Professional Documents
Culture Documents
PENYAKIT PARKINSON
Diajukan Oleh :
Sussy Listiarsasih, S.Ked
20090310102
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
PENYAKIT PARKINSON
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Syaraf
Di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Disusun Oleh :
Sussy Listiarsasih, S.Ked
20090310131
Mengetahui
Dosen Penguji Klinik
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif ke 2 paling
sering dijumpai setelah penyakit Alzheimer. Berbagai gejala penyakit Parkinson,
antara lain tremor waktu istirahat, telah dikemukakan sejak Glen tahun 138-201,
bahkan berbagai macam tremor sudah digambarkan tahun 2500 sebelum masehi
oleh bangsa India. Namun Dr. James Parkinson pada tahun 1817 yang pertama kali
menulis deskripsi gejala penyakit Parkinson dengan rinci dan lengkap kecuali
kelemahan otot sehingga disebutnya paralysis agitans. Pada tahun 1894, Blocg dan
Marinesco menduga substansia nigra sebagai lokus lesi, dan tahun 1919 Tretiakoff
menyimpulkan dari hasil penelitian post mortem penderita penyakit Parkinson
pada disertasinya bahwa ada kesamaan lesi yang ditemukan yaitu lesi disubstansia
nigra. Lebih lanjut, secara terpisah dan dengan cara berbeda ditunjukkan Bein,
Carlsson dan Hornykiewicz tahun 1950an, bahwa penurunan kadar dopamine
sebagai kelainan biokimiawi yang mendasari penyakit Parkinson.
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria
dan wanita seimbang. 5 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala
awalnya muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada
usia 65 tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di
seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 64 tahun
sampai 3,5 % pada usia 85 89 tahun. Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000
penderita parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta
orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita. Rata-rata usia
penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia-sesuai dengan penelitian yang
dilakukan di beberapa rumah sakit di Sumatera dan Jawa- 18 hingga 85 tahun.
Statistik menunjukkan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih
banyak terkena dibanding perempuan (3:2) dengan alasan yang belum diketahui.
BAB II
PRESENTASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. D
No. RM
: 40 1X XX
Umur
: 65 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Pungkuran, Pleret, Bantul
Agama
: Islam
Tanggal Masuk : 8 Desember 2014
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Masih tremor pada tangan, kaki, dan terkadang hingga seluruh tubuh.
Tangan dan kaki terus-terusan, tetapi pada tubuh tremor kadang mereda
dan muncul lagi.
2. Keluhan Tambahan
Keluhan juga disertai pusing (+), cekot-cekot.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke poliklinik saraf dengan keluhan seluruh tubuh terasa
gemetar termasuk kedua tangan dan kaki masih sering bergerak sendiri
(gemetaran), pasien telah menjalani pengobatan rutin dengan keluhan
yang sama sejak 9 tahun yang lalu (tahun 2002). Awal gejala yang
dirasakan mulai dari kedua tangan yang sering gemetar bergantian
dengan tangan dan kaki, lalu seluruh tubuh dirasakan sering gemetar,
hingga saat ini pasien mengaku masih sering kumat dan tremor terutama
pada tangan. Pasien juga terkadang merasakan kekakuan pada tubuhnya,
jika tangan yang bergetar tersebut digerakkan terasa ada tahanan, pasien
juga menjadi lambat jika berjalan.
Pasien juga merasa bergetar tanpa sadar dan tak terkendali. BAB & BAK
dalam batas normal.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : tampak sakit sedang, kooperatif
Kesadaran
: GCS : E4V5M6, Compos Mentis
1. Vital Sign
TD : 110/70
N : 84x/menit
RR : 22x/menit
T : 36,3
2. Status Generalis
Kepala : Mesocephal
Rambut warna hitam dan putih
Distribusi rambut merata dan lurus
Rambut tidak rontok dan tidak teraba benjolan
Mata
Thorax :
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Redup
Auskultasi
Paru Paru
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
: Hepar & Lien tak teraba, Nyeri tekan (-), Massa (-)
Ekstremitas
: Superior
Inferior
Pemeriksaan Motorik
K
T
Len
Atas
gan
D
4
N
S
4
N
Tung
kai
D
K 5
T N
Atas
S
5
N
K
T
Len
Bawa
gan
D
4
N
h
S
4
N
Tung
kai
D
K 4
T N
Kontur otot
Bawa
h
S
4
N
Atrofi (-)
Hipertrofi (-)
Reflex fisiologis dextra/sinistra
Bisep +/+, Tricep +/+, Brachioradialis +/+
Patella +/+, Achilles +/+
Reflex patologis D/S
Babinski -/-, Chaddock -/-, Shaeffer -/ Gordon -/-, Oppenheim -/-, Hoffman-tromner -/-
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah Lengkap (-)
Kimia Klinik (-)
EKG
Sinus Tachycardia
Rontgen Polos
Pulmo tak tampak kelainan, besar cor normal.
E. DIAGNOSIS KERJA
Parkinson Disease
F. PENATALAKSANAAN
Levacid 3x1 tablet
Arthan 3x1 tablet
B12 2x1 tablet
BAB III
TUNJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Penyakit parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang
berkaitan erat dengan usia. Secara patologis penyakit parkinson ditandai oleh
degenerasi neuron-neuron berpigmen neuromelamin, terutama di pars kompakta
substansia nigra yang disertai inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies), atau
disebut juga parkinsonisme idiopatik atau primer.
Sedangkan Parkinonisme adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor
waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat
penurunan kadar dopamine dengan berbagai macam sebab. Sindrom ini sering
disebut sebagai Sindrom Parkinson.
KLASIFIKASI
Penyakit parkinson dapat dibagi atas 3 kategori, yaitu :
1. Parkinson primer/idiopatik/paralysis agitans.
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya
belum jelas. Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini.
2. Parkinson sekunder atau simtomatik
Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain : tuberkulosis,
sifilis
meningovaskuler.
tetrahydropyridine
Toksin
(MPTP),
Mn,
seperti
CO,
1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6sianida.
Obat-obatan
yang
palsy,
Multiple
system
atrophy
(sindrom
Shy-drager, degenerasi
Substansia nigra (sering disebut black substance), adalah suatu region kecil
di otak (brain stem) yang terletak sedikit di atas medulla spinalis. Bagian ini
menjadi pusat control/koordinasi dari seluruh pergerakan. Sel-selnya menghasilkan
neurotransmitter yang disebut dopamine, yang berfungsi untuk mengatur seluruh
gerakan otot dan keseimbangan tubuh yang dilakukan oleh sistem saraf pusat.
Dopamine diperlukan untuk komunikasi elektrokimia antara sel-sel neuron di otak
terutama dalam mengatur pergerakan, keseimbangan dan refleks postural, serta
kelancaran komunikasi (bicara). Pada penyakit Parkinson sel-sel neuron di SNc
mengalami degenerasi, sehingga produksi dopamine menurun dan akibatnya semua
fungsi neuron di system saraf pusat (SSP) menurun dan menghasilkan kelambatan
gerak (bradikinesia), kelambatan bicara dan berpikir (bradifrenia), tremor dan
kekauan (rigiditas).
Hipotesis terbaru proses patologi yang mendasari proses degenerasi neuron
SNc adalah stress oksidatif. Stress oksidatif menyebabkan terbentuknya formasi
oksiradikal, seperti dopamine quinon yang dapat bereaksi dengan alfa sinuklein
(disebut protofibrils). Formasi ini menumpuk, tidak dapat di gradasi oleh ubiquitinproteasomal pathway, sehingga menyebabkan kematian sel-sel SNc. Mekanisme
patogenik lain yang perlu dipertimbangkan antara lain :
Efek lain dari stres oksidatif adalah terjadinya reaksi antara oksiradikal
dengan nitric-oxide (NO) yang menghasilkan peroxynitric-radical.
Kerusakan mitokondria sebagai akibat penurunan produksi adenosin trifosfat
(ATP) dan akumulasi elektron-elektron yang memperburuk stres oksidatif,
akhirnya menghasilkan peningkatan apoptosis dan kematian sel.
Perubahan akibat proses inflamasi di sel nigra, memproduksi sitokin yang
memicu apoptosis sel-sel SNc.
GEJALA KLINIS
Gejala Motorik
terdapat
pada
jari
tangan,
tremor
kasar
pada
sendi
e. Mikrografia
Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa
kasus hal ini merupakan gejala dini.
dan
penyebabnya
tidak
diketahui,
oleh
karena
itu
strategi
1. Terapi farmakologik
a. Obat pengganti dopamine (Levodopa, Carbidopa)
Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit parkinson. Di dalam
otak levodopa dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan diubah menjadi
dopamine pada neuron dopaminergik oleh L-aromatik asam amino
dekarboksilase (dopa dekarboksilase). Walaupun demikian, hanya 1-5% dari
L-Dopa memasuki neuron dopaminergik, sisanya dimetabolisme di
sembarang tempat, mengakibatkan efek samping yang luas. Karena
mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi pembentukan L-Dopa endogen.
Carbidopa dan benserazide adalah dopa dekarboksilase inhibitor, membantu
mencegah metabolisme L-Dopa sebelum mencapai neuron dopaminergik.
Levodopa mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan.
Penderita penyakit parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya
secara normal. Obat ini diberikan bersama carbidopa untuk meningkatkan
efektivitasnya & mengurangi efek sampingnya.
Banyak dokter menunda pengobatan simtomatis dengan levodopa sampai
memang dibutuhkan. Bila gejala pasien masih ringan dan tidak mengganggu,
sebaiknya terapi dengan levodopa jangan dilakukan. Hal ini mengingat
bahwa efektifitas levodopa berkaitan dengan lama waktu pemakaiannya.
Levodopa melintasi sawar-darah-otak dan memasuki susunan saraf pusat dan
mengalami perubahan ensimatik menjadi dopamin. Dopamin menghambat
aktifitas neuron di ganglia basal.
Efek samping levodopa dapat berupa:
1) Neusea, muntah, distress abdominal
2) Hipotensi postural
3) Sesekali akan didapatkan aritmia jantung, terutama pada penderita
yang berusia lanjut. Efek ini diakibatkan oleh efek beta-adrenergik
dopamine pada system konduksi jantung. Ini bisa diatasi dengan obat
beta blocker seperti propanolol.
baik
terhadap
terapi
levodopa.
Beberapa
penderita
levodopa
atau
agonis
dopamine.
Efek
sampingnya
dapat
mengakibatkan mengantuk.
f. Penghambat Catechol 0-Methyl Transferase/COMT
Entacapone (Comtan), Tolcapone (Tasmar). Obat ini masih relatif baru,
berfungsi menghambat degradasi dopamine oleh enzim COMT dan
memperbaiki transfer levodopa ke otak. Mulai dipakai sebagai kombinasi
levodopa saat efektivitas levodopa menurun. Diberikan bersama setiap dosis
levodopa. Obat ini memperbaiki fenomena on-off, memperbaiki kemampuan
aktivitas kehidupan sehari-hari.
Efek samping obat ini berupa gangguan fungsi hati, sehingga perlu diperiksa
tes fungsi hati secara serial. Obat ini juga menyebabkan perubahan warna
urin berwarna merah-oranye.
g. Neuroproteksi
Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang
diinduksi progresifitas penyakit. Yang sedang dikembangkan sebagai agen
neuroprotektif adalah apoptotic drugs (CEP 1347 and CTCT346), lazaroids,
bioenergetics, antiglutamatergic agents, dan dopamine receptors. Adapun
yang sering digunakan di klinik adalah monoamine oxidase inhibitors
(selegiline and rasagiline), dopamin agonis, dan complek I mitochondrial
fortifier coenzyme Q10.
2. Terapi pembedahan
Bertujuan untuk memperbaiki atau mengembalikan seperti semula proses
patologis yang mendasari (neurorestorasi).
a. Terapi ablasi lesi di otak
Termasuk katergori ini adalah thalamotomy dan pallidotomy
Indikasi : - fluktuasi motorik berat yang terus menerus
- diskinesia yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan medik
Dilakukan penghancuran di pusat lesi di otak dengan menggunakan
kauterisasi. Efek operasi ini bersifat permanen seumur hidup dan sangat tidak
aman untuk melakukan ablasi dikedua tempat tersebut.
b. Deep Brain Stimulation (DBS)
Ditempatkan semacam elektroda pada beberapa pusat lesi di otak yang
dihubungkan dengan alat pemacunya yang dipasang di bawah kulit dada
seperti alat pemacu jantung. Pada prosedur ini tidak ada penghancuran lesi di
otak, jadi relatif aman. Manfaatnya adalah memperbaiki waktu off dari
levodopa dan mengendalikan diskinesia.
c. Transplantasi
Percobaan transplantasi pada penderita penyakit parkinson dimulai 1982 oleh
Lindvall dan kawannya, jaringan medula adrenalis (autologous adrenal) yang
menghasilkan dopamin. Jaringan transplan (graft) lain yang pernah
digunakan antara lain dari jaringan embrio ventral mesensefalon yang
menggunakan jaringan premordial steam atau progenitor cells, non neural
cells (biasanya fibroblast atau astrosytes), testis-derived sertoli cells dan
carotid body epithelial glomus cells. Untuk mencegah reaksi penolakan
jaringan diberikan obat immunosupressant cyclosporin A yang menghambat
proliferasi T cells sehingga masa idup graft jadi lebih panjang. Transplantasi
yang berhasil baik dapat mengurangi gejala penyakit parkinson selama 4
tahun kemudian efeknya menurun 4 6 tahun sesudah transplantasi. Teknik
operasi ini sering terbentur bermacam hambatan seperti ketiadaan donor,
kesulitan prosedur baik teknis maupun perijinan.
3. Non Farmakologik
a. Edukasi
Pasien serta keluarga diberikan pemahaman mengenai penyakitnya, misalnya
pentingnya meminum obat teratur dan menghindari jatuh. Menimbulkan rasa
simpati dan empati dari anggota keluarganya sehingga dukungan fisik dan
psikik mereka menjadi maksimal.
b. Terapi rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita dan menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta
mengatasi masalah-masalah sebagai berikut : Abnormalitas gerakan,
Kecenderungan postur tubuh yang salah, Gejala otonom, Gangguan
perawatan diri (Activity of Daily Living ADL), dan Perubahan psikologik.
Latihan yang diperlukan penderita parkinson meliputi latihan fisioterapi,
okupasi, dan psikoterapi.
PROGNOSIS
Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson,
sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali
terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya. Tanpa
perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total
disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat
menyebabkan kematian.
BAB IV
PEMBAHASAN
ANAMNESIS
-
PEMERIKSAAN FISIK
-
T : 36,3
PEMERIKSAAN MOTORIK
K
T
Len
Atas
gan
D
4
N
S
4
N
Tung
kai
D
K 4
T N
Kontur otot
Atrofi (-)
Hipertrofi (-)
Reflex fisiologis dextra/sinistra
Bisep +/+, Tricep +/+, Brachioradialis +/+
Patella +/+, Achilles +/+
Reflex patologis D/S
Bawah
S
4
N
Shaeffer -/-
PEMBAHASAN
Pada pasien didapatkan keluhan tremor pada seluruh tubuh,
pemeriksaan fisik dalam batas normal. Hal ini sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis Parkinson pada pasien ini. Pasein juga di
berikan
obat-obatan
yang
dapat
memperbaiki
regulasi
dan
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA