You are on page 1of 6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

C
DENGAN RETARDASI MENTAL DI PANTI ASIH
PAKEM YOYGAKARTA

Disusun oleh :
SAKIYAN
02/159859/EIK/00218

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2004
A.

Definisi
1

Kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO)


Suatu keadaan yang di tandai dengan fungsi intelektual berada di
bawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18
tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial
(D.S.M/Budiman M, 1991)
Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul pada masa kanakkanak (sebelum usia 18 tahun) ditandai dengan fungsi
kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 75 atau kurang ), dan
disertai keterbatasan lain pada sedikitnya dua area berikut
:berbicara dan berbahasa;ketrampilan merawat diri, ADL;
ketrampilan sosial; penggunaan sarana masyarakat; kesehtan
dan keamanan; akademik fungsional; bekerja dan rileks, dll.
(AAMR,1992).

B.

Klasifikasi
Retardasi mental menurut American Psychiatric Association, 1994 ,
dibagi menjadi :
Retardasi mental ringan : tingkat IQ 50 - 55 sampai kira-kira
70.
Retardasi mental sedang : tingkat IQ 35 40 sampai 50 55.
Retardasi mental berat: tingkat IQ 20 25 sampai 35 40.
Retardasi mental yang amat sangat berat : tingkat IQ di bawah
20 - 25.
Retardasi mental dengan keparahan yang tidak disebutkan
:jika terdapat dugaan kuat adanya retardasi mental tetapi
emintelligence orang tersebut tidak dapat diuji dengan tes
standart.

C.

Etiologi
Organik
Faktor prekonsepsi : kelainan kromosom (trisomi 21/down
sindrom).
Faktor prenatal : kelainan pertumbuhan otak selama
kehamilan (infeksi, zat teratogenik dan toxin, disfungsi
plasenta).
Faktor perinatal : prematuritas, perdarahan intra kranial,
asphyksia neonatorum dll).
Faktor
post
natal
:
infeksi,
trauma,
gangguan
metabolik/hipoglikemia, malnutrisi)
Anorganik
Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis.
Sosial kultural.
Interaksi anak kurang.
Penelantaran anak.
Faktor faktor lain : keturunan, pengaruh lingkungan dan
kelainan mental lainnya.

D.

Patofisiologi

Retardasi mental termasuk kelemahan atau ketidak mampuan kognitif


yang muncul pada masa kanak kanak (sebelum usia 18 tahun) yang
ditandai dengn fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75
atau kurang) dan disertai dengan keterbatasan keterbatasan lain
pada sedikitnya dua area fungsi adaptif : berbahsa dan berbicara,
ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial,
penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan
keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja (AAMR 1992).
Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab
prenatal,yaitu penyakit kromosom (trisomi 21/down sindrom, sindrom
Fragile-X,
ganggunan
sindrom
(distrofi
otot
duchenne,
neurofibromatosis (tipe1) ) dan gangguan metabolisme sejak lahir
(fenilketonuria),perinatal,penyebab perinatal yaitu yang berhubungan
dengan masalah intrauterin seperti abrupti plasenta, DM, prematur,
serta kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intra
kranial, posnatal yaitu mencakup kondisi-kondisi yang terjadi karena
cedera kepala, infeksi dan gangguan degeneratif dan demielinisdasi.
Sindrom
Fragile X, sindrom Down, dan sindrom alkohol fetal
merupakan sepertiga individu-individu yang menderita retardasi
mental. Munculnya masalah-masalah seperti paralisis serebral, defisit
sensoris, gangguan psikiatrik dan kejang berhubungan dengan
retardasi mental yang lebih berat. Diagnosis retardasi mental
ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak, prognosis jangka
panjang ditentukan seberapa jauh penderita dapat berfungsi mandiri
dalam masyarakat.
E.

Manifestasi klinik
Gangguann kognitif
Lambatnya ketrampilan ekpresi dan resepsi bahasa
Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
Lingkar kepala diatas atau dibawah normal
Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
Kemungkinan tonus otot abnormal
Kemungkinan ciri-cir dismorfik
Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar

F.

Uji laboratorium dan diagnostik


Uji inteligensia standar (Stanford-binet, Weschler, Bayley Scale of
Infan Development)
Uji perkembangan seperti Denver II
Pengukuran fungsi adaptif (Vineland Adaptive Behavior Scale,
Woodcock-Johnson Scale of Independen Behavior, School Edition
of Adaptive Behavior Scales)

G.

Komplikasi
Serebral palsi
Ganguan kejang
Gangguan kejiwaan
Gangguan konsentrasi/hiperaktif
3

Defisit komunikasi
Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatan
antikonvulsi, kurang mengkonsumsi makanan berserat dan
cairan)

H.

Penatalaksanaan medis
Obat-obatan yang diberikan biasanya yaitu :
Obat-obatan psikotropika, untuk remaja yang mempunyai
perilaku membahayakan diri sendiri
Psikostimulan untuk remaja yang mengalami gangguan
konsentrasi/hiperaktif
Antidepresan
Karbamazepin

I.

Pengkajian keperawatan
Pengkajian terutama ditujukan untuk menilai secara komprehensif
mengenai kekurangan dan kekuatan yang berhubungan dengan
ketrampilan adaptif : kominikasi, perawatan diri, interaksi sosial,
penggunaan sarana prasarana di masyarakat, pengarahan diri,
pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fingsional,
pembentukan ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.

J.

Diagnosa keperawatan
Defisit perawatan diri : mandi/kebersihan, berhias, toileting
Kerusakan komunikasi verbal
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Risiko untuk keterlambatan perkembangan

K.

Perencanaan

No
1

Diagnosa
Defisit
perawatan diri :
mandi/
kebersihan,
berhias,
toileting

Tujuan
Perawatan
diri sendiri :
Aktifitas
hidup seharihari
Perawatan
diri sendiri :
mandi
Perawatan
diri
sendiri:
Kebersihan
diri

Intervensi
Kaji
kemampuan
klien
untuk mandi sendiri,
kebersihan diri.
Latih
klien
untuk
mandi
dan
kebersihan diri secara
bertahap.
Sediakan
peralatan
mandi
di
tempat yang mudah di
jangkau oleh klien.
Ajarkan cara
mandi dan kebersihan
diri secara sederhana.
Jadwalkan
waktu
untuk
mandi
setiap hari, pagi dan

Rasional
Memberikan
gambaran
kemampuan
klien
untuk
dasar
intervensi
berikutnya
Dengan
latihan
klien
akan terbiasa
untuk
melakukan
aktifitas
kebersihan diri
Peralatan yang
mudah
dijangkau
memudahkan

Kerusakan
komunikasi
verbal

Klien mampu
untuk
mengerti
kalimatkalimat
sederhana
untuk
memenuhi
kebutuhanny
a

Ketidakseimba
ngan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh

Status nutrisi
adekuat : BB
normal,
stabil,
masukan
nutrisi
adekuat,
tingkat
energi
adekuat

sore hari dan sewaktuwaktu


bila
badan
kotor.
Rujuk
ke
terapi
okupasi
bila
diperlukan.
Berikan
pujian pada klien atas
prestasinya mengurus
diri sendiri.

klien
untuk
menggunakan
nya
Penghargaan
akan
keberhasilan
akan membuat
klien percaya
diri
atas
prestasinya

Kaji
kemampuan
klien
untuk mengekpresikan
kemampuan
berbahasanya.
Rujuk
ke
terapis wicara untuk
mengevaluasi
kemampuan
dan
merancang
rencana
terapi
yang
dibutuhkan
Ajarkan
kata-kata
sederhana
untuk mengekpresikan
kebutuhan
diri
:
makan, mandi, minum,
tidur, gosok gigi dll.
Pastikan
penggunaan
bahasa
yang sederhana dalam
komunikasi
dengan
klien.
Abaikan
ketidak tepatan katakata yang digunakan
oleh klien.
1.
Manajemen nutrisi
Kaji riwayat
alergi makanan, dan
catat jika memiliki
alergi terhadap jenis
makanan tertentu.
Kaji
makanan
kesukaan
klien.
Hitung
jumlah kalori yang
dibutuhkan dan tipe
nutrisi
yang
diperlukan.
Dorong
asupan nutrisi sesuai
kebutuhan tubuh.
Monitor
asupan nutrisi dan
kalori
Timbang BB

Penilaian yang
akurat tentang
kemampuan
berbahasa
klien
dapat
dijadikan
pedoman
untuk
menentukan
intervensi
yang
dibutuhkan.
Speech terapy
dapat
meningkatkan
kemampuan/
ketrampilan
klien
dalam
berbahasa.
Kata-kata
sederhana
lebih
mudah
diingat
dan
dipahami.

Data
yang
tetpat tentang
riwayat nutrisi
klien
dapat
membantu
dalam
penentuan
intervensi
selanjutnya.
Makanan yang
disukai dapat
merangsang
keinginan
klien
untuk
makan.
Berat
badan
merupakan
salah
satu
indikator
status nutrisi
klien.

2.
-

secara teratur.
Monitor nutrisi
Tentukan BB
tubuh ideal klien.
Monitor
adanya
penurunan
BB.
Monitor
respon emosi klien
terkait
dengan
situasi/
waktu
makan.
Monitor
lingkungan
selama
makan.
Monitor
mual dan muntah.
Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan.
Monitor
kondisi kulit : pucat,
kemerahan,
kekeringan,
kekenyalan.
Monitor
terhadap
adanya
oedema.
Monitor
makanan
kesukaan
klien.

Respon emosi
klien terhadap
makanan
menunjukan
selera makan
klien.
Pemenuhan
nutrisi
yang
adekuat dapat
mendukung
pertumbuhan
dan
perkembangan
yang adekuat.
Kondisi
kulit
yang abnormal
menunjukan
adanya
gangguan
nutisi.

Daftar Pustaka
Cecily L.Betz & Linda A. Sowden, 2001, Buku saku Keperawatan
Pediatri, EGC Jakarta.
McCloskey J.C, Bulechek G.M, 1996, Nursing Intervention
Classification (NIC), Mosby, St. Louis.
Nanda, 2001, Nursing Diagnoses : Definition and Classification
2001-2002, Philadelphia.

You might also like