You are on page 1of 10

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

ANALISA KELAYAKAN USAHA PEMBIBITAN AYAM


KAMPUNG (LOKAL) PENGHASIL DAY OLD CHICK (DOC)
DI TINGKAT PETANI (STUDY KASUS KELOMPOK
PETERNAK AYAM BURAS "BAROKAH" DI CIAMIS)
(Feasibility Analysis of Native Chicken Breeding Farm at Farmer Level:
Case Study of Native Chicken Farmer Group Barokah in Ciamis District)
BROTO WIBOWO dan T. SARTIKA
Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002

ABSTRACT
Native chicken is very important for Indonesian people as meat and egg producers. Pattern raising of
native chicken is variation depending on its environmental condition and goal of raising. Intenive raising of
the birds is entailed good planning particularly in economic aspects. An economical analysis was conducted
on a group of native chicken farmers Barokah locating in district of Ciamis, West Java, of which producing
chicks intensively. The group raising 300 hens and 60 cockerels for egg producesr and for hatching
eggs produced by using 5 machines of egg hatchery. The result of analysis showed that this breeding
could be extended to 6 years by considering the profit obtained (Rp.3.449.097,-), break event point (1482
birds), break even point of selling cost (Rp.3949/bird), internal rate of return (IRR) for 6 years (37,28).
Key Words: Native Chicken, Intensive rearing, Financial Analysis
ABSTRAK
Ayam kampung merupakan alternatif pilihan bagi masyarakat Indonesia sebagai sumberdaya alam
penyedia pangan bergizi dalam bentuk daging maupun telur yang sangat dibutuhkan. Pola pengembangannya
beraneka sesuai dengan keadaan lingkungan maupun tujuan pemeliharaanya. Pengembangan pola
Intensif diperlukan perencanaan yang lebih detail yang meliputi aspek ekonomi, karena pada pola
intensif maka orientasi kegiatan condong ke arah komersial. Pada tahun 2009 kelompok peternak
ayam kampung "Barokah" yang berlokasi di Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis telah
melakukan
usaha
rintisan pembibitan ayam kampung penghasil DOC secara intensif. Usaha ini
menggunakan sebanyak 360 ekor ayam dewasa (300 ayam induk dan 60 ekor ayam pejantan) sebagai
penghasil telur, sedangkan untuk penghasil DOC digunakan 5 unit mesin tetas dengan kapasitas
masing-masing 400 butir. Usaha yang dilakukan kelompok Barokah ini perlu dianalisa dari sisi
ekonomi dengan pendekatan analisa kelayakan usaha yang meliputi analisa rugi-laba, analisa titik impas
dan analisa internal rate of return (IRR). Hasil analisa menunjukkan bahwa usaha pembibitan dapat
dilanjutkan sampai 6 tahun di kemudian hari, hal ini didasarkan bahwa usaha mendapat keuntungan sebesar
Rp.3.449.097, Titik Impas Produksi sebesar 1482 ekor dan Titik Impas harga jual sebesar Rp.3949/ekor, IRR
hasil perhitungan selama 6 tahun kegiatan diperoleh nilai sebesar
37,28%.
Kata Kunci: Ayam Kampung, Pola Intensif, Analisis Finansial

PENDAHULUAN
Ayam kampung (lokal) telah berkembang
secara luas di berbagai wilayah Indonesia,
kemampuan beradaptasi dengan lingkungan
menyebabkan keberadaanya diakui oleh
masyarakat sebagai bagian kehidupan yang tak

714

terpisahkan. SARTIKA.T et al. (2007) telah


berhasil membukukan 41 rumpun ayam lokal
yang hidup di Indonesia baik asli maupun
pendatang yang sudah menempuh siklus
produksi minimal 3 generasi. Lebih lanjut
dikatakan bahwa ayam lokal mempunyai multi
fungsi yaitu sebagai penyanyi, upacara adat,
hias, aduan dan penghasil daging dan telur

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

Selama lima (5) tahun terakhir (2004


2008) secara Nasional populasi dan produksi
telur ayam buras mengalami kenaikan,
populasi naik sebesar 13.813.725 ekor atau
4,98%.
(dari
276.989.054
menjadi
290.802.779), produksi telur naik sebesar
67.167 ton atau 39% (dari 172.147 ton menjadi
239.314 ton), sedangkan produksi daging
mengalami penurunan sebanyak -53.430 ton
atau 6,3% (dari 846.097 ton menjadi 792.667
ton). Namun demikian pada tahun 2008
peranan ayam kampung dalam menyumbang
produksi daging Nasional mencapai 307.540
ton atau 14.69% (DITJENNAK, 2008).
Ayam kampung mempunyai potensi pasar
yang cukup besar, daging ayam kampung
mempunyai rasa dan tekstur yang khas
sehingga disukai masyarakat Indonesia bahkan
dapat dikatakan mempunyai segmen pasar
tersendiri
(DIWYANTO, 1998), dalam
(SARTIKA.T. et al., 2007),lebih
lanjut
dikatakan pada beberapa masakan tertentu
seperti ayam goreng Ny Suharti, mbok Berek
dan ayam bakar Taliwang hanya cocok
menggunakan ayam kampung dan masakan
tersebut disukai Turis Manca Negara ,
sehingga ayam buras dapat dikatakan telah go
international.
DITJENNAK (2006) dalam SARTIKA.T. et al.
(2007) mengatakan bahwa budidaya ayam
kampung sebagian besar (70%) dipelihara
secara tradisional dan hanya 30% yang
dipelihara
dengan
mengikuti
program
intensifikasi
ayam
buras
(INTAB).
Pengembangan ayam kampung dapat ditempuh
melalui berbagai cara tergantung dari tujuan
yang mendasarinya (komersial, atau subsisten).
Dikenal beberapa pola pengembangan ayam
kampung antara lain Pola Ekstensif, Semi
Intensif dan Intensif, pola-pola tersebut
diterapkan peternak sesuai dengan kondisi
lokasi maupun tujuan usaha. Khusus pada Pola
intensif dengan tujuan komersial maka
diperlukan persiapan yang matang yaitu
teknologi, pengetahuan dan permodalan karena
kebutuhan ayam sepenuhnya tergantung dari
peternak, sehingga peternak akan menanggung
beban biaya untuk kebutuhan hidup dan
berproduksi .
Usaha yang bersifat komersial perlu adanya
perencanaan yang matang, sehingga dapat
dievaluasi atas kegiatan yang sedang
berlangsung untuk dilanjutkan atau dihentikan.

Beberapa cara evaluasi usaha secara finansial


antara lain dengan menggunakan analisa
Internal Rate of Return (IRR). BAMBANG dan
NESIA (1992) mengatakan bahwa IRR
merupakan suatu tingkat pengembalian modal
yang digunakan dalam suatu proyek, yang
nilainya dinyatakan dalam persen
(%)
pertahun. Suatuproyek
yang layak
dilaksanakan akan mempunyai nilai IRR yang
lebih besar dari nilai discount rate. Nilai IRR
adalah merupakan suatu nilai tingkat bunga
dimana nilai NPV-nya sama dengan nol
(NPV = 0).
NPV
IRR = 1 +

(I I)
NPV NPV

Peternak pada umumnya melakukan


budidaya ayam kampung masih menggunakan
bibit yang berasal dari hasil keturunan dari
ayam yang dipelihara sebelumnya. Hal ini
disebabkan karena belum tersebarnya secara
meluas dalam jumlah maupun wilayah
terhadap bibit ayam yang berkualitas yaitu
Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) yang
merupakan hasil penelitian dari Balai Penlitian
Ternak (BPT). Dalam rangka mengatasi
kebutuhan bibit maka pada tahun 2009
kelompok peternak ayam kampung Barokah
di Kabupaten Ciamis telah merintis usaha
pemeliharaan ayam kampung penghasil DOC
secara intensif. Penelitian ini bertujuan
mengetahui tingkat kelayakan usaha yang
dilakukan oleh kelompok Barokah ditinjau
dari aspek ekonomi, antara lain mengetahui
keuntungan atau kerugian, titik Impas harga
penjualan/ekor, ttik impas tingkat produsi dan
mengetahui tingkat IRR dalam jangka 6 tahun
ke depan.
MATERI DAN METODE
Pengamatan dilakukan pada tahun 2009 di
lokasi Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis,
Jawa-Barat pada Kelompok Peternak Ayam
Kampung Barokah. Sebanyak 360 ekor
ayam dewasa (300 ekor betina dan 60 ekor
pejantan) dipelihara secara intensif pada
kandang postal bersekat, setiap sekat terdiri
dari 6 ekor (5 ekor betina dan 1 ekor pejantan).
Produksi telur yang dihasilkan diutamakan

715

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

sebagai bahan baku penetasan. Berdasarkan


waktu pengumpulan telur dan tingkat produksi
telur maka disediakan sebanyak 5 buah mesin
tetas masing-masing dengan kapasitas 400
butir. Data yang diambil adalah data teknis

Harga telur konsumsi (tak layak tetas):


Rp 1200/butir
Harga telur cacat:
Rp 1000/butir
Harga telur infertile:
Rp 900/butir
Harga DOC:
Rp4500/ekor
maupun ekonomi, data teknis melip(uatni s
(an sex)
(produksi telur, daya tetas, fertilitas telur,
Harga ayam afkir betina: Rp 40.000/ekor
mortasiltas DOC), sedangkan data ekonomi
meliputi harga (DOC, pakan dan peralatan Harga ayam afkir pejantan: Rp 50.000/ekor
kandang, tenaga kerja). Berdasarkan data yang Harga upah tenaga kerja: Rp 700.000/org/bln.
Rp 3700/kg.
diperoleh maka dilakukan Analisa finansial Harga pakan:
yang meliputi input-output, Break Even Point
(BEP) tingkat produksi DOC (ekor) dan tingkat
HASIL DAN PEMBAHASAN
harga DOC (Rp/ekor) dan perhitungan Internal
Rate Of Return (IRR) dalam jangka 6 tahun Profil kelompok peternak ayam kampung
kegiatan.
"Barokah"
Budidaya dan manajemen usaha
pembibitan ayam kampung
Berdasarkan tingkat produksi telur dan
masa koleksi telur maka dapat diperhitungkan
bahwa dibutuhkan sebanyak 5 mesin tetas
dengan kapasitas 400 butir. Masa koleksi telur
selama 5 hari akan menentukan jumlah
kegiatan penetasan sebanyak 6 kali per bulan.
Ayam dipelihara secara tertib baik dari segi
pencegahan
dan
pengobatan
terhadap
kesehatannya. Telur yang dihasilkan untuk
selanjutnya menjadi bahan baku penetasan
dalam rangka menghasilkan DOC. Beberapa
Variabel teknis dan ekonomis digunakan dalam
perhitungan untuk menegtahui kelayakan usaha
pembibitan.
Koefisien teknis:
a. Produktivitas telur: 40%
b. Konsumsi pakan:
100 gram/ekor/hari
c. Masa afkir induk:
18 bulan masa prod.
d. Pengumpulan telur: 6 hari sekali
e. Telur layak ditetaskan:70%
f. Fertilitas telur:
90%
g. Daya tetas telur:
80% dari telur fertil
h. Mortalitas DOC:
2%
Koefisien ekonomi:
Harga bibit induk:
Rp 65 000/ekor
Harga ayam pejantan:
Rp 85.000/ekor
Harga mesin tetas kapasitas 400 butir:
Rp 800.000/unit

716

Kelompok peternak ayam kampung


"Barokah" berlokasi di Lingkungan Karang,
Kelurahan Ciamis, Kecamatan
Ciamis,
Kabupaten Ciamis, telah melakukan usaha
rintisan pembibitan ayam kampung penghasil
DOC dalam rangka mengembangkan ayam
kampung dan meningkatkan kesejahteraan
anggotanya. Lokasi usaha Kelompok Barokah
memiliki
beberapa
keunggulan,
yaitu
kemudahan transportasi dengan kendaraan roda
4, kemudahan komonikasi melalui tilpon dan
internet, penerangan listrik dari PLN. Di
tengah-tengah kepadatan penduduk usaha
ayam kampung diterima olah masyarakat,
karena telah menjaga keindahan lingkungan
dengan menerapkan berbagai inovasi baru
antara lain pembuatan biogas, pelaksanaan
Inseminasi Buatan dan penggunaan pakan
serasi, penggunaan bibit unggul (ayam
Kampung
Balitnak)
dan
pengelolaan
perkandangan.
Penerapan inovasi baru ini merupakan
respon kelompok yang memilki tenaga muda
dan berbakat sebanyak 3 personil dengan
jenjang akademis masing-masing S1 pada
bidang Peternakan sehingga diharapkan
mampu menggerakkan laju pengembangan
ayam buras sebagai mana yang diharapkan
Pemerintah Daerah. Pada tahun 2009
Kelompok Barokah oleh Pemerintah Daerah
(Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dan
Dinas Peternakan Kabupaten Ciamis) diajukan
menjadi peserta Lomba Tingkat Nasional
mewakili Jawa Barat, dengan harapan menjadi
kebangkitan baru setelah era tahun 90-an ,
yang mana Kabupaten Ciamis menjadi juara

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

Nasional ayam Buras. Bentuk kepengurusan


sesuai fungsinya adalah Ketua, Sekretaris,
Bendahara, Seksi Produksi dan Pemasaran,
Seksi pakan dan Seksi Keswan. Kelompok
Barokah telah mempunyai tata ruang dalam
pelaksanaan kegiatan usaha ayam kampung,
demikian juga fungsi-fungsi ruang sesuai
denga penggunaannya. Terdapat: Ruang
Sekretariat (1 unit), ruang penetasan (1 unit),
Ruang Gudang pakan (1 unit), Kandang
penampungan (1 unit), Kandang anak (1-30
hari) 1 unit, Kandang dewasa (2 unit),
Kandang bibit (induk dan pejantan) 2 unit.
Salah satu dari berbagai alasan peternak untuk
memelihara ayam kampung karena pemasaran
produk ayam kampung (telur dan ayam hidup)
sangat mudah dan mempunyai harga yang
stabil tinggi. Kelompok Barokah saat ini
menjadi incaran para pedagang ayam ketika
mencari bahan untuk dipasarkan kepada
konsumen.
Kegiatan menghasilkan DOC mengikuti
beberapa ketentuan dengan maksud agar usaha
dapat berkesinambungan. Ketentuan yang
dimaksud antara lain:
1. Pemeliharaan ayam (induk) dimulai dari
ayam siap bertelur (dewasa).
2. Pemeliharaan induk selama 18 masa
produksi untuk selanjutnya dilakukan afkir

3. Pada saat yang sama ketika melakukan


pengafkiran maka dilakukan penggantian
ayam baru yang diawali dengan status
dewasa.
4. Telur yang ditetaskan adalah telur setelah 2
bulan masa produksi (penundaan untuk
menetaskan telur).
5. Kegiatan pemeliharaan ayam sebagai
penghasil telur untuk ditetaskan menjadi
satu kesatuan dengan kegiatan penetasan
untuk menghasilkan DOC.
6. Kegiatan direncanakan selama 6 tahun.
Mengacu pada berbagai ketentuan tersebut
maka kegiatan penetasan produksi DOC setiap
tahun dapat dirinci seperti pada Tabel 1.
Tabel 1, menunjukkan bahwa selama 6
tahun kegiatan maka pada tahun III dan VI
kegiatan penetasan berlangsung secara penuh
(12 bulan ) sedangkan pada tahun I, II , IV, dan
V kegiatan penetasan dalam 1 tahun hanya
berlangsung masing-masing 10 bulan, karena
yang 2 bulan disebabkan telur yang dihasilkan
belum layak ditetaskan.
Penggantian ayam afkir dilakukan secara
all-in dan all-out, sehingga dalam masa
kegiatan selama 6 tahun (72 bulan) terjadi 4
kali penggantian ayam. Kejadian peremajaan
ayam dapat dirinci sebagai berikut:

Tabel 1. Keragaan kegiatan produksi DOC dan telur Konsumsi selama 6 tahun kegiatan
Tahun

Produksi

Waktu

Kejadian pada bulan ke-

Telur konsumsi

2 bulan

12

DOC

10

3 12

II

Telur konsumsi

78

DOC

10

1 6 dan 9 12

III

Telur konsumsi

DOC

12

1 12

1V

Telur konsumsi

2 bulan

12

DOC

10

3 12

Telur konsumsi

78

DOC

10

1 6 dan 9 12

VI

Telur konsumsi

DOC

12

Keterangan

1 12

717

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

Pemasukan ayam
Kejadian I, pemasukan ayam dewasa untuk
awal kegiatan, sebelum tahun I. Kejadian II,
pada bulan ke-18, pada saat itu terjadi
penggantian ayam baru. Kejadian III, pada
bulan ke-36. Kejadian IV, yaitu pada bulan ke54.
Pengafkiran ayam dilakukan setelah 18
bulan masa produksi
Kejadian I, yaitu pada pertengahan tahun II
kegiatan Kejadian II, pada akhir tahun III, atau
pada bulan ke-36 kegiatan; Kejadian III, pada
pertengahan tahun V, yaitu pada bulan ke-54;
Kejadian IV, pada akhir tahun VI atau bulan
ke-72.
Pada Tabel 2, menunjukkan bahwa
investasi yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan pembibitan ayam kampung penghasil
DOC pada sakala 360 ekor dan 5 mesin tetas,

beserta perangkat yang diperlukan maka


dibutuhkan sebanyak Rp. 80.235.000, yang
terbagi dalam kegiatan budidaya ayam
penghasil telur sebesar Rp. 53.785.000 dan
kegiatan penetasan sebesar Rp. 26.450.000.
Pada Tabel 3, menunjukkan bahwa biaya
pemeliharaan ayam penghasil telur yang paling
tinggi adalah pada bagian biaya pakan yang
menempati sebesar 76,18% dari biaya total,
sedangkan pada penetasan biaya yang paling
besar adalah biaya tenaga. Telur yang
ditetaskan tidak dihitung karena sudah dihitung
dalam biaya produksi pemeliharaan ayam.
Pada Tabel 4 ditunjukkan bahwa hasil
perhitungan menyatakan bahwa BEP produksi
DOC sebesar 1482 ekor, padahal usaha
pembibtan ini mampu melebihi BEP produksi
yaitu sebesar 1689 ekor, sehingga usaha dapat
dikatakan layak. Demikian pula pada BEP
harga jual, dalam perhitungan diperoleh bahwa
BEP harga jual sebesar Rp. 3949/ekor.

Tabel 2. Jumlah dan jenis investasi usaha pembibitan ayam kampung penghasil DOC, skala 360 ekor.pada
awal tahun
Harga satuan
(Rp)

Nilai (Rp)

Usia teknis
(tahun)

Penyusutan
per bulan
(Rp)

Bangun kandang (100 m )


Tempat pakan (60 buah)

275.000

27.500.000

286.456

13.500

810.000

13.500

Timbangan (1 buah)

150.000

150.000

2.500

Tangki sprayer (1 buah)

200.000

200.000

3.333

Gerobak roda 3 (1 buah)

150.000

150.000

2.500

Tempat minum (30 buah)

12.500

375.000

6.250

Ayam betina (induk) (300 ekor)

65.000

19.500.000

1,5

450.000

Ayam jantan (60 ekor)

85.000

5.100.000

1,5

125.000

Uraian
Kegiatan Budidaya ayam
2

Sub total

53.785.000

Penyusutan/bulan (biaya tetap)

889.539

Kegiatan penetasan telur


Mesin tetas, kapas. 400 butir, 5 buah

800.000

4.000.000

47.619

Alat candling 1 buah

50.000

50.000

833

20.000.000

20.000.000

10

166.667

300.000

2.400.000

40.000

Ruang penetasan, 1 unit


Kandang indukan (DOC), 8 buah
Sub total

26.450.000

Penyusutan/bulan (biaya tetap)


Total investasi

718

255.119
80.235.000

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

Tabel 3. Jumlah biaya tidak tetap dalam usaha pembibitan ayam kampung penghasil DOC
1. Pemeliharaan ayam tetua (360 ekor) per bulan
Biaya tidak tetap (Rp)
Pakan induk + pejantan ( 360 x 100 gr x 30 x Rp 3700)
Kesehatan (paket_)
Sanitasi (paket)
Listrik
Sekam
Total biaya tidak tetap

Rp

(%)

3.966.000

76,18

100.000

1,92

50.000

0,96

120.000

2,30

50.000

0,96

4.316.000

Biaya tetap (penyusutan)

889.539

Biaya operasional/bulan

5.205.539

17,08
100

2. Kegiatan penetasan telur per bulan


Biaya tidak tetap (Rp)

Rp

Tenaga pemanas (5 mesin x Rp 100.000)


Egg tray (kapasitas 30 butir)
Tenaga kerja penetas dan prod telur (1 0rang x Rp 700.000)
Total biaya tidak tetap

500.000

34,12

10.000

0,68

700.000

47,77

1.210.000

Biaya tetap (penyusutan)

255.119

Biaya operasonal/bulan

1.465.119

17,41
100

Total biaya operasional (kegiatan 1 dan kegiatan 2)

6.670.658

Padahal usaha pembibitan ini mampu menjual


DOC diatas harga BEP, sehingga usaha dapat
dilanjutkan. Keuntungan yang diperoleh setiap
bulan mencapai Rp. 3.449.097, dimana B/C
mencapai 1,51.
Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa
pengeluaran biaya produksi ( biaya tetap dan
tidak tetap) mencapai Rp 72.948.000 pada
tahun I. Pada tahun ke-2, 3 dan 5 terdapat
kenaikan dari pada tahun ke-1, 4 dan 6 hal ini
disebabkan adanya pembelian ayam baru
sebagai pengganti ayam yang sudah masa
afkir. Terlihat bahwa antara penerimaan
dengan biaya pada tiap tahun kegiatan dari
tahun ke-1 samapai dengan tahun ke-6 terdapat
selisih positif, artinyausaha tersebut
mendatangkan keuntungan.
Berdasarkan data arus kas biaya dan
keuntungan selama 6
tahun
dengan
memperhatikan tingkat discount rate yang
berlaku sebesar 15%, maka menggunakan
daftar tabel discount faktor akan diperoleh Net
Present Value pada masing-masing discount

faktor yang diinginkan. Perhitungan IRR ini


dilakukan melalui try and error pada tingkat
discount faktor tertentu, hingga diperoleh nilai
NPV sama dengan nol, atau NPV negatif,
selanjutnya dipersandingkan antara NPV
negatif dengan NPV positit yang paling dekat
jaraknya. Perhitungan nilai IRR menggunakan
rumus
NPV
IRR = 1 +

x (I I)
NPV NPV

= 35 + 3769/((3769 -(-4482)) x (40 -35)


= 35 + (3769x5)/(8251)
= 35 + (18845/8251)
= 35 + 2,28 = 37,28%
- I adalah nilai df 35%
- I adalah nilai df 40%
- NPV adalah nilai NPV pada df 35% = 3769
- NPV adalah nilai NPV pada df 40%= - 482

719

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

Tabel 4. Jumlah penerimaan pada usaha pembibitan ayam kampung penghasil DOC
Penerimaan dalam bentuk fisik per bulan

(butir/ekor)

Produksi telur (300 40% 30 x butir)

3600

Jumlah telur rusak (5% 3600 butir)

180

Jumlah telur utuh (95% 3600 butir)

3420

Jumlah tak layak tetas ( 30% 3420 butir)

1026

Jumlah telur layak tetas ( 70% 3420 butir)

2394

Jumlah telur fertil (90% 2394 butir)

2155

Jumlah telur infertil (10% 2394) butir

245

Telur yang menetas (80% 2155) butir

1724

Jumlah DOC hidup (98% 1724) ekor

1689

Ayam afkhir betina (ekor)/18

285

Ayam afkir jantan(ekor)/18

57

Penerimaan dalam bentuk uang per bulan

Rp

a) Penjualan telur cacat (5% 180 butir Rp 1000 )


b) Jumlah telur tak layak tetas (30% 1026 butir Rp 1200 )
c) Jumlah telur infertil (10% 2394 butir Rp 900 )
d) Penjualan DOC ( 80% 2155 butir 1 ekor Rp 4500)

180.000
1.231.200
215.460
7.601.429

e) Penjualan pupuk kandang

100.000

f) Ayam afkhir betina (285 Rp 40 000)/18

633.333

g) Ayam afkir jantan (57 Rp 50.000)/18

158.333

Total penerimaan ( a + b + c + d + e + f + g)

10.119.755

Keuntungan ( 10.119.755 - 6.670.658)

3.449.097

B/C: (10.119.755 / 6.670.658)

1,51

BEP harga jual DOC (Rp/ekor)

Rp 3.949/ekor

BEP jumlah produksi DOC (ekor)

720

1482 ekor

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

Tabel 5. Arus tunai biaya dan penerimaan kegiatan pembibitan selama 6 tahun (Rp 000)
Uraian
Biaya

Tahun kegiatan
1

47.592

47.592

47.592

47.592

47.592

47.592

1.200

1.200

1.200

1.200

1200

1.200

600

600

600

600

600

600

Listrik

1.440

1.440

1.440

1.440

1440

1.440

Sekam

600

600

600

6.00

600

600

19.500

19.500

19.500

5.100

5.100

5.100

6.000

6.000

6.000

6.000

6.000

6.000

120

120

1.20

1.20

120

1.20

8.400

8.400

8.400

8.400

8.400

8.400

65.952

90.552

90.552

65.952

90.552

65.952

3.437

3.437

3.437

3.437

3.437

3.437

135

135

135

135

135

135

25

25

25

25

25

25

333

333

333

333

333

333

Gerobak roda 3

25

25

25

25

25

25

Tempat minum

62

62

62

62

62

62

571

571

571

571

571

571

Pakan
Kesehatan
Sanitasi

Ayam induk
Ayam pejantan
Tenaga pemanas
Egg try
Tenaga kerja
Total

Penyusutan
Bangunan kandang
ayam
Tempat pakan
Timbangan
Tangki sprayer

Mesin tetas

Ruang penetasan

2.000

2.000

2.000

2.000

2.000

2.000

Kandang indukan

400

400

400

400

400

400

Total

13.896

6.996

6.996

6.996

6.996

6.996

Biaya total

72.948

97.548

97.548

72.948

97.548

72.948

8.640

8.640

8.640

8.640

Alat candling

Penerimaan
Telur konsumsi
(produksi 2 bulan)
Telur rusak
Telur tak layak tetas
Telur infertil
Penjualan DOC

1.800

1.800

2.160

1.800

1.800

2.160

12.312

12.312

14.774

12.312

12.312

14.774

2.202

2.205

2.646

2.205

2.205

2.646

76.005

76.005

91.206

76.005

76.005

91.206

11.400

11.400

11.400

11.400

2.850

2.850

2.850

2.850

1.200

1.200

1.200

1.200

1.200

1.200

102.159

116.412

126.236

102.162

116.412

126.236

Ayam induk afkir


Ayam pejantan afkir
Kotoran kandang
Total

721

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

722
Tabel 6. Arus kas biaya dan keuntungan dalam (Rp 000) dan perhitungan IRR
Tahun
0

Investasi

Biaya
operasi

Total
biaya

Penerimaan

Keuntungan

NPV
15%

df

NPV

df

NPV

df 15%

35%

35%

40%

40%

80.235

80.235

-80.235

-80.235

-80.235

-80.235

65.952

102.159

36.207

0,8696

31.486

0,74

26.819

0,714

25.863

24.600

90.306

90.552

116.412

25.860

0,7561

19.553

0,55

14.189

0,51

13.194

24.600

90.306

91.752

126.236

34.484

0,6575

22.673

0,41

14.014

0,364

12,566

65.952

65.952

102.162

36.210

0,5718

20.705

0,3

10.903

0,26

9.425

90.306

90.552

116.412

25.860

0,4972

12.858

0,22

5.767

0,186

4.807

67.152

67.152

126.236

59.084

0,4323

25.542

0,17

9.761

0,133

7.846

15.445

15.445

0,4323

6.677

0,17

2.552

0,133

2.051

705.062

152.915

4
5

24.600

6
Total

722

154.035

469.974

552.147

59.258

3.769

-4.482

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

65.952

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa


nilai IRR sebesar 37,28% dimana hasil ini
melebihi tingkat suku bunga yang berlaku yaitu
15%. Dengan demikian usaha pembibitan
ayam kampung penghasil DOC dinyatakan
layak untuk dilakukan selama 6 tahun
mendatang.
KESIMPULAN
Usaha pembibitan sebagai penghasil DOC
sangat layak untuk dilakukan dalam jangka 6
tahun mendatang. Volume produksi dan harga
jual DOC per satuan unit dinyatakan melebihi
dari hasil perhitungan BEP produksi maupun
BEP tingkat harga. Demikian pula hasil
perhitungan B/C melebihi angka 1. Hasil
perhitungan prediksi perencanaan usaha selama
6 tahun ditunjukkan bahwa IRR sebesar
37,72% , hal ini melebihi discount rate 15%.

DAFTAR PUSTAKA
BAMBANG, P. dan NESIA D. 1992. Ekonomi Teknik ,
Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
DITJENNAK. 2006. Statistik Peternakan Indonesia.
Direktorat Jenderal Peternakan. Departeman
Pertanian Republik Indonesia, Jakarta.
DITJENNAK. 2008. Statistik Peternakan Indonesia.
Direktorat Jenderal Peternakan. Departeman
Pertanian Republik Indonesia, Jakarta.
STATISTIK INDONESIA. 2008. Badan Pusat Statistik
Indonesia.
SARTIKA, T. dan B. GUNAWAN. 2007. Karakteristik
sifat-sifat produktivitas ayam kampung betina
fase produksi pada populasi dasar seleksi.
Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner. Bogor, 21 22 Agustus 2007.
Puslitibang Peternakan. Bogor. hlm. 576 582.
SARTIKA, T dan S. ISKANDAR. 2007. Mengenal
Plasma Nutfah Ayam Indonesia dan
Pemanfaatannya. Balai Penelitian Ternak,
Puslitbang Peternakan, Bogor.

723

You might also like