Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
S U B H A N
NIM 010030170 B
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP DASAR BENIGNE PROSTAT HYPERPLASIA
Pengertian Benigne Prostat Hyperplasia
Benigne Prostat Hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan
oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan
kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars
prostatika (Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr Soetomo, 1994 : 193).
Etiologi/Penyebabnya
Penyebab yang pasti dari terjadinya Benigne Prostat Hyperplasia sampai sekarang
belum diketahui secara pasti, tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya
Benigne Prostat Hyperplasia yaitu testis dan usia lanjut.
Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang diduga
timbulnya Benigne Prostat Hyperplasia antara lain :
1. Hipotesis Dihidrotestosteron (DHT)
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen akan menyebabkan epitel
dan stroma dari kelenjar prostatmengalami hiperplasia.
2. Ketidak seimbangan estrogen testoteron
Dengan meningkatnya usia pada pria terjadi peningkatan hormon Estrogen dan
penurunan testosteron sedangkan estradiol tetap. yang dapat menyebabkan
terjadinya hyperplasia stroma.
3. Interaksi stroma - epitel
Peningkatan epidermal gorwth faktor atau fibroblas gorwth faktor dan
penurunan transforming gorwth faktor beta menyebabkan hiperplasia stroma dan
epitel.
4. Penurunan sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan
epitel dari kelenjar prostat.
5. Teori stem cell
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit.
(Roger Kirby, 1994 : 38).
Anatomi Dan Fisiologi Prostat
Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi / mengitari uretra
posterior dan disebelah proximalnya berhubungan dengan buli-buli, sedangkan
bagian distalnya kelenjar prostat ini menempel pada diafragma urogenital yang sering
disebut sebagai otot dasar panggul. Kelenjar ini pada laki-laki dewasa kurang lebih
sebesar buah kemiri atau jeruk nipis. Ukuran, panjangnya sekitar 4 - 6 cm, lebar 3 - 4
cm, dan tebalnya kurang lebih 2 - 3 cm. Beratnya sekitar 20 gram.
Prostat terdiri dari :
Jaringan Kelenjar
Kapsul/Musculer
50 - 70 %
30 - 50 %
prostat akan bekerja memeras cairan prostat keluar melalui uretra. Sel sel sperma
yang dibuat di dalam testis akan ikut keluar melalui uretra. Jumlah cairan yang
dihasilkan meliputi 10 30 % dari ejakulasi. Kelainan pada prostat yang dapat
mengganggu proses reproduksi adalah keradangan (prostatitis). Kelainan yang lain
sepeti pertumbuhan yang abnormal (tumor) baik jinak maupun ganas, tidak
memegang peranan penting pada proses reproduksi tetapi lebih berperanan pada
terjadinya gangguan aliran kencing. Kelainanyang disebut belakangan ini
manifestasinya biasanya pada laki-laki usia lanjut.
Patofisiologi
Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika
prostat membesar akan meluas ke atas (bladder), di dalam mempersempit saluran
uretra prostatica dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan
tekanan intravesikal. Sebagai kompensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka
otot detrusor dan buli-buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine
keluar. Kontraksi yang terus-menerus menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli
berupa : Hipertropi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sekula dan
difertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan klien sebagai keluhan
pada saluran kencing bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptom/LUTS
(Basuki, 2000 : 76).
Pada fase-fase awal dari Prostat Hyperplasia, kompensasi oleh muskulus destrusor
berhasil dengan sempurna. Artinya pola dan kualitas dari miksi tidak banyak berubah.
Pada fase ini disebut Sebagai Prostat Hyperplasia Kompensata. Lama kelamaan
kemampuan kompensasi menjadi berkurang dan pola serta kualitas miksi berubah,
kekuatan serta lamanya kontraksi dari muskulus destrusor menjadi tidak adekuat
sehingga tersisalah urine di dalam buli-buli saat proses miksi berakhir seringkali
Prostat Hyperplasia menambah kompensasi ini dengan jalan meningkatkan tekanan
intra abdominal (mengejan) sehingga tidak jarang disertai timbulnya hernia dan
haemorhoid puncak dari kegagalan kompensasi adalah tidak berhasilnya melakukan
ekspulsi urine dan terjadinya retensi urine, keadaan ini disebut sebagai Prostat
Hyperplasia Dekompensata. Fase Dekompensasi yang masih akut menimbulkan rasa
nyeri dan dalam beberapa hari menjadi kronis dan terjadilah inkontinensia urine
secara berkala akan mengalir sendiri tanpa dapat dikendalikan, sedangkan buli-buli
tetap penuh. Ini terjadi oleh karena buli-buli tidak sanggup menampung atau dilatasi
lagi. Puncak dari kegagalan kompensasi adalah ketidak mampuan otot detrusor
memompa urine dan menjadi retensi urine.Retensi urine yang kronis dapat
mengakibatkan kemunduran fungsi ginjal (Sunaryo, H. 1999 : 11)
TESTIS
USIA LANJUT
RESIDUAL URINE
(FASE DEKOMPENSASI)
NYERI
OLEH TEKANAN
TEKANAN INTRA
VESIKA URINARIA
INKONTINENSIA
PARADOKSA
OVERFLOW
INCONTINENSIA
(TEKANAN INTRA
VASKULER
URINARIA DARI
PADA TEKANAN
SPINKTER BERSIFAT
KRONIS)
KERUSAKAN GINJAL
GAGAL GINJAL
Proses Miksi
KOMPENSASI
MENINGKATKAN
TEKANAN INTRA
ABDOMINAL
HERNIA,
HAEMOROID
Fase pengisian
Pves :
Pup
< 20 cm H2O
: 60 100 cm H2O
Fase ekspulsi :
Isi blader 200 300 ml
Mulai terangsang ingin kencing
Reseptor Strecth
Syaraf Otonom PS S2 - 4
BPH
P up meningkat
Hipertropi
P Ves > P up
P Ves < P up
Fase Kompensata
Fase Decompensata
Retensio Urine
Pemeriksaan Fisik
Perhatian khusus pada abdomen ; Defisiensi nutrisi, edema, pruritus,
echymosis menunjukkan renal insufisiensi dari obstruksi yang lama.
Distensi kandung kemih
Inspeksi : Penonjolan pada daerah supra pubik retensi urine
Palpasi : Akan terasa adanya ballotement dan ini akan menimbulkan pasien
ingin buang air kecil retensi urine
Perkusi : Redup residual urine
Pemeriksaan penis : uretra kemungkinan adanya penyebab lain misalnya
stenose meatus, striktur uretra, batu uretra/femosis.
Pemeriksaan Rectal Toucher (Colok Dubur) posisi knee chest
Syarat
Tujuan
2.
:
:
buli-buli kosong/dikosongkan
Menentukan konsistensi prostat
Menentukan besar prostat
Pemeriksaan Radiologi
Pada Pemeriksaan Radiologi ditujukan untuk
a. Menentukan volume Benigne Prostat Hyperplasia
b. Menentukan derajat disfungsi buli-buli dan volume residual urine
c. Mencari ada tidaknya kelainan baik yang berhubungan dengan Benigne
Prostat Hyperplasia atau tidak
Beberapa Pemeriksaan Radiologi
a. Intra Vena Pyelografi ( IVP ) : Gambaran trabekulasi buli, residual urine
post miksi, dipertikel buli.
Indikasi
: disertai hematuria, gejala iritatif menonjol disertai urolithiasis
Tanda BPH : Impresi prostat, hockey stick ureter
b. BOF : Untuk mengetahui adanya kelainan pada renal
c. Retrografi dan Voiding Cystouretrografi : untuk melihat ada tidaknya
refluk vesiko ureter/striktur uretra.
d. USG : Untuk menentukan volume urine, volume residual urine dan menilai
pembesaran prostat jinak/ganas
3.
Pemeriksaan Endoskopi.
4.
Pemeriksaan Uroflowmetri
Berperan penting dalam diagnosa dan evaluasi klien dengan obstruksi leher bulibuli
Q max : > 15 ml/detik non obstruksi
10 - 15 ml/detik border line
< 10 ml/detik obstruktif
5.
Pemeriksaan Laborat
Urinalisis (test glukosa, bekuan darah, UL, DL, RFT, LFT, Elektrolit, Na,/K,
Protein/Albumin, pH dan Urine Kultur)
Jika infeksi:pH urine alkalin, spesimen terhadap Sel Darah Putih, Sel Darah
Merah atau PUS.
RFT evaluasi fungsi renal
Serum Acid Phosphatase Prostat Malignancy
6.
7.
8.
3.
4.
5.
B.
b.
c.
Pemberian obat Golongan Alfa Bloker/obat penurun tekanan diuretraprostatika : Prazosin, Alfulosin, Doxazonsin, Terazosin
6.
7.
Pembedahan
1. Trans Uretral Reseksi Prostat
: 90 - 95 %
2. Open Prostatectomy
: 5 - 10 %
BPH yang besar (50 - 100 gram) Tidak habis direseksi dalam 1 jam.
Disertai Batu Buli Buli Besar (>2,5cm), multiple. Fasilitas TUR tak ada.
Mortalitas Pembedahan BPH
0 - 1 % KAUSA : Infark Miokatd
Septikemia dengan Syok
Perdarahan Massive
Kepuasan Klien : 66 95 %
Indikasi Pembedahan BPH
Retensi urine akut
Retensi urine kronis
Residual urine lebih dari 100 ml
BPH dengan penyulit
Hydroneprosis
Terbentuknya Batu Buli
Infeksi Saluran Kencing Berulang
Hematuri berat/berulang
Hernia/hemoroid
Menurunnya Kualitas Hidup
Retensio Urine
Gangguan Fungsi Ginjal
Terapi medikamentosa tak berhasil
Sindroma prostatisme yang progresif
Flow metri yang menunjukkan pola obstruktif
Flow. Max kurang dari 10 ml
Kurve berbentuk datar
Waktu miksi memanjang
Kontra Indikasi
IMA
CVA akut
Tujuan :
dokter.
Tensi meningkat dan nadi menurun (bradikardi), kadar natrium
menurun, gelisah atau delir harus waspada terjadinya syndroma
TUR segera lapor dokter.
Bila produksi urine tidak keluar (menurun) dicari penyebabnya
apakah kateter buntu oleh bekuan darah terjadi retensi urine
dalam buli-buli lapor dokter, spoling dengan PZ tetesan
tergantung dari warna urine yang keluar dari Urobag. Bila urine
sudah jernih tetesan spoling hanya maintennens/dilepas dan bila
produksi urine masih merah spoling diteruskan sampai urine jernih.
Bila perlu Analisa Gas Darah
Apakah terjadi kepucatan, kebiruan.
Cek lab : Hb, RFT, Na/K dan kultur urine.
2.
3.
Perawatan Kateter
Kateter uretra yang dipasang pada pasca operasi prostat yaitu folley kateter 3
lubang (treeway catheter) ukuran 24 Fr.
Ketiga lubang tersebut gunanya :
1. untuk mengisibalon, antara 30 40 ml cairan
2. untuk melakukan irigasi/spoling
3. untuk keluarnya cairan (urine dan cairan spoling).
Setelah 6 jam pertama sampai 24 jam kateter tadi biasanya ditraksi dengan
merekatkan ke salah satu paha pasien dengan tarikan berat beban antara 2 5 kg.
Paha ini tidak boleh fleksi selama traksi masih diperlukan.
Paling lambat pagi harinya traksi harus dilepas dan fiksasi kateter dipindahkan
ke paha bagian proximal/ke arah inguinal agar tidak terjadi penekanan pada
uretra bagian penosskrotal. Guna dari traksi adalah untuk mencegah perdarahan
dari prostat yang diambil mengalir di dalam buli-buli, membeku dan menyumbat
pada kateter.
Bila terlambat melepas kateter traksi, dikemudian hari terjadi stenosis leher bulibuli karena mengalami ischemia.
Tujuan pemberian spoling/irigasi :
1. Agar jalannya cairan dalam kateter tetap lancar.
2. Mencegah pembuntuan karena bekuan darah menyumbat kateter
3. Cairan yang digunakan spoling H2O / PZ
Kecepatan irigasi tergantung dari warna urine, bila urine merah spoling
dipercepat dan warna urine harus sering dilihat. Mobilisasi duduk dan berjalan
urine tetap jernih, maka spoling dapat dihentikan dan pipa spoling dilepas.
Kateter dilepas pada hari kelima. Setelah kateter dilepas maka harus
diperhatikan miksi penderita. Bisa atau tudak, bila bisa berapa jumlahnya harus
diukur dan dicatat atau dilakukan uroflowmetri.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan
(terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC.
Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume
I (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press.
Surabaya
Long,
TINJAUAN KASUS
I.
PENGKAJIAN
Waktu
Tempat
1.
: 2 April 2002
: Ruang Bedah D Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Suku/Bangsa
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
3.
adaptasi
klien
dalam
Aspek Sosial/Interaksi
Hubungan dengan keluarga, teman kerja maupun masyarakat di sekitar
tempat tinggalnya biasa sangat baik dan akrab. Saat ini klien terputus
dengan dunia luar, kehilangan pencari nafkah (bagi keluarganya), biaya
mahal.
Aspek Spiritual
Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama islam, ajaran agama
dijalankan setiap saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah sholat 5
waktu sehari dan aktif mengikuti kegiatan agama yang diselenggarakan
oleh masjid di sekitar rumah tempat tinggalnya maupun oleh
masyarakat setempat.
Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritualnya
4.
5.
DIAGNOSTIC TEST
Laboratoriun
Hb
: 15,3 mg/dl
Leukosit
: 12.000
BSN
: 98 mg/dl
2 jam pp
: 200
BUN
: 21 mg/dl
Serum Creatinin
: 0,7 mg/dl
Kalium
: 4 mmol/l
Natrium
: 140 mmol/l
Albumin
: 3,4 gr/dl
SGOT
: 21 U/L
SGPT
: 12 U/L
Bilirubin Direk
: 0,14
Bilirubin Total
: 0,32
(13,4 mg/dl)
( 140 mg/dl)
(10 20)
(0,6 1,3)
(3,5 5,2 mmol/l)
(135 146 mmol/l)
(3,2 3,5 gr/dl)
DATA
S : Klien mengatakan sedikit stress
menghadapi tindakan operasi
Klien mengatakan kurang tidur baik pada
waktu siang maupun malam hari.
Klien tampak terganggu tegang dan gelisah
dengan kondisi ruang perawatan yang
ramai
O : Tensi 140/80 mmHg
Nadi = 120 X/mt.
ETIOLOGI
MASALAH
rencana
Kecemasan
pembedahan
dan
kehilangan
status
kesehatan.
kurangnya
informasi
yang akurat
pada klien
Kurangnya
pengetahuan tentang
sifat
penyakit,
pemeriksaan
diagnostik
dan
tujuan tindakan yang
diprogramkan.
pemasangan Resiko
tinggi
Dower
terhadap
Infeksi
Cateter yang Saluran Kencing.
lama.
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN (Berdasarkan Prioritas
1. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan dan kehilangan status
kesehatan ditandai dengan
S : Klien mengatakan sedikit stress menghadapi tindakan operasi
Klien mengatakan kurang tidur baik pada waktu siang maupun malam hari.
Klien tampak terganggu tegang dan gelisah dengan kondisi ruang perawatan
yang ramai
O : Tensi 140/80 mmHg
Nadi = 120 X/mt.
2.
3.
dengan
RENCANA TINDAKAN
-
RASIONAL
NAMA
PERAWAT /
MAHASISWA
Tujuan :
Pengetahuan
pasien
tentang sifat penyakit,
pemeriksaan
diagnostik
dan tujuan tindakan yang
diprogramkan meningkat
Kriteria
- Pasien
dapat
menjelaskan kembali
tentang sifat penyakit,
tujuan tindakan yang
diprogramkan
dan
pemeriksaan
diagnostik.
- Pasien tidak bertanya
lagi tentang sifat
penyakit, pemeriksaan
diagnostik dan tujuan
tindakan
yang
diprogramkan.
pasien
Pengetahuan
membantu
mengembangkan kepatuhan pasien dan
keluarga terhadap rencana terapeutik
S u b h a n
22
Tujuan :
Infeksi dapat dicecah
Kriteria hasil :
- Mencapai
waktu operasi
tidak
mengalami
tanda infeksi.
Pertahankan sistem kateter steril, Berikan betadine pada kateter dan ujung
uretra kemudian tutup dengan kasa
Observasi tanda dan gejala Infeksi Saluran Kencing
Kolaborasi dengan dokter untuk penggantian Dower Kateter atau
pemberian obat Antibiotika
Mencegah masuknya
infeksi/sepsis lanjutan
bakteri
dan
23
JAM
18.00
WIB
TINDAKAN KEPERAWATAN
-
Memberikan dorongan terhadap tiap-tiap proses kehilangan status kesehatan yang timbul.
Memberikan privacy dan lingkungan yang nyaman.
Membatasi staf perawat/petugas kesehatan yang menangani pasien.
Mengobservasi bahasa non verbal dan bahasa verbal dari gejala-gejala kecemasan.
Menemani pasien bila gejala-gejala kecemasan timbul.
Memberikan kesempatan bagi pasien untuk mengekspresikan perasaannya .
Menghindari konfrontasi dengan pasien.
Memberikan informasi tentang program pengobatan dan hal-hal lain yang mencemaskan pasien.
Melakukan intervensi keperawatan dengan hati-hati dan lakukan komunikasi terapeutik.
Menganjurkan pasien istirahat sesuai dengan yang diprogramkan.
Memberikan dorongan pada pasien bila sudah dapat merawat diri sendiri untuk meningkatkan
harga dirinya sesuai dengan kondisi penyakit.
Menghargai setiap pendapat dan keputusan pasien.
S u b h a n
Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik
dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
Memberikan penjelasan tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang
diprogramkan.
Memberikan kesempatan pasien dan keluarga untuk mengekspresikan perasaannya dan
mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang belum dipahami.
Mendiskusikan pentingnya banyak minum air putih 3 4 liter perhari selama tidak ada kontra
indikasi.
Membatasi aktifitas fisik yang berat.
S u b h a n
Mempertahankan sistem kateter steril, memberikan betadine pada kateter dan ujung uretra
3 April 2002
10.00
WIB
4 April 2002
10.00
NAMA PERAWAT /
MAHASISWA
WIB
-
S u b h a n
V. EVALUASI
TGL.
2 April 2002
3 April 2002
4 April 2002
DIAGNOSA KEPERAWATAN
EVALUASI
Kecemasan
berhubungan
dengan
rencana Rasa cemas dapat diatasi/berkurang.
pembedahan dan kehilangan status kesehatan.
Kriteria :
- Pasien dapat menyatakan kecemasan yang dirasakan.
- Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
- Tensi dan Nadi dalam batas normal.
- Ekspresi wajah ceria/rileks.
Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit,
pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang
diprogramkan berhubungan dengan kurangnya
informasi yang akurat pada klien.
NAMA PERAWAT /
MAHASISWA
S u b h a n
S u b h a n
S u b h a n