You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rabies adalah suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang
dapat menyerang semua jenis binatang berdarah panas dan manusia. Penyakit
ini ditandai dengan disfungsi hebat susunan saraf pusat dan hampir selalu
berakhir dengan kematian. Rabies merupakan salah satu penyakit menular
tertua yang dikenal di Indonesia. Virus rabies termasuk dalam genus Lyssavirus
dan famili Rhabdoviridae. Genus Lyssavirus sendiri terdiri dari 80 jenis virus dan
virus rabies merupakan prototipe dari genus ini. Sejarah penemuan rabies
bermula 2000 tahun SM ketika Aristoteles menemukan bahwa anjing dapat
menularkan infeksi kepada anjing yang lain melalui gigitan. Ketika seorang anak
laki-laki berumur 9 tahun digigit oleh seekor anjing rabies pada tahun 1885, Louis
Pasteur mengobatinya dengan vaksin dari medulla spinalis anjing tersebut,
menjadikannya orang pertama yang mendapatkan imunitas, karena anak
tersebut tidak menderita rabies.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pengertian dari Rabies?
1.2.2 Bagaimana etiologi penyakit rabies ?
1.2.3 Bagaimana Tanda dan Gejala penyakit rabies ?
1.2.4 Bagaimana Tanda rabies pada hewan rabies ?
1.2.5 Bagaimana Patofisiologi penyakit rabies ?
1.2.6 Bagaimana Manifestasi Klinis penyakit rabies ?
1.2.7 Bagaimana Masa Inkubasi penyakit rabies ?
1.2.8 Bagaimana Cara Penularan penyakit rabies ?
1.2.9 Bagaimana Penanganan penyakit rabies ?
1.2.10 Bagaimana Pencegahan penyakit rabies ?
1.2.11 Bagaimana Manifestasi Klinis penyakit rabies ?
1.2.12 Bagaimana Komplikasi penyakit rabies ?

1.3 Tujuan Penulisan

Aapun tujuan penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi


tugas perkuliahan juga untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis
mengenai :
1.3.1 Mengetahui Bagaimana pengertian dari Rabies
1.3.2 Mengetahui Bagaimana etiologi penyakit rabies
1.3.3 Mengetahui Bagaimana Tanda dan Gejala penyakit rabies
1.3.4 Mengetahui Bagaimana Tanda rabies pada hewan rabies
1.3.5 Mengetahui Bagaimana Patofisiologi penyakit rabies
1.3.6 Mengetahui Bagaimana Manifestasi Klinis penyakit rabies
1.3. 7 Mengetahui Bagaimana Masa Inkubasi penyakit rabies
1.3.8 Mengetahui Bagaimana Cara Penularan penyakit rabies
1.3.9 Mengetahui Bagaimana Penanganan penyakit rabies
1.3.10 Mengetahui Bagaimana Pencegahan penyakit rabies
1.3.10 Mengetahui Bagaimana Manifestasi Klinis penyakit rabies
1.3.11 Mengetahui Bagaimana Komplikasi penyakit rabies
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan yang dipergunakan dalam penulisan makalah ini
adalah dengan mengunakan pendekatan normative yaitu metode kepustakaan
dengan menggunakan teknik pencatatan dari berbagai sumber yang kemudian
dirangkum dalam sebuah makalah

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada
susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan melalui
gigitan hewan penular rabies.Secara patogenesis, setelah virus rabies masuk
lewat luka gigitan, selama dua minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk
dan dekatnya. Kemudian, virus akan bergerak mencapai ujung-ujung serabut
saraf posterios tanpa menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya. Masa
2

inkubasi virus ini bervariasi, berkisar antara dua minggu sampai dua tahun. Tapi
umumnya 3-8 minggu, tergantung jarak tempuh virus sebelum mencapai otak.
Sesampainya di otak, virus akan memperbanyak diri dan menyebar luas dalam
semua bagian neuron-neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap
sel-sel sistem limbik, hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri
dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian bergerak ke arah perifer dalam
serabut saraf eferen, volunter dan otonom. Dengan demikian virus ini menyerang
hampir tiap organ dan jaringan di dalam tubuh dan berkembang biak dalam
jaringan-jaringan seperti kelenjar ludah, ginjal dan sebagainya. Sekalinya virus
rabies masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan hewan maka virus ini akan
menyebar ke seluruh otot tubuh. Puncaknya virus ini akan mencapai otak dan
menyerang banyak bagian penting otak yang akhirnya dapat menyebabkan
kematian.

2.2 Etiologi
Adapun penyebab dari rabies adalah :
Virus rabies.
Gigitan hewan atau manusia yang terkena rabies.
Air liur hewan atau manusia yang terkena rabies.
Penyakit rabies terutama ditularkan melalui gigitan binatang. Kuman
yang terdapat dalam air liur binatang ini akan masuk ke aliran darah dan
menginfeksi tubuh manusia. Binatang yang sering menderita rabies adalah
anjing, kucing, kelelawar dan kera. Selain lewat gigitan, rabies juga dapat
ditularkan melalui mata, hidung, mulut dan luka yang terkontaminasi oleh air liur
binatang yang terjangkit rabies. Penularan lewat cara ini sangat jarang terjadi,
umumnya penularan melalui gigitan. Walaupun jarang ditemukan, virus rabies ini
dapat ditularkan ketika air liur hewan yang terinfeksi mengenai selaput lendir
seseorang seperti kelopak mata atau mulut atau kontak melalui kulit yang
terbuka. (penyakit anjing gila) yang biasanya dibawa oleh anjing, kucing,
kelelewar, kera, musang dan serigala, bisa mempengaruhi sistem saraf pusat.
Hewan-hewan itu termasuk berdarah panas, termasuk juga manusia (pria),
3

sehingga mudah sekali terkena penyakit ini. Tapi, penyebaran penyakit antar
manusia jarang sekali terjadi.
2.3 Tanda dan Gejala
Secara klinis, gejala rabies dibedakan menjadi:
1. Stadium Prodromal.
Gejala awal berupa demam, sakit kepala, malaise, sakit tulang,
kehilangan nafsu makan, mual, rasa nyeri di tenggorokan, batuk dan
kelelahan luar biasa selama beberapa hari (1-4 hari). Gejala-gejala ini
merupakan gejala yang spesifik dari orang yang terinfeksi virus rabies
yang muncul 1-2 bulan setelah gigitan hewan pembawa virus rabies.
2. Stadium Sensoris
Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat
bekas luka gigitan. Kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi
yang berlebihan terhadap rangsang sensorik.
3. Stadium Eksitasi
Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala
hiperhidrosis,

hipersalivasi,

hiperlakrimasi

dan

pupil

dilatasi.

Bersamaan dengan stadium eksitasi ini penyakit mencapai puncaknya


yang sangat khas pada stadium ini ialah adanya macam-macam fobia,
yang sangat sering diantaranya hidrofobi (takut air). Kontraksi otot-otot
faring dan otot-otot pernapasan dapat pula ditimbulkan oleh rangsang
sensorik

seperti

meniupkan

udara

ke

muka

penderita

atau

menjatuhkan sinar ke mata atau dengan menepuk tangan di dekat


telinga penderita. Pada stadium ini dapat terjadi apnoe, sianosis,
konvulsan dan takikardi. Tindak-tanduk penderita tidak rasional
kadang-kadang maniakal disertai dengan saat-saat responsif. Gejala
eksitasi ini dapat terus berlangsung sampai penderita meninggal,
tetapi pada saat dekat kematian justru lebih sering terjadi otot-otot
melemas, hingga terjadi paresis flaksid otot-otot.
4. Stadium paralisis
Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi.
Kadang-kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi,
4

melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena


gangguan sumsum tulang belakang yang memperlihatkan gejala
paresis otot-otot yang bersifat asendens, yang selanjutnya meninggal
karena kelumpuhan otot-otot pernapasan. Tanpa perawatan serius,
kematian dapat terjadi 4-20 hari setelah gejala-gejala muncul. Inkubasi
dari infeksi rabies ini umumnya terjadi dalam waktu 1-2 bulan setelah
kejadian, walau rentang waktunya 10 hari sampai satu tahun.

2.4 Tanda rabies pada hewan


Ada dua macam gejala rabies yaitu rabies ganas dan rabies tenang.
Tanda-tanda rabies ganas:
Tidak menurut lagi perintah pemilik
Air liur keluar berlebihan
Hewan menjadi ganas, menyerang/menggigit apa saja yang ditemui
dan ekor dilengkungkan ke bawah perut diantara paha
Kejang-kejang kemudia lumpuh, biasanya mati setelah 4-7 hari timbul
gejala atau paling lama 12 hari setelah penggigitan.
Tanda-tanda rabies tenang:
Bersembunyi ditempat gelap dan sejuk
Kejang-kejang berlangsung singkat bahkan sering tidak terlihat
Kelumpuhan, tidak mampu menelan, mulut terbuka dan air liur keluar
berlebihan
Kematian terjadi dalam waktu singkat.

2.5 Patofisiologi
Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini
menularkan infeksi kepada hewan lainnya atu manusia melalui gigitan dan
kadang melalui jilatan.Virus akan berpindah dari tempatnya masuk melalui
saraf-saraf

menuju

ke

medulla

spinalis

dan

otak,

dimana

mereka

berkembangbiak. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf menuju


ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.Banyak hewan yang bisa
menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari
rabies adalah anjing.

2.6 Manifestasi Klinis


Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi,
tetapi masa inkubasinya bervariasi dari 10 hari sampai lebih dari 1 tahun.
Masa inkubasi biasanya paling pendek pada orang yang digigit pada kepala,
tempat yang tertutup celana pendek, atau bila gigitan terdapat di banyak
tempat.Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai
bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai
dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak
badan dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang
tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur. Kejang otot
tenggorokan dan pita suara bisa menyebankan rasa sakit luar biasa. Kejang
ini terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses
menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba untuk minum air
bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita rabies tidak
dapat minum. Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang juga
disebut hidrofobia (takut air).
2.7 Masa Inkubasi
Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya
gejala penyakit. Masa inkubasi penyakit rabies pada anjing dan kucing kurang
lebih 2 minggu (10 hari - 14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan paling lama 1
tahun. Masa inkubasi rabies 95% antara 3-4 bulan, masa inkubasi bias bervariasi
antara 7 hari - 7 tahun, hanya 1% kasus dengan inkubasi 1-7 tahun. Karena
lamanya inkubasi kadang-kadang pasien tidak dapat mengingat kapan terjadinya
gigitan. Pada anak-anak masa inkubasi biasanya lebih pendek dari pada orang
dewasa. Lamanya inkubasi dipengaruhi oleh dalam dan besarnya gigitan, lokasi
gigitan (jauh dekatnya kesistem saraf pusat), derajat pathogenesis virus dan
persarafan daerah luka gigitan. Luka pada kepala inkubasi 25-48 hari, dan pada
ekstremitas 46-78 hari.

2.8 Cara Penularan


Setelah virus rabies masuk ke tubuh manusia, selama dua minggu virus menetap
pada tempat masuk dan jaringan otot didekatnya. Virus berkembang biak atau
lansung mencapai ujung-ujung serabut saraf perifer tampa menunjukan perubahanperubahan fungsinya. Selubung virus menjadi satu dengan membrane plasma dan
protein ribonukleus dan memasuki sitoplasma. Beberapa tempat pengikatan adalah
reseptor asetil-kolin post-sinaptik pada neuromuscular junction di susunan saraf
pusat (SSP). Dari saraf perifer virus menyebar secara sentripetal melalui
endoneurium sel-sel Schwan dan melalui aliran aksoplasma mencapai ganglion
dorsalis dalam waktu 60-72 jam dan berkembang biak. Selanjutnya virus menyebar
dengan kecepatan 3 mm/jam kesusunan saraf pusat (medulla spinalis dan otak).
Melalui cairan serebrospinal.
Diotak virus menyebar secara luas dan memperbanyak diri dalam semua bagian
neuron, kemudian bergerak ke perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf
volunter maupun pada saraf otonom. Penyebaran selanjutnya dari SSP ke saraf
perifer termasuk saraf otonom, otot skeletal, otot jantung, kelenjar adrenal (medula),
ginjal, mata, dan pankreas. Pada tahap berikutnya virus akan terdapat pada kelenjar
ludah, kelenjar lakrimalis, sistem respirasi. Virus juga tersebar pada air susu dan
urin. Pada manusia hanya dijumpai kelainan pada midbrain dan medula spinalis
pada rabies tipe furious (buas) dan pada medula spinalis pada tipe paralitik.
Perubahan patolgi berupa degenerasi sel ganglion, infiltrasi sel mononuklear dan
perivaskular, neuronovagia dan pembentukan nodul pada glia pada otak dan medula
spinalis.
Dijumpai Negri bodies yaitu benda intrasitoplasmik yang berisi komponen virus
terutama protein ribonuklear dan fragmen organela seluler seperti ribosomes. Negri
bodies dapat ditemukan pada seluruh bagian otak, terutama pada korteks serebri,
batang otak, hipothalamus, sel purkinje serebrum, ganglia dorsalis dan medula
spinalis. Pada 20% kasus rabies tidak ditemukan Negri bodies. Adanya miokarditis
menerangkan terjadinya aritmia pada pasien rabies.

2.9 Penanganan
7

Setiap ada kasus gigitan hewan penular rabies harus ditangani dengan cepat
dan sesegera mungkin, untuk mengurangi atau mematikan virus rabies yang
masuk pada luka gigitan. Usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan
dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau ditergent selama 10-15
menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 persen, betadine, obat merah atau
lainnya). Tapi, walau pencucian luka gigitan sudah dilakukan, penderita harus
kembali dicuci lukanya di Puskesmas atau rumah sakit.
Luka gigitan tidak dibenarkan dijahit, kecuali jahitan situasi. Jika memang
perlu sekali untuk dijahit (jahitan situasi), harus diberikan serum anti rabies
(SAR) sesuai dosis yang disuntikkan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak
mungkin dan sisanya disuntikkan secara intramuskuler. Selain itu, harus
dipertimbangkan pula perlu tidaknya pemberian serum atau vaksin anti tetanus,
anti biotik mencegah infeksi dan pemberian analgetik.
Pemberian vaksin anti rabies (VAR) atau VAR disertai dengan serum anti
rabies (SAR) harus didasarkan atas tindakan tajam dengan mempertimbangkan
hasil-hasil penemuan di bawah ini:
1. Anamnesis:
- kontak/jilatan/gigitan
- kejadian di daerah tertular/terancam/bebas
- didahului tindakan provokatif/tidak
- hewan yang menggigit menunjukkan gejala rabies
- hewan yang menggigit mati, tapi masih diragukan menderita rabies
- penderita luka gigitan pernah di VAR
- hewan yang menggigit pernah di VAR
2. Pemeriksaan fisik:
- identifikasi luka gigitan (status lokalis)
3. Lain-lain:
- temuan pada waktu observasi hewan
- hasil pemeriksaan spesimen dari hewan
Biasanya, binatang pembawa rabies akan mempunyai gejala, seperti hewan
menjadi garang atau ganas (furious rabies) atau hewan menjadi tenang.
Penangannya:
A. Hewan yang telah menggigit manusia harus diusahakan tertangkap dan jangan
dibunuh, laporkan kepada petugas Dinas Peternakan, Pos Kesehatan Hewan
atau diserahkan langsung kepada Dinas Peternakan setempat untuk dilakukan
observasi selama 14 hari.

B. Hewan yang telah menggigit manusia dan tertangkap tetapi terpaksa dibunuh
atau mati, kepalanya harus diserahkan kepada Dinas Peternakan setempat
sebagai bahan pemeriksaan laboratorium.
Ada juga beberapa tips yang bisa dilakukan, jika kita terkena gigitan hewan:

Kompres dengan es
Gigitan nyamuk bisa dirawat dengan kompres es, menurut seorang dokter.
Ia mengatakan, es mengurangi bengkak yang terjadi dan menghilangkan
rasa sakit dan gatal. Ia menyarankan mengompres gigitan itu selama 20
menit setiap beberapa jam. Saran yang sama juga berlaku bagi gigitan
laba-laba yang tidak beracun, yang juga bisa menyebabkan gatal.

2.10 Pencegahan
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk pencegahan dan pemberantasan
rabies adalah:
1.Anjing peliharaan, tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran, harus
didaftarkan ke Kantor Kepala Desa atau Kelurahan atau Petugas
Dinas Peternakan setempat.
2. Anjing harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh
lebih dari 2 meter.
3. Anjing yang hendak dibawa keluar halaman harus diikat dengan
rantai tidak lebih

dari 2 meter dan moncongnya

harus

menggunakan berangus (beronsong).


4. Pemilik anjing wajib untuk menvaksinasi rabies.
5. Anjing liar atau anjing yang diliarkan harus segera dilaporkan
kepada petugas Dinas Peternakan atau Pos Kesehatan Hewan
untuk diberantas / dimusnahkan.
6. Kurangi sumber makanan di tempat terbuka Untuk mengurangi
anjing liar atau anjing yang diliarkan.
7. Daerah yang terbebas dari penyakit rabies, harus mencegah
masuknya anjing, kucing, kera dan hewan sejenisnya dari daerah
tertular rabies.

8.

Masyarakat harus waspada terhadap anjing yang diliarkan dan


segera melaporkannya kepada Petugas Dinas Peternakan atau
Posko Rabies.

2.11 Manifestasi Klinis


Pada manusia secara teoritis gejala klinis terdiri dari 4 stadium yang dalam
keadaan sebenarnya sulit dipisahkan satu dari yang lainnya, yaitu:
1. Gejala prodromal non spesifik
2. Ensefalitis akut
.

3. Disfungsi batang otak


4. Koma dan kematian

STADIUM
Inkubasi

LAMANYA (% KASUS)

< 30 hari (25%)

30-90 hari (50%)

90 hari-1 tahun (20%)

>1 tahun (5%)

Prodromal

2-10 hari

MANIFESTASI KLINIS
Tidak ada

Parestesia, nyeri pada luka


gigitan,

demam,

malaise,

anoreksia, mual dan muntah,


nyeri kepala, letargi, agitasi,
ansietas, depresi.
Neurologik

Akut
(80%)

2-7 hari
Furious

Halusinasi, bingung, delirium,


tingkah

laku

aneh,

takut,

agitasi, menggigit, hidropobia,


hipersaliva, disfagia, avasia,
hiperaktif,

spasme

faring,
10

aerofobia,
hipoksia,
saraf

hiperfentilasi,
kejang,

otonom,

disfungsi
sindroma

abnormalitas ADH.

Paralitik

Koma

2-7 hari

Paralisis flagsid

0-14 hari

Autonomic

instability,

hipoventilasi,

apnea,

henti

nafas, hipotermia, hipetermia,


hipotensi,

disfunsi

pituitari,

aritma, dan henti jantung.

2.12

Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada penderita rabies dan biasanya timbul

pada fase koma. Komplikasi Neurologik dapat berupa peningkatan tekanan intra
cranial:

kelainan

pada

hypothalamus

berupa

diabetes

insipidus,

sindrom

abnormalitas hormone anti diuretic (SAHAD); disfungsi otonomik yang menyebabkan


hipertensi, hipotensi, hipertermia, hipotermia, aritmia dan henti jantung. Kejang
dapat local maupun generalisata, dan sering bersamaan dengan aritmia dan
gangguan respirasi. Pada stadium pradromal sering terjadi komplikasi hiperventilasi
dan depresi pernapasan terjadi pada fase neurolgik. Hipotensi terjadi karena gagal
jantung kongestif, dehidrasi dan gangguan saraf otonomik.
11

Table Komplikasi Pada Rabies dan Cara Penanganan


JENIS KOMLIKASI

PENANGANANNYA

Neurologi
Hiperaktif

Fenotiazin, benzodiazepine

Hidrofobia

Tidak diberi apa-apa lewat mulut

Kejang fokal

Karbamazepine, fenitoin

Gejala neurologi local

Tak perlu tindak apa-apa

Edema serebri

Mannitol, galiserol

Aerofobia

Hindari stimulasi

Pituitary
SAHAD

Batasi cairan

Diabetes insipidus

Cairan, vasopressin

Pulmonal
Hiperventilasi

Tidak ada

Hipoksemia

Oksigen, ventilator, PEEP

Atelektasis

Ventilator

Apnea

Ventilator

12

Pneumotoraks

Dilakukan ekspansi paru

Kardiovaskular
Aritmia

Oksigen, obat anti aritmia

Hipotensi

Cairan, dopamine

Gagal jantung kongestif

Batasi cairan, obat-obatan

Thrombosis arteri/vena

Oksigen, obat anti aritmia

Obstruksi vena kava superior

Cairan, dopamine

Henti jantung

Batasi cairan, obat-obatan

Anemia
Perdarahan gastrointestinal

Transfuse darah

Hipertermia

H2 blockers, transfusi darah

Hipotermia

Lakukan pendinginan

Hipooalemia

Selimut panas

Ileus paralitik

Pemberian cairan

Retensio urine

Cairan paranteral

Gagal ginjal akut

Kateterisasi

Pneumomediastinum

Hemodialisa
Tidak dilakukan apa-apa

13

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RABIES

I. PENGKAJIAN
Pengkajian mengenai:
a. Status Pernafasan
- Peningkatan tingkat pernapasan
- Takikardi
- Suhu umumnya meningkat (37,9 C)
- Menggigil
b. Status Nutrisi
- kesulitan dalam menelan makanan
-berapa berat badan pasien
14

- mual dan muntah


- porsi makanan dihabiskan
- status gizi
c. Status Neurosensori
-Adanya tanda-tanda inflamasi
d.Keamanan
-kejang
-kelemahan
e. Integritas Ego
- Klien merasa cemas
- Klien kurang paham tentang penyakitnya

Pengkajian Fisik Neurologik :


1. Tanda tanda vital
Suhu
Pernapasan
Denyut jantung
Tekanan darah
Tekanan nadi
2. Hasil pemeriksaan kepala
Fontanel : menonjol, rata, cekung
Bentuk Umum Kepala
3. Reaksi pupil
Ukuran
Reaksi terhadap cahaya
Kesamaan respon
4. Tingkat kesadaran
Kewaspadaan : respon terhadap panggilan
Iritabilitas
Letargi dan rasa mengantuk
Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain
5. Afek
Alam perasaan
15

Labilitas
6. Aktivitas kejang
Jenis
Lamanya
7. Fungsi sensoris
Reaksi terhadap nyeri
Reaksi terhadap suhu
8. Refleks
Refleks tendo superfisial
Reflek patologi
II. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan afiksia
2. Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan refleks menelan
3. Demam berhubungan dengan viremia
4. Cemas (keluarga) berhubungan kurang terpajan informasi
5. Resiko cedera berhubungan dengan kejang dan kelemahan
6.Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka

16

III. Intervensi

NO
1

DX

TUJUAN DAN KRITERIA

Gangguan pola nafas

HASIL
Setelah diberikan tindakan

berhubungan dengan

keperawatan selama 3x24 jam,

afiksia

diharapkan pasien bernafas


tanpa ada gangguan, dengan
kriteria hasil :

INTERVENSI
1. Obsevasi tanda- tanda
vital pasien terutama

RASIONAL
1. Tanda vital merupakan
acuan untuk melihat

respirasi.
2. Beri pasien alat bantu

kondisi pasien.
2. O2 membantu pasien

pernafasan seperti O2.


3. Beri posisi yang nyaman.

dalam bernafas.
3. posisi yang nyaman akan

-pasien bernafas,tanpa ada

membantu pasien dalam

gangguan.

bernafas.

-pasien tidak menggunakan


alat bantu dalam bernafas
-respirasi normal (16-20
X/menit)
2

Gangguan pola nutrisi

Setelah dilakukan tindakan

berhubungan dengan

keperawatan selama 3x24 jam,

penurunan refleks

diharapkan kebutuhan nutrisi

menelan

pasien terpenuhi,

1. Kaji keluhan mual, sakit


menelan, dan muntah
yang dialami pasien.
2. Kaji cara / bagaimana
makanan dihidangkan.
3. Berikan makanan yang

dengan kriteria hasil :

mudah ditelan seperti

1. Untuk menetapkan cara


mengatasinya.
2. Cara menghidangkan
makanan dapat
mempengaruhi nafsu
makan pasien
3. Membantu mengurangi
17

- pasien mampu menghabiskan


makanan sesuai dengan porsi
yang diberikan /dibutuhkan.

bubur.
4. Berikan makanan dalam
porsi kecil dan frekuensi
sering.
5. Catat jumlah / porsi
makanan yang
dihabiskan oleh pasien
setiap hari.
6. Kaloboras pemberian
obat-obatan antiemetik
sesuai program dokter.
7. Ukur berat badan pasien
setiap minggu.

kelelahan pasien dan


meningkatkan asupan
makanan.
4. Untuk menghindari mual.
5. Untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan
nutrisi.
6. Antiemetik membantu
pasien mengurangi mual
dan muntah dan
diharapkan nutrisi pasien
meningkat.
7. Untuk mengetahui status
gizi pasien

Demam berhubungan

Setelah dilakukan tindakan

1. Kaji saat timbulnya

1. untuk mengidentifikasi

dengan viremia

keperawatan selama 3x24 jam

demam
2. Observasi tanda vital

pola demam pasien.


2. Tanda vital merupakan

diharapkan demam pasien


teratasi,
dengan criteria hasil :

(suhu, nadi, tensi,


pernafasan) setiap 3 jam
3. Berikan kompres hangat
4. Berikan terapi cairan

- Suhu tubuh normal (36 -

intravena dan obat-

370C).

obatan sesuai program

acuan untuk mengetahui


keadaan umum pasien.
3. dengan vasodilatasi dapat
meningkatkan penguapan
dan mempercepat
penurunan suhu tubuh.
18

- Pasien bebas dari demam.

dokter.

4. Pemberian cairan sangat


penting bagi pasien

Cemas (keluarga)

Setelah diberikan tindakan

1. Kaji tingkat kecemasan

berhubungan kurang

keperawatan selama 3x24 jam

terpajan informasi tentang

diharapkan tingkat kecemasan

keluarga.
2. Jelaskan kepada

penyakit.

keluarga pasien menurun


/hilang, dengan kriteria hasil :
-Melaporkan cemas berkurang
sampai hilang

keluarga tentang penyakit


dan kondisi pasien.
3. Berikan dukungan dan
support kepada keluarga
pasien.

-Melaporkan pengetahuan yang


cukup terhadap penyakit pasien

Resiko cedera

Setelah diberikan tindakan

1. Identifikasi dan hindari

berhubungan dengan

keperawatan, selama 3x24jam

kejang dan kelemahan

diharapkan pasien tidak

faktor pencetus
2. Tempatkan klien pada

kriteria hasil :

cara apa yang akan


digunakan
2. informasi yang benar
tentang kondisi pasien
akan mengurangi tingkat
kecemasan keluarga.
3. Dengan dukungan dan
rasa cemas
4. keluarga pasien.

panyakit yang dialami pasien.

mengalami cedera,dengan

cemas,dan mengambil

support,akan mengurangi

-Keluarga menerima keadaan

dengan suhu tinggi.


1. Untuk mengetahui tingkat

tempat tidur yang

1. Penemuan factor
pencetus untuk
memutuskan rantai

memakai pengaman di

penyebaran virus.
2. Tempat yang nyaman

ruang yang tenang dan

dan tenang dapat


19

- Klien tidak ada cedera akibat


serangan kejang
- klien tidur dengan tempat tidur
pengaman
- Tidak terjadi serangan kejang
ulang.
- Suhu 36 37,5 C , Nadi 6080x/menit, Respirasi 16-20
x/menit.
- Kesadaran composmentis

nyaman.
3. Anjurkan klien istirahat
4. Lindungi klien pada saat
kejang dengan :
- longgarakn pakaian
- posisi miring ke satu sisi
- jauhkan klien dari alat
yang dapat melukainya
- kencangkan pengaman
tempat tidur
- lakukan suction bila
banyak secret
5. Catat penyebab mulainya
kejang, proses berapa
lama, adanya sianosis dan
inkontinesia, deviasi dari
mata dan gejala-hgejala
lainnya yang timbul.
6. sesudah kejang observasi
TTV setiap 15-30 menit
dan obseervasi keadaan
klien sampai benar-benar
pulih dari kejang.
7. Observasi efek samping
dan keefektifan obat.

mengurangi stimuli atau


ransangan yang dapat
menimbulkan kejang.
3. Efektivitas energi yang
dibutuhkan untuk
metabolism.
4. Tindakan untuk
mengurangi atau
mencegah terjadinya
cedera fisik.
5. Dokumentasi untuk
pedoman dalam tindakan
berikutnya,
6. Tanda-tanda vital
indicator terhadap
perkembangan
penyakitnya dan
gambaran status umum
pasien.
7. Efeksamping dan
efektifnya obat diperlukan
motitorng untuk tindakan
lanjut.
8. Komplikasi kejang dapat
20

8. Observasi adanya depresi


pernafasan dan gangguan
irama jantung.
9. Kerja sama dengan tim :
- pemberian obat
antikonvulsan dosis tinggi
- pemeberian
antikonvulsan (valium,
dilantin, phenobarbital)
- pemberian oksigen

terjadi depresi
pernapasan dan kelainan
irama jantung.
9. untuk mengantisipasi
kejang, kejang berulang
dengan menggunakan
obat antikonvulsan baik
berupa bolus, syringe
pump.

tambahan
- pemberian cairan
parenteral
- pembuatan CT scan
6

Resiko infeksi

Setelah diberikan tindakan

berhubungan dengan luka

keperawatan 3X24 jam

terbuka

diharapkan tidak terjadi tandatanda infeksi.


Kriteria Hasil:
-Tidak terdapat tanda tanda
infeksi seperti:
Kalor,dubor,tumor,dolor,dan
fungsionalasia.

1. Kaji tanda tanda infeksi


2. Pantau TTV,terutama suhu
tubuh.
3. Ajarkan teknik aseptik pada
pasien
4. Cuci tangan sebelum
memberi asuhan
keperawatan ke pasien.
5. Lakukan perawatan luka
yang steril.

1. Untuk mengetahui
apakah pasian
mengalami infeksi. Dan
untuk menentukan
tindakan keperawatan
berikutnya.
2. Tanda vital merupakan
acuan untuk
mengetahuikeadaan
umum pasien.
21

-TTV dalam batas normal

3. Perubahan suhu menjadi


tinggi merupakan salah
satu tanda tanda
infeksi.
4. Meminimalisasi
terjadinya infeksi
d.Mencegah terjadinya
infeksi nosokomial.
5. Perawatan luka yang
steril meminimalisasi
terjadinya infeksi

22

IV. IMPLMENTASI
Diesuaikan dengan intrvensi yang telah di buat

V. Evaluasi

NO

EVALUASI

DX
DX 1 a. pasien tidak mengalami gangguan dalam bernafas.
b. pasien tidak menggunakan alat bantu dalam bernafas.
DX 2

a. Pasien tidak mengalami gangguan dalam makan dan minum.


b. Pasien bisa menelan dengan baik

DX 3

c. Pasien tidak mengalami penurunan berat badan.


a. Suhu pasien normal (36-370C)

DX 4

b. Pasien tidak mengeluh demam


a. Keluarga pasien tidak cemas lagi.
b. Keluarga pasien bisa memahami kondisi pasiendan ikut membantu dalam
pemberian pengobatan.

DX 5

a. Pasien tidak mengalami cedera.

DX 6

b. Pasien tidak mengalami kejang


a.Tidak ada tanda tanda infeksi seperti : kalor,dolor,tumor,dubor,dan
fungsionalasia.
b.Luka pasien terjaga dan terawat.

BAB III
PENUTUP
23

3.1 Kesimpulan
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf
pusat yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan melalui gigitan hewan
penular rabies. Adapun penyebab dari rabies adalah : Virus rabies, Gigitan hewan
atau manusia yang terkena rabies dan Air liur hewan atau manusia yang terkena
rabies. Setiap ada kasus gigitan hewan penular rabies harus ditangani dengan cepat
dan sesegera mungkin, untuk mengurangi atau mematikan virus rabies yang masuk
pada luka gigitan. Usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan dengan air
(sebaiknya air mengalir) dan sabun atau ditergent selama 10-15 menit, kemudian
diberi antiseptik (alkohol 70 persen, betadine, obat merah atau lainnya). Tapi, walau
pencucian luka gigitan sudah dilakukan, penderita harus kembali dicuci lukanya di
Puskesmas atau rumah sakit.
Diagnose yang muncul pada asuhan keperawatan rabies yaitu
1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan afiksia
2. Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan penurunan refleks menelan
3. Demam berhubungan dengan viremia
4. Cemas (keluarga) berhubungan kurang terpajan informasi
5. Resiko cedera berhubungan dengan kejang dan kelemahan
6.Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka
3.2 Saran
Sperti yang kkita ketahui bahwa penyakit rabies merupaan penyakit yang
mmatikan serta proses perjalanannya cepat. Maka dari itu,kita sebagai perawat
ksehatan sebaiknya bisa memberikan pnyuluhan kpada masyarakat awam dan
pedalaman agar penyebaran penyakit rabies bisa dicegah.

DAFTAR PUSTAKA

24

Auerbach, P.. 2006. Rabies Virus, Symptoms, Vaccine, and Treatment [online]. [cited
March
6th,
2008]
;
[3
screens].
Available
from
:
http://www.surviveoutdoors.com/reference/rabies.html/ Diakses tanggal 26b
maret 2012 pada pukul 16.00 wita
Ganiswarna, S.G. dkk.. 2004. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Gompf, S.G.. 2007. Rabies [online]. [cited March 5th, 2008] ; [28 screens]. Available
from : http://www.emedicine.com/med/topic1374.htm/ Diakses tanggal 26b
maret 2012 pada pukul 16.00 wita
Jameson R.. 2006. Rabies [online]. [cited March 6th, 2008] ; [6 screens]. Available
from
:
http://www.bio.davidson.edu/courses/immunology/Studentsspring2006/Jame
son/Rabies.html/ Diakses tanggal 26b maret 2012 pada pukul 16.00 wita
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
1 Cetakan ke-7.
Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2006. Buku Pedoman Standar
Pelayanan Medis dan Standar Pelayanan Operasional Neurologi. Jakarta :
PERDOSSI.

25

You might also like