You are on page 1of 114

Kedamaian Hidup Berthariqah:

Hasil Seminar Nasional Thariqah dalam Rangkaian Peringatan


Maulid Nabi Muhammad SAAW Tahun 2011
Tim Penyusun: Panitia Seminar
Rancang Sampul: Rahmat Nur Akhwan
Tata Letak: Ismail
Cetakan I, November 2011
Diterbitkan oleh
Majelis Muhyin Nufuus
Jl. Karangsari, Gg. Kamboja KG I No. 271
Rejowinangun, Kotagede, Yogyakarta 55171
Telepon/Faksimili: (0274) 4438444
Surel: jelismuhyin_nufuus@yahoo.com
Layanan SMS: 081578525000, 081331957417
xii + 102 hlm; 13 x 19 cm.

Pengantar Tim penyusun

Terangkai segala puji yang kami haturkan ke Hadhirat


Allah SWT, Tuhan semesta alam. Teriring Salawat dan
Salam yang semoga senantiasa tercurah ke Haribaan Ba
ginda Nabi Besar Muhammad SAAW, beserta Keluarga,
Sahabat dan Pengikut Beliau hingga akhir zaman.
Berkat bimbingan dan arahan dari Pembina Utama
Majelis Muhyin Nufuus Yogyakarta, Ir. Habib
Muhamad Effendi Al-Eydrus, SH., MM., telah tersusun
sebuah buku yang berjudul Kedamaian Hidup Bertha
riqah, yang merupakan hasil dokumentasi dari Seminar
Nasional Thariqah yang diselenggarakan dalam rang
kaian Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAAW pada
tanggal 23, 24, 25 Juli 2011/1432 H di Kotagede, Yog
yakarta.
Seminar Nasional Thariqah tersebut dihadiri 310
peserta dari berbagai daerah (Kalimantan, Sulawesi,
Sumatera, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Te
ngah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan daerah-daerah
lainnya) yang terdiri dari beberapa kalangan, baik
akademisi, praktisi thariqah, penganut thariqah, Lem
baga Swadaya Masyarakat (LSM), Ormas Islam, dan
v

masyarakat umum. Pada seminar yang dibuka oleh Prof.


Dr. Maksum Mahfoedz selaku perwakilan Pengurus Be
sar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini menghadirkan enam
pembicara yang mewakili berbagai disiplin ilmu, sesuai
dengan tema yang dihadirkan, yaitu:
Materi A: Kedamaian Buah Berthariqah

Berthariqah Penunjang dalam
Perekonomian
Materi B: Keilmuan Buah Berthariqah

Buahnya Berthariqah adalah Hakikat

Buahnya Hakikat adalah Makrifat

Buahnya Buah adalah Tasawuf

(Penyempurnaan Diri)

Ilmu Tasawuf Terdiri dari Empat Unsur
Buah ke Makrifat
Materi C: Kehidupan Bermasyarakat dalam
Berthariqah Membentuk Kedamaian
Terima kasih yang tak terhingga kami sampaikan ke
pada pihak-pihak yang tidak bisa kami sebutkan satuper satu, yang telah turut serta menyukseskan Seminar
Nasional Thariqah.
Tak lupa, dalam kesempatan kata pengantar ini kami
sekaligus mengundang segenap keluarga besar Ahluth
Thariqah dari seluruh penjuru Nusantara untuk meng
hadiri acara Seminar Nasional Thariqah yang kami helat
di tahun-tahun berikutnya, bersama dengan Rangkaian
Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAAW di Majelis
vi

Muhyin Nufuus Yogyakarta ini.


Semoga agenda Seminar Nasional Thariqah yang di
adakan setiap tahun ini senantiasa terselenggara dengan
lebih baik pada tahun-tahun berikutnya, mampu mening
katkan sumbangsih untuk umat, dengan hasil yang lebih
barakah demi kemajuan Islam, bangsa, dan negara.

vii

viii

DAFTAR ISI

Catatan Tim Penyusun.......................................................... v


Daftar Isi.................................................................................ix
Kata Pengantar.......................................................................xi
BAGIAN I
Catatan Seminar Nasional Thariqah 2010
Thariqah................................................................................... 3
Mursyid.................................................................................... 9
BAGIAN II
Hasil Seminar Nasional Thariqah 2011
Kedamaian Buah Berthariqah............................................23
Ekonomi, Tasawuf, dan Thariqah.......................................27
Thariqah, Kehidupan Bermasyarakat,
dan Penciptaan Kedamaian..........................................71
Kedamaian Hidup Berthariqah.........................................75
Thariqah dan Upaya Membangun Kedamaian................79
Diskusi Seminar Thariqah Sesi I (23 Juli 2011)................89
Diskusi Seminar Thariqah Sesi Ii (24 Juli 2011)..............93
Kesimpulan Hasil Sidang Komisi Seminar Nasional
Thariqah dalam Rangka Maulid Nabi Muhammad SAAW
1432 H/2011 M.....................................................................99

ix

Kata Pengantar
Khadimul Maulid

Ir. Habib Muhamad Effendi Al-Eydrus, SH, MM


( Mursyid Thariqah Alawiyah )

Lawlaaka, Lawlaaka, maa Kholaqtul Asy-yaa-a


Jikalau bukan karena Engkau (Ya Muhammad),
Jikalau bukan karena Engkau (Ya Muhammad),
Tidaklah Aku (Allah SWT) menciptakan segala sesuatu.
(Hadits Qudsi)

Puji dan Syukur kita aturkan ke Hadirat Allah SWT


yang telah memberikan nikmat hidayah dan taufikNya kepada kita. Salam dan Sholawat tercurah kepada
Junjungan kita Baginda Nabi Muhammad SAW, serta
keluarganya, para Sahabat dan Pengikutnya yang setia
hingga akhir zaman, Amiien.
Munculnya buku yang berjudul Kedamaian Hidup
ber-Thariqah ini adalah hasil dari Seminar Thariqah
yang diadakan dalam rangkaian Peringatan Maulid
xi

Nabi Muhammad SAAW di Yogyakarta pada tahun


2011. Peserta Seminar yang hadir berasal dari berbagai
kalangan dan pemahaman Thariqah yang berbeda, yang
tentu pula menghasilkan pemikiran beraneka ragam dari
yang sederhana sampai yang jauh.
Buku ini berupaya untuk memahamkan tentang apa
dan bagaimana hidup berThariqah sebenarnya, khu
susnya bagi kalangan awam, agar bisa memasuki dan
mengamalkan Dzikrullah secara lebih Istiqomah yakni
dengan jalan berThoriqah. Hal ini dikarenakan masih
banyak orang memandang dunia Thariqah dengan
kacamata Tasawwuf saja. Padahal Thariqah sebenarnya
berkaitan erat dengan dzikir, sedangkan Dzikrullah itu
sendiri merupakan kebutuhan hidup pokok bagi setiap
Muslim untuk membersihkan hati dari karatan, lalai,
salah paham dan kebodohan berdzikir.
Jika dalam penulisan buku ini yang disusun oleh
tim penyusun dari Panitia Seminar Majelis Muhyin
Nufuus Yogyakarta terdapat kekhilafan dan kekurangan
atau kesalahan, mohon dibetulkan. Dan kepada pihakpihak yang telah membantu tersusunnya buku ini, saya
tidak bisa memberikan apa-apa, kecuali hanya ucapan
terima kasih.
Pembina Majelis Muhyin Nufuus Yogyakarta.
Ir. Habib Muhamad Effendi Al-Eydrus, SH, MM.

xii

bagian i
CATATAN
SEminar Nasional
Thariqah 2010
Dalam Rangkaian Peringatan Maulid
Nabi Muhammad SAAW
di Baitul Atiq Yogyakarta 29 Mei 2010
Majelis Muhyin Nufuus bersama Idarah Syubiyah
JATAMAN Kota Yogyakarta
Dengan Tema "Thariqah sebagai Bekal Kehidupan"

THARIQAH

HARIQAH secara bahasa berarti Jalan. Makna


yang terkandung di dalamnya adalah bahwa kita
bersumpah setia (baiat) untuk menjalankan seluruh pe
rintah Allah SWT, melalui Rasul-Nya dan menolongnya
hingga akhir zaman.
Allah berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 31:



Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penya
yang.
Dan ayat 81:



Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari
para nabi: Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu
berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu se
orang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu,
niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya
dan menolongnya. Allah berfirman: Apakah kamu
mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang de
mikian itu? Mereka menjawab: Kami mengakui. Allah
berfirman: Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan
Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu.
QS. Al-Maidah ayat 7:


Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjianNya yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu
mengatakan: Kami dengar dan kami taati. Dan bertak
4

walah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mengetahui isi


hati(mu).
QS. Al-Jaatsiyah ayat 18:




Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu sya
riat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah
syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orangorang yang tidak mengetahui.
Allah SWT sudah memberi kita aturan-aturan syariat
agar kita mengikutinya, dan Allah SWT juga memberi
kita jalan (thariqah) yang telah ditempuh oleh para Nabi
dan kaum shalihin sebelum kita, sebagaimana firman
Allah dalam QS. An-Nisa ayat 26:



Allah hendak menerangkan (hukum syariat-Nya) ke
padamu, dan menunjukimu kepada jalan-jalan orang
yang sebelum kamu (para nabi dan shalihin) dan (hendak)
menerima taubatmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana.
5

Dan juga surat An-Nisa ayat 80 yang menerangkan


kedudukan Nabi di hadapan Allah SWT dan perintah
untuk menaati peraturan Nabi:



Barangsiapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia
telah menaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling
(dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu un
tuk menjadi pemelihara bagi mereka
Begitu pula Firman Allah SWT dalam QS. Al-Anam
ayat 126, tentang betapa Dia telah menunjukkan kepada
kita jalan yang lurus:



Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguh
nya Kami telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada
orang-orang yang mengambil pelajaran.
Dan dalam surat yang sama pada ayat 153:



Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu
yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu
mengikuti jalan-jalan (yang lain) , karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian
itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
Setelah mengetahui aturan dan jalan Allah SWT
yang disampaikan oleh para Utusan-Nya, kita harus
meyakini kebenaran jalan yang telah disampaikan oleh
Allah SWT dan Nabi Muhammad SAAW kepada kita
untuk menunjang proses ketakwaan kita kepada Allah
SWT sebagaimana firman-Nya dalam QS. An-Naml
ayat 79:


Sebab itu bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
kamu berada di atas kebenaran yang nyata.
Dipertegaskan lagi pada QS. Az-Zumar ayat 33, ten
tang kebenaran risalah Baginda Nabi SAAW:
7



Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad)
dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang
bertakwa.

MURSYID

URSYID pada hakikatnya adalah utusan-utusan


Rasulullah, sebagaimana Rasulullah adalah
utusan Allah SWT, karena terhentinya pengutusan
nabi-nabi alaihim salam. Nabi Muhammad SAAW ada
lah penutup para nabi, sebagaimana Firman Allah SWT
dalam QS. Al-Ahzab ayat 40:



Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang
laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan
penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.
Maka diutuslah para Imam/Mursyid ini sebagaimana
disampaikan Allah SWT dalam QS. Al-Maidah ayat
19:



Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu
Rasul Kami, menjelaskan (syariat Kami) kepadamu ke
tika terputus (pengiriman) rasul-rasul agar kamu tidak
mengatakan: Tak ada datang kepada kami baik seorang
pembawa berita gembira maupun seorang pemberi per
ingatan. Sesungguhnya telah datang kepadamu pem
bawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Allah SWT telah memilih di antara hamba-hambaNya pemimpin yang memberi petunjuk (Mursyid), agar
bisa membimbing umat. Sebagaimana firman-Nya dalam
QS. As-Sajadah ayat 24:



Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin
yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka
sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.
10

Dan dalam surat Al-Araf ayat 181 disebutkan bahwa


mursyid membawa semangat memperjuangkan hak dan
keadilan:


Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada
umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan
yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan.
Mursyid menjadi penerus peran nabi sebagai pembawa
berita gembira dan pemberi peringatan, QS. An-Nisa
ayat 165:



(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita
gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada
alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya
rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.
Dan QS. Al-Qashash ayat 47:


11



Dan agar mereka tidak mengatakan ketika azab menimpa
mereka disebabkan apa yang mereka kerjakan: Ya Tuhan
kami, mengapa Engkau tidak mengutus seorang rasul ke
pada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau dan
jadilah kami termasuk orang-orang mumin.
Sehingga tak ada lagi alasan bagi umat di akhirat
kelak, jika berbuat sebagaimana yang disampaikan Allah
SWT dalam Surat Maryam ayat 87, hanya karena tidak
memiliki perjanjian (baiat) kepada Allah SWT melalui
nabi-Nya:



Mereka tidak berhak mendapat syafaat kecuali orang
yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang
Maha Pemurah .
Maka mereka hanya bisa menyesal dan menggigit
jari, sebagaimana QS. Al-Furqan ayat 27:



12

Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit


dua tangannya , seraya berkata: Aduhai kiranya (dulu)
aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.
Begitu juga kalau kita tengok kisah 70 orang zaman
Nabi Musa AS, dalam QS. Al-Araf ayat 155:



Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya un
tuk (memohonkan taubat kepada Kami) pada waktu yang
telah Kami tentukan. Maka ketika mereka diguncang
gempa bumi, Musa berkata: Ya Tuhanku, kalau Engkau
kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan
aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami
karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di
antara kami? Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Eng
kau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau ke
hendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang
13

Engkau kehendaki. Engkaulah yang memimpin kami,


maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan
Engkaulah pemberi ampun yang sebaik-baiknya.
Dan kisah 12 orang Al-Hawariyyun, pengikut Nabi
Isa AS, dalam QS. Al-Maidah ayat 111:



Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut
Isa yang setia: Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada
rasul-Ku. Mereka menjawab: "Kami telah beriman dan
saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu).
Serta QS. Ali Imran ayat 52 dan 53:


52. Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka
(Bani lsrail), berkatalah dia: Siapakah yang akan men
14

jadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama)


Allah? Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menja
wab: Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami
beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesung
guhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. Ya
Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah
Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu
masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang
menjadi saksi (tentang keesaan Allah).
Padahal Kata Allah SWT, mereka mendustakan apa
yang telah disampaikan para rasul-Nya:
QS. Shad ayat 14:


Semua mereka itu tidak lain hanyalah mendustakan
rasul-rasul, maka pastilah (bagi mereka) azab-Ku.
Maka, sebagai umat Baginda Nabi Muhammad
SAAW, kita harus berjuang menegakkan keagungan
risalah-Nya, sebagaimana yang telah disampaikan Allah
SWT dalam QS. Muhammad ayat 7:



Wahai orang-orang mukmin, jika kamu menolong
15

(agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan


meneguhkan kedudukanmu.
Lebih jelas lagi, Allah SWT menyampaikan petunjuk
tentang hal ini dalam QS. Al Araf ayat 157:




(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang
ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam
Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh
mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka
dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan
bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka
16

beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada me


reka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. me
muliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang
terang yang diturunkan kepadanya (al-Quran), mereka
itulah orang-orang yang beruntung.
Wajib bagi kita untuk menjunjung perintah Allah
SWT melalui rasul-Nya. Sebagaimana Firman Allah
SWT dalam QS. Asy-Syuara ayat 144:


Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
Begitu juga dalam QS. An-Nisa ayat 64:




Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul kecuali untuk
ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jika mereka
ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memo
hon ampun kepada Allah, dan rasul pun memohonkan
ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah
Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
17

Baginda Nabi Muhammad SAAW pun telah meng


adakan baiat umum sebanyak tiga kali, yaitu Baiat
Ridwan, Baiat Aqabah, dan Baiat Hudaibiyah. Allah
SWT telah menyebutkan pembaiatan yang dilakukan
Baginda Nabi Muhammad SAAW dalam QS. Al-Fath
ayat 10:




Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada
kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah.
Tangan Allah di atas tangan mereka , maka barangsiapa
yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar
janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa
menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan mem
berinya pahala yang besar.
Dan QS. Al-Fath ayat 18:


18

Sesungguhnya Allah telah rida kepada kaum mukmin


ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon,
Allah tahu apa yang ada dalam hati mereka lalu me
nurunkan ketenangan atas mereka dan memberi mereka
balasan dengan kemenangan yang dekat (waktunya).
Dan QS. Al-Mumtahanah ayat 12:



Wahai Nabi, jika datang kepadamu perempuanperempuan yang beriman untuk mengadakan janji
setia, bahwa mereka tak akan menyekutukan Allah, tak
akan mencuri, tak akan berzina, tak akan membunuh
anak-anak, tak akan berbuat dusta yang mereka adaadakan antara tangan dan kaki mereka dan tak akan
mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terima
lah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan ke
pada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
19

20

bagian iI
HASIL
SEminar Nasional
Thariqah 2011

21

22

KEDAMAIAN BUAH BERTHARIQOH


Dr. Ray Akbar*

hariqah adalah perkumpulan sekelompok orang


atau lebih untuk beribadah atau berzikir secara
berjamaah dipimpin oleh guru (Mursyid) semata-mata
mencari rida Allah SWT. Dalam thariqah telah diten
tukan bacaan-bacaan yang merupakan kewajiban untuk
dijalankan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAAW.
Keistimewaan orang thariqah ialah mempunyai hu
bungan silaturahim yang sangat dalam sebagaimana
yang dituntun oleh sang Guru (Mursyid) untuk hor
mat-menghormati, sayang-menyayangi, dan saling pe
duli. Kondisi inilah yang menyebabkan para pengamal
thariqah mampu menciptakan rasa aman dan tenteram
baik di lingkungan keluarga maupun di masyarakat.

Indahnya Berthariqah
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Thabrani
disebutkan, Allah SWT akan membangkitkan pada hari
kiamat beberapa kaum yang wajah mereka bercahaya,
* Ketua Program Pendidikan Karakter Bangsa Ikatan Cendekiawan Muslim
Indonesia (ICMI).

23

berada di mimbar-mimbar mutiara. Banyak orang iri


melihat mereka, padahal mereka bukanlah dari kalangan
para nabi, dan bukan pula syuhada. Kemudian seseorang
bertanya kepada Rasulullah SAAW: terangkanlah ke
pada kami tanda-tanda yang ada pada mereka agar
kelak kami bisa mengenali mereka. Rasulullah SAAW
menjawab: Mereka itu adalah orang-orang yang berasal
dari keluarga dan daerah yang berlainan, namun datang
dan berkumpul di suatu tempat tertentu untuk berzikir
kepada Allah SWT.
Rasulullah bersabda: "Orang-orang melewati tamantaman surga dan masuk ke dalamnya". Para sahabat ber
tanya, "Apa taman-taman surga itu ya Rasulullah?" Ja
wab Rasulullah, "Itulah tempat orang-orang yang berzi
kir".

Tahapan-Tahapan Thariqah
1. Taubat
2. Zuhud
3. Sabar
4. Tawakkal
5. Ridha Allah
Dia bersama engkau di mana pun engkau berada
(QS. Al-Hadid: 4).
Ketika bekarja baik sebagai petani, nelayan, pegawai
hingga pengusaha, dia akan dipimpin langsung oleh
Allah SWT sehingga setiap langkah dan keputusan
24

nya akan selalu amanah.


Amanah inilah yang membentuk pilar-pilar utama
dalam perekonomian sehingga semua komponen
yang berada dalam dunia pekerjaan menjadi sukses
dan terwujudlah kemakmuran bagi setiap orang.
Mereka adalah orang-orang yang berhasil mendapat
kan buah thariqah merupakan pilar-pilar bangsa yang
menciptakan rasa aman dan sentosa bebas dari keke
rasan yang sering terjadi di tengah-tengah bangsa
kita sekarang ini.

25

26

EKONOMI, TASAWUF, DAN THARIQAH


Miftachul Munir*

konomi pada prinsipnya merupakan suatu kegi


atan mencukupi kebutuhan manusia di dunia. Ke
giatan keekonomian merupakan (berbentuk) proses
produksi, distribusi, konsumsi. Kegiatan ini muncul ter
utama karena adanya kebutuhan manusia yang selalu
meningkat. Karena kebutuhan meningkat, sedangkan
barang yang tersedia terbatas, maka timbul problem
ekonomi. Karena itu, problem utama ekonomi adalah
kelangkaan. Inti ilmu ekonomi ialah ilmu mengatasi ke
langkaan. Proses produksi terjadi karena adanya prob
lem kelangkaan barang dan jasa (produk) tersebut
dibanding kebutuhan. Jika dunia bagai dalam surga,
maka proses produksi tak perlu terjadi. Wiraswastawan
biasanya amat jeli melihat peluang ini.
Tujuan-tujuan kebijaksanaan ekonomi adalah: sema
kin banyak dan berkualitasnya barang dan jasa (tum
buh), pemerataan, munculnya kesempatan kerja, sta
bilitas, efisiensi, dan lain-lain. Dalam ilmu ekonomi kon
* Dosen STIE Widya Wiwaha Yogyakarta.

27

vensional, ada anggapan bahwa kebutuhan manusia tak


terbatas, sedangkan kebutuhan manusia tak terbatas.
Dalam mengatasi problem ekonomi tersebut, masingmasing bangsa/masyarakat mempunyai cara sendirisendiri yang berupa suatu sistem. Sistem ini sangat ter
gantung pada tata nilai atau ideologi yang dianut oleh
masyarakat. Ada bermacam-macam sistem ekonomi:
sistem ekonomi pasar, sistem ekonomi komando), sistem
Islam, dan lain-lain. Yang utama dalam sistem tersebut
adalah aturan permainan dan aspek ruh ideologinya.
Aturan permainan ini menyangkut pengakuan hak mi
lik, peranan negara serta menyangkut hubungan antar
pelaku-pelaku ekonomi. Sedangkan dalam bidang ro
hani, menyangkut etos kerja, etika, dan hukum-hukum
yang diterapkan sesuai dengan ideologinya.

Islam
Islam merupakan agama yang menyangkut berbagai as
pek kehidupan. Di antaranya adalah ajaran-ajaran yang
menyangkut aspek ekonomi: ada dorongan produksi,
ada dorongan perdagangan, ada ketentuan tentang hak
milik, ada hukum-hukum menyangkut aspek muamalat,
ada pula tuntunan tentang kesederhanaan, tuntunan
tentang zuhud, dan sebagainya.
Ajaran islami (Islam) secara keseluruhan tak bisa
dipisahkan dari Iman dan Ihsan, Tasawuf, di mana
alasanya disangkutkan dengan Ihsan, karena maknanya
serta implikasi pengertian Ihsan. Pedoman Islam pada
28

dasarnya hanya al-Quran dan Sunnah. Tapi penafsiran


tentang ayat-ayat al-Quran maupun Hadis Nabi SAAW
bisa beraneka ragam sehingga di antaranya ada yang
berorientasi fikih, ada yang berorientasi politik, ada
yang berorientasi tasawuf, dan lain-lain.
Muhammad Baqir ash-Shadr beranggapan bahwa
ilmu ekonomi konvensional yang sekarang berkembang
merupakan ilmu yang tidak sesuai dengan ajaran Islam,
karena disusun di atas paradigma yang tak sesuai dengan
ajaran Islam. Istilah yang lebih tepat menurut Baqir
adalah "Iqtishad". Itu sebabnya buku yang ditulisnya
berjudul Iqtishaduna.

Tasawuf
Tasawuf berasal dari kata yang masih menjadi tanda tanya:
"shuuf sofa", atau "theosof". Tasawuf, menurut Zakariya alAnshary, bisa didefinisikan bermacam-macam. Ada kalanya
didefinisikan dengan membersihkan hati, mengarahkannya
semata-mata kepada Allah, serta memandang hina selainnya.
Selain itu, ada yang mendefiniskan dengan "meninggalkan
ikhtiyar", ada yang mendefinisikan dengan bersungguhsungguh dalam menempuh jalan menuju (usaha mendekat)
Raja segala Raja. Ada juga yang mengajukan definisi lain.
Keseluruhan kegiatan tasawuf tersebut mesti berbasis Zu
hud dan kesungguhan mendekatkan diri dengan menam
bah kegiatan ekstra di luar yang wajib, terutama memper
banyak zikir.
Jika fokus tasawuf ialah kesungguhan menempuh ja
29

lan menuju Allah, maka berikutnya jalan yang ditem


puh adalah berdasarkan hadis Bukhari-Muslim: bahwa
hamba Allah akan selalu mendekat kepadanya dengan
ibadah-ibadah tambahan (sunnah, nawafil), sehingga di
cintai Allah. Jika telah dicintai, maka Allah akan men
jadi pendengarannya, penglihatannya.
Orang telah mencapai tingkat ini benar-benar orang
yang dicintai Allah. Apabila status ini benar-benar di
capai oleh seorang hamba, mudah dipahami bahwa ke
inginan hamba terebut akan terkabul atas izin Allah.
Terkabulnya keinginan ini terjadi tidak hanya pada orang
yang ketakwaannya mencapai tingkat tinggi (salik). Te
tapi terjadi pada hamba yang majdzub.
Jika tasawuf diartikan dengan meninggalkan ikhtiar,
kiranya masih jauh dari tuntunan agama Islam. Kiranya
teramat banyak ayat al-Quran ataupun tuntunan Sunnah
yang selalu mendorong manusia untuk berikhtiar. Justru
ikhtiar inilah yang membuat manusia beroleh nilai di
hadapan Allah.

Thariqah
Thariqah kiranya merupakan suatu bentuk implemen
tasi dari tasawuf itu sendirli.Para tokoh membuat suatu
sistem pendekatan kepada Allah, yang didasarkan pada
tuntunan-tuntunan agama yang silsilah keilmuannya
sambung-menyambung dari mursyid ke mursyid hingga
Rasulullah SAAW, Malaikat Jibril, dan Allah SWT, dan
ada juga yang tidak memiliki silsilah keilmuan semacam
30

itu. Di sini muncul istilah thariqah muktabarah dan tha


riqah ghairu muktabarah.
Dengan mengamalkan thariqah, berarti mengim
plementasikan tasawuf dalam kehidupan. Mengamalkan
tasawuf berarti juga bersungguh-sungguh mengamalkan
agama, yang berkaitan dengan kehati-hatian menghadapi
kehidupan dunia. Bentuk khas amal keagamaan ajaran
thariqah dalam kegiatan sehari-hari ialah memperbanyak
zikir sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah baik
zikir jahar (nyaring) maupun zikir khafi (zikir pelan).
Nilai amal zikir ini dianggap lebih tinggi dibanding se
dekah, dengan mengacu pada suatu hadis dalam kitab
Imam Ghazali: Sirrul Alamiin wa Kasyfu ma fid Daaraini.
Yang dimaksud sedekah di sini adalah sedekah harta. Harta
itu sendiri pada dasarnya dihasilkan dari proses produksi.
Belum pernah saya menjumpai dalam kitab-kitab yang
berorientasi tasawuf suatu analisis yang mengemukakan
besarnya pahala melakukan investasi atau bekerja keras
menghasilkan produk, walaupun kegiatan ini sangat ber
manfaat untuk kepentingan tegaknya izzul islaam wal mus
limiin.
Kalau dalam kitab-kitab yang tidak berorientasi tasa
wuf tentu bisa dijumpai kutipan atas hadis yang menge
mukakan bahwa Rasulullah SAAW mencium tangan
yang melepuh milik orang yang bekerja keras meng
hidupi anak-istri.

31

Implikasi Ajaran Tasawuf dalam Ekonomi


Dalam kehidupan sehari-hari, ajaran tasawuf berpe
ngaruh terhadap kegiatan ekonomi. Pengaruh ini me
nyangkut aspek dorongan-tarikan permintaan ataupun
dorongan produksi. Dalam kehidupan tasawuf, permin
taan barang dan jasa yang jelas relatif lemah ini sangat
mudah dipahami, sebab kaum sufi adalah sekelompok
orang yang sederhana, tak banyak permintan. Menurut
Imam Ghazali, jika seorang hamba membutuhkan ma
kanan, bukan karena makanan itu enak, melainkan
sekadar untuk rnendapatkan tenaga beribadah. Begitu
pula jika mempunyai kebutuhan yang lain.
Di sisi lain, produksi juga mengalami hal yang seban
ding. Kegiatan produksi dilakukan pada dasarnya untuk
memenuhi kebutuhan. Jika kebutuhan terbatas, tak ber
selera tinggi, maka ikhtiar untuk berproduksi pun ter
batas. Apalagi jika diyakini bahwa bila orang banyak
berzikir (sebagai implementasi dan takwa), maka rezeki
akan datang dengan sendirinya, rezeki datang dengan
cara yang tak diduga-duga, "min haitsu laa yahtasib".
Dalam keyakinan sebagian orang, manusia tidak perlu
bekerja keras, karena bekerja hanyalah ikhtiar, di mana
hasilnya semata urusan Allah. Padahal, "ikhtiar" berakar
pada kata khair, sehingga ikhtiar berarti mencari yang
baik, mencari yang terbaik. Jadi, ikhtiar bukan sekadar
usaha seorang insan menempatkan dirinya pada maqam
tajrid, sementara dirinya masih dalam maqam asbab.
Dengan kata lain, apabila ajaran tasawuf yang selama
32

ini dikenal diterapkan dalam masyarakat, maka tingkat


pertumbuhan ekonomi, bahkan tingkat perekonomian,
menjadi rendah. Bandingkan dengan kehidupan suku
Badui di Jawa Barat! Akibatnya kaum muslim tak
sanggup memberi bantuan kepada sesama apabila se
sama kaum muslim mengalami kesulitan kehidupan
(misalnya bahaya kelaparan). Kebudayaan Islam tak bisa
berkembang, dan seterusnya. Orang-orang Barat dengan
mudah mendikte kaum muslim. Bahkan di abad-abad
yang lalu, keunggulan ekonomi ini sengaja dijadikan
landasan untuk menyiarkan agama mereka.
Orang-orang asing meningkatkan ekonomi untuk
kejayaan agama mereka. Di antara kritik terhadap tasa
wuf ialah bahwa ketika raja Mongol menyerang khilafah
Islamiyah, seorang tokoh besar sufi tidak ikut cawe-cawe
berjihad membela negara. Ia tetap berzikir di tempatnya.
Pilihan ini tentu saja masih bias diperdebatkan

Sisi Lain
Adakah sisi lain penerapan ajaran tasawuf di bidang
ekonomi? Atau adakah peluang tasawuf untuk mendo
rong kehidupan ekonomi? Imam Ghazali mengemukakan
pentingnya dunia, juga dalam menegakkan agama. Mu
hammad Baqir ash-Shadr juga mengutip surah al-Anfal
ayat 60 tentang pentingnya ekonomi bagi umat Islam. Di
sini disampaikan beberapa sisi lain penerapan tasawuf.
Pertama, tasawuf merupakan usaha untuk menjadi
bagian orang-orang bertakwa, sesuai janji Allah bahwa
33

"barang siapa bertakwa, maka Allah akan memberi re


zeki lewat jalan yang tak diduga-duga. Ada pula ayat
lain yang menyebutkan bahwa jika suatu negeri beriman
dan bertakwa, maka akan dibukakan berkah dari langit
dan bumi. Ini janji Allah, yang sudah pasti menyangkut
akidah kita. Jika persyaratan terpenuhi, Allah tak akan
mengingari janji.
Kedua, orang bertasawuf, berthariqah, mesti meng
anggap remeh nilai-nilai duniawi (materi). Sejarah
membuktikan, orang-orang yang sukses di bidang bisnis
adalah orang-orang yang sederhana. Mereka mempunyai
misi berbuat, melayani kebutuhan masyarakat. Kano
suke Matsushita, wirausahawan dan pendidik, mempu
nyai motto bisnis: Life isnt only for a bread. Pada saat
meninggal, ia mengeluarkan 291 juta dolar Amerika
Serikat dari saku pribadinya dan 91 juta dolar Amerika
Serikat dari kas perusahaan demi kepentingan kemanu
siaan. Dia boleh dikatakan sebagai "ascetic, atau "sufi".
Dalam hal ini bisa dibuat perbandingan dengan apa
yang dinamakan etika Protestan. Sebagaimana pene
litian Max Weber, orang-orang Protestan mempunyai
etos kerja yang lebih tinggi dibandingkan yang lain. Ini
karena adanya keyakinan dalam ajarannya. Ajaran ini
menekankan bahwa sebagai hamba tuhan, maka bekerja
keras merupakan suatu kewajiban Tapi selaku hamba
Tuhan pula, manusia harus hemat, tidak serakah. Jika
ini dilaksankan, maka Tuhan akan memberi berkah.
Indikator berkah tersebut adalah kesuksesan dalam ber
34

bisnis.
Ketiga, orang yang menerapkar tasawuf tentu meme
gang etika tinggi, sehingga dia mempunyai integritas
tinggi, optimistis, tawakkal, jujur, dapat dipercaya, dan
sebagainya. Etika tinggi pada saat ini sangat dibutuhkan.
Karena itu muncul etika profesi, etika bisnis, dan lainlain. Dulu, mencantumkan kandungan bahan dalam
suatu produk obat-obatan ataupun makanan belum me
rupakan kewajiban. Kini kewajiban itu telah dituang
kan. Artinya, produsen harus jujur, harus bertasawuf.
Keempat, dalam ilmu ekonomi ada rumus sederhana.
Rumus itu adalah: penghasilan digunakan untuk kon
sumsi dan tabungan. Tabungan akan digunakan untuk
investasi. Siapa yang melakukan investasi, dialah yang
punya masa depan. Kaum sufi mestinya hemat, seder
hana, konsumsi relatif rendah. Apabila konsumsi kaum
sufi rendah, tetapi etos kerja mereka tinggi, pekerja ke
ras, berarti investasi tinggi. Investasi tinggi akan meng
antarkan kepada produktivitas tinggi, sehingga mampu
memberi manfaat bagi kehidupan sesama kaum mus
lim.
Penelitian Cliffort Geertz di Mojokuto (nama samaran
kota Pare) menghasilkan suatu temuan bahwa kaum san
tri lebih bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan mo
dern (berwirausaha) dibandingkan kaum abangan dan
kaum priyayi. Kaum santri dapat disejajarkan dengan
etnis Tionghoa dalam menyikapi bisnis.
***
35

Al-Quran hanya ada satu. Keberadaannya terjaga. Ha


dis pun cukup lengkap. Penafsiran atas keduanya ber
beda-beda. Bahkan sekarang berkembang metode tafsir
bernama hermeneutika. Kita tak tahu mana yang benar
di antara metode-metode tersebut. Tapi, kiranya bisa di
pahami bahwa semuanya harus didekati dengan hati nu
rani, hati yang bersih, di samping didekati dengan me
tode konvensional-rasional. Perjalanan spiritual Imam
Ghazali sehingga memilih jalan hidup tasawuf dapat di
jadikan pelajaran.
Di samping itu, orang Islam juga mempunyai kepen
tingan: kejayaan kaum muslim yang bisa mengantarkan
kaum muslim bermartabat, mampu menentukan jalan
hidupnya sendiri. Untuk itu kaum muslimin telah mem
punyai modal besar: tasawuf. Tasawuf, sebagai sikap hi
dup yang diajarkan Rasulullah SAAW, merupakan lan
dasan yang kuat untuk menyusun masa depan kaum
muslim. Dan thariqah adalah jalan, implementasi dari
aktivitas bertasawuf tersebut.

36

Daftar Pustaka
Samuelson, Paul (1995). Mikroekonomi, Edisi ke-14, Er
langga, Jakarta.
Wonnacot and Wonncot (1986). Economics, Prentice Hall,
Singapore.
Boediono (1994). Ekonomi Makro (seri sinopsis), BPFE,
Yogyakarta.
Ash-Shadr, Muhammaad Baqir (1401 H). Iqtishaduna, Ce
takan ke-14, Daruttaruf, Beirut, Lebanon.
Hamka. Tasawuf Modern, Pustaka Panjimas, Jakarta.
Al-Anshary, Abi Yahya Zakariya (1354 H), Cetakan ke-2,
Mushthofa Albabi Alhalby, Mesir.
Hadis Riwayat Bukhari.
Dikutip dari kitab lmam Al Ghozali, Sirrul Alamiin wa
Kasyfu ma fid Daaraini, Darul Fikr, Beirut, Lebanon.
Josiah Child, Foreign trade produces riches, riches power,
power preserves our trade and religion, dikutip oleh Ja
cob Viner, Study in the Theory of International Trade,
Harper, New York, 1937.
Al-Quran Surah Ath-Thalaq, ayat 4.
Al-Quran Surah Al-Araf, 94.
Ginanjar, Ari (2003). ESQ Power, Arga, Jakarta, Indonesia.
Geertz Clifford, Penjajah dan Raja, Obor, Jakarta.

37

38

TASAWUF SEBAGAI METODE


ILMU PENGETAHUAN
Dr. Arqom Kuswanjono*

aat mendengar kata tasawuf, biasanya orang langsung


mengernyitkan dahi, menanyakan apa sesungguh
nya tasawuf itu? Kemudian terbayang seseorang yang
memakai pakaian lusuh, hidup sederhana, jauh dari hi
ruk-pikuk dunia, hidup hanya untuk berzikir dan ber
ibadah dan lain sebagainya. Pandangan tersebut tentu
tidak sepenuhnya salah, karena kaum sufi (zaman
dulu) seperti itulah gambaran profilnya. Sufi, sebagai
sebutan bagi orang yang bertasawuf, berasal dari katakata al-shafa (suci), al-shaf (baris, sufi selalu datang di
saf pertama ketika salat), suffah (pelana, digunakan oleh
sufi untuk bantal tidur di masjid Nabi), al-shuf (kain dari
bulu domba, yang dipakai kaum sufi) Romdon (1993:
13).
Rivay Siregar (2000: 34) menyebutkan bahwa Ibra
him Basuni telah mengumpulkan empat puluh definisi
* Dosen Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

39

tasawuf dalam kitabnya Nas-ah al-Tasawuf al-Islam,


yang ditulis tahun 1969. Namun keempat puluh definisi
tersebut bisa dikelompokkan dalam tiga kategori: albidayah, al-mujahadah, dan al-madzaqat. Maksud dari
al-bidayah ialah bahwa prinsip awal tumbuhnya tasawuf
adalah sebagai manifestasi kesadaran spiritual manusia
tentang dirinya selaku makhluk Tuhan. Kaum sufi me
musatkan perhatian hanya kepada Allah dengan kehi
dupan asketisme atau zuhud. Definisi yang dapat ditarik
dari aspek ini ialah bahwa tasawuf merupakan upaya
melupakan kesenangan duniawi dengan mengisi hati
hanya ingat kepada Allah sebagai landasan lahirnya
ajaran al-hubb atau cinta ilahi.
Gambaran tentang tasawuf saat ini telah mengalami
perubahan terlebih ketika Hamka menulis buku yang
berjudul Tasawuf Modern. Kunci tasawuf bukan pada pe
nampilan fisik, melainkan lebih pada masalah hati. Bisa
jadi secara fisik seseorang tampak trendi, namun berhati
sufi. Fenomena tersebut banyak dijumpai di kota-kota
besar, meskipun ia naik kendaraan mewah namun di te
ngah kemacetan jalan ia membaca al-Quran, berzikir
kepada Allah, dan selalu menjaga kebersihan hati.
Meski demikian, keberadaan tasawuf di kalangan
umat Islam hingga saat ini masih menjadi kontroversi.
Paling tidak ada tiga sikap dalam melihat keberadaan
tasawuf. Pertama golongan yang menerima bahkan men
jalankan praktek-praktek tasawuf melalui jalan tha
riqah, yaitu cara atau metode yang diciptakan oleh guru
40

thariqah dalam rangka mencapai taraf spiritualitas ter


tinggi.
Kedua, golongan yang menerima keberadaan tasawuf
namun tidak mempraktekkan sebagaimana dilakukan
oleh para sufi atau pengikut thariqah. Golongan ini cu
kup mengambil sari pati ajaran tasawuf, yaitu tidak ter
gantung kepada keduniawian dan memperbaiki amalan
ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Golongan
ini juga mengembangkan tasawuf sebagai wacana ilmiah
dan tidak jarang mencoba menginternalisasikannya da
lam kehidupan modern.
Ketiga, golongan yang menolak tasawuf, dengan ang
gapan bahwa tasawuf adalah ajaran yang menyimpang
dari Islam. Alasan penolakan adalah bahwa ajaran ini ti
dak murni dari ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah
SAAW, tetapi merupakan pengaruh dari ajaran para filsuf
Yunani atau dari agama lain. Tasawuf bahkan dianggap
sebagai sebab utama kemunduran Islam. Laku-laku yang
harus dijalani dalam thariqah telah membuat umat Is
lam mengabaikan persoalan sosial dan pengembangan
ilmu pengetahuan.
Golongan ini berpendapat, tasawuf tak pernah di
ajarkan Rasulullah, bahkan tak ada satu kata pun dalam
al-Quran yang menyebut kata tasawuf. Pendapat ini
berhadapan dengan argumen lain bahwa meskipun Ra
sulullah tidak pernah mengajarkan tasawuf, namun ke
hidupan sehari-hari Rasulullah adalah kehidupan yang
sufistik: hidup sederhana, lebih sering lapar daripada ke
41

nyang, menghabiskan hari-harinya hanya untuk Allah.


Para ahli membedakan tasawuf menjadi dua: tasawuf
falsafi dan tasawuf sunni. Tasawuf falsafi adalah tasawuf
yang dikembangkan atas dasar pemikiran filosofis ma
nusia. Tasawuf falsafi cenderung bersifat iluminatif (isy
raqiyyah) sebagaimana telah dikembangkan oleh para
filsuf Yunani seperti Pythagoras, Plato dan Plotinus,
yaitu dengan menempuh fase penanggalan diri dari se
genap keinginan duniawi (tajarrud), latihan spiritual
(riyadhah) dan amalan ibadah hingga mencapai tahap
penyingkapan hakiki (kasyf). Adapun tasawuf sunni
mendasarkan kasyf pada al-Quran dan Sunnah Nabi.
(Hilal, 2002: 20).
Tasawuf dalam perkembangannya juga bersentuhan
dengan budaya sehingga keduanya berinteraksi dan sa
ling mempengaruhi. Di Jawa misalnya, persentuhan itu
tampak dalam ritualitas seperti banyaknya jenis puasa
semisal puasa mutih, ngrowot, ngrame, ngalong, dan lainlain. Berbagai bentuk puasa tersebut dilakukan oleh
sebagian umat Islam, penganut kejawen juga penganut
Hindu dan Buddha dalam rangka penyucian jiwa dan
pendekatan diri kepada Tuhan.
Fenomena asketisme ternyata merupakan fenomena
universal yang ada dalam agama dan tradisi (meminjam
istilah yang sering digunakan oleh kaum perennialisme).
Keberadaannya bersifat perennial/ abadi yang selalu ha
dir pada dimensi waktu dan ruang yang berbeda meski
secara esensial kurang-lebih memiliki makna dan tu
42

juan yang sama. Kerinduan manusia, sebagai makhluk


jasmani sekaligus rohani, telah menggerakkan dirinya
untuk mendekat bahkan merindukan penyatuan dengan
penciptanya Yang Maha Rohani.
Saat ini tasawuf berkembang dengan berbagai macam
bentuk, selain melalui thariqah. Sejalan dengan budaya
"instan" dan perkembangan teknologi informasi, tasawuf
hadir di hotel-hotel berbintang, dikemas dengan sangat
menarik sembari memanfaatkan kecanggihan teknologi.
Apabila dilihat dari tujuannya,maka sebenarnya sama,
yaitu membersihkan diri, membangun kesadaran diri
dan membuka hati agar mudah menangkap pancaran
ilahi,

Tujuan Tasawuf
Tujuan utama tasawuf adalah makrifat: mengenal dan
berada sedekat mungkin dengan Allah. Ada beberapa
corak penghayatan makrifat (Siregar 2000: 16):
1. Purgativa (takhalli), segi filosofis terberat yang terdiri
atas mawas diri, mengekang semua nafsu dan mengo
songkan hati dari segala-galanya, kecuali hanya Allah.
Allah dan dunia adalah dua pilihan yang harus diam
bil salah satunya.
2. Contemplativa (tahalli), semedi/meditasi yang secara
sistematis dan metodis meleburkan kesadaran dan
pikiran untuk dipusatkan kapada Tuhan.
3. Iluminativa (tajalli), proses tersingkapnya tirai penye
kat atau proses mendapatkan penerangan nur gaib.
43

Siregar (2000: 20) juga menunjukkan tiga tipe trans


formasi atau penyatuan:
1. Tipe etis, berupaya menciptakan manusia paripurna
atau waskita agar ia mampu berjumpa dengan yang
ada melalui semedi atau yoga seperti dalam aliran
Subud.
2. Tipe cosmic, berupaya melebur diri agar dapat me
nyatu dalam jiwa alam universal. Tujuan akhirnya
ialah sunyata atau suwung. Prototipe ini adalah
Hindu Sangkya dan Buddhisme Mahayana.
3. Tipe pantheistis, menyatu dengan sukma kawekas
atau jumbuhing kawula gusti atau ittihad dalam
tasawuf.

Aliran-Aliran Tasawuf
Ada banyak ragam aliran dan mazhab dalam tasawuf.
Rivay Siregar (2000: 52) mengutip beberapa pandangan
dari Qamar Kailani, A. Kadir Mahmud, Trimingham,
dan Fazlur Rahman yang mengelompokkan tasawuf da
lam beberapa kategori.
1. Berdasarkan objek dan sasaran tasawuf dapat dibagi
dalam tiga aliran besar, yaitu:
a. Tasawuf akhlaq, tasawuf yang lebih berorientasi
pada persoalan etis.
b. Tasawuf amali, tasawuf yang lebih mengutamakan
intensitas dan ekstensitas ibadah untuk mendapat
kan penghayatan spiritual dalam beribadah.
c. Tasawuf falsafi, tasawuf yang lebih mengutamakan
pemikiran yang bercorak mistik-metafisik
44

2. Berdasarkan "jarak" atau "kedekatan" manusia de


ngan Tuhan.
a. Tasawuf transendentalisme, yang menempatkan
manusia dan Tuhan pada posisi yang masih berja
rak. Aliran ini kemudian dikenal sebagai tasawuf
Sunni.
b. Tasawuf union mistisisme, yang berpandangan
bahwa manusia dan Tuhan mempunyai esensi
yang sama sehingga memungkinkan bagi manusia
menyatu/manunggal dengan Tuhan. Aliran ini di
kenal sebagai tasawuf Syii.
3. Berdasarkan pendekatan geografis.
a. Aliran khurasan atau Persia, yang dipelopori oleh
Syekh Abu Yazid al-Busthami dengan ajaran
fana.
b. Aliran Mesopotamia atau Irak, yang dipelopori
oleh Imam Junaid al-Baghadi dan kemudian di
kembangkan oleh Imam Ghazali.
Dalam kajian yang lebih akademis, banyak ahli me
ngelompokkan tasawuf dalam dua aliran besar: tasawuf
Sunni dan tasawuf falsafi. Kedua aliran ini sama-sama
mengakui al-Quran dan Hadis sebagai sumber ajaran
mereka. Perbedaannya terletak pada pemahaman ten
tang jarak antara manusia dengan Tuhan. Tasawuf Sunni
memegang prinsip bahwa manusia dan Tuhan adalah
dua entitas yang berbeda, yang tidak mungkin dapat
bersatu. Adapun tasawuf falsafi beranggapan bahwa ma
nusia mempunyai unsur-unsur keilahian sehingga me
45

mungkinkan bagi manusia untuk menyatu dengan Tu


han melalui penanggalan sifat-sifat kemanusiaannya.

1. Tasawuf Sunni
Zuhd (asketisme) atau menjauhkan diri dari pengaruhpengaruh duniawi adalah karakter khas sufisme. Dalam
Islam, ada empat aliran asketisme yang berkembang
(Siregar 2000: 69-71):
1. Aliran Basrah, ciri utamanya adalah pada kekhu
syukannya dalam beribadah, yang didasarkan pada
rasa takut yang amat sangat atas murka Allah dan ta
kut akan siksa api neraka. Para zahid yang menonjol
adalah Abu Ubaidah al-Jarrah (w. 18 H), Abu Zar
al-Ghiffari (w. 22 H), Salman al-Farisi (w.32 H), dan
Abdullah bin Masud (w. 33 H).
2. Aliran Madinah, menjadikan kekhusyukan ibadah
tidak hanya pada sikap hidup tetapi lebih mengem
bangkan pada sistematisasi dan penajaman metode
serta penyusunan kaifiat-kaifiat ibadah. Tokoh yang
terkenal adalah Hasan al-Bashri (w. 110 H) dan Ma
lik bin Dinar.
3. Aliran Kufah, bercorak idealis dan imajinatif, yang
menuangkan ungkapan spiritualnya dalam bentuk
puisi. Aliran ini banyak dianut oleh kaum Syiah.
Tokoh utamanya adalah Sufyan al-Tsauri (w. 161 H).
Ciri yang lain aliran ini adalah rasa keagamaan yang
kental, asketisme yang keras, kerendahan hati, dan
kesederhanaan hidup.
46

4. Aliran Mesir, aliran ini dibawa oleh Amru ibn Ash


dan Zubair ibn al-Awwam dari Madinah ke Mesir
sehingga aliran ini mempunyai ciri yang sama dengan
aliran Madinah. Tokoh yang terkenal adalah Abd
Rahman ibn Hujairah (w. 83 H), Nafi (w. 120 H),
dan Abdullah ibn Muslim al-Mishri (w.197 H). Dari
para tokoh inilah melahirkan tokoh terkenal Dzun
Nun al Mishri (w.245 H)

Tokoh-Tokoh Tasawuf Sunnii


1. Hasan al-Basri
Tokoh yang lahir di Madinah tahun 21 H ini bernama
lengkap Abu Said al-Hasan bin Abu al-Hasan dan
mengakhiri hidupnya di Basrah pada tahun 110
H. Ajaran yang terpenting adalah zuhd, khauf, dan
raja'. Zuhd (zuhud) adalah sikap penolakan terhadap
kesenangan dan kenikmatan duniawi. Dia mengiba
ratkan dunia adalah seperti ular, mulus, halus namun
racunnya dapat mematikan. Khauf adalah perasaan
takut akan siksa Allah. Perasaan takut demikian akan
mendorong manusia untuk selalu meningkatkan kua
litas keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Raja'
adalah pengharapan akan ampunan dan karunia dari
Allah. Sikap demikian akan memberikan ketenangan
batin karena kedekatannya dengan Allah (Siregar
2000: 73-74)
2. Rabiah al-Adawiyah
Nama lengkapnya adalah Rabiah al-Adawiyah
47

binti Ismail al-Adawiyah al-Bashriyah. Lahir tahun


95 H di Basrah. Sejak kecil sudah hapal al-Quran,
bersahaja, dan sangat kuat beribadah. Ajaran yang
paling terkenal adalah mahabbah, yaitu cinta yang
murni hanya kepada Allah. Kecintaan dirinya yang
mendalam kepada Allah dapat dilihat dalam syairnya
sebagai berikut (Siregar 2000: 77-79):
Kasihku, hanya Engkau yang kucinta
Pintu hatiku telah tertutup bagi selain-Mu
Walau mata jasadku tak mampu melihat Engkau
Namun mata hatiku memandangmu selalu
Daku tenggelam dalam merenung kekasih jiwa
Sirna segalanya selain Dia
Karena kekasih, sirna rasa benci dan murka
Dalam relung hatiku Engkau teman berbincangku
Walau ragawi aku berbincang dengan sejawatku
Dengan mereka aku bersenda gurau selalu
Namun yang mengisi relung kalbuku hanya Engkau

Kecintaannya kepada Allah seolah telah memenuhi


jiwanya, sehingga tak ada tempat lagi di hatinya kecuali
hanya Allah, maka ketika ditanya kecintaannya ke
pada Rasulullah, ia menjawab: Sebenarnya aku sa
ngat mencintai Rasulullah SAAW tetapi kecintaanku
kepada Khaliq telah melupakanku untuk mencintai
siapa saja selain Dia. Bahkan ketika ditanya apakah
ia benci kepada setan, ia menjawab: Karena kecin
48

taanku kepada Allah telah menyebabkan aku tidak


mempunyai kesempatan untuk membenci setan.
3. Dzun Nun al-Misri
Nama lengkapnya adalah Abu al-Faidl Tsauban bin
Ibrahim Dzun Nun al-Mishri al-Akhmini Qibthy.
Dia lahir di Akhmin, Mesir. Ajaran yang paling po
puler dari Dzun Nun adalah jenjang perjalanan sufi
menuju Allah yang disebut al-maqamat. Ajaran inilah
yang menjadikan dirinya sufi yang paling tersohor
pada abad 3 Hijriah. Tahap-tahap yang harus ditem
puh adalah taubat (meninggalkan kemaksiatan dan
berbuat kebajikan secara terus menerus), al-zuhud
(mengabaikan kehidupan yang bersifat duniawi), alwara (meninggalkan segala sesuatu yang tidak jelas
hukumnya), al-faqr (tidak punya apa-apa dan tidak
dikuasai apa-apa), al-shabr (tabah menghadapi co
baan dan konsisten dalam menjalankan semua pe
rintah Allah), tawakkal (menyerah bulat kepada
kuasa Allah, tidak meminta, tidak menolak, tidak
menduga-duga, nasib apa pun diterima sebagai karu
nia Allah), al Ridha (perpaduan antara sabar dan ta
wakkal yaitu merupakan sikap tenang dan senang
menerima segala ketentuan Allah) (Siregar 2000:
80).
4. Abu Hamid al-Ghazali
Imam Ghazali wafat tahun 505 H. Menurutnya, ja
lan sufi adalah perpaduan antara ilmu dan amal yang
berbuah pada moralitas. Karya terbesarnya, Ihya
49

Ulumuddin, merupakan kitab yang berisi petunjuk


jalan menuju Allah. Baginya, menuju Allah harus
dimulai dari hal-hal yang bersifat lahiriah, dan selan
jutnya meningkat pada aspek batiniah. Itu sebabnya,
kitab Ihya Ulumuddin ini disusun atas empat bab
utama (Siregar 2000: 83-84):
a. Bab I tentang muamalah, berisi masalah ilmu,
prinsip-prinsip akidah, ibadah, tata tertib membaca
al-Quran, zikir, doa, dan tata urutan wirid.
b. Bab II tentang adat istiadat/sopan santun, berisi
tata aturan makan, pekerjaan, perkawinan, halalharam, persahabatan, uzlah, belajar, taaruf, amar
makruf dan nahi mungkar.
c. Bab III berkaitan dengan jiwa, hawa nafsu, keje
lekan mental seperti dengki, ria, sombong, marah,
dan lain-lain.
d. Bab IV berisi tentang al-maqamat dan al-ahwal,
yaitu jenjang harus ditempuh oleh seseorang yang
akan menuju ketinggian spiritual. Jenjang-jenjang
itu adalah taubah, sabar, fakir, zuhud, tawakkal,
mahabbah (cinta), dan rida. Jika dicermati,
konsep maqamat Imam Ghazali ini tidak jauh ber
beda dengan maqamat Dzun Nun al-Misri.

2. Tasawuf Falsafi
Istilah tasawuf falsafi sering digunakan untuk mem
bedakan dengan tasawuf Sunni. Kalau tasawuf Sunni
mendasarkan ajarannya semata-mata pada al-Quran
50

dan Hadis, maka tasawuf falsafi banyak mengembangkan


konsep ajaran melalui pemikiran-pemikiran filosofis.
Salah satu perintis ajaran ini adalah Ibnu Masarrah
(w. 381 H) dari Andalusia. Ia berpendapat, melalui jalan
tasawuf manusia dapat membebaskan jiwanya dari ceng
keraman badani (materi) dan beroleh sinar ilahi secara
langsung (makrifat). Pandangan demikian sangat de
kat dengan pemahaman Plato bahwa jiwa manusia ter
penjara dalam tubuh. Dengan melepaskan ikatan-ikatan
yang bersifat fisik bendawi maka jiwa dapat dibebaskan.

Tokoh Tasawuf Falsafi


1. Abu Yazid al-Busthami
Ajaran yang dikembangkan Abu Yazid adalah ittihad,
yaitu bersatunya makhluk dengan Khaliq. Untuk
mencapai ittihad seorang sufi harus terlebih dahulu
mengalami fana dan baqa. Yang dimaksud dengan
fana adalah hancur, sedangkan baqa berarti tinggal.
Orang yang fana dari kejahatan akan baqa (tinggal)
ilmu dalam dirinya; orang yang fana dari maksiat
akan baqa (tinggal) takwa dalam dirinya. Dengan
demikian, yang tinggal dalam dirinya sifat-sifat yang
baik. Sesuatu hilang dari diri sufi dan sesuatu yang
lain akan timbul sebagai gantinya. Hilang kejahilan
akan timbul ilmu. Hilang sifat buruk akan timbul si
fat baik. Hilang maksiat akan timbul takwa. Ketika
kesadaran tentang diri sendiri hancur maka timbul
lah kesadaran diri Tuhan. Di sini terjadilah ittihad,
51

persatuan atau manunggal dengan Tuhan.



Dalam syairnya Abu Yazid mengatakan:
Aku mengetahui Tuhan melalui diriku hingga aku han
cur, kemudian aku mengetahui-Nya melalui diri-Nya
dan akupun hidup.
Ia membuat aku gila pada diriku hingga aku mati. Ke
mudian Ia membuat aku gila kepada diri-Nya, dan aku
pun hidup.
Gila pada diriku adalah fana dan gila pada diri-Mu
adalah baqa (kelanjutan hidup). (Nasution, www.isnet.
org)


Ketika sampai ke ambang pintu ittihad, dari se
orang sufi muncul ungkapan-ungkapan ganjil yang
dalam istilah sufi disebut syatahat (ucapan teopatis).
Syatahat yang diucapkan Abu Yazid, antara lain: Ma
nusia tobat dari dosanya, tapi aku tidak. Aku hanya
mengucapkan, 'Tiada Tuhan selain Allah'.

Untuk persoalan ittihad, Abu Yazid menggambar
kan dengan kata-kata berikut ini:
Pada suatu ketika aku dinaikkan kehadirat Tuhan dan Ia
berkata, Abu Yazid, makhluk-Ku ingin melihat engkau.
Aku menjawab, kekasih-Ku, aku tak ingin melihat
mereka. Tetapi jika itu kehendak-Mu, aku tak berdaya
menentang-Mu. Hiasilah aku dengan keesaan-Mu,
sehingga jika makhluk-Mu melihat aku, mereka akan
berkata, telah kami lihat Engkau. Tapi yang mereka li
hat sebenarnya adalah Engkau, karena saat itu aku tak

52

ada di sana. (Nasution, www.isnet.org)

Perkataan Abu Yazid yang lain adalah:

Aku adalah Allah, tidak ada Tuhan selain aku. Karena


itu sembahlah aku. Maha suci aku Maha besar aku, aku
keluar dari diri Abu Yazid ini persis seperti ular keluar
dari kulitnya. Tampaklah olehku bahwa sang pecinta
(al-asyiq), yang dicinta (al-masyuq) adalah satu. Sebab
manusia adalah satu di alam kesatuan. (Hilal, 2002:
23):


Ungkapan-ungkapan syatahat Abu Yazid
itulah yang menjadi justifikasi bagi kaum syariat
ataupun tasawuf Sunni untuk mengatakan bahwa
ajaran Abu Yazid adalah sesat karena telah menya
makan dirinya dengan Tuhan.
2. Husain bin Manshur al-Hallaj
Doktrin yang dikembangkan Husain bin Manshur
al-Hallaj (w. 308 H) dikenal dengan al-Hulul, yakni
perpaduan insan dengan Tuhan secara rohaniyah atau
antara makhluk dengan Khalik. Hulul dapat dimaknai
bahwa Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia
yang telah dapat membersihkan dirinya dari sifat-sifat
kemanusiaannya melalui fana atau ekstase. (Siregar
2000: 156). Ajaran al-Hallaj inilah yang menjadikan
dirinya dibunuh oleh penguasa zalim ketika itu, di
dekat gerbang Ath-Thaq, pada hari Selasa di bulan
Zulqaidah tahun 309 H.

Manusia menurut al-Hallaj mempunyai sifat
dasar yang ganda yaitu sifat ke-Tuhanan (lahut) dan
53

sifat kemanusiaan (nasut). Demikian pula Tuhan


memiliki dua sifat ganda: sifat Ilahiah (lahut) dan
sifat insaniah (nasut). Apabila seseorang telah da
pat menghilangkan sifat kemanusiaannya dan me
ngembangkan sifat keilahiannya, maka Tuhan akan
mengambil tempat dalam dirinya dan terjadilah kesa
tuan antara manusia dengan Tuhan.

Gambaran tentang hulul ini dapat dilihat dalam
syairnya:
Berbaur sudah sukma-Mu dalam rohku jadi satu
Bagai anggur dan air bening berpadu
Bila engkau tersentuh, terusik pula aku
Karena ketika itu, Kau dalam segala hal adalah aku
Aku yang kurindu, dan yang kurindu Aku jua,
Kami dua jiwa padu jadi satu raga
Bila kau lihat aku, tampak jua Dia dalam pandangan
mu
Bila kau lihat Dia, kami dalam penglihatanmu tampak
nyata.


Konsep kesatuan manusia dengan Tuhan se
bagaimana yang dirasakan pula oleh Abu Yazid alBusthami bukanlah kesatuan dalam arti yang riil.
Ucapan anaa al-Haqq dari al-Hallaj bukan mengindi
kasikan bahwa dirinya adalah Tuhan, tetapi ucapan
Tuhan melalui mulut al-Hallaj. Hal ini bisa dilihat
dalam syairnya yang dapat ditafsirkan bahwa dia ti
dak mengaku dirinya Tuhan.
Aku adalah rahasia Yang Maha Benar, aku bukanlah

54

Yang Maha Benar, Aku hanyalah yang benar, bedakanlah


antara Kami. (Nasution, 1978: 9)


Walaupun ia ditolak oleh sejumlah sufi, namun
ia diterima oleh para sufi besar lainnya semisal Abul
Abbad bin Atha, Abu Abdullah Muhammad Khafif,
Abul Qasim Al-Junaid, Ibrahim Nashru Abadzy. Me
reka memuji dan membenarkan al-Hallaj, bahkan
mereka banyak mengisahkan dan memasukkannya se
bagai golongan ahli hakikat. Bahkan Muhammad bin
Khafif berkomentar, Al-Husain bin Manshur adalah
seorang alim Rabbany. (Nasution, 1978: 10)

Ulama yang mengkafirkan al-Hallaj dan juga
Ibnu Arabi adalah Ibnu Taimiyah, dengan tuduhan
keduanya adalah penganut Wahdatul Wujud atau
panteisme. Padahal ajaran yang sebenarnya adalah
Wahdatusy Syuhud (Kesatuan Penyaksian). Sebab
yang manunggal itu adalah penyaksiannya, bukan
Zat Tuhan dengan zat makhluk. Para pengkritik yang
kontra al-Hallaj, menurut Kiai Abdul Ghafur, sufi
kontemporer dewasa ini, melihat hakikat hanya dari
luar saja. Sedangkan al-Hallaj melihatnya dari dalam
(NN 5, http://www.sufinews.com/index.php?subacti
on=showfull&id=1078224276&archive= &start_
from=&ucat=6&go=profiltokoh)
3. Ibn Arabi
Muhyiddin ibnu Arabi bin Ali adalah filsuf sekaligus
sufi yang lahir di Murcia, Spanyol, tahun 560 H/1164
M. Ajarannya yang paling terkenal adalah wahdatul
55

wujud. Paham ini merupakan perluasan dari paham


hulul al-Hallaj. Dikatakan perluasan karena nasut
diganti dengan khalq (makhluk), sedangkan lahut
menjadi al Haqq (Tuhan). (Siregar, 2000: 183).

Ada pendapat mengatakan bahwa Ibnu Arabi
tidak pernah menamakan ajarannya wahdatul wujud,
karena berdasarkan penelitian William Chittick,
Sadr al-Din al-Qunawi (w. 673/1274) adalah orang
pertama yang menggunakan istilah wahdatul wujud,
hanya saja al-Qunawi tidak menggunakannya seba
gai suatu istilah teknis yang mempunyai makna
khusus. Tokoh yang paling besar peranannya dalam
mempopulerkan istilah wahdatul wujud adalah
Taqi al-Din Ibn Taymiyyah (w. 728/1328). Ia adalah
pengecam keras ajaran Ibnu Arabi dan para peng
ikutnya. (NN 4, http:// www.sufinews.com/index.
php?subaction= showfull&id=1078224422&archive=&
start_from=&ucat=6&go=profiltokoh).

Ibnu Arabi berpendapat, rasio memiliki dua ke
kuatan yaitu kekuatan bawah dan kekuatan atas. Ke
kuatan bawah berhubungan dengan pancaindra dan
pikiran, kekuatan ini tidak dapat mencapai zat dan
sifat Allah. Adapun kekuatan atas merupakan akal
murni, pemberian dari al-Haqq karena makrifat ke
pada-Nya. Penyingkapan (kasyf) menurut Ibnu Arabi
adalah satu-satunya cara untuk mencapai makrifat
hakiki. (Hilal, 2002: 142)

Tasawuf Ibnu Arabi berpijak pada pola filosofis
56

termasuk di dalamnya cita rasa spiritual (dzauq) dan


penyingkapan (kasyf). Tasawufnya pada awalnya ber
poros pada penggunaan daya nalar (tafkir) dan ar
gumentasi (istidlal) yang kemudian disertai dengan
penyingkapan spiritual (kasyf) dan penyaksian (mu
syahadah).

Dalam konsep hubungan antara Allah dan ma
nusia menurut Ibnu Arabi adalah hubungan antara
khalik dan makhluk. Manusia sempurna tidak akan
mengklaim bahwa dirinya memiliki bau ketuhanan
dan tak akan mengatakan seperti Anaa al-Haqq,
melainkan mengaku sebagai hamba sejati yang men
dekatkan diri kepada sang Pencipta dengan penuh ke
rendahan diri. Hamba adalah hamba, Tuhan adalah
Tuhan. Pemberian predikat kehambaan kepada
hamba berarti pemberian predikat ketuhanan pada
Tuhan. Menurutnya kehinaan akan memberikan ke
khusyukan. Kekhusyukan memberikan ilmu dan me
mancarkan sinar kebenaran. (Hilal 2002: 167)

Ibnu Arabi menyatakan bahwa seluruh produk
pemikirannya bukan berasal dari sekadar kajian dan
analisis logika, melainkan dari penyingkapan sufistik
sebagai imbalan ketaatannya kepada Rasulullah.
Ia mengaku ilmu batinnya diambil langsung dari
Allah dan diperoleh dari Rasulullah ketika ia tidur.
Ia sebagaimana ahli kasyf yang lain berpegang teguh
pada ilham dan anugerah ilahi. Ilmu diperoleh me
lalui ilham atau pemberian langsung dari Allah yang
57

memenuhi jiwa manusia berupa pikiran-pikiran


yang masuk (al-khawathir). Rahasia kegaiban Allah
ini hanya diberikan kepada yang Allah kehendaki.
Khawatir pada awalnya muncul dalam hati ketika
mengkonsentrasikan diri kepada Allah dengan hati
yang ikhlas, penuh keimanan dan penghambaan
kepada-Nya. Ini merupakan penyingkapan (kasy)
pertama yang datang tiba-tiba kepada manusia, Ibnu
Arabi menyebutnya ilmu yang dilemparkan (ilm
adh-dharbah) atau ilmu yang dihunjamkan (ilm arramyah). (Hilal, 2002: 155).

Demikian pula dalam membaca al-Quran, tidak
sekadar menggunakan suara dan kata-kata tetapi
dengan menggunakan hati sehingga al-Haqq turun
ke dalam hatinya dan mengajaknya berbicara ketika
ia merenung dalam kesendiriannya. Hatiku telah
memberitakan kepadaku tentang Tuhan tanpa pe
rantara. (Hilal 2002: 167).

Ajaran wahdat al-wujud dengan tajalli Tuhan ini
selanjutnya membawa pada ajaran al-Insan al-Kamil
yang dikembangkan terutama oleh Abd al-Karim alJilli (1366-1428). Dalam pengalaman al-Jilli, tajalli
atau penampakan diri Tuhan mengambil tiga tahap:
ahadiah, hawiah dan aniyah.

Pada tahap ahadiah, Tuhan dalam kemutlakannya
baru keluar dari al-ama, kabut kegelapan, tanpa nama
dan sifat. Pada tahap hawiah nama dan sifat Tuhan
telah muncul, tetapi masih dalam bentuk potensial.
58

Pada tahap aniyah, Tuhan menampakkan diri dengan


nama-nama dan sifat-sifat-Nya pada makhluk-Nya.

Sungguhpun manusia merupakan tajalli atau
penampakan diri Tuhan yang paling sempurna di
antara semua makhluk-Nya, tajalli-Nya tidak sama
pada semua manusia. Tajalli Tuhan yang sempurna
terdapat dalam Insan Kamil. Untuk mencapai ting
kat Insan Kamil, sufi mesti mengadakan taraqqi (pen
dakian) melalui tiga tingkatan: bidayah, tawassut, dan
khitam.

Pada tingkat bidayah, sufi disinari oleh namanama Tuhan. Tuhan menampakkan diri dalam
nama-nama-Nya, seperti Pengasih, Penyayang, dan
sebagainya (tajalli fi al-asma). Pada tingkat tawassut,
sufi disinari oleh sifat-sifat Tuhan, seperti hayat, ilmu,
dan qudrat. Pada tingkat khitam, sufi disinari zat Tu
han yang dengan demikian sufi tersebut ber-tajalli
dengan zat-Nya. Pada tingkat ini sufi pun menjadi
Insan Kamil. Ia menjadi manusia sempurna, mem
punyai sifat ketuhanan dan dalam dirinya terdapat
bentuk (shurah) Allah. Dialah bayangan Tuhan yang
sempurna. Insan Kamil terdapat dalam diri para Nabi
dan para wali. Di antara semuanya, Insan Kamil yang
tersempurna terdapat dalam diri Nabi Muhammad.
(Nasution, www. isnet.org)
Polemik Tasawuf dan Syariah
Dalam sejarah Islam dikenal adanya pertentangan keras
59

antara kaum syariat dan kaum hakikat (istilah yang


sering disematkan kepada kaum sufi). Tokoh yang sangat
keras menentang tasawuf adalah Syekh Muhammad bin
Jamil Zainu yang menulis Ash-Syufiyyah fi Mizanil Kitab
was Sunnah dan diindonesiakan dengan judul Fakta
dan Data kesesatan Tasawuf Menurut Al-Quran dan AsSunnah. Zainu menunjukkan dua puluh empat bidah
yang telah dilakukan oleh para penganut tasawuf, karena
melanggar ketentuan yang secara jelas sudah tersurat
dalam al-Quran dan Hadis. Sebagai gambaran beberapa
penyimpangan yang telah dilakukan penganut tasawuf
antara lain adalah banyaknya thariqah dalam tasawuf
yaitu suatu jalan/cara yang secara khusus dirancang oleh
pemimpin kepada murid-muridnya berupa kewajibankewajiban dan metode yang harus dipegang muridnya
secara ketat. Setiap thariqah mengklaim bahwa tha
riqahnya adalah paling baik dibanding yang lain, bahkan
yang lain dianggap batil. Hal ini bertentangan dengan
Q.S Ar-Ruum: 31, 32:
Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
menyekutukan Allah, yaitu orang-orang yang me
mecah belah agama mereka menjadi beberapa go
longan, tiap golongan bangga dengan apa yang ada
pada golongan mereka

Kesesatan yang lain adalah konsep kesatuan wu


jud antara manusia dengan Tuhan, karena konsep ini
merancukan hubungan manusia dengan Tuhan. Hu
bungan antara makhluk dan khalik, antara yang harus
60

menyembah dan yang harus disembah. Sehingga ketika


kesatuan wujud itu sudah tercapai, kaum sufi tidak
perlu menjalankan ibadah lagi karena ibadah dalam
arti penghambaan tidak bermakna lagi. Kerancuan lain
adalah dalam hal hakikat keberadaan manusia dan Tu
han, yang satu bersifat relatif dan yang lain mutlak.
Manakala yang absolut menyatu dengan yang relatif,
maka Tuhan akan kehilangan keabsolutannya. Sehingga
Tuhan menjadi Zat yang tidak layak disembah lagi ka
rena ketidakmutlakannya. Pemahaman demikian mirip
dengan panteisme yang tidak membedakan Tuhan de
ngan alam.
Tuduhan bahwa ajaran tasawuf adalah panteis di
tolak oleh Titus Burckhardt. Alasannya, doktrin ini
tetap membedakan Tuhan dengan alam, sekalipun
alam adalah penampakan diri Tuhan dan mustahil ber
ada di luar atau di samping-Nya. Panteisme tidak
memberikan tempat kepada transendensi Tuhan, se
dangkan Sufisme mempertahankannya (Noer, Http://
mail.pgi.or.id/PageMill/temporary.html)
Titus Burckhardt mendapat dukungan dari Mir
Valiuddin dan R.A. Nicholson yang mengatakan bahwa
adalah keliru menganggap ucapan-ucapan seperti Sub
hn (Maha Suci Aku) Abu Yazid, An al-Haqq (Aku
adalah Tuhan) al-Hallaj, dan An Hiya (Aku adalah
Dia) Ibnu al-Farid adalah bukti panteisme. Selama tran
sendensi Tuhan masih diakui, setegas-tegas pernyataan
tentang imanensi-Nya tidak berarti panteisme. Perasaan
61

mistik yang berlebih-lebihan tidak mesti identik dengan


kepercayaan teologis.
Para ahli seperti Henry Corbin, Toshihiko Izutsu,
Seyyed Hossein Nasr, R.W.J. Austin, dan William C.
Chittick, tidak menyetujui interpretasi panteistik atau
monistik tentang wahdat al-wujd. Doktrin wahdat alwujd menekankan tidak hanya imanensi Tuhan namun
juga transendensi-Nya. Ibnu Arabi mengajarkan tidak
hanya tasybh (keserupaan, similarity), tetapi juga tanzh
(ketidakdapatdibandingkan, incomparibility). (Noer,
http://mail.pgi.or.id/PageMill/temporary.html)
Selain penolakan dan penerimaan tasawuf didasar
kan pada aspek yang konseptual, penolakan dan pene
rimaan juga terjadi atas dasar pertimbangan sosiologis.
Keberadaan tasawuf dianggap sebagai faktor utama ke
munduran Islam, karena sikap asketis berupa penolakan
terhadap dunia telah menjadikan Islam kehilangan kon
tribusi sosialnya, inilah alasan mengapa tasawuf di tolak.
Namun atas dasar pertimbangan sosiologis pula tasawuf
diterima, misalnya ketika imperium Islam jatuh, yaitu
ketika Baghdad dihancurkan oleh bangsa Mongol pada
tahun 1258. Dalam keadaan itu masyarakat merasa tidak
aman dan mendapatkan perlindungan dalam institusi
thariqah. Tasawuf dengan pendekatan esoteris atau
irfani juga diharapkan dapat mempertemukan konflik
berkepanjangan antara Syiah dan Ahlu Sunnah karena
perbedaan pandangan fikih dan teologi. (Labib, 2004:
128).
62

Titik Temu Tasawuf-Syariah


Untuk memulai pembahasan ini, saya ingin mengutip
pendapat Syadiya Schaik ketika memberikan kuliah
umum di Program Studi Agama dan Lintas Budaya,
Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada. Dia
mengatakan bahwa dalam pembahasan masalah teologi,
kita tidak dapat terhindar dari tiga aspek yaitu world of
text, world of author dan world of audience. Tiga aspek
ini secara dialektis akan selalu berinteraksi. Ketika
kebenaran Tuhan diwahyukan dalam teks kitab suci,
maka teks ini akan menjadi suatu "objek" yang akan
dipahami oleh sang author dengan segala keragaman pola
pikir maupun pola budaya yang melatarbelakanginya.
Belum lagi ketika pemahaman sang author ini dipahami
oleh audience (umat) maka pemahaman juga semakin
beragam.
Analogi ini ketika digunakan untuk melihat tasawuf,
maka keragaman pemahaman tasawuf merupakan kenis
cayaan. Bagi kaum tekstualis penolakan tasawuf cukup
beralasan karena tasawuf tidak pernah secara eksplisit
tersurat dalam teks al-Quran maupun Hadis, namun
bagi kaum yang non-tekstualis, secara fenomenologis
berpendapat bahwa tasawuf eksis dan dilakukan oleh
Nabi Muhammad SAAW.
Dalam tasawuf sendiri juga muncul berbagai corak,
yang dibedakan dalam dua kategori besar yaitu tasawuf
falsafi dan tasawuf sunni. Yang satu lebih banyak meng
gunakan pendekatan filosofis-akali sedang yang lain
63

mendasarkan pada ajaran al-Quran dan Hadis. Tasawuf


falsafi dalam konteks hubungan antara Khalik dan
makhluk juga dibedakan antara aliran yang monistik
(ketunggalan Tuhan dan manusia) sebagaimana ajaran
Abu Yazid al-Busthami, al-Hallaj, dan Syekh Siti Jenar,
ada pula aliran yang dualistik (meskipun menyatu tetapi
tetap mengakui posisi kekhaliqan dan kehamban) seperi
ajaran Ibn Arabi.
Penganut syariat pun juga dapat dibagi menjadi dua
yaitu yang dapat menerima tasawuf sebagai bagian dari
ajaran Islam (dikenal sebagai tasawuf sunni) sebagai
mana diajarankan oleh Imam Ghazali bahwa jalan sufi
dapat membawa orang kepada kebenaran yang meya
kinkan. Ia menghalalkan tasawuf sampai tingkat mak
rifat, dengan tidak meninggalkan syariat. Namun di sisi
lain ada penganut syariat yang ketat, yang menolak ta
sawuf dalam bentuk apapun karena mereka meyakini
ajaran tersebut tak pernah diajarkan Rasulullah SAAW.
Penerimaan atas ajaran tasawuf adalah bidah, dan bidah
adalah sesat.
Kerangka yang dibuat oleh Jalaluddin Rumi kiranya
dapat digunakan untuk memahami persoalan ini. Ia
menggambarkan kebenaran Tuhan sebagaimana samu
dera, adapun akal manusia ibarat cangkir. Adalah mus
tahil bagi cangkir untuk menampung seluruh air samu
dera. Artinya, akal manusia yang bersifat relatif tidak
mungkin mampu memahami kebenaran Tuhan (yang
mutlak) secara utuh. Pemahaman yang tekstual, non64

tekstual, tasawuf maupun syariat hanyalah bagian dari


cara manusia memahami dan mendekatkan diri kepada
Tuhan. Keberadaan masing-masing tidak seharusnya sa
ling menafikan tetapi saling komplementer. Pendekatan
tekstual menjadi lebih luas dan mendalam manakala
dilengkapi dengan pendekatan yang kontekstual. Pen
dekatan yang melulu syariah dalam beragama membu
tuhkan sentuhan tasawuf yang esoterik agar kebera
gamaan tidak menjadi kering.
Rasulullah SAAW telah memberikan kunci untuk
menciptakan harmoni yaitu memilih jalan tengah, agar
tidak terjebak dalam ekstremitas yang justru melemahkan
kekokohan bangunan Islam itu sendiri. Selain itu, tasa
wuf dan syariah haruslah dipahami sebagai proses dan
bukan tujuan, karena tujuan yang sesungguhnya adalah
Allah SWT itu sendiri
Tasawuf sebagai Metode
Tentu kita dapat menyepakati bahwa tasawuf bukanlah
tujuan, melainkan cara: cara untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Dalam perkembangan pemikiran tentang
tasawuf, baik tasawuf sunni maupun falsafi selalu memi
liki tujuan yang lebih bersifat etis, yaitu tindakan sadar
untuk melakukan "penyatuan" dengan Tuhan. Namun,
dalam uraian ini saya ingin melihat dalam kaitannya de
ngan persoalan epistemologis.
1. Ontologi ilmu
Dalam konteks keilmuan, Allah dipahami sebagai
65

Al-Alim (Yang Maha Mengetahui). Artinya secara


lahir dan batin, awal dan akhir, seluruh ilmu ada
pada genggaman Allah. Tidak ada ilmu di luar ilmu
Allah. Allah dan ilmu adalah identik. Namun, secara
ontologis ilmu memiliki hierarki yang terbagi atas
tiga tingkatan, yaitu ilmu Ilahiah, ilmu imaginal dan
ilmu insaniah. Ilmu Ilahiah adalah ilmu yang hanya
Allah sendiri yang mengetahui, ilmu imaginal adalah
ilmu yang diizinkan Allah untuk dapat dikaji oleh
manusia, bersifat masih tergantung dan dapat di
peroleh apabila manusia berusaha melakukan pene
litian dan penyelidikan atasnya. Analogi sederha
nanya adalah gravitasi bumi sudah ada sebelum
Newton menemukan teori gravitasi bumi. Artinya,
ilmu sudah digelar Allah di alam semesta ini, dan
manusia dapat mengoptimalkan kemampuannya
untuk mengeksplorasi ilmu Allah tersebut. Adapun
ilmu insaniah adalah ilmu yang sudah dikuasai oleh
manusia, namun kebenarannya bersifat relatif. Kebe
naran ilmu manusia menjadi absolute ketika teori
tersebut betul-betul sudah tak terbantahkan lagi dan
menjadi suatu postulat, sebagai contoh 2x2=4.
2. Epistemologi ilmu
Dalam epistemologi Islam dikenal ada dua cara men
dapatkan ilmu yaitu, melalui hushl: pengetahuan
capaian (acquired knowledge) dan hudhr: pengeta
huan presensial (knowledge by presence). Hushl ada
lah melalui penyelidikan, sedangkan hudhr adalah
66

ilmu yang hadir dari Sang Pemilik Ilmu (Allah


SWT). Oleh karena itu dalam epistemologi Islam,
ilmu diperoleh tidak hanya melalui penelitian namun
dapat dengan "meminta" kepada pemilik ilmu. Jalan
tasawuf menjadi sangat relevan dalam konteks ini,
karena tasawuf memiliki tujuan mendekat dan "me
nyatu" dengan Allah Sang Pemilik Ilmu. Pemahaman
demikian sangat selaras dengan Hadis Nabi bahwa
Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman
dan berilmu beberapa derajat. Artinya ada korelasi
antara orang yang berilmu dan kedekatannya kepada
Allah. Semakin tinggi ilmunya yang diperoleh, sema
kin dekat ia kepada Allah demikian pula sebaliknya
semakin dekat ia kepada Allah, maka ia akan men
dapatkan limpahan ilmu Allah tanpa batas.

67

DAFTAR PUSTAKA

Chodjim, Achmad, 2004, Syekh Siti Jenar: Makna Kema


tian, Serambi, Jakarta.
El-Muhammady, Muhammad Uthman, Martabat Tujuh,
http://traditionalislam.
Tripod.com/MartabatTujuh.
htm, tanggal akses 16/05/05).
Hilal, Ibrahim, 2002, Tasawuf antara Agama dan Filsafat,
Pustaka Hidayah, Bandung.
Ibrahim, Muhammad Zaki, 2002, Tasawuf Salafi, Hikmah,
Jakarta
Labib, Muhsin, 2004, Mengurai Tasawuf Irfan dan Keba
tinan, Lentera, Jakarta.
Nasution, Harun, 1978, Falsafah dan Mistisisme dalam Is
lam, Bulan Bintang, Jakarta.
Nasution, Harun www.isnet.org, tanggal akses 5 April
2005.
NN
1,
Tasawuf ,
http://www.sufinews
com/
index.php?subaction=showfull&id=
1078224422&archive=&star t_
from=&ucat=6&go=profiltokoh, tanggal akses 10/05/05
NN 2, Tasawuf , http://www.paranormal.or.id/article.
php?sid=218&mode=thread
&order=0&thold=0,
tanggal akses 11/05/05.
NN 3, Hamzah Fansuri, http://members.tripod.
68

com/~sasteramaya/HamzahFansuri. htm, tanggal akses


16/05/05
NN
4,
Syamsuddin
Sumatrani,
http://
w w w. s u fi n e w s . c o m / i n d e x . p h p ? s u b a c t i o n =
showfull
&id=1078224422&archive=&start_
from=&ucat=6&go=profiltokoh, tanggal akses 15/05/05
NN 5, Sufi Agung Al-Hallaj http://www.sufinews.com/
index.php?subaction= showfull &id=1078224276&
archive=&start_from=&ucat=6&go=profiltokoh,
tanggal akses 15/05/05
Noer, Kautsar Azhari, Sufisme dan Dialog Agama-Agama,
Http://mail. pgi.or.id/PageMill/temporary.html, tanggal
akses 14/05/05
Romdon, 1993, Tashawwuf dan Aliran Kebatinan: Perban
dingan Antara Aspek-aspek Mistikisme Islam dengan
Aspek-aspek Mistikisme Jawa, LESFI, Yogyakarta.
Simuh, 1995, Sufisme Jawa (Transformasi Tasawuf Islam ke
Mistik Jawa), Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta.
Siregar, Rivay, 2000, Tasawuf dari Sufisme Klasik ke NeoSufisme, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Sofwan, Ridin; Wasit; Mundiri, Islamisasi di Jawa, Wali
songo, Penyebar Islam, Menurut Penuturan Babad, Pus
taka Pelajar, Yogyakarta.
Tor Andrea, 2000, Dikeharuman Taman Sufi: Kajian Ta
sawuf Kurun Awal, Pustaka Hidayah, Bandung.
Zainu, Muhammad bin Jamil, 1995, Fakta dan Data Kese
satan Tasawuf Menurut Al-Quran dan As-Sunnah, alih
bahasa Mutsanna Abdul Ghaffar, At-Tiban, Solo.
69

70

THARIQAH, Kehidupan Bermasyarakat,


dan Penciptaan Kedamaian
KH. Muhammad Luthfi Ghozali*

anusia yang terlahir dalam keadaan tak tahu apaapa, dalam menjalani hidup dan kehidupannya,
meskipun penglihatan, pendengaran, akal dan pikiran
mereka sehat wal afiat, namun ternyata kebanyakan
mereka cenderung terjebak dalam kebutaan mata hati.
Itu dikarenakan terlalu sibuk mengelola kehidupan du
niawi yang sementara ini hanya dilaksanakan atas dasar
nafsu dan akal belaka.
Dengan ilmu dan amal saleh yang benar, manusia
berpotensi menjadi manusia sempurna, Insan Kamil.
Ihnu dan amal saleh tersebut harus mencakup dua as
pek: ilmu lahir dan ilmu batin, amal saleh lahir dan amal
saleh batin. Untuk mencapai hal itu, pengamalan ajaran
thariqah yang benar adalah satu-satunya jalan keluar,
karena dengan pelaksanaan thariqah seorang salik akan
senantiasa mendapatkan bimbingan dari guru mursyid
dalam menerapkan ilmu yang sudah didapat untuk
menjalani kehidupan di dunia. Tanpa pelaksanaan tha
* Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikmah, Semarang, Jawa Tengah.

71

riqah yang benar, orang yang berilmu dan beramal saleh


masih sangat rentan terjebak dalam kebutaan mata hati:
Serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam
gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar darinya.
(QS. An-Anaam: 122).
Bahan Kajian
1. Manusia terlahir dalam Keadaan Tidak Tahu ApaApa:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan
Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl: 78).

2. Manusia yang Mata Hatinya Buta Meski Mata Lahir


nya Tidak Buta:
maka apakah mereka tidak berjalan di muka
bumi, lalu merekamempunyai hati yang dengan
itu mereka dapat memahami atau mempunyai te
linga yang dengan itu mereka dapat mendengar?
Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang
buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam
dada. (QS. Al-Hajj: 46).
3. Kehidupan Matahati Buah Amal Ibadah dan Nur
Makrifatullah.
Dan apakah orang yang sudah mati kemudian
dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya
cahaya yang terang, yang dengan cahaya itudia
capat berjalan di tengah-tengah masyarakat ma
nusia, serupa dengan orang yang keadaannya
72

berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak


dapat keluar darinya? Demikianlah Kami jadikan
orang yang kafir itu memandang baik apa yang
telah mereka kerjakan. (QS. An-Anaam: 122).

Akhirnya, ketika seorang salik telah berhasii mem


bangun jati dirinya sebagai Insan Kamil, menjadi
khalifah bumi, Khalifatullah Fil Ardhi, maka keber
adaannya di muka bumi ini tidak ubahnya seperti pelita
yang memancarkan sinar. Dia tidak hanya mampu me
nerangi jalan bagi para musafir ialanan saja, namun
juga menarik laron-laron nakal untuk berkumpul dalam
komunitasnya. Para Insan Mulia itu di mana saja berada,
mereka bertugas membagi rahmat Allah bagi yang ber
hak menerimanya, sebagaimana yang telah dilakukan
oleh para pendahulu mereka dalam mengikuti uswatun
hasanah yang utama, yakni Habiibinaa Baginda Nabi
Muhammad SAAW. Mereka itulah manusia-manusia
utama yang selalu mengayomi kehidupan umat dalam
kedamaian yang sesungguhnya.

73

74

KEDAMAIAN HIDUP BERTHARIQAH


Prof. Dr. Damardjati Supadjar*

enurut Anthropo-Biologi, kehidupan manusia


itu merupakan kelipatan ulang bilangan 19-an
sebagaimana dikemukakan oleh lr. Fahmi Basya ketika
beliau menemukan rahasia angka 19-an, sehingga ke
seluruhan mushaf al-Quran sesungguhnya adalah 6 x
19-an (yakni 114 surat). Maka dicapailah tingkat-tingkat
kedewasaan individual / 19-an l (20-1)/kelestarian garis
keturunan; lalu 19-an ll (40-2), yakni kedewasaan so
sial/kultural, lalu kedewasaan mental/19-an lll/60-3, lalu
19-an lV (80-4) yakni kedewasaan transendental, dan
seterusnya.
Sementara itu silih berdatangan para nabi, bukan ka
rena nabi yang belakangan mengoreksi Nabi sebelumnya,
melainkan agar nabi yang datang kemudian mengoreksi
kesalahpahaman umat terdahulu dalam mencerna ajaran
nabi sebelumnya. Maka, Nabi Isa diutus bukan untuk
mengoreksi Nabi Musa, melainkan justru mengoreksi
kesalahpahaman orang Yahudi dalam memahami ajaran
* Guru Besar Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

75

Nabi Musa. Demikian juga Nabi Muhammad SAAW


diutus bukan untuk mengoreksi Nabi lsa, melainkan
mengoreksi kesalahan teologis Kristiani di kalangan
umat Nasrani.
Bagaimana dengan umat Nabi Muhammad SAAW?
Bagaimana kalau kita keliru memahami ajaran Nabi,
justru karena setelah beliau tidak ada lagi nabi? Alham
dulillah, para pewaris Nabi SAAW justru alim ulama.
Salah satu dari antara rukun iman yang paling se
ring disalahpahami orang berkenaan dengan paham Fa
talisme.
Bukannya seseorang ditakdirkan kaya, sementara
orang lain ditakdirkan Miskin, melainkan seseorang
kaya yang banyak syukurnyalah yang menghayati takdir
nya sebagai orang kaya. Orang miskin yang sabar yang
menghayati takdirnya sebagai orang miskin. Dengan
demikian, seorang mukmin itu selalu sabar dan syukur
dalam segala terminal tingkat kehidupan. Non scholae
sed viae discimus (Kita menjadi terpelajar tidak di seko
lah, namun justru di arena kehidupan).
Syariat, Thariqah, Hakikat, dan Makrifat
Syariat lslam itu kita informasikan secara mendalam de
ngan salat sebagai tiang agama, bahkan metode. Mikraj
orang beriman, dengan penghayatan total li maal-lahi
waqtun, I-S-L-A-M/isya-subuh-lohor-ashar-maghrib,
sampai berhasil meningkat ke THARIQAH yang trans
formatif dari terminal ke-diri-an/nafsu amarah menjadi
76

nafsu lawwamah (yang tahu diri sekaligus menyesali diri),


untuk akhirnya mencapai kualitas diri yang terdaftaf/
diakui, bahkan disamakan yakni terminal KawulaGusti, yakni nafsu muthmainnah.
Dengan demikian, Iman, Islam, berlanjut ke Ihsan.
Bagi seorang muhsin, Allah menjadi mata untuk
melihat, telinga untuk "mendengar", kaki untuk
"melangkah".
Nabi-nabi bergelar alaihi salam justru karena agama di
sisi-Nya itu memang ISLAM; hanya saja tekanan mereka
itu bertahap: misal bahasa tongkat" Nabi Musa, sementara
Nabi lsa, berbahasa Ruh, sedangkan Muhammad SAAW
merangkum laku KAWULA GUSTI itu, dengan catatan
bahwa hanya huruf Arab yang dapat dimungkinkan ditu
liskan berupa body language, yakni melalui gerakan salat
(baca buku The Book of Shufi Healing).
Kepastian Ilmu-Amaliah, Amal-Ilmiah
Kualitas Allah yang infinitum, serta kebenaran, kein
dahan, dan kebaikannya tidak akan pernah tercapai
dengan laku penjumlahan, perkalian atau pemang
katan. Satu-satunya Jalan justru PEMBAGIAN 0/
nol: Bilangan berapapun kalau dibagi 0, hasilnya jus
tru lnfinitum. Itulah hebatnya dalil nafi isbat (La ilaha
illa Allah). Namun ingat, itu tidak boleh berhenti
pada dataran verbal, namun harus diwujudkan pada
dataran ilmu-amaliah/amal-ilmiah; penghayatan "Tak
Ada Apa-apa"; termasuk "Tak Punya Rasa Punya".
77

78

THARIQAH DAN UPAYA


MEMBANGUN KEDAMAIAN
KH. Abdul Aziz Syahmari*

ada dasarnya Allah SWT menciptakan manusia ter


diri dari tiga unsur atau komponen yang mana kala
salah satu dari tiga tidak ada maka makhluk itu tidak
akan diberi nama manusia yaitu:
1. Tubuh (Jasad) yang terdiri dari berbagai organ terma
suk roh.
2. Akal yang berfungsi sebagai pengendali dan alat
pertimbangan untuk menimbang dan membedakan
mana yang baik dan bermanfaat dan mana yang tidak
baik bahkan mudlarat.
3. Nafsu/syahwat yang berfungsi untuk membangkitkan
gairah hidup dan mendorong kehidupan manusia
agar dapat melaksanakan tugas-tugas manusia sesuai
dengan hikmah diciptakannya.
Secara garis besar ada tiga tugas yang diamanatkan
kepada manusia:
* Khadimuth Thariqah Syattariyah wa thalabah Fi Mahad Mislakhul Mu
taallimin.

79

1. Manusiaatau
mempunyai
tugas
sebagai
"Khalifah Fil
ugas yang diamanatkan
dibebankan
kepada
manusia:
Ardli", sebagaimana
Firman Allah:Firman Allah :
ugas sebagai Kholifatan
Fil Ardli sebagaimana
ugas yang diamanatkan atau dibebankan kepada manusia:
gas yang diamanatkan atau dibebankan kepada manusia:
ugas sebagai Kholifatan
Fil
Ardli sebagaimana
Firman
Allah
:
Fil


ugas sebagai Kholifatan
Ardli
sebagaimana
Firman
Allah
:

Tuhanmu

kepada

sesungguh

di
Pada
saat
berkata
malaikat
berkata kepada
malaikat
sesungguhnya
Aku
akan
menciptakan

nya Aku akan menciptakan di atas bumi ini Khalifah.


.

berkata kepada
malaikat sesungguhnya Aku akan menciptakan di
berkata kepada malaikat sesungguhnya Aku akan menciptakan di

Khalifah
berasal
daridiartikan
kata Khalafa,
yang biasa
.
asal
dari kata Kholafa yang
biasa
pengganti,
dandiarti
kalimat
.
kan pengganti.
Kata
lebih banyak
diartikan
k digunakan untuk
memberikan
artiKhalifah
orang yang
meneruskan
untuk
asal
dari
kata
Kholafa
yang
biasa
diartikan
pengganti,
dan
kalimat
sebagai
orang
yang
menerus
k
an
pelaksanaan
tugas
ugasdari
mengatur
kehidupan
manusia
dalampengganti,
lingkungannya
baik
asal
kata Kholafa
yang biasa
diartikan
dan kalimat
kupun
digunakan
untuk
memberikan
artimanusia
orang yang
meneruskan
untuk
meng
a
tur
kehidupan
dalam
ling
k
ungannya,
muamalah
dan
lain
sebagainya.
k digunakan untuk memberikan arti orang yang meneruskan untuk
tugas mengaturbaik
kehidupan
manusia dalammuamalah,
lingkungannya
baik
masalah ubudiyah
dan lainugas mengatur kehidupan
manusiamaupun
dalam lingkungannya
baik
aupun
muamalah
dan
lain
sebagainya.
tugasmuamalah
untuk lain.
membangun
atau meramaikan bumi sebagaimana
upun
dan lain sebagainya.
2. Manusia mempunyai tugas untuk membangun atau
tugas untuk membangun
atau meramaikan
bumi
sebagaimana
bumi

firman


tugas untuk membangun
atau
meramaikan
bumi
sebagaimana
meramaikan
sebagaimana
Allah:

dari

enciptakan kamu
sekalian
bumi dan
menyuruh
kamu
sekalian


dan membangun bumi.
Diasekalian
Allah yang
menciptakan
sekalian
dari sekalian
bumi
enciptakan kamu
dari
bumi dan kamu
menyuruh
kamu
enciptakan kamu
sekalian
dari
bumi
danuntuk
menyuruh
kamu sekalian
dan
menyuruh
kamu
sekalian
memakmurkan
dan
dan
membangun
bumi.tugas untuk mengabdi kepada Allah (ibadah)
takan
manusia diberi
dan
membangun
bumi.
membangun bumi.
Allah :
3. Allah
untuk
mengaAllah
bdi
kepadaptakan manusia
diberimenciptakan
tugas untukmanusia
mengabdi
kepada
(ibadah)

takan manusia diberi tugas untuk


mengabdi
kepada
Allah
(ibadah)
Allah :
Nya, sebagaimana firman Allah:
Allah :

kepadaKu

n jin dan manusia kecuali hikmahnya


mereka
mengabdi

nan
jin dan manusia
kecuali
hikmahnya
mereka
mengabdi
kepadaKu
garishikmahnya
besar dibagi
duakecuali
bagian
yaitu
secara
Aku
tidak
menciptakan
jin menjadi
dan mengabdi
manusia
agar
jin (ibadah)
dan manusia
kecuali
mereka
kepadaKu
erti sholat danme
ibadah
ghoirukepada-Ku.
mahdloh seperti bekerja mencari
reka mengabdi
ian (ibadah)
secara
garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu
mberikan
nafkah
keluarganya.
an (ibadah) secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu
erti sholat dan ibadah ghoiru
mahdloh
seperti
bekerja
mencari
pengabdian
(ibadah)
secara
garis mencari
besar
erti sholat danPelaksanaan
ibadah ghoiru
mahdloh
seperti
bekerja
mberikan
nafkah
keluarganya.
s maka agar
manusia
bisa melaksanakan tugas-tugas tersebut maka
mberikan
nafkah
keluarganya.
an aturan-aturan yang untuk dijadikan
80pedoman bagi manusia agar
s
maka
agar
manusia
bisa
melaksanakan
tugas-tugas
tersebut maka
bisa dilaksanakan
dengan baik,
aturan tersebut
sgas-tugasnya
maka agar manusia
bisa melaksanakan
tugas-tugas
tersebutdisebut
maka
kan aturan-aturan yang untuk dijadikan pedoman bagi manusia agar
an aturan-aturan yang untuk dijadikan pedoman bagi manusia agar

dibagi menjadi dua bagian yaitu ibadah mahdlah seperti


slat dan ibadah ghoiru mahdlah seperti bekerja mencari
penghasilan untuk menafkahi keluarga.
Itu sebabnya, agar manusia bisa melaksanakan tugastugas tersebut maka Allah menurunkan aturan-aturan
yang untuk dijadikan pedoman bagi manusia agar dalam
menjalankan tugas-tugasnya bisa dilaksanakan dengan
baik, aturan tersebut disebut "din al-Islam".
Islam mempunyai tiga komponen:
1. Syariah, yang berfungsi untuk mengatur dan menata
kehidupan manusia sebagai khalifah di muka bumi
2. di dalam bumi yang meliputi
2. dan
ubudiyah, muamalah, jinayah, dan siyasah.
2. Al-Iman, ilmu yang untuk menjadikan orang itu dapat
menjadi mukmin disebut ushuludin. Seorang yang
mencari kebenaran yang hakiki atau untuk sampai
kepada haqiqoh harus menggunakan alat yaitu yang
disebut akal, maka menggunakan akalnya untuk
menuju ke haqiqoh dengan dilandasi memahami
dalil-dalil al-Quran dan Hadis, jadi tidak boleh ha
nya menggunakan akal secara murni saja untuk
menuju hakikat, akal hanya berfungsi sebagai alat
pertimbangan atau disebut dengan Dalil Burhani.
Dalil Burhani tidak boleh bertentangan dengan Dalil
Naqli.
3. Al-Ihsan, yang diterjemahkan kita mengabdi kepada
Allah seolah-olah kita melihat Allah, kalau kita
tidak bisa melihat Allah maka kita harus menanam
81

keyakinan di dalam hati bahwa kita senantiasa dili


hat oleh Allah. Ihsan inilah yang biasanya disebut
dengan istilah thariqah. Ilmu yang untuk dijadikan
pedoman Al-Ihsan atau Thariqah lebih masyhur
disebut ilmu Tasawuf.
Ilmu tasawuf, menurut Imam Ghazali dalam kitab
Ihya Ulumuddin, adalah Ilmu Batin, yaitu ilmu yang
dijadikan pedoman untuk mengatur dan mengendalikan
hati. Sebab, hati itu adalah suatu kekuatan yang bisa
membuat manusia bertingkah laku yang baik atau buruk,
sebagaimana sabda Rasulullah SAAW:



Sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal
darah, manakala segumpal darah itu baik maka tubuh
manusia akan baik dan sebaliknya apabila segumpal da
rah itu buruk maka tubuh manusiapun akan buruk. Se
gumpal darah itu disebut Qalbu (hati).
Dalam ilmu thariqah, hati disebut lathifah dan terka
dang dinamakan Hati Sanubari.
Hadits Rasulullah SAAW tersebut memberikan pe
mahaman bahwa hal-ihwal manusia dalam kehidupan
duniawi itu akan mengikuti apa kata hati. Karena hati
itulah yang menjadi raja dalam tubuh manusia.
Ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah
yang menyebutkan bahwa perbuatan maksiat akan mem
82

buat noda hitam dalam hati, dan untuk membersihkan


noda tersebut kita harus banyak beristigfar dan berzikir
kepada Allah. Imam Ghazali juga menerangkan dalam
kitab Ihya Ulumuddin bahwa hati manusia senantiasa
menjadi rebutan antara malaikat dan setan. Tatkala hati
itu sedang dikuasai oleh malaikat maka hati itu akan
berkata hal-hal yang baik sehingga tubuh manusia akan
melakukan perbuatan-perbuatan yang positif atau yang
baik. Dan sebaliknya, ketika hati dikuasai oleh syaitan
maka hati akan berkata buruk dan jelek sehingga tubuh
manusia akan melakukan perbuatan-perbuatan yang
buruk dan tercela.
Karena itu, peranan tasawuf atau thariqah sangat
penting bagi kehidupan manusia, baik kehidupan secara
individu maupun dalam rumah tangga, apalagi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab, ada yang
berpendapat bahwa kata tasawuf berasal dari fiil madi
Tsulasi Mujarrod, "Safa", yang artinya bersih. Dan ada
yang mengatakan bersasal dari fiil madi "Shafa Yashufu",
yang artinya domba yang berbulu banyak, sehingga tu
buh domba tersebut terlindung dari berbagai bahaya.
Dengan begitu, seorang sufi harus bisa melindungi diri
nya sendiri, keluarga masyarakat, bangsa dan Negara
dari berbagai bahaya.
Sangat keliru kalau ada orang yang mempunyai
pemahaman bahwa ilmu tasawuf atau thariqah itu akan
menjadikan manusia kerdil, terbelakang. Sebab, justru
dengan tasawuf atau thariqah manusia akan memiliki
83

hati yang bersih, dan dengan hati yang bersih itulah


akan bisa melaksanakan tugas dengan baik. Hikmah di
ciptakannya manusia sebagaimana tersebut di atas yaitu
sebagai
2. 2., , dan sebagai abdu (hamba),
maka dalam amalan thariqah, yang utama ialah meng
ucapkan kalimat thayyibah, baik menggunakan nafi
itsbat ataupun ismu dzat.
Pengamal thariqah mutabarah wajib mengamalkan
zikir tersebut sesuai dengan petunjuk muryisd masingmasing, dan wajib memahami secara benar makna
yang terkandung dalam kalimat thayyibah yang biasa
diterjemahkan dengan kata-kata "Tiada Tuhan selain
Allah". Ada sebagian ulama yang memberikan makna
"selain Allah, semua membutuhkan Allah, Allah tidak
membutuhkan yang lain (makhluk)".
Ada juga sebagian ulama yang menyatakan kalimat
thayyibah adalah ungkapan isi hati yang paling dalam,
mengakui bahwa dirinya sebagai hamba dan Allah seba
gai Tuhan.
Seorang hamba pasti senantiasa mengharapkan dan
membutuhkan segala sesuatu demi kebahagiaan dalam
kehidupan duniawi maupun ukhrawi dari Tuhannya.
Secara otomatis, agar segala keinginan manusia terpenuhi,
maka dia harus senantiasa taat kepada Tuhan. Apaapa yang menjadi perintah Allah pasti akan dikerjakan
dengan penuh Ihklas karena Allah sehingga dia dapat
melakasanakan tugas selaku Khalifah dan Istimar serta
beribadah dengan baik, baik ibadah mahdlah ataupun
84

ghoiru mahdlah, serta sanggup melakukan taawun alal


birri wat-taqwa, dan menjaga kerukunan dalam kehi
dupan rumah tangga, dan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara serta kehidupan beragama. Dia
dapat menjaga kerukunan dan keutuhan sesama mus
lim walaupun berbeda partai dan mazhab, dan mampu
menjaga kerukunan antar umat beragama, bisa menjaga
hak-hak tetangga meski berbeda aliran dan agama, beda
profesi dan pekerjaan, sebagaimana dicontohkan oleh
Nabi Muhammad SAAW.
Orang yang mengakui dengan hati yang sangat dalam
kedudukannya selaku hamba Allah akan senantiasa
mencintai Allah, sehingga tidak akan melakukan halhal yang dilarang oleh Allah, baik yang haram ataupun
makruh ataupun khilaful aula, semisal merusak ling
kungan, merusak rumah tangga, memecah belah umat,
mengkafirkan orang lain, menelantarkan keluarga, mem
biarkan anak-anaknya bodoh baik dalam bidang agama
maupun ilmu pengetahuan, membiarkan masyarakat,
bangsa dan negara morat-marit, bahkan berbuat makar
kepada pada pemerintahan yang sah.
Demikianlah, apabila kita ingin hidup baik dalam
rumah tangga, berbangsa dan bernegara maka kita wajib
berthariqah, dengan mengamalkan kalimat thayyibah
yang diajarkan oleh guru mursyid yang memiliki silsilah
yang sahih, yang sambung-menyambung sampai ke
pada Rasulullah, Malaikat Jibril, dan Allah SWT, serta
memahami makna ( Laa ilaah illa Allah) dan
85

mengamalkannya.
Syekh Muhammad Addasuki dalam kitab Ummul
Barahin mengatakan, Barangsiapa yang bisa ajek membaca kalimat thayyibah dengan khusyuk dan sesuai de
ngan aturan yang dibuat oleh para mursyid (termasuk
Imam Addasuki sendiri dan Imam Sanusi), maka akan
mendapatkan beberapa faedah yang sangat besar dan
banyak, di antaranya:
1. Dijadikan hatinya zuhud sehingga tidak tamak dan
loba apabila diberi jabatan tidak korupsi, apabila
menjadi pedagang tidak akan bohong, bila jadi petani
tidak mengambil tanah orang lain, dan lain-lain.
2. Dijadikan hatinya penuh percaya diri dan berserah
diri kepada Allah dengan melakukan ikhtiar sebagai
makhluk yang bermaqam kasbi untuk mendapatkan
keinginannya sehingga tidak melakukan praktek
suap-menyuap dan merampok hak orang lain
3. Akan memiliki hati yang malu apabila tidak melaku
kan perintah Allah dan meninggalkan larangan Allah
sebagai ungkapan rasa tadim kepada Allah
4. Akan diberi kecukupan atas segala kebutuhannya.
5. Akan mendahulukan kepentingan umum dari pada
kepentingan dirinya sendiri dan akan dijadikan hati
nya tidak mau merepotkan orang lain, melainkan
suka memberi manfaat kepada orang lain dan akan
mendapatkan keberkahan ekonomi dan keluarga
dan dipermudahkan oleh Allah hal-hal yang hu
bungannya dengan keuangan dan akan terbuka hati
86

nya sehingga dapat membedakan bahkan dapat me


lihat dengan mata hati sesuatu yang halal dan yang
haram bahkan yang subhat dan dapat melihat kebe
naran yang hakiki.

87

88

Diskusi Seminar Thariqah Sesi I


(23 Juli 2011)

1. Nunuk Rijoyo Adi Yogyakarta


Ketika seseorang yang belum mengetahui fungsi ilmu,
maka ia bodoh dan bisa saja tersesat.
a. Bagaimana thariqah menambah ilmu dan juga
ilmu tersebut diimplementasikan dalam kehidupan
ekonomi masyarakat?
Implementasi ilmu dalam kehidupan hanya 5
persen, 10 persen adalah keterampilan, dan 85
pesen adalah akhlak, sedangkan yang membuat
ilmu terus berkembang adalah paradigmanya.
Implementasi yang nyata dari konsep yang te
lah ada masih menjadi tugas bersama.
2. Zaki Setia Yogyakarta
Segala sesuatu haruslah ada motivasi agar tetap ber
jalan. Thariqah memberikan kedamaian dan menjadi
motivation building dalam diri orang yang sudah ber
thariqah.
a. Apakah selain orang thariqah juga merasakan mo
tivation building serta kedamaian thariqah? Lantas
yang menjadi pembeda apa?
89

Thariqah merupakan motivator, karena jauh


sebelumnya thariqah sudah merumuskan sis
tem To do, To Have, dan To Be.
3. Alan Latuconsina Jakarta
Kedamaian thariqah tak hanya dirasakan oleh peng
amal thariqah, namun semuanya, termasuk orang
yang belum berthariqah. Masalah yang paling utama
ialah bagaimana caranya agar orang yang belum
berthariqah juga merasa damai dan nyaman dengan
orang yang sudah berthariqah dan mampu men
syiarkan Thariqah dengan tepat. Orang thariqah
harus memahami masalah sanad dan tidak taklid se
mata.
a. Tugas utama orang berthariqah ialah belajar,
menyampaikan kebenaran dan kebaikan, menjadi
pemikat bagi kebenaran dan kebaikan. Thariqah
bukanlah dikotomi, melainkan sebagai parameter
gerakan moral positif. Thariqah merupakan ge
rakan spiritual fungsional. Thariqah tidak menge
cap begitu saja tanpa adanya kajian riset yang
benar-benar valid, serta thariqah juga tidak me
lakukan kesalahan yang berlanjut dan juga ber
ulang.
4. Solihin Gorontalo
Thariqah merupakan perjalanan spiritual untuk
menggapai rida Allah. Thariqah juga merupakan sisi
spiritual untuk mencapai kebahagiaan jangka pan
jang, ketika seseorang sudah merasakan kebahagiaan,
90

maka orang tersebut cenderung kreatif, berani,


percaya diri, jujur, humanis, serta masih banyak lagi
beberapa dampak positif lainnya.
5. Syahrudin Yasin Makassar
Kelemahan dalam dunia Thariqah harus segera
dicari dan dibenahi, bukan hanya pada ranah
konsep, melainkan pada strategi transformasi po
sitif.
Bagaimana taktik dan strategi Thariqah Alawiyah
dalam menanggapi masalah ekonomi?
Bagaimana cara membentuk mindset para jemaah
thariqah agar dalam mengembangkan usaha tidak
menemukan banyak kendala?
Mampukah thariqah mencari relasi untuk masalah
ekonomi, terkait orientasi bisnis?
Mampukah thariqah menjadi sarana pendamai?
7. Laode Arham Jakarta
Rumusan upgrade ilmu tentang ekonomi kerak
yatan kepada para jemaah thariqah perlu diada
kan
Menurut British Council, Indonesia merupakan
negara yang memiliki Usaha Kecil Menengah
(UKM) terbesar di dunia.
Para jamaah thariqah harus memiliki link serta
akses bisnis, terutama dengan pihak bank.
Potensi ikatan emosional antar jemaah thariqah
perlu diubah menjadi ikatan ekonomi dan ikatan
profesional.
91

Perlu diadakan pelatihan yang membahas tentang


aspek ekonomi kepada para jemaah thariqah, agar
para jamaah thariqah mampu menguasai beberapa
sektor ekonomi secara nyata.
Para jamaah thariqah di Madura masih cenderung
fanatik, sehingga sering terjadi kontra dan berimbas
saling menyalahkan ajaran. Hal semacam ini perlu
mendapat perhatian khusus.
Thariqah mampu menahan tumbuhnya terorisme
di Indonesia, karena para jamaah thariqah sudah
memiliki aspek kejiwaan yang stabil.
7. Slamet Riyadi Banjar Baru, Kalimantan Selatan
Seminar bukan hanya untuk Thariqah Alawiyah
saja, melainkan untuk semua thariqah mukta
barah.
Kasus yang terjadi di Madura diperkirakan karena
hanya dibimbing oleh guru yang bukan Mursyid.
Bagaimana cara sosialisasi thariqah yang efisien
dan mudah dipahami?
8. Slamet Trenggalek
a. Apakah gerakan Lia Aminudin (Lia Eden) terma
suk kategori thariqah juga?
b. Apakah thariqah juga merupakan sekte?
c. Apakah thariqah juga bisa menyesatkan?
Lia Eden bukan orang thariqah, karena sanad
nya tidak bisa dijelaskan secara nyata.
Thariqah juga bisa sesat ketika sanadnya tidak
jelas atau bahkan sanadnya terputus.
92

Diskusi Seminar Thariqah Sesi II


(24 Juli 2011)

1. Surono Yogyakarta
Keberhasilan akan bisa dicapai berkat disiplin.
Disiplin waktu merupoakan kunci keberhasilan,
sedangkan nilai kedisiplinan bangsa Indonesia ma
sih sangat minim. Itu sebabnya jemaah thariqah
juga harus displin agar harapan yang diinginkan
bisa terwujud.
2. Ivan Rahmat Santoso Gorontalo
a. Masalah utama ekonomi yaitu distribusi ekonomi
yang tidak merata, distribusi ekonomi dalam tha
riqah adalah zakat, infak, dan sedekah.
b. Faktor pemerataan distribusi merupakan cara me
ngelola zakat secara optimal
Diperlukan adanya distributor zakat yang resmi
dalam masyarakat thariqah.
3. Slamet Trenggalek
a. LDII di daerah-daerah memiliki usaha galeri atau
semacamnya dan biasa dinamakan "Al-Barokah"
dan senantiasa mendapat kucuran dana dari
pengurus pusat LDII.
93

b. Alangkah baiknya para jemaah thariqah juga bisa


bercermin pada kegiatan-kegiatan positif kelom
pok lain yang lebih berpengalaman dalam bidang
ekonomi.
Islam unggul dan tidak menghancurkan sendisendi dasar.
Prinsip yang bisa digunakan dalam kegiatan
ekonomi adalah ATM (Amati, Tiru, dan
Modifikasi).
Para jemaah thariqah rata-rata menengah ke
bawah, dan karena itu salah satu cara memak
murkan jemaah ialah dengan mengembangkan
koperasi.
Para jemaah thariqah terkadang mengabaikan
dual modal: modal nyata (harta kekayaan) dan
modal tak nyata (kejujuran, disiplin, ketaatan,
dan lain sebagainya).
Perlu mendirikan pusat pelatihan kewirausa
haan.
Para jemaah thariqah harus selalu taat kepada
Mursyid yang telah digariskan oleh Allah.
4. Slamet Trenggalek
a. Salawat Wahidiyah memiliki cara konsentrasi pe
nuh dan mampu membuat orang yang mengamal
kan lupa akan segala hal (tidak sadar), bahkan di
saat terbunuh pun ia akan merasa biasa saja (hal
yang pernah terjadi dalam diri Sayyidina Ali bin
Abi Thalib RA).
94

5. Samsul Alam Purworejo


a. Semua manusia pada dasarnya sudah berthariqah
ketika di alam rahim dan sudah dibaiat.
b. Cara menyadarkan kembali manusia ialah dengan
memberikan penekanan bahwa sesungguhnya
dulu saat ia di alam rahim pun sudah dibaiat.
c. Nabi Adam AS menyaksikan bahwa Nur Mu
hammad sudah diciptakan jauh sebelum Allah
menciptakan makhluk yang lainnya.
6. Sukino Jakarta
a. Iman adalah perbuatan yang nyata.
b. Ancaman dunia terbesar adalah sistem globali
sasi.
c. Bagaimana orang thariqah menghadapi globali
sasi.
d. Bagaimana cara orang meyakinkan orang-orang
yang anti Thariqah bahwa ketika kita dibaiat,
sekitar 390.000 setan yang ada dalam diri ini di
hilangkan. Sementara definisi dari baiat sering di
salahpahami (belum bisa memberikan pengertian
yang memuaskan).
e. Bagaimana cara membentuk paradigma orang
berthariqah?
f. Pada tahun 1924 kondisi aman, karena sistem
khilafah berjalan.
g. Warga Nahdlatul Ulama (NU) harus dibaiat dan
berada dalam wilayah koordinasi JATAMAN.
Kita harus segera bangkit dan mencari bukti,
95

bukan menunggu bukti


Para jemaah thariqah hendaknya memahami
terlebih dahulu arti dasar baiat secara tekstual
atau kontekstual, sehingga definisi baiat tidak
menjadi bias.
Para jemaah thariqah perlu menyampaikan de
finisi thariqah, hakikat, makrifat, dan tasawuf
secara baik dan benar.
7. Eric Mammert Yogyakarta
a. Semua jemaah thariqah harus memiliki mursyid
yang haq, dan bagi yang belum memiliki harus
segera mencari.
b. Perlu adanya bukti konkret dalam berthariqah,
lantas bagaimana cara membuktikannya?
c. Kunci prestasi keberhasilan thariqah salah satunya
ialah memberikan bukti nyata:
Fungsi Thariqah salah satunya ialah memberi
kan implementasi nyata kepada masyarakat
umum.
Antara kedamaian dan ekonomi saling ber
kaitan.
8. Fadli Saleh Gorontalo
a. Bagaimana cara bersyiar kepada orang yang belum
dibaiat?
Meluruskan ajaran thariqah yang belum jelas
sanadnya.
Menginformasikan bahwa ada 43 thariqah
yang muktabarah.
96

Tugas jemaah thariqah salah satunya ialah


menertibkan thariqah dan senantiasa meng
awasi lingkungan sekitar.
Ada beberapa alasan seseorang mengikuti
orang lain, antara lain karena manfaat, karena
kelebihan (kaya, pintar, dan lain sebagainya),
serta karena kenyamanan.

97

98

KESIMPULAN HASIL SIDANG KOMISI


SEMINAR NASIONAL THARIQAH DALAM
RANGKA MAULID NABI MUHAMMAD SAAW
1432 H/2011 M
Tema: Kedamaian Hidup Berthariqah
Fasilitator: Sayyid Hasan Abdullah al-Kaff

Komisi A 1. Kedamaian Buah Berthariqah



2. Berthariqah Penunjang dalam Perekono
mian

A.1 Kedamaian Buah Berthariqah


1. Berperan dalam menyelesaikan masalah konflik
thariqah dan konflik lain di masyarakat.
2. Mensosialisasikan thariqah secara benar dengan
bahasa yang mudah, minimal di kalangan jemaah,
lingkungan sekitar, dan lain-lain, lewat buku yang
mudah dipahami masyarakat luas.
3. Meluruskan pemahaman dan ajaran thariqah yang
tidak jelas sanadnya, dan mengajak masyarakat
untuk mengikuti thariqah dan Imam Mursyid
yang benar/muktabarah.
4. Mengembangkan berbagai hal baru dan kreatif
di masyarakat. Meningkatkan kepercayaan diri
99

jemaah dan masyarakat semata-mata meraih rida


Allah SWT.
5. Menjadikan thariqah sebagai gerakan moral yang
kuat, bersifat spiritual-fungsional.
6. Mengubah persepsi dan cara berpikir masyarakat
tentang thariqah.
7. Meminta kepada JATMAN (induk organisasi
thariqah) untuk menertibkan thariqah di Indo
nesia.

A.2 Berthariqah Penunjang dalam Perekonomian


1. Memperkuat ekonomi para jemaah yang meliputi
aspek kelembagaan, akses, jaringan, produksi,
marketing dan distribusi.
2. Memperkuat modal-modal di jemaah: modal yang
kelihatan (uang, kendaraan tempat, dan lain-lain)
dan tidak kelihatan (kejujuran, disiplin, ketaatan,
dan lain-lain).
3. Membuka dan memberikan akses kepada jemaah dan
masyarakat dalam menjalankan bisnis dan usaha.
4. Memberikan pelatihan-pelatihan manajemen
ekonomi, pola pikir, pengembangan kepribadian,
dan lain-lain.
5. Membuat lembaga/badan yang memaksimalkan
pemerataan distribusi zakat, infak, dan sedekah.
6. Membuat dan mengembangkan lembaga koperasi
berbasis syariah di kalangan jemaah dan masya
rakat.
100

Komisi B:
Keilmuan buah berthariqah, dan lain-lain. Poin-poin
dalam pembahasan Komisi B merupakan materi pem
bahasan khusus atau inti dari ajaran thariqah yang tidak
bisa dibahas. Yang perlu adalah rekomendasi sebagai
berikut:
1. Memberikan pemahaman yang benar kepada je
maah dan masyarakat tentang thariqah, hakikat,
makrifat, dan tasawuf.
2. Meningkakan keilmuan para jemaah dan masya
rakat guna menghasilan buah thariqah.
3. Meningkatkan kemampuan para jemaah dalam
beristiqamah, mengamalkan thariqah mencapai
makrifat.
4. Membangkitkan kembali gerakan thariqah (or
ganisasi jemaah, sistem, struktur dan pola gerakan,
kerja, dan lain-lain).
5. Memasyarakatkan thariqah, menthriqahkan ma
syarakat.
Komisi C
Kehidupan Bermasyarakat dalam Berthariqah dan
Membentuk Kedamaian
1. Mengajak teman-teman, keluarga dan suadara
untuk mengikuti thariqah yang benar.
2. Para pengamal thariqah dapat memberikan teladan
di masyarakat tentang bagaimana membangun
kehidupan yang damai di masyarakat.
101

3. Anggota jemaah menjadi pelopor pembaharuan,


peningkatan hidup masyarakat melalui bidang
perekonomian.
4. Mendirikan lembaga Thariqah Information
Centre (TIC) dan pendidikan kerakyatan.

102

You might also like