You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut
pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua
sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan
timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang
sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama
adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan
meningkatnya usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila
otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan
meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Dari berbagai
masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal menempati urutan kedua
(14,5%) setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat usia >55 tahun
(Household Survey on Health, Dept. Of Health, 1996). Dan berdasarkan survey WHO di
Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati urutan pertama (49%) dari pola
penyakit lansia (Boedhi Darmojo et. al, 1991). Berdasarkan hal tersebut kelompok
tertarik untuk membahas tentang penyakit reumatik dan dapat mengaplikasikan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien.

1.2.

Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan umum


Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
muskuloskeletal yaitu Rheumatoid Artritis (Reumatik).
1.2.2. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
a. Definisi penyakit Reumatik
b. Etiologi penyakit Reumatik
c. Manifestasi Klinik Reumatik
d. Patofisiologi penyakit Reumatik
e. Komplikasi penyakit Reumatik
f. Pemeriksaan diagnostik penyakit Reumatik
g. Penatalaksanaan penyakit Reumatik
h. Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan Reumatik

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Defenisi
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat
sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi
secara simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai
usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson
dalam Budi Darmojo, 1999).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial
yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.( Susan
Martin Tucker.1998 )
Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan
nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. ( Diane C.
Baughman. 2000 )Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. ( Arif
Mansjour. 2001 )

2.2. Anatomi Fisiologi


Muskuloskeletal terdiri dari tulang,otot,kartilago,ligament,tendon,fasia,bursae
dan persendian.
2.2.1. Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler.Tulang berasal
dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses osteogenesis
menjadi tulang.proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses
mengerasnya tulang akibat menimbunya garam kalsium.

Fungsi tulang adalah sebagai berikut :

Mendukung jaringan dan bentuk tubuh.

Melindungi organ tubuh (jantung,otak,paru-paru) dan jaringan lunak

Memberi pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan


pergerakan)

Membuat sel-sel darah merah didalam sumsum tulang (hema topoiesis)

Menyimpan garam-garam mineral.misalnya kalsium ,fosfor.

Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya :

Tulang panjang (femur,humerus ) terdiri dari satu batang dan dua


epifisis.batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh
spongibone ( cacellous atau trabecular).

Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy)


dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.

Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan
lapisan luar adalah tulang cancellous.

Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.

Tulang sesamoid merupakan tulang kecil,yang terletak disekitar tulang yang


berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial
misalnya patella ( kap lutut ).

2.2.2. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok dengan fungsi utama untuk kontraksi dan
untuk menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh.
Kelompok otot terdiri dari :

Otot rangka ( otot lurik ) didapatkan pada sistem skeletal dan berfungsi untuk
memberikan

pengontrolan

pergerakan

,mempertahankan

sikap

dan

menghasilkan panas.

Otot viseral (otot polos ) didapatkan pada saluran pencernaan ,saluran


perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sistem saraf otonom dan
kontraksinya tidak di bawah control keinginan.

Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah
control keinginan.

2.2.3. kartilago
kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat.kartilago
sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervaskular.nutrisi mencapai ke sel-sel kartilago
dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di
perichondrium (fibrosis yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen
didapat pada kartilago.
2.2.4. Ligament
ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan
akhir dari suatu otot dan berfungsi mengikat suatu tulang.
2.2.5. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus
setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang
mengelilingi

tendon

tertentu,khususnya

pada

pergelangan

tangan

dan

tumit.Pembungkus ini dibatasi oleh membran synofial yang memberikan


lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.
2.2.6. Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan
langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus
tebal,jaringan penyambung yang membungkus fibrous yang membungkus
otot,saraf dan pembuluh darah.bagian akhir diketahui sebagai fasia dalam.
2.2.7. Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat
dimana digunakan diatas bagian yang bergerak misalnya terjadi pada kulit,tulang
antara tendon dan tulang antara otot. Bursae sebagai penampang antara bagian
yang bergerak seperti pada olecranon bursae,terletak antara presesus dan kulit.
2.2.8. Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang
tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian.tatu letah dimana
tulang berada bersama-sama.Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan
jumlahdan tipe pergerakan yang dilakukan. Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3
kelas utama persendian yaitu :

Sendi synarthroses ( sendi yang tidak bergerak )

Sendi amphiartroses ( sendi yang sedikit bergerak )

Sendi diarthoses ( sendi yang banyak bergerak )

Perubahan fisiologi pada proses menjadi tua


Ada jangka periode waktu tertentu dimana induvidu paling mudah mengalami
perubahan muskuloskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa anak-anak atau remaja
karena pertumbuhan atau perkembangan yang cepat atau timbulnya terjadi pada
usia tua. Perubahan struktur sistem muskuloskeletal dan fungsinya sangat
bervariasi antara induvidu selama prosesmenjadi tua.
Perubahan yang terjadi pada proses menjadi tua merupakan kelanjutan dari
kemunduran yang mulai dari usia pertengahan. Jumlah total dari sel-sel bertumbuh
berkurang akibat perubahan janringan penyambung ,penurunan pada jumlah dan
elastisitas dari jaringan subkutan dan hilangnya serat otot dan kekuatan.
Perubahan fisiologis yang umum adalah :

Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm. Pada
maturasi usia tua.

2.3.

Lebar bahu menurun.

Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha.

Etiologi
Hingga kini penyebab remotoid artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa

hipotesa menunjukkan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :


a. mekanisme IMUN (antigen-antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
rematoid
b. gangguan metabolisme
c. genetik
d. faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan ( pekerjaan dan psikososial).

2.4. Manifestasi Klinik


Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa
kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat

hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn


perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul belakangan,
mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak,
rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain;
2.1.

Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan
dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.

2.2.

Hambatan gerakan sendi


Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan
dengan bertambahnya rasa nyeri.

2.3.

Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk
dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.

2.4.

Krepitasi
Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

2.5.

Pembesaran sendi (deformitas)


Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang
paling sering) secara perlahan-lahan membesar.

2.6.

Perubahan gaya berjalan


Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang
lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua
(lansia).

2.5. Patofisiologi
UMUR

JENIS

KELAMIN

GENETIK

SUKU

KEGEMUKAN

Kerusakan fokal tulang rawan

pembentukan tulang baru pada

sendi yang progresif

tulang rawan, sendi dan tepi sendi

Perubahan metabolisme tulang


Peningkatan aktivitas enzim yang merusak
makro molekul matriks tulang rawan sendi
Penurunan kadar proteoglikan
Berkurangnya kadar proteoglikan
Perubahan sifat sifat kolagen
Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi
Permukaan tulang rawan sendi
terbelah pecah dengan robekan
Timbul laserasi
REMATIK

2.7. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi
inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan
kemampuan mobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001).
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
2.7.1.

Obat obatan

Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan.
Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus
mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses
patologis osteoartritis.
2.7.2.

Perlindungan sendi

Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang


kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu
diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
2.7.3.

Diet

Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali
dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
2.7.4.

Dukungan psikososial

Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya


yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien
ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain
turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk
memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
2.7.5.

Persoalan Seksual

Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada


tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari
dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
2.7.6.

Fisioterapi

Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi


pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas
yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan.
Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan
dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti
Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi
dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat
otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih
baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan
sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena
berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot
periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari
beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
2.7.7.

Operasi

Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan


sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang
dilakukan

adalah

osteotomy

untuk

mengoreksi

ketidaklurusan

atau

ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan


sendi, pebersihan osteofit.

You might also like