Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada
susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan melalui
gigitan hewan penular rabies.Secara patogenesis, setelah virus rabies masuk
lewat luka gigitan, selama dua minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk
dan dekatnya. Kemudian, virus akan bergerak mencapai ujung-ujung serabut
saraf posterios tanpa menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya. Masa
2
inkubasi virus ini bervariasi, berkisar antara dua minggu sampai dua tahun. Tapi
umumnya 3-8 minggu, tergantung jarak tempuh virus sebelum mencapai otak.
Sesampainya di otak, virus akan memperbanyak diri dan menyebar luas dalam
semua bagian neuron-neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap
sel-sel sistem limbik, hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri
dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian bergerak ke arah perifer dalam
serabut saraf eferen, volunter dan otonom. Dengan demikian virus ini menyerang
hampir tiap organ dan jaringan di dalam tubuh dan berkembang biak dalam
jaringan-jaringan seperti kelenjar ludah, ginjal dan sebagainya. Sekalinya virus
rabies masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan hewan maka virus ini akan
menyebar ke seluruh otot tubuh. Puncaknya virus ini akan mencapai otak dan
menyerang banyak bagian penting otak yang akhirnya dapat menyebabkan
kematian.
2.2 Etiologi
Adapun penyebab dari rabies adalah :
Virus rabies.
Gigitan hewan atau manusia yang terkena rabies.
Air liur hewan atau manusia yang terkena rabies.
Penyakit rabies terutama ditularkan melalui gigitan binatang. Kuman
yang terdapat dalam air liur binatang ini akan masuk ke aliran darah dan
menginfeksi tubuh manusia. Binatang yang sering menderita rabies adalah
anjing, kucing, kelelawar dan kera. Selain lewat gigitan, rabies juga dapat
ditularkan melalui mata, hidung, mulut dan luka yang terkontaminasi oleh air liur
binatang yang terjangkit rabies. Penularan lewat cara ini sangat jarang terjadi,
umumnya penularan melalui gigitan. Walaupun jarang ditemukan, virus rabies ini
dapat ditularkan ketika air liur hewan yang terinfeksi mengenai selaput lendir
seseorang seperti kelopak mata atau mulut atau kontak melalui kulit yang
terbuka. (penyakit anjing gila) yang biasanya dibawa oleh anjing, kucing,
kelelewar, kera, musang dan serigala, bisa mempengaruhi sistem saraf pusat.
Hewan-hewan itu termasuk berdarah panas, termasuk juga manusia (pria),
3
sehingga mudah sekali terkena penyakit ini. Tapi, penyebaran penyakit antar
manusia jarang sekali terjadi.
2.3 Tanda dan Gejala
Secara klinis, gejala rabies dibedakan menjadi:
1. Stadium Prodromal.
Gejala awal berupa demam, sakit kepala, malaise, sakit tulang,
kehilangan nafsu makan, mual, rasa nyeri di tenggorokan, batuk dan
kelelahan luar biasa selama beberapa hari (1-4 hari). Gejala-gejala ini
merupakan gejala yang spesifik dari orang yang terinfeksi virus rabies
yang muncul 1-2 bulan setelah gigitan hewan pembawa virus rabies.
2. Stadium Sensoris
Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat
bekas luka gigitan. Kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi
yang berlebihan terhadap rangsang sensorik.
3. Stadium Eksitasi
Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala
hiperhidrosis,
hipersalivasi,
hiperlakrimasi
dan
pupil
dilatasi.
seperti
meniupkan
udara
ke
muka
penderita
atau
2.5 Patofisiologi
Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini
menularkan infeksi kepada hewan lainnya atu manusia melalui gigitan dan
kadang melalui jilatan.Virus akan berpindah dari tempatnya masuk melalui
saraf-saraf
menuju
ke
medulla
spinalis
dan
otak,
dimana
mereka
2.9 Penanganan
7
Setiap ada kasus gigitan hewan penular rabies harus ditangani dengan cepat
dan sesegera mungkin, untuk mengurangi atau mematikan virus rabies yang
masuk pada luka gigitan. Usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan
dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau ditergent selama 10-15
menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 persen, betadine, obat merah atau
lainnya). Tapi, walau pencucian luka gigitan sudah dilakukan, penderita harus
kembali dicuci lukanya di Puskesmas atau rumah sakit.
Luka gigitan tidak dibenarkan dijahit, kecuali jahitan situasi. Jika memang
perlu sekali untuk dijahit (jahitan situasi), harus diberikan serum anti rabies
(SAR) sesuai dosis yang disuntikkan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak
mungkin dan sisanya disuntikkan secara intramuskuler. Selain itu, harus
dipertimbangkan pula perlu tidaknya pemberian serum atau vaksin anti tetanus,
anti biotik mencegah infeksi dan pemberian analgetik.
Pemberian vaksin anti rabies (VAR) atau VAR disertai dengan serum anti
rabies (SAR) harus didasarkan atas tindakan tajam dengan mempertimbangkan
hasil-hasil penemuan di bawah ini:
1. Anamnesis:
- kontak/jilatan/gigitan
- kejadian di daerah tertular/terancam/bebas
- didahului tindakan provokatif/tidak
- hewan yang menggigit menunjukkan gejala rabies
- hewan yang menggigit mati, tapi masih diragukan menderita rabies
- penderita luka gigitan pernah di VAR
- hewan yang menggigit pernah di VAR
2. Pemeriksaan fisik:
- identifikasi luka gigitan (status lokalis)
3. Lain-lain:
- temuan pada waktu observasi hewan
- hasil pemeriksaan spesimen dari hewan
Biasanya, binatang pembawa rabies akan mempunyai gejala, seperti hewan
menjadi garang atau ganas (furious rabies) atau hewan menjadi tenang.
Penangannya:
A. Hewan yang telah menggigit manusia harus diusahakan tertangkap dan jangan
dibunuh, laporkan kepada petugas Dinas Peternakan, Pos Kesehatan Hewan
atau diserahkan langsung kepada Dinas Peternakan setempat untuk dilakukan
observasi selama 14 hari.
B. Hewan yang telah menggigit manusia dan tertangkap tetapi terpaksa dibunuh
atau mati, kepalanya harus diserahkan kepada Dinas Peternakan setempat
sebagai bahan pemeriksaan laboratorium.
Ada juga beberapa tips yang bisa dilakukan, jika kita terkena gigitan hewan:
Kompres dengan es
Gigitan nyamuk bisa dirawat dengan kompres es, menurut seorang dokter.
Ia mengatakan, es mengurangi bengkak yang terjadi dan menghilangkan
rasa sakit dan gatal. Ia menyarankan mengompres gigitan itu selama 20
menit setiap beberapa jam. Saran yang sama juga berlaku bagi gigitan
laba-laba yang tidak beracun, yang juga bisa menyebabkan gatal.
2.10 Pencegahan
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk pencegahan dan pemberantasan
rabies adalah:
1.Anjing peliharaan, tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran, harus
didaftarkan ke Kantor Kepala Desa atau Kelurahan atau Petugas
Dinas Peternakan setempat.
2. Anjing harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh
lebih dari 2 meter.
3. Anjing yang hendak dibawa keluar halaman harus diikat dengan
rantai tidak lebih
harus
8.
STADIUM
Inkubasi
LAMANYA (% KASUS)
Prodromal
2-10 hari
MANIFESTASI KLINIS
Tidak ada
demam,
malaise,
Akut
(80%)
2-7 hari
Furious
laku
aneh,
takut,
spasme
faring,
10
aerofobia,
hipoksia,
saraf
hiperfentilasi,
kejang,
otonom,
disfungsi
sindroma
abnormalitas ADH.
Paralitik
Koma
2-7 hari
Paralisis flagsid
0-14 hari
Autonomic
instability,
hipoventilasi,
apnea,
henti
disfunsi
pituitari,
2.12
Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada penderita rabies dan biasanya timbul
pada fase koma. Komplikasi Neurologik dapat berupa peningkatan tekanan intra
cranial:
kelainan
pada
hypothalamus
berupa
diabetes
insipidus,
sindrom
PENANGANANNYA
Neurologi
Hiperaktif
Fenotiazin, benzodiazepine
Hidrofobia
Kejang fokal
Karbamazepine, fenitoin
Edema serebri
Mannitol, galiserol
Aerofobia
Hindari stimulasi
Pituitary
SAHAD
Batasi cairan
Diabetes insipidus
Cairan, vasopressin
Pulmonal
Hiperventilasi
Tidak ada
Hipoksemia
Atelektasis
Ventilator
Apnea
Ventilator
12
Pneumotoraks
Kardiovaskular
Aritmia
Hipotensi
Cairan, dopamine
Thrombosis arteri/vena
Cairan, dopamine
Henti jantung
Anemia
Perdarahan gastrointestinal
Transfuse darah
Hipertermia
Hipotermia
Lakukan pendinginan
Hipooalemia
Selimut panas
Ileus paralitik
Pemberian cairan
Retensio urine
Cairan paranteral
Kateterisasi
Pneumomediastinum
Hemodialisa
Tidak dilakukan apa-apa
13
I. PENGKAJIAN
Pengkajian mengenai:
a. Status Pernafasan
- Peningkatan tingkat pernapasan
- Takikardi
- Suhu umumnya meningkat (37,9 C)
- Menggigil
b. Status Nutrisi
- kesulitan dalam menelan makanan
-berapa berat badan pasien
14
Labilitas
6. Aktivitas kejang
Jenis
Lamanya
7. Fungsi sensoris
Reaksi terhadap nyeri
Reaksi terhadap suhu
8. Refleks
Refleks tendo superfisial
Reflek patologi
II. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan afiksia
2. Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan refleks menelan
3. Demam berhubungan dengan viremia
4. Cemas (keluarga) berhubungan kurang terpajan informasi
5. Resiko cedera berhubungan dengan kejang dan kelemahan
6.Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka
16
III. Intervensi
NO
1
DX
HASIL
Setelah diberikan tindakan
berhubungan dengan
afiksia
INTERVENSI
1. Obsevasi tanda- tanda
vital pasien terutama
RASIONAL
1. Tanda vital merupakan
acuan untuk melihat
respirasi.
2. Beri pasien alat bantu
kondisi pasien.
2. O2 membantu pasien
dalam bernafas.
3. posisi yang nyaman akan
gangguan.
bernafas.
berhubungan dengan
penurunan refleks
menelan
pasien terpenuhi,
bubur.
4. Berikan makanan dalam
porsi kecil dan frekuensi
sering.
5. Catat jumlah / porsi
makanan yang
dihabiskan oleh pasien
setiap hari.
6. Kaloboras pemberian
obat-obatan antiemetik
sesuai program dokter.
7. Ukur berat badan pasien
setiap minggu.
Demam berhubungan
1. untuk mengidentifikasi
dengan viremia
demam
2. Observasi tanda vital
370C).
dokter.
Cemas (keluarga)
berhubungan kurang
keluarga.
2. Jelaskan kepada
penyakit.
Resiko cedera
berhubungan dengan
faktor pencetus
2. Tempatkan klien pada
kriteria hasil :
mengalami cedera,dengan
cemas,dan mengambil
support,akan mengurangi
1. Penemuan factor
pencetus untuk
memutuskan rantai
memakai pengaman di
penyebaran virus.
2. Tempat yang nyaman
nyaman.
3. Anjurkan klien istirahat
4. Lindungi klien pada saat
kejang dengan :
- longgarakn pakaian
- posisi miring ke satu sisi
- jauhkan klien dari alat
yang dapat melukainya
- kencangkan pengaman
tempat tidur
- lakukan suction bila
banyak secret
5. Catat penyebab mulainya
kejang, proses berapa
lama, adanya sianosis dan
inkontinesia, deviasi dari
mata dan gejala-hgejala
lainnya yang timbul.
6. sesudah kejang observasi
TTV setiap 15-30 menit
dan obseervasi keadaan
klien sampai benar-benar
pulih dari kejang.
7. Observasi efek samping
dan keefektifan obat.
terjadi depresi
pernapasan dan kelainan
irama jantung.
9. untuk mengantisipasi
kejang, kejang berulang
dengan menggunakan
obat antikonvulsan baik
berupa bolus, syringe
pump.
tambahan
- pemberian cairan
parenteral
- pembuatan CT scan
6
Resiko infeksi
terbuka
1. Untuk mengetahui
apakah pasian
mengalami infeksi. Dan
untuk menentukan
tindakan keperawatan
berikutnya.
2. Tanda vital merupakan
acuan untuk
mengetahuikeadaan
umum pasien.
21
22
IV. IMPLMENTASI
Diesuaikan dengan intrvensi yang telah di buat
V. Evaluasi
NO
EVALUASI
DX
DX 1 a. pasien tidak mengalami gangguan dalam bernafas.
b. pasien tidak menggunakan alat bantu dalam bernafas.
DX 2
DX 3
DX 4
DX 5
DX 6
BAB III
PENUTUP
23
3.1 Kesimpulan
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf
pusat yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan melalui gigitan hewan
penular rabies. Adapun penyebab dari rabies adalah : Virus rabies, Gigitan hewan
atau manusia yang terkena rabies dan Air liur hewan atau manusia yang terkena
rabies. Setiap ada kasus gigitan hewan penular rabies harus ditangani dengan cepat
dan sesegera mungkin, untuk mengurangi atau mematikan virus rabies yang masuk
pada luka gigitan. Usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan dengan air
(sebaiknya air mengalir) dan sabun atau ditergent selama 10-15 menit, kemudian
diberi antiseptik (alkohol 70 persen, betadine, obat merah atau lainnya). Tapi, walau
pencucian luka gigitan sudah dilakukan, penderita harus kembali dicuci lukanya di
Puskesmas atau rumah sakit.
Diagnose yang muncul pada asuhan keperawatan rabies yaitu
1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan afiksia
2. Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan refleks menelan
3. Demam berhubungan dengan viremia
4. Cemas (keluarga) berhubungan kurang terpajan informasi
5. Resiko cedera berhubungan dengan kejang dan kelemahan
6.Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka
3.2 Saran
Sperti yang kkita ketahui bahwa penyakit rabies merupaan penyakit yang
mmatikan serta proses perjalanannya cepat. Maka dari itu,kita sebagai perawat
ksehatan sebaiknya bisa memberikan pnyuluhan kpada masyarakat awam dan
pedalaman agar penyebaran penyakit rabies bisa dicegah.
DAFTAR PUSTAKA
24
Auerbach, P.. 2006. Rabies Virus, Symptoms, Vaccine, and Treatment [online]. [cited
March
6th,
2008]
;
[3
screens].
Available
from
:
http://www.surviveoutdoors.com/reference/rabies.html/ Diakses tanggal 26b
maret 2012 pada pukul 16.00 wita
Ganiswarna, S.G. dkk.. 2004. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Gompf, S.G.. 2007. Rabies [online]. [cited March 5th, 2008] ; [28 screens]. Available
from : http://www.emedicine.com/med/topic1374.htm/ Diakses tanggal 26b
maret 2012 pada pukul 16.00 wita
Jameson R.. 2006. Rabies [online]. [cited March 6th, 2008] ; [6 screens]. Available
from
:
http://www.bio.davidson.edu/courses/immunology/Studentsspring2006/Jame
son/Rabies.html/ Diakses tanggal 26b maret 2012 pada pukul 16.00 wita
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
1 Cetakan ke-7.
Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2006. Buku Pedoman Standar
Pelayanan Medis dan Standar Pelayanan Operasional Neurologi. Jakarta :
PERDOSSI.
25