You are on page 1of 19

Diagnosis dan Penatalaksanaan Terhadap Berbagai Penyakit Sendi

Laurensius
102011021 / B6
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
yolaw123@yahoo.com

Pendahuluan
Muskuloskeletal berasal dari kata muscle (otot) dan skeletal (tulang). Rangka
merupakan bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi dan tulang rawan (kartilago), sebagai
tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan
posisi. Baik anak-anak maupun orang tua, tidak terhindar dari masalah muskuloskeletal.
Mengingat tulang merupakan penumpu berat tubuh, adanya kelainan muskuloskeletal ini,
dapat menyulitkan aktivitas seseorang. Penyakit ini seringkali menyerang sendi yang
menyebabkan kesulitan dalam bergerak, seperti osteoartritis, rheumatoid artritis, dan lainnya.
Mengkonsumsi daging dari hewan yang kita makan juga organ organ tubuh mereka
yang banyak mengandung purin yang nantinya akan diubah menjadi asam urat oleh tubuh
kita. Asam urat ini akan berbahaya bagi tubuh kita jika berlebihan dan menumpuk di salah
satu bagian dari tubuh kita yaitu sendi dan tempat tempat lainnya yang akan menjadi
penyakit gout.

Pembahasan
I.
Anamnesis
1

Anamnesa merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan
memperhatikan petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien.
Terdapat 2 jenis anamnesa, yaitu autoanamnesis dan alloanamnesis.
Autoanamnesis yaitu bertanya langsung kepada pasien itu sendiri untuk mendapatkan
diagnosis yang tepat, sedangkan alloanamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan terhadap
keluarga dan kerabat dekat pasien. Alloanamnesis dilakukan jika pasien yang bersangkutan
tidak memungkinkan kondisinya untuk dianamnesis.1
Pada anamnesis terhadap penyakit sendi perlu ditanyakan beberapa hal seperti :
Ada nyeri? bengkak? kekakuan?
Tanyakan lokasi, onset, durasi, dan faktor yang memperberat.
Monoartikular atau poliartikular?
Tanyakan gejala seperti demam? Mudah lelah? Susah tidur?
Adakah penyakit yang mendasarinya seperti diabetes? Penyakit ginjal?
Tanyakan riwayat penyakit keluarga
Saudara di rumah, kakek nenek, mama papa, pernah ada penyakit sendi seperti

II.

sebelumnya?
Tanyakan riwayat sosial-ekonomi
Anda bekerja sebagai apa? Bekerja dengan berjalan kaki? Naik kendaraan?
Motor/mobil?
Penurunan ROM (Range Of Motion)?

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan adalah kesadaran, tanda-tanda vital,

corpulmoabdomen, dan ekstremitas (inspeksi, palpasi, dan move).2


1. Kesadaran
a) ComposMentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
b) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
c) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor
yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban
verbal.
d) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
e) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.

f) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin
juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
2. Tanda Tanda Vital
a) TEKANAN DARAH

Normal
Hipotensi
Prehipertensi
Hipertensi grade 1
Hipertensi grade 2

Tekanan Sistol mmHg


120
<100
120-139
140-159
>= 160

Tekanan Diastol mmHg


80
<70
80-89
90-99
>=100

b) DENYUT NADI
Normal : 60-100 x/menit
Takikardi : >100 x/menit
Bradikardi < 60x/menit
c) RESPIRASI
Normal : 14 20 x/menit
pada keadaan istirahat 14-18 x/menit
Pada bayi bisa : 44 x/menit
d) SUHU
Normal : 36,6-37,2 C
Oral : 0,2-0,5 C lebih rendah dari suhu rectal
Axilla : 0,5 C lebih rendah dari suhu oral
3. Corpulmoabdomen
Pemeriksaan pada jantung, paru-paru, dan daerah perut (abdomen).
4. Ekstremitas (tangan dan kaki)
Pada pemeriksaan orthopedi / musculoskeletal yang penting ialah:
a) Look (Inspeksi)
b) Feel (Palpasi)
c) Move ( pergerakan, terutama mengenai lingkup gerak)
Disamping gerak perlu dilakukan pengukuran bagian yang penting untuk membuat
kesimpulan kelainan, apakah suatu pembengkakan atau atrofi, serta melihat adanya selisih
panjang (discrepancy).
a) Look (Inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat, antara lain :

Sikatrik (jaringan parut, baik yang alamiah maupun yang buatan (bekas
pembedahan))

Caf au lait spot (birth mark)


3

Fistulae

Warna (kemerahan / kebiruan (livide) / hiperpigmentasi)

Benjolan / pembengkakan / cekukan dengan hal hal yang tidak biasa,


misalnya adanya rambut diatasnya, dst.

Posisi serta bentuk dari ekstremitas (deformitas).

Jalan pasien (gait, waktu masuk kamar periksa)

b) Feel ( Palpasi)
Pada waktu ingin palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki
agar dimulai dari posisi netral / posisi anatomi. Pada dasarnya ini merupakan
pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik bagi pemeriksa
maupun bagi penderita. Karena itu perlu selalu diperhatikan wajah penderita
atau menanyakan perasaan penderita. Yang dicatat adalah :

Perubahan suhu terhadap sekitarnya serta kelembaban kulit.

Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau hanya oedema,


terutama daerah persendian.

Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainannya (1/3 proksimal /


medial / distal)

Otot, tonus pada waktu relaksasi atau kontraksi.

Benjolan yang terdapat dipermukaan tulang atau melekat pada tulang.

Sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya dan


pergerakan terhadap permukaan atau dasar, nyeri atau tidak dan ukurannya.

c) Move / Gerak
Setelah memeriksa feel, pemeriksaan diteruskan dengan menggerakan
anggota gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan.
Pada pemeriksaan Move, periksalah bagian tubuh yang normal terlebih
dahulu, selain untuk mendapatkan kooperasi dari penderita, juga untuk
mengetahui gerakan normal penderita.

Apabila ada fraktur, tentunya akan terdapat gerakan yang abnormal didaerah
fraktur (kecuali fraktur incomplete).

Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari tiap arah
pergerakan, mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran metric.
Pencatatan ini penting untuk mengetahui apakah ada gangguan gerak.

Kekakuan sendi disebut ankylosis dan hal ini dapat disebabkan oleh factor
intraarticuler atau ekstraarticuler.

Pergerakan yang perlu dilihat adalah gerakan aktif (apabila penderita sendiri
yang menggerakan karena disuruh oleh pemeriksa) dan gerak pasif (bila
pemeriksa yang menggerakan).

III.

Pemeriksaan Penunjang
Pada umumnya pemeriksaan yang dilakukan adalah:2

1. Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan darah
o Kadar Hb
o Hitung darah putih
o Kadar kalsium serum dan fosfor serum
o Fosfatase asam dan fosfatase alkali
o Kadar enzym serum kreatinin kinase (CK) dan SGOT, aspartat
aminotransferase
o LED
b) Pemeriksaan urin: Kadar kalsium urin
c) Kultur
2. Pemeriksaan radiologi
Sinar-X
CT scan
MRI
Angiogradi
Venogram
Mielografi
Discografi
Artrografi

Scintigrafi

Biopsi

IV.

World Diagnosis

Arthritis Gout
Anamnesis
Hal yang perlu ditanyakan ialah:
-

Poliartikuler atau tidak?


Terdapat benjolan (tofus)?
Hiperurikemia?
Biasa sering banyak makan makanan yang mengandung protein tinggi (tempe,

kacang-kacangan, daging, dll)?


Sendi nyeri, bengkak, kemerahan?

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan adalah kesadaran, tanda-tanda vital,
corpulmoabdomen, dan ekstremitas (inspeksi, palpasi, dan move).

Pemeriksaan Penunjang
- Kadar asam urat serum meningkat.
- Laju sedimentasi eritrosit (LED) meningkat.
- Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat.
- Analisis cairan sinovial dari sendi terinflamasi atau tofi menunjukan kristal urat
monosodium yang membuat diagnosis.
- Sinar X sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi tulang dan perubahan sendi.3,4,
Diagnosis
Diagnosa gout seringkali ditegakkan berdasarkan gejala yang khas dan hasil
pemeriksaan dalam sendi. Ditemukannya kadar asam urat yang tinggi dalam darah dapat
memperkuat diagnosis. Tetapi sewaktu serangan akut, seringkali kadar asam urat normal.
Pada pemeriksaan di bawah mikroskop terhadap cairan sendi didapatkan kristal asam
urat. Gout biasanya menyerang jari jari kaki, terutama ibu jari kaki, pergelangan tumit,
lutut, jari jari tangan dan siku.4,5

Etiologi

Gambaran klasik artritis gout yang berat dan akut ada kaitan langsung dengan
hiperurisemia (asam urat serum tinggi lebih dari 7,0 ml/dl). Gout mungkin primer atau
sekunder. Gout primer merupakan akibat langsung pernbentukan asam urat tubuh yang
berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat. Gout sekunder disebabkan an karena
pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat
proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.4,5
Patogenesis
Banyak faktor yng berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang telah
diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme serangan gout
akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.4
1. Presipitasi kristal monosodium urat.
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma
lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para- artikuler
misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan
dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan
merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal.
2. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon
leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
3. Fagositosis
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya membram
vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.
4. Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen
antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan
membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.
5. Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan
sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan non medik4
a) Diet rendah purin
Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging
kambing) serta banyak minum.

b) Tirah baring.
Merupakan suatu keharusan dan di teruskan sampai 24 jam setelah serangan
menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak.
Penatalaksanaan medik4
a) Fase akut.
Obat yang digunakan :
1. Colchicine (0,6 mg)
2. Indometasin ( 50 mg 3 X sehari selama 4-7 hari)
3. Fenilbutazon.
b) Pengobatan jangka panjang terhadap hyperuricemia untuk mencegah komplikasi.
1. Golongan urikosurik
- Probenasid, adalah jenis obat yang berfungsi menurunkan asam urat dalam serum.
- Sulfinpirazon, merupakan dirivat pirazolon dosis 200-400 mg perhari.
- Azapropazon, dosisi sehari 4 X 300 mg.
- Benzbromaron.
2. Inhibitor xantin (alopurinol).
Adalah suatu inhibitor oksidase poten, bekerja mencegah konversi hipoxantin
menjadi xantin, dan konversi xantin menjadi asam urat.
Komplikasi
Gout kronik bertofus
Penyakit gout kronik yang ditandai dengan adanya tofus.
Nefropati gout kronik
penyakit ginjal kronik yang disebabkan oleh kerusakan pada pembuluh darah kecil
atau glomeruli.
Nefrolitiasi asam urat
Adanya timbunan zat padat yang membatu pada ginjal, mengandung komponen kristal,
dan matriks organik. Zat padat tersebut ialah asam urat.
Prognosis
Baik bila diterapi dengan tepat.4

V.

Differential Diagnosis

A. Arthritis Gonoroika (DGI = Disseminated Gonococcal Infection)


8

Anamnesis
Hal yang perlu ditanya untuk diagnosa adalah:
-

Terjadi poliartralgia yang berpindah-pindah?


Adakah demam mengigil?
Terdapat tenosinovitis (umunya dorsum manus, pergelangan tangan dan kaki, lutut)?
Adanya kelainan kulit (ptekie, papula, bula hemoragik, lesi nekrotik)?
Adanya efusi sendi?

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan adalah kesadaran, tanda-tanda vital,
corpulmoabdomen, dan ekstremitas (inspeksi, palpasi, dan move).

Pemeriksaan Penunjang
1. Analisis dan kultur cairan sendi
Terdapat efusi purulen (25-50% kasus). Jumlah hitung leukosit (35.000-70.000/uL).
Pada kultur MOR ditemukan kuman gonokokal (10-25%). Dan pada pewarnaan Gram
(positif pada <1% kasus)
2. Kultur MOR uretral, cervical, rectal, pharyngeal
Pada umumnya positif pada 70-85% kasus.
Diagnosis
Diagnosa DGI seringkali ditegakkan berdasarkan gejala yang khas dan hasil
pemeriksaan dalam sendi. Ditemukannya infeksi oleh bakteri gonorrhoeae yang menginfeksi
kulit, adanya demam dan efusi sendi memperkuat diagnosis.3
Etiologi
N. gonorrhoeae adalah bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora, jenis
diplokokkus gram negatif dengan ukuran 0,8 1,6 mikro. Bakteri gonokokkus tidak tahan
terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual. Bakteri ini bersifat
tahan terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2-10% CO2 dalam pertumbuhannya di
atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zat besi untuk tumbuh dan mendapatkannya melalui
transferin, laktoferin dan hemoglobin. Organisme ini tidak dapat hidup pada daerah kering
dan suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37o dan pH 7,2-7,6 untuk pertumbuhan yang
optimal.
9

Patogenesis
Manifestasi kulit dan sendi pada DGI dimediasi oleh kompleks imun yang bersirkulasi
dan proliferasi langsung bakteri. Infeksi muksa oleh N. gonorrhoeae selalu mendahului
terjadinya DGI.3
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah:3
a) parutan atau bintik-bintik pada traktus reproduksi atas pada wanita dengan PID
(penyakit radang panggul) kemungkinan mengarah ke infertilitas, nyeri pelvis kronik
dan kehamilan ektopik
b) adanya kemungkinan lahir prematur, infeksi neonatal dan keguguran akibat infeksi
gonokokkus pada wanita hamil
c) adanya parutan pada kornea dan kebutaan permanen akibat infeksi gonokokkus pada
mata
d) adanya sepsis pada bayi baru lahir karena gonore pada ibu
e) adanya kelainan neurologik lanjut akibat gonokokkal meningitis
f) destruksi permukaan sendi artikular
g) destruksi katup jantung
h) kematian karena CHF atau meningitis
Penatalaksanaan
Antibiotika
-

Sangat efektif untuk DGI.


Pilihan : penisilin atau sefalosporin
24-48 jam demam mereda drastic
Beberapa hari kelainan kulit hilang
Pada pasien efusi cairan sendi purulen sering resisten terhadap penisilin makan beri
sefalosporin generasi III iv 7-10 hari + flucloxacilin atau cephalosporin p.o selama 6
minggu.

Prognosis
Prognosis pada penderita dengan gonore tergantung cepatnya penyakit dideteksi dan
diterapi. Penderita dapat sembuh sempurna bila dilakukan pengobatan secara dini dan

10

lengkap. Tetapi jika pengobatan terlambat diberikan, maka kemungkinan besar dapat
menyebabkan komplikasi lebih lanjut.3

B. Osteoarthritis
Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan beberapa hal seperti :

Adakah nyeri sendi?


Adanya hambatan gerakan sendi?
Kekakuan pada pagi hari?
Krepitasi (bunyi kretek-kretek)?
Pembesaran sendi (deformitas)?
Perubahan gaya berjalan?

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini terdiri atas:6

Pemeriksaan gaya jalan


Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara inspeksi. Mula-mula analislah gaya jalan
pasien ketika memasuki kamar periksa. Ayunan ekstensi/fleksi lutut harus halus
dan mantap. Lihatlah pasien ketika berdiri tegak. Lutut yang sedikit difleksikan

pada satu sisi mengarah ke arah Osteoarthritis.


Hambatan gerak
Perubahan Ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang sudah dini.
Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi
hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak dapat
kosentris (keseluruh arah gerakan) maupun eksentrik (salah satu arah gerakan

saja).
Krepitasi
Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut. Pada awalnya hanya
berupa perasaan akan adanya suatu yang patah atau remuk oleh pasien atau
dokter yang memeriksa. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat
terdengar samapai jarak tertentu. Gejala ini mungkin timbul karena gesekan
kedua permukaan tulang pada saat sendi digerakkan atau secara pasif di

manipulasi.
Pembengkakan sendi yang seringkali asimetris

11

Pembengkan sendi pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi yang biasanya
tidak banyak (< 100 cc). Penyebab lain dari pembengkakan tersebut adalah
karena adanya osteofit yang dapat mengubah permukaan sendi. Ini terlihat dari
gambar 1.

Gambar 1. Hipertrofi dan erosi kartilago.6


Tanda-tanda peradangan
Tandatanda adanya peradaangan sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa
hangat yang merata, dan warna kemerahana) mungkin dijumpai pada OA karena
adanya sinovitis. Biasanya tanda-tanda ini tak menonjol dan timbul belakangan,

seringkali dijumpai di lutut, pergelangan kaki, dan sendi kecil tangan dan kaki.
Perubahan deformitas sendi yang permanen
Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan
permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan pada
tulang dan permukaan sendi. Ini dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Deformitas tungkai dan Heberdens nodule and Boucards nodule


Pada gambar di sebelah kiri merupakan gambaran dari deformitas sendi.6

12

Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tak banyak berguna. Darah tepi
(hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas- batas normal, kecuali OA generalisata
yang harus dibedakan dengan artritis peradangan. Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor
reumatoid dan komplemen) juga normal. Pada OA yang disertai peradangan, mungkin
didapatkan penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel
peradangan (<8000/m) dan peningkatan protein.6
Diagnosis
Gejala dan tanda osteo arthritis muncul sangat perlahan dan biasanya mengenai satu
atau beberapa sendi saja. Sendi yang sering terkena adalah sendi lutut, panggul, vetebrae,
sendi antarfalang distal jari tangan, sendi karpometakarpal pertama, dan sendi tarsometatarsal
pertama. Komplikasi yang umum adalah kaku sendi, dan nyeri tekan yang dalam terutama
pada pagi hari. Bunyi kretek-kretek akibat permukaan yang terpajan yang saling
bergesekan sering terdengar pada kasus yang berat.
Pemakaian sendi yang berulang-ulang seperti berjalan, menekuk kaki, bangun dari
duduk dan sebagainya dapat menimbulkan rasa nyeri. Biasanya sendi agak membengkak dan
mungkin terbentuk efusi ringan.
Pada kasus terdapat ciri-ciri yang mengarah ke arah Osteo athritis seperti bunyi
kretek-kretek pada saat berjalan. Nyeri pada lutut terutama bertambah saat berjalan,
menekuk kaki, bangun dari duduk yang lam dan sholat.
Etiologi
Berdasarkan patogenesisnya OA dibedakan menjadi dua, yaitu OA primer atau idiopatik
dan OA sekunder.6
a. Osteoarthritis primer (Idiopatik)
Ciri-ciri dari OA primer adalah:
Penyebabnya tidak diketahui, kebanyakan dihubungkan dengan proses penuaan
Dialami setelah usia 45 tahun
Tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal
pada sendi
Lebih sering ditemukan daripada yang sekunder
Biasanya menyerang sendi yang menanggung berat badan seperti lutut dan
panggul tetapi bisa juga menyerang punggung, leher, dan jari-jari
b. Osteoarthritis sekunder
Ciri-cirinya adalah:
Disebabkan oleh penyakit atau kondisi lainnya
Dialami sebelum usia 45 tahun
13

Dapat disebabkan oleh trauma (instabilitas) yang menyebabkan luka pada sendi
(misalnya patah tulang atau permukaan sendi tidak sejajar), akibat sendi yang
longgar, dan pembedahan pada sendi)
Penyebab lainnya yaitu obesitas, artritis gout, diabetes mellitus, kelainan
hormonal dan kelainan kongenital.

Patogenesis
Osteoartritis ditandai dengan fase hipertrofi kartilago yang berhubungan dengan suatu
peningkatan terbatas dari sintesis matriks makromolekul oleh kondrosit sebagai kompensasi
perbaikan (repair). Osteoartritis terjadi sebagai hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi,
remodelling tulang dan inflamasi cairan sendi.
Faktor pertumbuhan dan sitokin tampaknya mempunyai pengaruh yang berlawanan
selama perkembangan OA. Sitokin cenderung merangsang degradasi komponen matriks
rawan sendi. Faktor pertumbuhan merangsang sintesis. Akan tetapi IGF-1 pasien OA lebih
rendah dibandingkan individu normal pada umur yang sama.6
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Osteo arthritis berdasarkan atas distribusinya dan berat ringannya
sendi yang terkena.
Pengelolaanya terdiri dari 3 hal yaitu:6
1. Terapi non-farmakologis
a) Penerangan/edukasi
Maksud dari penerangan adalah agar pasien dapat mengetahui sedikit seluk beluk
tentang penyakitnya, bagaimana menjaganya agar penyakitnya tidak bertambah parah
serta persendiannya tetap dapat dipakai.
b) Terapi fisik dan rehabilitasi
Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih
pasien untuk melindungi sendi yang sakit.
c) Penurunan berat badan
Berat badan yang berlebihan ternyata merupakan faktor yang akan memperberat
penyakit ini. Oleh karenanya, berat badan harus selalu dijaga agar tidak berlebihan.
Apabila berat badan berlebihan, maka harus diusahakan penurunan berat badan.
2. Terapi Farmakologis
a) Analgesik oral non-opiat

14

Pada umumnya pasien telah mencoba untuk mengobati sendiri penyakitnya terutama
dalam hal mengurangi atau menghilangkan rasa sakit. Banyak sekali obat-obatan yang
dijual bebas yang mampu mengurangi rasa sakit. Pada umumnya pasien mengetahui
hal ini dari iklan pada mesia masa baik cetak, radio, dan televisi.
b) Analgesik topikal
Analgesik topikal dengan mudah dapat kita dapatkan dipasaran dan banyak sekali
dijual bebas. Pada umumnya pasien telah mencoba terapi dengan cara ini sebelum
memakai obat-obatan peroral lainnya. Contoh obat analgesik topikal yaitu:
a) Capsaicin (Arthricare, Zostrix)
b) Salycin (Aspercreme)
c) Methyl salicylate
c) Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Apabila dengan cara-cara tersebut tidak dapat berhasil, pada umumnya pasien mulai
datang ke dokter. Dalam hal seperti ini kita pikirkan untuk pemberian OAINS oleh
karena golongan obat ini di samping mempunyai efek analgesik juga mempunyai efek
anti inflamasi. Oleh karena pasien OA kebanyakan usia lanjut, maka pemberian obatobatan jenis ini harus sangat hati-hati. Jadi pilihlah obat yang efek sampingnya
minimal dengan cara pemakaian yang sederhana, di samping itu pengawasan terhadap
kemungkinan timbulnya efek samping.
3. Terapi bedah
a) Debridemen (pembersihan)
Sendi

efektif

dalam

mencegah

atau

menunda

tindakan

operatif.

Sendi

seperti sendi lutut cocok apabila dilakukan debridemen menggunakan alat yang
disebut arhroscopy.
b) Osteotomy
Prosedur pengeluaran tulang yang dapat membantu meluruskan kembali beberapa dari
keadaan deformitas.
c) Arthroplast /prostatic joint replacement (penggantian sendi)
Tindakan pembuangan sendi yang rusak dan membuat sendi palsu yang dapat terbuat
dari plastik atau logam dan bisa juga dari jaringan tubuh seperti fascia dan kulit.
Operasi

ini

tidak

dapat

diterapkan

pada

semua

sendi.

Pada prakteknya, prosedur ini penggunaannya hampir terbatas pada sendi bahu, siku,
pinggul, lutut, paha, sendi tertentu di tangan, dan sendi MTP di kaki. Terapi ini
memberikan hasil yang baik pada pasien-pasien OA yang berat dan tidak dapat
ditangani dengan terapi konservatif
15

d) Arthrodesis (penggabungan sendi)


Tindakan yang menghilangkan nyeri sendi secara permanen namun dapat
menyebabkan hilangnya fungsi pergerakan. Tindakan ini lebih sering dilakukan pada
sendi-sendi kecil seperti sendi tangan, sedangkan bila dilakukan pada sendi-sendi
besar seperti sendi lutut atau sendi panggul umumnya memberikan hasil yang kurang
baik. Tindakan ini hanya dilakukan bila tindakan arthroplasty tidak dapat dilakukan
karena alasan tertentu atau untuk menyelamatkan arthroplasty yang gagal.
Komplikasi
a. Lutut merupakan titik tumpuan tubuh yang utama sehingga sendi lutut paling sering
terkena OA. Jika tidak ditangani, maka OA lutut dapat menyebabkan disabilitas.OA
lutut dapat mengenai kompartemen femorotibialis medial atau lateral dan
kompartemen ptelofemoralis. OA di kompartemen medial dapat menimbulkan
deformitas varus (bow-legged) dan di kompartemen lateral dapat menimbulkan
deformitas valgus (knock-knee).
b. Osteoartritis lumbal atau OA panggul dapat terasa nyeri yang dirasakan di daerah
panggul, atau di inguinal, dapat menjalar ke paha bagian dalam atau ke bokong.
c. Osteoartritis pada tulang belakang dapat mengarah pada stenosis spinalis
(neurogenic claudication) pada keadaan yang lebih lanjut, yang terasa nyeri atau
sakit pada kaki atau bokong jika berdiri atau berjalan.
d. Fraktur
Pada OA dapat menyebabkan fraktur. Hal ini disebabkan karena terdapat hambatan
gerak yang memungkinkan lansia terjatuh dan dapat menimbulkan fraktur.
Pencegahan
Secara umum pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari resiko terkena
osteorarthritis adalah:6
1. Mengatur diet dan pola makan sehingga berat badan tetap stabil dan tidak terjadi
obesitas.
2. Menghindarkan diri sebisa mungkin dari kemungkinan trauma yang dapat terjadi.
3. Konsumsi suplemen yang bersifat chondroprotective agents seperti kondroitin sulfat
dan glikosaminoglikan.
4. Aktivitas fisik teratur namun hindari aktivitas fisik yang memberi beban terlalu berat
pada tubuh, apalagi bila sudah berusia lanjut.
Prognosis

16

Osteo Arthritis berjalan lambat. Problem utama yang sering dijumpai adalah nyeri
apabila sendi tersebut dipakai dan meningkatnya ketidakstabilan bila harus menanggung
beban terutama pada lutut.2 Ini berarti orang tersebut harus membiasakan diri dengan cara
hidup yang baru. Cara hidup yang baru ini sering kali meliputi perubahan pola makan yang
sudah terbentuk seumur hidup dan olahraga, manipulasi obat-obat yang diberikan, dan
pemakaian alat-alat pembantu.6
C.RHEMATOIDARHTRITIS
Anamnesis
GejalaklinisyangterlihatpadaARadalahberupapoliartritispadabagianperifer
sepertipadasendijarijaritangan,danbersifatsimetris,tidakhanyamengenaipadasalahsatu
sisisaja,melainkanpadakeduasisi.Biasanyalamakelamaanakanmenyebabkankerusakan
padasendidancacatfisik.Sehinggapadaanamnesisharusmenanyakansendiapasajayang
terkena,satusisiataukeduasisi.SelainitupadaARdidapatkankakupadapagiharisekitar1
jam.7,2
Pada penyakit AR juga terdapat pengaruh dari faktor genetik, sehingga perlu
ditanyakanapakahmemilikiriwayatkeluargayangsamadenganyangdialamiolehpasien.7
PemeriksaanFisik

Pemeriksaanfisikmeliputi4macam,yaituinspeksi,palpasi,perkusi,danauskultasi.
UntukpemeriksaanfisikdalampasienAR,yangharusdilakukanadalahinspeksidanpalpasi
padasendisendiyangterkena.Padainspeksidilihatapakahterdapatpembengkakanpada
sendi terutama pada jarijari tangan dan kaki. Untuk palpasi pada pasien AR memang
ditujukan untuk melihat adanya tandatanda peradangan seperti kalor dan dolor. Namun
pasienARbiasanyasudahmengeluhsangatkesakitanjikadisentuhsedikitsaja,sehingga
palpasisedikitsulitdilakukanpadapasienAR.7

PemeriksaanPenunjang

TidakadatesdiagnostiktunggalyangdefinitifuntukkonfirmasidiagnosisAR.The
American College of Rheumatology Subcommittee on Rheumatoid Arthritis (ACRSRA)
17

merekomendasikanpemeriksaanlaboratoriumdasaruntukevaluasiantaralain:darafperifer
lengkap(completebloodcellcount),faktorreumatoid(RF),lajuendapdarahatauCreactive
protein (CRP). Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal juga direkomendasikan karena akan
membantudalampemilihanterapi.BilapemeriksaanRFdanantiCCPnegatif,makabisa
lanjutkandenganpemeriksaanantiRA33untukmembedakanpenderitaARyangmemiliki
risikotinggimengalamiprognosisburuk.7
Etiologi
FaktorGenetik
Selama 30 tahun telah diperkirakan bahwa faktor genetik sangat berperan dalam
kontribusinyapadapenyakitARhinggatingkatkeparahannya.Alelyangikutterlibatdalam
terjadinyaARadalahMHC(majorhistocompabilitycomplex).
HormonSeks
Prevalensi AR lebih besar pada perempuan dibandingkan pada lakilaki, sehingga
didugahormonseksikutberperananpadapenyakitAR.Padaobservasiternyatadidapatkan
perbaikan gejala AR selama kehamilan. Perbaikan ini diduga karena adanya aloantibodi
dalamsirkulasimaternalyangmenyerangHLADRsehinggaterjadihambatanfungsiepitop
HLADRyangmengakibatkanperbaikanpenyakit.

Kesimpulan
Berbagai penyakit sendi dapat timbul karena berbagai faktor seperti genetik, umur,
pekerjaan, konsumsi makanan dan penyakit penyerta. Keluhan dengan nyeri pada ibu jari
kaki yang dirasakan pada pagi hari mengarah kepada penyakit gout walaupun dalam skenario
tidak dijelaskan secara lengkap anamnesis dari pasien tersebut. Prognosis yang baik akan di
dapatkan bila penatalaksanaannya dilakukan dengan cepat dan tepat.

Daftar Pustaka
1. Alimul AA. Dokumentasi kebidanan. 1st ed. Jakarta; Salemba Medika; 2008; 34-5.
2. Hidayat AA. Ketrampilan dasar praktik klinik kebidanan. 2nd ed. Jakarta; Salemba
Medika; 2008; 153-9.
3. Arvin BK. Ilmu kesehatan anak. 1st ed. Jakarta; EGC; 2000; 949-55.
4. Misnadiarly. Rematik, asam urat, hiperurisemia, arthritis Gout. 1st ed. Jakarta; Pustaka
Obor Populer; 37-45.
18

5. Sustrani L, Alam S. Asam urat. 1st ed. Jakarta; Gramedia Pustaka Utama; 2004; 21-2.
6. Departemen Penyakit Dalam FKUI. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Dalam: Joewono
S, Harry I, Handono K, Rawan B, Riyardi P, penyunting. Osteoartritis. 5th ed. Jakarta:
Pusat Penerbitan Penyakit Dalam; 2009.p. 2538-48.
7. SudoyoAW,SetiyohadiB,AlwiI,SimadibrataM,SetiatiS.Bukuajarilmupenyakit
dalam.JilidIII.Edisike5.Jakarta:InternaPublishing;2009.h.2495508.

19

You might also like