesuaian model (goodness of fit) yang dipersyaratkan.


c.

Uji Reliabilties Construct


Uji ini digunakan untuk mengukur konsistensi internal dari

indikator-indikator suatu construct yang menunjukkan derajat


masing-masing indikator

itu mengindikasikan suatu construct

yang umum. Adapun ukuran construct reliability dapat diketahui


dengan formula sebagai berikut:

(i)2
Construct Reliability = --------------------- ..
(3.1)
(i)2 + ei)

Dimana:
i =

loading factor indicator i

85

ei = measuremen error indikator i = 1 - i2, sehingga


formulasi di atas menjadi
(i)2
Construct Reliability = ----------------------------- ...
(3.2)
(i)2 + (1 - i2)
Tabel 3. Syarat Confirmatory Factor Analysis
N

Goodn

ess of Fit
1

Chi-

Cut-of
Value
Tergantung

Untuk menguji

Square

nilai yang

kesesuaian dengan

nilainya

digunakan, namun

data, kesesuaian

diharap-kan kecil

covariance sample dan

Diharap

covariance population

kan kecil
2
.

Keterangan

Probabil

Untuk menguji

0,05

ity

sinifikansi perbedaan
matriks covariance
sample dengan matriks
covariance population

3
.

Relative

Kesesuaian

2,00

Chi-square

antara data dengan


model

4
.

RMSEA

0,08

Digunakan untuk

(Root Mean

Interpretasi: 0,05

n besar.

Square Error

tk. Kesesuaian

Mengkompensasi

of

sangat wajar; 0,05

kelemahan chi-square

Approximaton)

0,08 tk.
Kesesuaian cukup
wajar; 0,08 0,10
tk. Kesesuaian
wajar; dan 0,1 tk.
Kesesuaian tidak

86

wajar
5

TLI

Untuk

0,90

membandingkan model
yg di uji dengan base
line model
6

CFI

Uji kelayakan

0.90

model yang tidak


sensitif terhadap
besarnya sampel dan
kerumitan model. Tidak
sensitif terhadap
besarnya sampel
Sumber : Maupa, 2004.

d.

Uji Normalitas
Uji

ini

digunakan

untuk

mengetahui

apakah

data

terdistribusi secara normal atau tidak. Karena itu, pengujian


normalitas

mengguna-kan

program

AMOS.

Acuan

yang

digunakan untuk menyatakan data terdistribusi secara normal


adalah jika nilai

CR skewness value

berdasarkan tabel

distribusi normal berada pada nilai 1,65 cr 1,65 untuk


tingkat ketelitian 5% dan nilai 2,33 cr 2,33 untuk tingkat
ketelitian 1%.
e.

Uji Outliners
Outliners adalah data yang memiliki karakteristik unik yang

terlihat sangat berbeda jauh dari data lainnya dan muncul dalam
bentuk ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal maupun
variabel kombinasi (Hair, et.al, 1995). Pedoman evaluasi adalah
nilai ambang batas dari Z score itu berada pada rentang 3 sampai
4. Dalam penelitian terdapat outliners jika 4 Zscore 4. Uji
outliners dalam penelitian ini menggunakan program SPSS,
dimana nilai data observasi dikonversi ke dalam nilai standard

87

score (Zscore) pada distribusi normal yakni mean 0 dan standar


deviasi 1.

3.

Analisis Model Struktural


Pengujian Model struktural digunakan setelah diperoleh

model keseluruhan fit yang bertujuan untuk menguji hipotesis


hubungan kausal antar construct (Hair et.al., 1998). Uji statistik
yang digunakan adalah uji t yang didasarkan pada critical value.
Nilai thitung dalam program AMOS ditunjukkan oleh critical ratio
(CR). Signifikansi hubungan dapat ditentukan berdasarkan nilai CR
atau nilai probabilitas (P) dalam program AMOS. Berdasarkan
tabel distribusi t (Walpole, 1978) critical value pada tingkat
ketelitian 10% adalah 1,28, tingkat ketelitian 5% adalah 1,65 dan
tingkat ketelitian 1% adalah 2,33 (menggunakan dua arah).
Tingkat signifikansi dalam penelitian ini digunakan 5%, sehingga
hubungan tersebut dikatakan signifikan jika nilai CR 1,65 atau
nilai P 0,05.

Berdasarkan uraian tersebut dan model struktural


pada kerangka konseprtual pada bab 2, maka dapat
dibentuk kerangka operasional dan persamaan fungsional
dalam model simultan (Structural Equation Modeling = SEM)
dengan reduced form sebagai berikut:

3
ZAKAT

X1

INFAQ

X2

X3

INVESTASI

Y1

Y2

PENDAPAPATAN

2
3

SEDEKAH

TABUNGAN /

3
KESEHATAN

Y3

2
1

88

Gambar 10. Kerangka Operasional Penelitian

Keterangan:
X1 =

Zakat

X2 =

Infaq

X3 =

Sedekah

Y1 =

Pendapatan

Y2 =

Saving/Investasi

Y3 =

Kesehatan

Alpha

Beta

Gamma

Model Fungsional
Y1 = (X1, X2, X3,)
Y2 = (X1, X2, X3,Y1)
Y3 = (X1,X2,X3,Y1)

....

(3.1)

Berdasarkan model fungsional di atas, maka dibentuk


persamaan regresi sebagai berikut :
Y1 = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 3
Y2 = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 1Y1 + 2
Y3 = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 2Y1 + 1 ... (3.2)
Berdasarkan persamaan di atas, maka pengaruh
masing-masing variabel baik pengaruh langsung (direct
effect), pengaruh tidak langsung (indirect effect) maupun
pengaruh totalnya (total effect) dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1.

Pengaruh Langsung (Direct Effect).


a. 1 = besarnya pengaruh X1 terhadap Y1
2 = besarnya pengaruh X2 terhadap Y1

89

3 = besarnya pengaruh X3 terhadap Y1


b. 1 = besarnya pengaruh X1 terhadap Y2
2 = besarnya pengaruh X2 terhadap Y2
3 = besarnya pengaruh X3 terhadap Y2
c. 1 = besarnya pengaruh X1 terhadap Y3
2 = besarnya pengaruh X2 terhadap Y3
3 = besarnya pengaruh X3 terhadap Y3
2.

Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect)


a. 11 = besarnya pengaruh X1 terhadap Y2 melalui Y1
21 = besarnya pengaruh X2 terhadap Y2 melalui Y1
31 = besarnya pengaruh X3 terhadap Y2 melalui Y1

3.

b. 12

= besarnya pengaruh X1 terhadap Y3 melalui Y1

22

= besarnya pengaruh X2 terhadap Y3 melalui Y1

32

= besarnya pengaruh X3 terhadap Y3 melalui Y1

13

= besarnya pengaruh X1 terhadap Y3 melalui Y2

23

= besarnya pengaruh X2 terhadap Y3 melalui Y2

33

= besarnya pengaruh X3 terhadap Y3 melalui Y2

13

= besarnya pengaruh X1 terhadap Y2 melalui Y3

23

= besarnya pengaruh X2 terhadap Y2 melalui Y3

33

= besarnya pengaruh X3 terhadap Y2 melalui Y3


Pengaruh Total (Total Effect)

a. 1 = 1 + 11

= total pengaruh X1 terhadap Y2

2 = 2 + 21

= total pengaruh X2 terhadap Y2

3 = 3 + 31

= total pengaruh X3 terhadap Y2

4 = 1 + 12

= total pengaruh X1 terhadap Y3

90

4 = 2 + 22= total pengaruh X2 terhadap Y3


4 = 3 + 32
F.

= total pengaruh X2 terhadap Y3


Sistematika Penulisan

Mengacu pada pedoman penulisan tesis dan disertasi


Program Pasacasarjana Unhas tahun 2011, maka tulisan ini
disajikan dalam enam bab sebagai berikut:
Bab Pertama. Pendahuluan, berisi latar belakang
masalah, rumus-an masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika
pembahasan
Bab Kedua. Tinjauan pustaka, berisi teori manajemen
sumber daya manusia (isu-isu strategis SDM, dan peranan
dan tantangan MSDM), Teori kepemimpinan (isu-isu strategis
kepemimpinan, dan perilaku kepemimpinan), faktor-faktor
yang terkait dengan perilaku kepemimpinan (karakteristik
pribadi, kompetensi, sikap dan komunikasi), tinjauan teoritis
tentang kepuasan kerja, motivasi kerja dan kinerja
karyawan, tinjauan hasil studi empiris, kerangka konseptual
dan hipotesis.
Bab Ketiga. Metode penelitian, memuat tentang
desain penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan
sampel penelitian, instrumen pengumpulan data, klasifikasi
variabel, definisi operasional dan pengukur-an variabel,
serta metode analisia data.
Bab Keempat. memuat hasil penelitian yang
meliputi: karakteristik individu responden, deskripsi variabel
penelitian, analisis dan pengujian model struktural,
pengujian model keseluruhan dan analisis besarnya
pengaruh antar variabel.

91

Bab Kelima. memuat pembahasan hasil penelitian


yang meliputi: pengaruh karakteristik pribadi pribadi
terhadap kepuasan kerja, motivasi kerja dan kinerja
karyawan; pengaruh kompetensi individu pemimpin
terhadap kepuasan kerja, motivasi kerja dan kinerja
karyawan; pengaruh sikap kepemimpinan terhadap
kepuasan kerja, motivasi kerja dan kinerja karyawan;
pengaruh kemampuan komunikasi pemimpin terhadap
kepuas-an kerja, motivasi kerja dan kinerja karyawan;
pengaruh kepuasan kerja terhadap motivasi kerja dan
kinerja karyawan; dan pengaruh motivasi kerja terhadap
kinerja kerja karyawan.
Bab Keenam. memuat kesimpulan dan saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
Produksi dan konsumsi dalam Al-Quran:Aplikasi tafsir
ekonomi. Internet tgl akses 12 september 2009. masmiar
net malang.
Daryanto. (1997). Kamus Bahasa Indonesia Lengkap.
Penerbit APOLLO. Surabaya. 1997.
Huda, Nurul. (2005). http//:KuliahYarsi.ac.id. google.
Masmiar Net. Tgl akses, 12 september 20011, 2005.
Sudarsono. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES.
Yogyakarta. 2005
Damsar, Sosiologi Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta, 1997
Edwin, Mustafa dkk. Ekonomi Islam. Kencana Prenada
Group. Jakarta. 2006.
Deliarnov. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta. 2003.
Soeriawidjadja. Ekonomi dan Koperasi. Ganeca Exact.\
Bandung, 1987.

92

Putong, Iskandar. Teori Ekonomi Mikro. Penerbit Mitra


Wacana Media. Jakarta. 2005.
AS Hornby, Oxford Adanced Learners Dictionary of
Current English, Edisi IV, Inggris: Oxford University Press,
1989.
Masyhuri. Ekonomi Mikro. UIN Press: Malang. 2007.
Putong, Iskandar. Teori Ekonomi Mikro. Penerbit Mitra
Wacana Media. Jakarta. 2005.
Aziz, Abdul. Ekonomi Islam Analisis Mikro dan
Makro.Graha Ilmu.Yogyakarta, 2008.
Huda, Nurul dkk. Ekonomi Makro Islam.kencana
prenada media group: Jakarta, 2008.
Yunus, Mahmud.Kamus Arab-Indonesia. PT Hidakarya
Agung.Jakarta.
Ecols. John. Kamus Inggris Indonesia. PT Gramedia.
Jakarta. 2005.
Widodo. Kamus Ilmiah Populer.PT Absolut. Yogyakarta. 2001.
Siddiqi, M.N. Islamic Consumer Behavior, in Tahir et al:
Readings in Microeconomics in Islamic Perspective,
Longman Malaysia, 1992.
Suprayitno, Eko. Ekonomi Mikro Perspektif Islam. UIN
Press : Malang. 2008.
Depag. Al-Quran dan Terjemahannya. Penerbit CV.AsySyifa. Semarang. 2003.
Huda, Nurul. http//:KuliahYarsi.ac.id. google. Masmiar
Net. Tgl akses, 12 september 2011.
Widodo. Kamus Ilmiah Populer.PT Absolut. Yogyakarta. 2001
Adiwarman, Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.PT
RajaGrafindo Persada.Jakarta. 2004.
Anshorullah, Najmudin. (2007). Jurnal Najmu.
Sumber:Media Konsumen. Masmiar Net.Malang. Tgl akses 12
september 2011. 2007.

93

Diana, Ilfi. Hadits-Hadist Ekonomi. UIN Malang Press.


Malang. 2008.

94

You might also like