You are on page 1of 25

Hipospadia

BAB I
PENDAHULUAN

I.I

DEFINISI
Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu hypo yang berarti di bawah dan

spadon yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang
uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan
kelamin bawaan sejak lahir.
Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru
lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat ujung penis,
yaitu pada glans penis.
Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah batang
penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar) atau di bawah skrotum.
Kelainan ini seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang,
yang menyebabkan penis melengkung ke bawah pada saat ereksi.

I.II

SEJARAH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

Hipospadia

Pada abad pertama, ahli bedah dari Yunani


Heliodorus

dan

Antilius,

melakukan

penanggulangan

pertama-tama
untuk

yang

hipospadia.

Dilakukan amputasi dari bagian penis distal dari


meatus. Selanjutnya cara ini diikuti oleh Galen dan
Paulus dari Agentia pada tahun 200 dan tahun
400. Duplay memulai era modern pada bidang ini
pada tahun 1874 dengan memperkenalkan secara
detail rekonstruksi uretra. Sekarang, lebih dari 200
merupakan multi-stage

reconstruction;

teknik

telah

dibuat

dan

sebagian

yang

terdiri

darifirst

emergency

besar

stage untuk

mengoreksi stenotic meatus jika diperlukan dansecond stage untuk menghilangkan chordee dan
recurvatum, kemudian pada third stage yaitu urehtroplasty. Beberapa masalah yang berhubungan
dengan teknik multi-stage yaitu; membutuhkan operasi yang multiple; sering terjadi meatus tidak
mencapai ujung glands penis; sering terjadi striktur atau fistel uretra; dan dari segi estetika
dianggap kurang baik. Pada tahun 1960, Hinderer memperkenalkan teknik one-stage
repair untuk mengurangi komplikasi dari teknik multi-stage repair. Cara ini dianggap sebagai
rekonstruksi uretra yang ideal dari segi anatomi dan fungsionalnya, dari segi estetik dianggap
lebih baik, komplikasi minimal, dan mengurangi social cost.

I.III

EPIDEMIOLOGI

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

Hipospadia
Hipospadia terjadi 1:300 kelahiran bayi laki-laki hidup di Amerika Serikat. Kelainan ini
terbatas pada uretra anterior. Pemberian estrogen dan progestin selama kehamilan diduga
meningkatkan insidensinya. Jika ada anak yang hipospadia maka kemungkinan ditemukan 20%
anggota keluarga yang lainnya juga menderita hipospadia. Meskipun ada riwayat familial namun
tidak ditemukan ciri genetik yang spesifik.
Berdasarkan hasil survei, diketahui bahwa hipospadia hanya terjadi pada laki-laki yang
dibawa sejak lahir. Insidensinya 3:1000 atau 3 dari 1000 kelahiran. Berdasarkan data yang
dicatat oleh Metropolitan Atlanta Congenital Defects Program (MACDP) dan Birth Defects
Monitoring Program (BDMP) insidensi hipospadia mengalami dua kali peningkatan antara 19701990. Prevalensi yang dilaporkan antara 0,3% menjadi 0,8% sejak tahun 1970an. Tahun 1993
BDMP melakukan survey mengenai insidensi hipospadia, dari hasil survei tersebut diketahui
bahwa kasus hipospadia mengalami peningkatan menjadi 20,2 per 10.000 kelahiran hidup pada
1.970-39,7 per 10.000 kelahiran. Insidensi kasus hipospadia terbanyak adalah Eropa. BDMP
menyatakan bahwa insdensi hipospadia meningkat menjadi 20,2 per 10.000 kelahiran hidup pada
1.970-39,7 per 10 000 kelahiran hidup pada tahun 1993. Kajian populasi yang dilakukan di
empat kota Denmark tahun 1989-2003 tercatat 65.383 angka kelahiran bayi laki-laki dengan
jumlah kelainan alat kelamin (hipospadia) sebanyak 319 bayi.

BAB II
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

Hipospadia

ORGAN REPRODUKSI EKSTERNAL PRIA

II.I EMBRIOLOGI
1. Perkembangan Duktus Genitalis
Pada awalnya terdapat dua pasang duktus, yaitu : duktus mesonefrikus (duktus Wolfii)
dan duktus para mesonefrikus (duktus Mller). Namun, karean pengaruh gen SRY yang
bekerja sama dengan gen otosom SOX9 menyebabkan peningkatan dari produksi faktor
steroidogenesis 1 (SF1) dan mengakibatkan regresi pada duktus paramesonefrikus (duktus
Mller)

dan

mesonefrikus

diferensiasi

(duktus

Wolfii)

duktus
menjadi

duktus deferens, vesicula seminalis, duktus


eferen dan epididimis, yang terjadi pada
kurang lebih bulan keempat. Selain itu,
regresi

duktus

paramesonefrikus

juga

dipengaruhi oleh faktor inhibisi duktus


Mller.

2. Perkembangan Genitalia Eksterna


Perkembangan genitalia pria dipengaruhi
oleh hormon testosteron yang disekresi oleh
testis. Dimulai pada minggu ketiga akan
terbentuk sepasang lipatan kloaka yang berasal
dari regio primitive streak. Pada bagian kranial
lipatan kloaka akan menyatu membentuk
tuberkulum genitale. Sementara itu pada bagian
kaudal sebelah anterior, lipatan kloaka akan
menjadi lipatan uretra dan pada bagian sebelah posterior akan membentuk lipatan anus.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

Hipospadia
Selain itu, terdapat pula penebalan genital, yang terdapat dikedua sisi lipatan urtera yang
akan membentuk penebalan skrotum.
Proses pembentukan genitalia eksterna pria, awalnya akan terjadi pemanjangan cepat
tubernakulum genitale ke arah depan, disebut sebagai phallus (penis). Kemudian selama
pemanjangan, phallus menarik lipatan uretra ke arah depan, sehingga lipatan uretra tersebut
membentuk dinding lateral dari alur uretra. Alur uretra ini berjalan disepanjang kaudal
phallus yang memanjang, namun tidak sampai bagian distal glans penis.
Pada akhir bulan ketiga, kedua lipatan uretra menutupi lempeng uretra dan menjadi
uretra penis. Kemudian, bagian paling distal penis terbebtuk saat saat ektoderm dari ujung
glans menembus ke arah dalam membentuk korda epitel pendek dan pada akhirnya akan
membentuk ostium uretra eksterna pada bulan keempat..
Dalam hal ini, apabila penyatuan lipatan uretra tidak sempurna, maka akan
menyebabkan terbentuknya muara meatus uretra yang abnormal di permukaan inferior
penis. Kelainan ini disebut sebagai Hipospadia. Insidensi penyakit ini terjadi pada 3-5
kasus/1000 kelahiran.

Penurunan Testis
Pada awalnya testis berada pada rongga abdomen bagian posterior. Namun, karena
beberapa hal menyebabkan testis dapat turun ke
kantong

skrotum.

Faktor-faktor

yang

dapat

intraabdomen

akibat

mengendalikan turunnya testis adalah :


1. Peningkatan

tekanan

pertumbuhan organ pada abdomen


2. Pertumbuhan keluar bagian ekstraabdomen
gubernakulum ke arah skrotum
3. Pengaruh hormon androgen (testosteron)
Pada
ligamentum

akhir
genitale

bulan

kedua

kaudal,

akan

yang

terbentuk

berasal

dari

degenerasi mesonefros dan terbentuk pula gubernakulum. Sebelum testis turun gubernakulum
berada di regio inguinal antara musculus oblikus internus abdominis dan musculus oblikus
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

Hipospadia
eksternus abdominis. Sewaktu testis mulai turun ke cincin inguinal, gubernakulum tumbuh dari
regio inguinal ke arah penebalan skortum dan disebut sebagai gubernakulum ekstra abdomen.
Ketika testis melalui kanalis inguinalis, gubernakulum ekstra abdomen bersentuhan dengan dasar
skrotum.
Pada keadaan normal, penurunan testis dari abdomen ke regio inguinal terjadi pada
minggu ke-12, dan melalui kanalis inguinalis pada minggu ke-28, kemudian mencapai skrotum
pada minggu ke-33.
Lapisan peritoneum rongga abdomen juga mengalami evaginasi ke dalam penebalan
skrotum dan disebut sebagai processus vaginalis yang berjalan mengikuti perjalanan
gubernakulum testis ke penebalan skrotum. Processus vaginalis ini selanjutnya akan menutupi
testis ketika testis turun dan selanjutnya membentuk lapisan pembungkus testis, yaitu lapisan
visceral tunika vaginalis dan lapisan parietal tunika vaginalis.
Selain peritoneum, lapisan otot dan fasia dinding tubuh juga mengalami evaginasi ke arah
penebalan skrotum. Selanjutnya lapisan otot dan fasia yang mengalami evaginasi ini juga akan
melingkupi testis, dan membentuk lapisan-lapisan yaitu:

Fasia transversalis akan membentuk fasia spermatica interna

Musculus obliqus internus abdominis akan membentuk fasia Cremastica dan M.


Crematica

Musculus oblikus eksterna abdominis akan membentuk fasoa spermatica eksterna.

II.II ANATOMI DAN FISIOLOGI

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

Hipospadia

Organ reproduksi pria dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :


1. Organ genitalia eksterna :
Penis.
Skrotum.
2. Organ genitalia interna :
Testis.
Epididimis.
Vas deferens.
Vesikula seminalis.
Prostat.
Uretra.
ORGAN GENITALIA EKSTERNA PRIA
1. PENIS
Suatu organ yang berbentuk bulat memanjang dan memiliki ujung berbentuk seperti
helm disebut Glans penis, yang di penuhi serabut saraf sehingga akan membuat penis
menjadi sangat peka dan sensitif. Penis memiliki kulit pembungkus yang disebut

preputium.
Struktur penis tidak memiliki tulang, hanya jaringan seperti busa yang di penuhi
pembuluh darah. Ereksi terjadi karena rangsangan yang membuat darah dalam jumlah

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

Hipospadia
besar mengalir dan memenuhi pembuluh darah penis sehingga penis menjadi besar,
tegang dan keras.

2. SKROTUM
Suatu kantung yang terdiri dari kulit dan otot yang membungkus testis atau buah

zakar.
Skrotum mempunyai fungsi untuk mempertahankan suhu testis dibawah suhu tubuh
(2C dibawah suhu tubuh) yang sangat penting untuk proses spermatogenesis.

ORGAN GENITALIA INTERNA PRIA


1. TESTIS

Testis berjumlah dua buah, berbentuk bulat lonjong dan menggantung pada pangkal
penis. Menghasilkan sel sperma yang dibentuk pada Tubulus Seminiferus dalam
proses spermatogenesis. Testis berkembang dalam rongga abdomen sewaktu janin
kemudian turun melalui saluran inguinal kanan dan kiri dan selanjutnya masuk ke
skrotum menjelang akhir kehamilan (6-7 bulan).

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

Hipospadia

2. EPIDIDIMIS

Yaitu tabung sempit yang sangat panjang & berkelok-kelok di belakang testis.
Tempat pematangan sperma sebelum menuju Vas deferens.
Merupakan salah satu tempat penyimpanan sperma (bersama vas deferens dan ampula).

3. VAS DEFERENS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

Hipospadia

Yaitu saluran yang berjalan dari bagian bawah epididimis menuju ke belakang testis
dan tali mani funikulus spermatikus selanjutnya menuju rongga abdomen dan

menuju pelvis di vesikula seminalis


Merupakan tempat penyimpanan sperma.

4. VESIKULA SEMINALIS

Dua buah kelenjar tubuler yang terletak di kanan & kiri di belakang leher kandung

kencing vesica urinaria.


Merupakan kelenjar yang memproduksi cairan sperma yang pada saat ejakulasi
mengalirkan cairan sperma tsb ke vas deferens saluran ejakulator duktus

ejaculatorius .
Kelenjar sekretorik yang mensekresi bahan-bahan mukus mengandung fruktosa, asam

sitrat, prostaglandin dan fibrinogen.


Menambah jumlah semen saat ejakulasi.

5. PROSTAT

Yaitu kelenjar sebesar buah kenari yang menghasilkan cairan pencampur sperma.

Terletak di bawah kandung kencing, mengelilingi uretra.


Mensekresi cairan encer seperti susu yang mengandung ion sitrat, kalsium, ion fosfat,

enzim pembeku dan fibrinolisin.


Semakin menambah jumlah semen.
Cairan prostat bersifat sedikit basa penting untuk meningkatkan motilitas sperma
dalam saluran genital wanita.

6. URETRA

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

10

Hipospadia

Saluran traktus urinaria & genetalia yang keluar dari vesika urinaria melalui prostat
uretra pars prostatica uretra pars membranacea ujung penis uretra pars

cavernosa orificium uretra eksterna.


Fungsi uretra adalah untuk mengeluarkan air mani dan air seni.

BAB III
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

11

Hipospadia

HIPOSPADIA

III.I ETIOLOGI
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui
penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap paling
berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon
Hormon yang dimaksud di sini adalah hormon androgen yang mengatur organogenesis
kelamin (pria) atau bisa juga karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalam tubuh yang
kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan
tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang
semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormon androgen tidak mencukupi pun
akan berdampak sama.
2. Genetika.
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada
gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
3. Lingkungan.
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat
teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.
Pembesaran dari tuberkel genitalis dan perkembangan yang mengikutinya dari phallus
dan urethra tergantung dari tingkat testosteron selama embriogenesis. Jika testis gagal dalam
menghasilkan testosteron dalam jumlah yang mencukui atau sel dari struktur genitalia tidak
memiliki reseptor androgen yang mencukupi atau androgen-converting enzyme 5 alphareductase, akan menghambat proses virilisasi dan akan menimbulkan hipospadia.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

12

Hipospadia
Faktor genetik dan non genetik berpengaruh dalam terjadinya hipospadia, dengan
terjadinya hipospadia familial terjadi pada 28% kasus mekanisme genetik yang sebenarnya
sangat rumit dan bervariasi. Adanya kemungkinan dari penurunan gen autosomal dominan
sedang diperdebatkan, hipotesis ain adalah penurunan gen autosomal resesif dengan manifestasi
inkomplit. Aberasi kromosomal ditemukan secara sporadic.
Faktor non-genetik utama yang dihubungkan dengan hipospadia adalah pemberia hormon
sexual; peningkatan insiden hipospadia ditemukan pada bayi Yang lahir yang ibunya terpapar
terapi estrogen selama kehamilan. Prematuritas juga memiliki kejadian yang lebih besar dengan
hipospadia dibandingkan dengan populasi umum..

III.II PATOFISIOLOGI

Lokasi abnormal dari hipospadia terletak pada daerah ventral dari penis, atau di skrotum
dan perineum.
Penis akan terbentuk sekitar minggu kelima kehamilan dalam pengaruh testosteron.
Lekukan urethra akan bergabung dengan urethral groove, dan ketika minggu ke-14 proses ini
akan selesai (lihat gambar dibawah). Pertumbuhan ke dalam dari ujung glans akan berlanjut
kedalam untuk bertemu dengan urethral tube pada fossa navicularis. Preputium kemudian
terbentuk pada akhir dari proses perkembangan.
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

13

Hipospadia
Hipospadia terjadi etika penggabungan dari leukan urethra terhenti pada ujung proximal
dari glans penis dan dapat terjadi di mana saja sepanjang urethral groove. Bentuk hipospadia
yang paling parah disertai dengan pemendekan urethral groove, yang akan menimbulkan
terikatnya penis, yang dinamakan chordee.
Deformitas yang terjadi memiliki tingkat keparahan yang berbeda tergantung dengan
perkembangan embriologis yang terganggu. Meatus dapat berjenis glanular (60%), penile (35%),
atau scrotoperineal (5%) dan secara klinis inadekuat pada 75% pasien dan sering stenotik.
III.III GEJALA
1.
2.
3.
4.

Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah penis
Penis melengkung ke bawah
Penis tampak seperti berkerudung karena kelainan pada kulit depan penis
Jika berkemih, anak harus duduk.

III.IV DIAGNOSIS
1. Diagnosis hipospadia biasanya jelas pada pemeriksaan inspeksi.
Kadang-kadang hipospadia dapat didiagnosis pada pemeriksaan ultrasound prenatal. Jika
tidak teridentifikasi sebelum kelahiran, maka biasanya dapat teridentifikasi pada
pemeriksaan setelah bayi lahir. Pada orang dewasa yang menderita hipospadia dapat
mengeluhkan kesulitan untuk mengarahkan pancaran urine. Chordee dapat menyebabkan
batang penis melengkung ke ventral yang dapat mengganggu hubungan seksual.
Hipospadia tipe perineal dan penoscrotal menyebabkan penderita harus miksi dalam
posisi duduk, dan hipospadia jenis ini dapat menyebabkan infertilitas. Beberapa
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu urethtroscopy dan cystoscopy untuk
memastikan

organ-organ

seks

internal

terbentuk

secara

normal. Excretory

urography dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya abnormalitas kongenital pada ginjal
dan ureter.
2. Diagnosis bisa juga ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

14

Hipospadia
Jika hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan
radiologis untuk memeriksa kelainan bawaan lainnya. Bayi yang menderita hipospadia
sebaiknya tidak disunat. Kulit depan penis dibiarkan untuk digunakan pada pembedahan.
Rangkaian pembedahan biasanya telah selesai dilakukan sebelum anak mulai sekolah.
Pada saat ini, perbaikan hipospadia dianjurkan dilakukan sebelum anak berumur 18
bulan. Jika tidak diobati, mungkin akan terjadi kesulitan dalam pelatihan buang air pada
anak dan pada saat dewasa nanti, mungkin akan terjadi gangguan dalam melakukan
hubungan seksual.
3. Pemeriksaan tambahan
Jarang dilakukan pemeriksaan tambahan untuk mendukung diagnosis hipospadi. Dapat
dilakukan pemeriksaan ginjal seperti USG dan BNO-IVP mengingat hipospadi sering
disertai kelainan pada ginjal.

III.V KLASIFIKASI HIPOSPADIA


1. Tipe hipospadia yang lubang uretranya didepan atau di anterior
Hipospadia Glandular

Hipospadia Subcoronal

2. Tipe hipospadia yang lubang uretranya berada di tengah

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

15

Hipospadia
Hipospadia Mediopenean

Hipospadia Peneescrotal

3. Tipe hipospadia yang lubang uretranya berada di belakang atau posterior


Hipospadia Perineal

III.VI

MANAJEMEN HIPOSPADIA

Persiapan Operasi
Evaluasi preoperatif yang diperlukan termasuk ultrasonografi (untuk meyakinkan sistem
urinari atas normal) dan standar prosedur pemeriksaan darah dan urin lengkap. Sebelum
dilakukan operasi pasien diberikan antibiotik profilaksis. Sebelum dioperasi dilakukan
uretroskopi untuk memastikan tidak ada anomali urinary tract seperti veromontanum, valve
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

16

Hipospadia
uretra atau striktur uretra. Jahitan traksi diletakkan di dorsal glans sehingga tekanan yang konstan
ditempatkan pada penis sehingga mengurangi perdarahan.

Penatalaksanaan
Cangkok kulit pertama pada uretroplasti ditemukan oleh Nove-Joserand. Teknik ini terdiri
dalam penggunaan split-thickness graft untuk mengisi saluran di penis untuk membangun
uretra. Dimana teknik ini membutuhkan stenting selama berbulan-bulan karena kontraktur
melekat pada graft split-thickness. Multiple stenosis berganda dan striktur dapat terjadi dengan
teknik ini, dan sudah ditinggalkan. Itu kemudian dipopulerkan oleh McIndoe, yang
merekomendasikan stent yang dibiarkan di tempat selama 6 sampai 12 bulan untuk mengatasi
kecenderungan untuk kontraktur. Teknik ini memiliki banyak komplikasi dan tidak digunakan
untuk kasus-kasus rutin.
Thiersche dan Duplay memberikan hasil yang memuaskan untuk perbaikan hipospadia
pertama yang berhasil yang diikuti oleh orang lain. Meskipun JP Mettauer dari Virginia
melaporkan perbaikan pertama yang berhasil hipospadia dan pembebasan dari jaringan
menyebabkan chordae.2 Ia tidak memiliki penggunaan kateter untuk diversi urin dan tekniknya
tidak diikuti oleh orang lain. Thiersche dan Duplay melakukan perbaikan dua tahap di mana
mereka pertama reseksi jaringan yang menyebabkan chordae dan meluruskan penis. kulit penis
ditutup, dan bulan kemudian urethra dibangun dengan membuat insisi longitudinal bawah
permukaan ventral saluran penis ke uretra, merusak kulit flaps lateral dan menutupi salurannya.
Kekurangan dari operasi ini adalah tidak adekuat memperpanjang uretra ke ujung dari glans
penis.
Suatu teknik untuk perbaikan hipospadia diperkenalkan oleh Cecil selama pertengahan
tahun 1940, yang dianggap sebagai fakta bahwa kulit penis yang cukup sulit untuk didapatkan
dalam kasus-kasus. Oleh karena itu setelah cordae dirilis dan meluruskan penis, pada tahap
kedua (6 bulan kemudian) uretra itu dibuat dari kulit saluran ventral penis dengan membuat
sayatan memanjang paralel. sayatan kemudian dibuat di skrotum, dan penis itu dijahit ke dasar
skrotum, penjahitan kulit skrotum untuk tutupi penis lateral. Penis ditinggalkan di posisi ini
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

17

Hipospadia
selama 6 sampai 8 minggu selama uretra yang baru terbentuk dijahit. Pada tahap ketiga skrotum
dibebaskan dari penis, meninggalkan normal vaskularisasi dari kulit skrotum pada permukaan
ventral penis untuk menutup neurouretra.
Tujuan repair hipospadia yaitu untuk memperbaiki kelainan anatomi baik bentuk penis
yang bengkok karena pengaruh adanya chordae maupun letak osteum uretra eksterna. Sehingga
dua hal pokok dalam repair hipospadia yaitu :
1. Chordectomi, melepaskan chordae sehingga penis bisa lurus kedepan saat ereksi.
2. Urethroplasty, membuat osteum uretra eksterna diujung glans penis sehingga pancaran
urin dan semen bisa lurus ke depan
Apabila chordectomi dan urethroplasty dilakukan dalam satu waktu operasi yang sama
disebut satu tahap, bila dilakukan dalam waktu berbeda disebut dua tahap. Hal yang harus
diperhatikan dalam operasi hipospadia yaitu usia, tipe hipospadia, besarnya penis dan ada
tidaknya cordae. Pada semua teknik operasi tersebut tahap pertama adalah dilakukannya eksisi
chordae. Penutupan luka operasi dilakukan dengan menggunakan prepusium bagian dorsal dari
kulit penis.4Tahap pertama ini dilakukan pada usia 1,5 tahun 2 tahun bila ukuran penis sesuai
untuk usianya. Setelah eksisi cordae maka penis akan menjadi lurus, tapi meatus masih pada
tempat yang abnormal. Pada tahap kedua dilakukan uretroplasti yang dikerjakan 6 bulan setelah
tahap pertama.
Teknik Hipospadia bagian Distal
Reparasi hipospadia jenis ini dilakukan jika v flap dari jadingan glans mencapai uretra
normal setelah koreksi cordae, dibuat uretra dari flip flop kulit. Flap ini akan membentuk sisi
ventral dan lateral uretra dan dijahit pada flap yang berbentuk v pada jaringan glans, yang mana
akan melengkapi bagian atas dan bagian sisi uretra yang baru. Beberapa jahitan ditempatkan
dibalik v flap granular dipasangkan pada irisan permukaan dorsal uretra untuk membuka meatus
aslinya. Sayap lateral dari jaringan glans ini dibawah kearah ventral dan didekatkan pada garis
tengah. Permukaan ventral penis ditutup dengan suatu prepusium. Ujung dari flap ini biasanya

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

18

Hipospadia
berlebih dan harus dipotong. Di sini sebaiknya mempergunakan satu flap untuk membentuk
permukaan dibagian belakang garis tengah.
Desain granular flap berbentuk Z dapat dilakukan untuk memperoleh meatus yang baik
secara kosmetik dan fungsional pemotongan berbentuk 2 dilaksanakan pada ujung glans dalam
posisi tengah keatas.6 Rasio dimensi dari Z terhadap dimensi glanss adalah 1 : 3, dua flap ini
ditempatkan secara horisontal pada posisi yang berlawanan. Setelah melepaskan cordae, sebuah
flap dua sisi dipakai untuk membentuk uretra baru dan untuk menutup permukaan ventral
penis.6Permukaan bagian dalam prepusium dipersiapkan untuk perpanjangan uretra. Untuk
mentransposisikan uretra baru, satu saluran dibentuk diatas tunika albuginea sampai pada
glans.6 Meatus uretra eksternus dibawa mwnuju glans melalui saluran ini. Bagian distal dari
uretra dipotong pada bagian anterior dan posterior dengan arah vertikal kedua flap Trianggular
dimasukkan ke dalam fisura dan dijahit dengan menggunakan benang 6 0 poli glatin. Setelah
kedua flap dimasukkan dan dijahit selanjutnya anastomosis uretra pada glans bisa diselesaikan.

Teknik Hipospadia bagian Proksimal


Bila flap granular tidak bisa mencapai uretra yang ada, maka suatu graft kulit dapat
dipakai untuk memperpanjang uretra. Selanjutnya uretra normal dikalibrasi untuk menentukan
ukurannya (biasanya 12 french anak umur 2 tahun).6 Segmen kulit yang sesuai diambil dari
ujung distal prepusium. Graft selanjutnya dijahit dengan permukaan kasar menghadap keluar,
diatas kateter pipa atau tube ini dibuat dimana pada ujung proksimalnya harus sesuai dengan
celah meatus uretra yang lama dan flap granular dengan jahitan tak terputus benang kromic gut 6
0. Sayap lateral dari jaringan granular selanjutnya dimobilisasi kearah distal untuk menutup
saluran uretra dan untuk membentuk glans kembali diatas uretra yang baru yang akan bertemu
pada ujung glans.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

19

Hipospadia

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

20

Hipospadia

III.VII

KOMPLIKASI PASCA OPERASI

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

21

Hipospadia

Komplikasi jangka pendek:


- Edema lokal dan bintik-bintik perdarahan dapat terjadi segera setelah operasi dan
-

biasanya tidak menimbulkan masalah yang berarti


Perdarahan postoperasi jarang terjadi dan biasanya dapat dikontrol dengna balut
tekan. Tidak jarang hal ini membutuhkan eksplorasi ulang untuk mengeluarkan

hematoma dan untuk mengidentifikasi dan mengatasi sumber perdarahan.


Infeksi merupakan komplikasi yang cukup jarang dari hipospadia. Dengan persiapan
kulit dan pemberian antibiotika perioperatif hal ini dapat dicegah.

Komplikasi jangka panjang:


- Fistula : Fistula uretrokutan merupakan masalah utama yang sering muncul pada
operasi hpospadia.Fistula jarang menutup spontan dan dapat diperbaiki dengna
-

penutupan berlapis dari flap kulit lokal.


Stenosis meatus : Stenosis atau menyempitnya meatus uretra dapat terjadi. Adanya
aliran air seni yang mengecil dapat menimbulkan kewaspadaan atas adanya stenosis

meatus.
Striktur : Keadaan ini dapat berkembang sebagai komplikasi jangka panjang dari
operasi hipospadia. Keadaan ini dapat diatasi dengan pembedahan, dan dapat

membutuhkan insisi, eksisi atau reanastomosis.


Divertikula: Divertikula uretra dapat juga terbentuk ditandai dengan adanya
pengembangan uretra saat berkemih. Striktur pada distal dapat mengakibatkan
obstruksi aliran dan berakhir pada divertikula uretra. Divertikula dapat terbentuk
walaupun tidak terdapat obstruksi pada bagian distal. Hal ini dapat terjadi
berhubungan dengan adanya graft atau flap pada operasi hipospadia, yang disangga

dari otot maupun subkutan dari jaringan uretra asal.


Terdapatnya rambut pada uretra: Kulit yang mengandung folikel rambut dihindari
digunakan dalam rekonstruksi hipospadia. Bila kulit ini berhubungan dngan uretra,
hal ini dapat menimbulkan masalah berupa infeksi saluran kemih dan pembentukan
batu saat pubertas. Biasanya untuk mengatasinya digunakan laser atau kauter, bahkan
bila cukup banyak dilakukan eksisi pada kulit yang mengandung folikel rambut lalu
kemudian diulang perbaikan hipospadia.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

22

Hipospadia

BAB IV
KESIMPULAN
Hipospadia adalah kelainan kongenital dimana MUE terletak di ventral penis dan
lebih ke proximal dari tempat normalnya (ujung gland penis). Hipospadia merupakan
kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru lahir. Kebanyakan lubang
uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada glans penis. Bentuk hipospadia yang terjadi
jika lubang uretra terdapat di tengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada
skrotum (kantung zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini seringkali berhubungan dengan
kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang, yang menyebabkan penis melengkung ke
bawah pada saat ereksi. Gejalanya adalah :
1. Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada lebih ke proximal.
2. Penis melengkung ke bawah.
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

23

Hipospadia
3. Penis tampak seperti berkerudung karena preputium dibagian ventral tidak ada,
berkumpul dibagian dorsol.
4. Jika berkemih, anak harus duduk.
Diagnosis bisa juga ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jika hipospadia
terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa
kelainan bawaan lainnya.Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya tidak disunat. Kulit
depan penis dibiarkan untuk digunakan pada pembedahan. Rangkaian pembedahan
diupayakan telah selesai dilakukan sebelum anak mulai sekolah. Pada saat ini, diupayakan
dilakukan sebelum anak berumur 18 bulan. Jika tidak diobati, mungkin akan terjadi kesulitan
dalam pelatihan buang air pada anak dan pada saat dewasa nanti, mungkin akan terjadi
gangguan dalam melakukan hubungan seksual.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sastrasupena H., Hipospadia, Dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara,
Jakarta, 1995: 428-435.
2. Purnomo B.B., Uretra dan Hipospadia, Dalam Dasar-dasar Urologi, Malang, 2000 : 6,137138.
3. Kuliah Hipospadia, Sub SMF Bedah Plastik Departemen Bedah RSPAD GATOT
SOEBROTO.2010.
4. Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta : EGC.
5. Santanelli Fabio and Grippaudo Francesca Romana.2010. Urogenital Reconstruction: Penile
Hypospadia.

Disitasidari:http://emedicine.medscape.com/article/1297569-overview pada

tanggal: 28 Maret 2011.


6. Sadler TW.1996. Embriologi Kedokteran Langman. Edisi ke-7. Jakarta: EGC.
7. Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, ed 2. Jakarta : EGC, 2005.
8. Schnack T H, Zdravkovic S, Myrup C et al. Familial Aggregation of Hypospadias: A Cohort
Study. 2007.cited from: www.americanjournalofepidemiology.com.
9. Horton C E, Sadove R, Devine C J et al. Hypospadias, epispadias, and extrophy of the
bladder. Chapter 54. p 1337 - 1348.
10. Porter M P, Faizan M K, Grady R W et al. Hypospadias in Washington State: Maternal Risk
Factors

and

Prevalence

trend.

2011.cited

from:

http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/115/4/e495.
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

24

Hipospadia
11.

Toms A P, Bullock K N, Berman LH. Descending urethral ultrasound of the native and

reconstructed

urethra

in

patients

with

hypospadias. 2003.

Cited

from:

http://www.thebritishjournalofradiology.com.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 9 Desember 2013 15 Februari 2014

25

You might also like