Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga
kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun
sosial (Lalu Husni,2005). Sedangkan menurut Prabu Mangkunegara (2001)
pengertian kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi
atau rasa sakit yang disebakan lingkungan kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja menurut Edwin B. Flippo (1995), adalah
pendekatan yang menentukan standar yang menyeluruh dan bersifat (spesifik),
penentuan kebijakan pemerintah atas praktek-praktek perusahaan di tempat-tempat
kerja dan pelaksanaan melalui surat panggilan, denda dan hukuman-hukuman lain.
Penyakit kerja adalah kondisi abnormal atau penyakit yang disebabkan oleh
kerentanan terhadap faktor lingkungan yang terkait dengan pekerjaan. Hal ini
meliputi penyakit akut dan kronis yang disebakan oleh pernafasan, penyerapan,
pencernaan, atau kontak langsung dengan bahan kimia beracun atau pengantar yang
berbahaya (Dessler, 2007).
II.2 Dasar Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Penetapan UU RI No. 1 Tahun 1970 berlandaskan pada pasal 9 dan 10 UU RI
No. 14 Tahun 1969, pengawasannya bersifat preventif, dan cakupan materinya
termasuk aspek kesehatan kerja. Dengan demikian UU RI No. 1 Tahun 1970
merupakan induk daripada peraturan perundangan K3. Undang-undang RI No. 14
Tahun 1969 tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan tuntutan zaman, sehingga
diganti dengan UU RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang-undang
ini mempertegas perlindungan tenaga kerja terhadap aspek K3 sebagaimana yang
dinyatakan dalam:
Pasal 86
a. Ayat 1: Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
atas: keselamatan dan kesehatan kerja; moral dan kesusilaan; dan perlakuan
yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
b.
kesehatan kerja.
Pasal 87
1. Ayat 1: Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan. (Lalu Husni, 2005).
II.3 Faktor/Potensi Bahaya Di Tempat Kerja
Untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi
bahaya di tempat kerja, Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk
mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat
kerja yang mungkin terjadi (Bung Okles, 2008). Secara umum, potensi bahaya
lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain :
a. faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan
kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri;
b. faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam
lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik
produk antara maupun hasil akhir;
c. faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila
manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi
kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.
II.4 Aspek yang berkaitan dengan Kesehatan dan keselamatan kerja
Menurut Budiono dkk (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain:
a. Beban kerja Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga
upaya penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu
diperhatikan.
b. Kapasitas kerja Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan,
keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.
c. Lingkungan kerja Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik,
ergonomik, maupun psikososial.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Aspek dan Faktor yang
mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain lingkungan kerja,
alat kerja dan bahan, cara melakukan pekerjaan, beban kerja, kapasitas kerja, dan
lingkungan kerja.
Potensi bahaya dapat berasal dari mesin mesin, pesawat, alat kerja, dan bahan
bahan serta energi, dari lingkungan kerja, sifat pekerjaan dan proses produksi yang
beresiko akan munculnya bahaya. Faktor faktor sumber bahaya adalah :
Faktor fisik
Misalnya penerangan / pencahayaan yang tidak cukup, suhu udara yang panas,
kelembaban yang tinggi atau rendah, suara yang bising, dan sebagainya.
Faktor kimia
Bahan-bahan kimia yang menimbulkan gangguan kerja, misalnya bau gas, uap
(ergonomic), misalnya meja atau kursi yang terlalu tinggi atau pendek.
Faktor psikologi
Suasana kerja yang tidak harmonis, misalnya adanya klik, gosip, cemburu dan
sebagainya.
b. Vibrasi
Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat
gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada
roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.
c. Pergerakan udara, gas dan cairan
Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam
kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa,
gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.
Beberapa faktor terkait kebisingan yaitu:
a) Frekuensi
Frekuensi adalah satuan getar yang dihasilkan dalam satuan waktu (detik) dengan
satuan Hz. Frekuensi yang dapat didengar manusia 20-20.000 Hz. Frekuensi
dibawah 20 Hz disebut Infra Sound sedangkan frekuensi diatas 20.000 Hz disebut
Ultra Sound. Suara percakapan manusia mempunyai rentang frekuensi 250
4.000 Hz. Umumnya suara percakapan manusia punya frekuensi sekitar 1.000 Hz
(Afry, 2011).
b) Intensitas suara
Intensitas didefinisikan sebagai energi suara rata-rata yang ditransmisikan melalui
gelombang suara menuju arah perambatan dalam media (Afry, 2011).
c) Amplitudo
Amplitudo adalah satuan kuantitas suara yang dihasilkan oleh sumber suara pada
arah tertentu.
d) Kecepatan suara
Kecepatan suara adalah suatu kecepatan perpindahan perambatan udara per
satuan waktu.
e) Panjang gelombang
Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh perambatan suara untuk satu
siklus.
f) Periode
Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus amplitudo, satuan
periode adalah detik.
g) Oktave band
Oktave band adalah kelompok-kelompok frekuensi tertentu dari suara yang dapat
di dengar dengan baik oleh manusia. Distribusi frekuensi-frekuensi puncak suara
meliputi Frekuensi : 31,5 Hz 63 Hz 125 Hz 250 Hz 500 Hz 1000 Hz 2
kHz 4 kHz 8 kHz 16 kHz.
h) Kekuatan suara
Kekuatan suara satuan dari total energi yang dipancarkan oleh suara per satuan
waktu.
4
i) Tekanan suara
Tekana suara adalah satuan daya tekanan suara per satuan
Dampak Kebisingan terhadap Kesehatan Pekerja :
1. Gangguan Fisiologis
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini
disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam
yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak
nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ,
kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit
(Afry, 2011).
a. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah
tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat
menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan
b.
panas
yang
diterima.
yang
ditimbulkan
oleh
sarana
dan
peralatan
kegiatan
manusia
per detik (Hz). Getaran seluruh tubuh biasanya dalam rentang 0,5 . 4,0 Hz dan
tangan-lengan 8-1000 Hz (Harrington dan Gill, 2005).Vibrasi atau getaran, dapat
disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis misalnya mesin atau alat-alat
mekanis lainnya, oleh sebab itu dapat dibedakan dalam 2 bentuk:
Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang mengenai
tubuh:
Jenis Getaran
Getaran seluruh tubuh dapat menimbulkan efek tergantung kepada jaringan manusia,
seperti:
3-6 Hz untuk bagian thorax(dada dan perut),
20-30 Hz untuk bagian kepala,
100-150 Hz untuk tulang belakang (Harrington dan Gill, 2005).
Getaran Tangan Lengan Getaran jenis ini biasanya dialami oleh tenaga kerja yang
diperkerjakan pada:
Operator gergaji rantai,
Tukang semprot, potong rumput,
Gerinda,
Penempa palu.
Menurut buku K3 Sucofindo tahun 2002 efek getaran pada tangan ini dapatdijelaskan
sebagai berikut:
1. Kelainan pada peredaran darah dan persyarafan (vibration white finger ),
Pernapasan ( inhalation ),
Tertelan ( ingestion )
Adapun potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh bahan kimia adalah
a)
Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan
tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh
yang paling umum terkena.
Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.
b)
Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi
kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat
pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema
( bengkak )
Contoh :
1
c)
Reaksi Alergi
Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada
Asfiksiasi
Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan atmosfer yang
ada, misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah tanah. Konsentrasi oksigen pada
udara normal tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara. Asfiksian kimia
mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal pada darah atau mencegah
oksigenasi normal pada kulit (Bung Okles, 2008).
Contoh :
1.
10
2.
e)
Kanker
Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah terbukti
pada manusia. Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang
secara jelas sudah terbukti menyebabkan kanker pada hewan .
Contoh :
1
carbon
Efek Reproduksi
Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi reproduksi dan seksual dari
g)
Racun Sistemik
Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau
sistem tubuh.
Contoh :
1
11
12
2.
3.
13
Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana mengotrol dan
mencegah penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari.
II.4.4 Potensi bahaya fisiologis
Potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi
yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam
melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak
sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan
kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.
Pembebanan Kerja Fisik
Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu memperhatikan kondisi iklim,
II.4.4.1 Ergonomi
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk
merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem
itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu
dengan efektif, aman, dan nyaman. Untuk mencapai hasil yang optimal, perlu
diperhatikan performansi pekerjanya. Salah satu faktor yang mempengaruhinya
adalah postur dan sikap tubuh pada saat melakukan aktivitas tersebut. Hal
tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena hasil produksi sangat
dipengaruhi oleh apa yang dilakukan pekerja. Bila postur kerja yang digunakan
pekerja salah atau tidak ergonomis, pekerja akan cepat lelah sehingga konsentrasi
dan tingkat ketelitiannya menurun. Pekerja menjadi lambat, akibatnya kualitas
dan kuantitas hasil produksi menurun yang pada akhirnya menyebabkan turunnya
produktivitas.
14
Faktor manusia
Penataan
dalam
sistem
kerja
menuntut
faktor
manusia
sebagai
Faktor Anthropometri
Anthropometri yaitu pengukuran yang sistematis terhadap tubuh manusia,
terutama seluk beluk baik dimensional ukuran dan bentuk tubuh manusia.
Antropometri yang merupakan ukuran tubuh digunakan untuk merancang atau
menciptakan suatu sarana kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh penggunanya.
Ukuran alat kerja menentukan sikap, gerak dan posisi tenaga kerja, dengan
demikian penerapan antropometri mutlak diperlukan guna menjamin adanya
sistem kerja yang baik. Ukuran alat-alat kerja erat kaitannya dengan tubuh
penggunanya. Jika alat-alat tersebut tidak sesuai, maka tenaga kerja akan merasa
tidak nyaman dan akan lebih lamban dalam bekerja yang dapat menimbulkan
kelelahan kerja atau gejala penyakit otot yang lain akibat melakukan pekerjaan
dengan cara yang tidak alamiah.
15
sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang
yang melebihi jangkauan tangannya harus dihindarkan. Penggunaan meja dan
kursi kerja ukuran baku oleh orang yang memiliki ukuran tubuh yang lebih tinggi
atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak akan berpengaruh terhadap
hasil kerjanya.
hubungan timbal balik antara manusia sebagai pelaku dan mesin sebagai sarana
kerjanya. Dalam proses produksi, hubungan ini menjadi sangat erat sehingga
merupakan satu kesatuan. Secara ergonomis, hubungan antara manusia dengan
mesin haruslah merupakan suatu hubungan yang selaras, serasi dan sesuai.
kerja lembur dan lainnya yang dapat menentukan tingkat kesehatan dan efisiensi
tenaga kerja. Diperlukan pola pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yang
baik, terutama untuk kerja fisik yang berat. Jam kerja selama 8 (delapan) jam/hari
diusahakan sedapat mungkin tidak terlampaui, apabila tidak dapat dihindarkan,
perlu diusahakan group kerja baru atau perbanyakkan kerja shift. Untuk pekerjaan
lembur
sebaiknya
ditiadakan,
karena
dapat
menurunkan
efisiensi
dan
16
dari 1 persentil sampai 100 persentil. Data dimensi manusia ini sangat berguna
dalam perancangan produk dengan tujuan mencari keserasian produk dengan
manusia yang memakainya. Pemakaian data antropometri mengusahakan semua
alat disesuaikan dengan kemampuan manusia, bukan manusia disesuaikan dengan
alat. Rancangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi dengan manusia yang
memakainya sangat penting untuk mengurangi timbulnya bahaya akibat
terjadinya kesalahan kerja akibat adanya kesalahan disain (design-induced error).
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan anthropometri:
a. Menentukan dimensi tubuh yang penting dalam suatu desain.
b. Mengetahui secara pasti populasi yang akan menggunakan desain
tersebut.
c. Menentukan
prinsip
aplikasi
yang
akan
digunakan
dengan
Anthropometri dinamis
Adalah pengukuran gerak tubuh untuk melaksanakan pekerjaan yang sesuai
antara gerak benda dan gerak tubuh, agar tenaga kerja dapat bekerja secara
maksimal.
Anthropometri statis
Adalah pengukuran ukuran tubuh manusia, dimana ukuran tubuh tersebut
digunakan untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya yang
menjamin sikap tubuh paling alamiah dan memungkinkan gerakan-gerakan
yang dibutuhkan.
Pertimbangan untuk perancangan dalam anthropometri :
Umur
Jenis kelamin
Suku bangsa
Posisi tubuh
Cacat tubuh
Tebal/tipisnya pakaian
Kehamilan
17
alas kaki).
Topangan pinggang dapat distel ke atas ke bawah dan begerak 8 - 12 cm di
duduk.
Dalamnya alas duduk 36 cm.
Kursi harus stabil dan tidak goyang atau bergerak
Kursi harus memungkinkan cukup kebebasan bagi gerakan khusus
18
pemakainya.
Agar stabil, sebaiknya dipergunakan kursi berkaki empat dan menggunakan
sandaran kaki. Topangan pinggang dianjurkan lebih dari 10 cm, agar dapat
melakukan gerakan yang bebas. Untuk kursi kerja, sandaran tangan tidak
diadakan agar gerakan dapat dilakukan dengan bebas. Perasaan tegangan di paha
dihilangkan dengan tinggi alas kursi yang tepat. Alas harus empuk dan ujung
depannya tidak tajam.
Sikap dan sistem kerja yang ergonomis memungkinkan berkurangnya tingkat
kelelahan tenaga kerja. Sikap tubuh dalam bekerja selalu diusahakan
dilaksanakan dengan duduk atau dalam sikap duduk dan sikap berdiri secara
bergantian. Oleh karena itu, sistem kerja berdiri sebaiknya diganti dengan sistem
kerja duduk.
Sikap duduk yang benar yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan
bahu berada dibelakang serta bokong menyentuh belakang kursi. Caranya, duduk
diujung kursi dan bungkukkan badan seolah terbentuk huruf C. Setelah itu
tegakkan badan buatlah lengkungan tubuh sebisa mungkin. Tahan untuk
beberapa detik kemudian lepaskan posisi tersebut secara ringan (sekitar 10
derajat). Posisi duduk seperti inilah yang terbaik. Duduklah dengan lutut tetap
setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan
sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak
menggantung dan hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30
menit. Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi, jaga bahu tetap
rileks
II.4.5 Potensi bahaya Psiko-sosial
Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek
psikologis keenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian
seperti : penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat,
kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan
klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja
dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang
diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi
dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress
akibat kerja.
19
II.4.5.1 Stress
20
DAFTAR PUSTAKA
Bung
Okles.
2008.
Pengenalan
Bahaya
Di
Lingkungan Kerja
http://UNK3.com/2008/05/23/pengenalan-bahaya-di-lingkungan-kerja/.pdf
Diakses
31 Januari 2015
Rusli Mustar.2008. Pengaruh Kebisingan Dan Getaran Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Masyarakat Yang Tinggal Di Pinggiran Rel Kereta Api Lingkungan Xiv
Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Medan Denai Tahun 2008. Managemen Kesehatan
Lingkungan Industri.USU. Sumatera Utara.
Aria Gusti. 2011. Manajemen Risiko dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
http://UNK3.com/2011/01/07/manajemen-risiko-dalam-keselamatan-dankesehatan-kerja/. Diakses 31 Januari 2015
Mulyono.
2005.
Kesehatan
Kerja:
Ergonomi.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23650/4/Chapter%20II.pdf. Diakses
31 Januari 2015
Dian, 2010. Pengaruh Sikap Kerja Duduk pada Kursi Kerja yang Tidak Ergonomis
Terhadap Keluhan Otot-Otot Skeletal Bagi Pekerja Wanita Bagian Mesin Cucuk di
PT Iskandar Indah Printing Textile Surakarta; Program DIV Kesehatan Kerja Fakultas
Kedokteran
Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta
2010;
diunduh
dari
21
22