You are on page 1of 37

1.

MM ANATOMI MATA
1.1.
Makroskopis Mata
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar ke
dalam, lapisanlapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2) koroid/badan siliaris/iris, dan (3)
retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar,
sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas
kornea transparan tempat lewatnya berkasberkas cahaya ke interior mata. Lapisan tengah
dibawah sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-pembuluh
darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam dibawah koroid adalah retina, yang
terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam.
Retina mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya
menjadi impuls syaraf.
Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan cahaya ke retina. Semua
komponenkomponen yang dilewati cahaya sebelum sampai ke retina mayoritas berwarna gelap
untuk meminimalisir pembentukan bayangan gelap dari cahaya. Kornea dan lensa berguna untuk
mengumpulkan cahaya yang akan difokuskan ke retina, cahaya ini akan menyebabkan perubahan
kimiawi pada sel fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang impulsimpuls syaraf ini dan
menjalarkannya ke otak.

Cahaya masuk ke mata dari media ekstenal seperti, udara, air, melewati kornea dan masuk ke
dalam aqueous humor. Refraksi cahaya kebanyakan terjadi di kornea dimana terdapat
pembentukan bayangan yang tepat. Aqueous humor tersebut merupakan massa yang jernih yang
menghubungkan kornea dengan lensa mata, membantu untuk mempertahankan bentuk konveks

dari kornea (penting untuk konvergensi cahaya di lensa) dan menyediakan nutrisi untuk
endothelium kornea. Iris yang berada antara lensa dan aqueous humor, merupakan cincin
berwarna dari serabut otot. Cahaya pertama kali harus melewati pusat dari iris yaitu pupil.
Ukuran pupil itu secara aktif dikendalikan oleh otot radial dan sirkular untuk mempertahankan
level yang tetap secara relatif dari cahaya yang masuk ke mata. Terlalu banyaknya cahaya yang
masuk dapat merusak retina. Namun bila terlalu sedikit dapat menyebabkan kesulitan dalam
melihat. Lensa yang berada di belakang iris berbentuk lempeng konveks yang memfokuskan
cahaya melewati humour kedua untuk menuju ke retina.
Untuk dapat melihat dengan jelas objek yang jauh, susunan otot siliare yang teratur secara
sirkular akan akan mendorong lensa dan membuatnya lebih pipih. Tanpa otot tersebut, lensa akan
tetap menjadi lebih tebal, dan berbentuk lebih konveks. Manusia secara perlahan akan
kehilangan fleksibilitas karena usia, yang dapat mengakibatkan kesulitan untuk memfokuskan
objek yang dekat yang disebut juga presbiopi. Ada beberapa gangguan refraksi lainnya yang
mempengaruhi bantuk kornea dan lensa atau bola mata, yaitu miopi, hipermetropi dan
astigmatisma.
Selain lensa, terdapat humor kedua yaitu vitreous humor yang semua bagiannya dikelilingi oleh
lensa, badan siliar, ligamentum suspensorium dan retina. Dia membiarkan cahaya lewat tanpa
refraksi dan membantu mempertahankan bentuk mata.
Bola mata terbenam dalam corpus adiposum orbitae, namun terpisah darinya oleh selubung
fascia bola mata. Bola mata terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu :
1. Tunica Fibrosa
Tunica fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opaque atau sklera dan bagian anterior yang
transparan atau kornea. Sklera merupakan jaringan ikat padat fibrosa dan tampak putih. Daerah
ini relatif lemah dan dapat menonjol ke dalam bola mata oleh perbesaran cavum subarachnoidea
yang mengelilingi nervus opticus. Jika tekanan intraokular meningkat, lamina fibrosa akan
menonjol ke luar yang menyebabkan discus menjadi cekung bila dilihat melalui oftalmoskop.
Sklera juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang terkait yaitu vv.vorticosae. Sklera
langsung tersambung dengan kornea di depannya pada batas limbus. Kornea yang transparan,
mempunyai fungsi utama merefraksikan cahaya yang masuk ke mata. Tersusun atas lapisanlapisan berikut ini dari luar ke dalam sama dengan: (1) epitel kornea (epithelium anterius) yang
bersambung dengan epitel konjungtiva. (2) substansia propria, terdiri atas jaringan ikat
transparan. (3) lamina limitans posterior dan (4) endothel (epithelium posterius) yang
berhubungan dengan aqueous humour.
2. Lamina vasculosa
Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan : (1) choroidea (terdiri atas lapis luar
berpigmen dan lapis dalam yang sangat vaskular) (2) corpus ciliare (ke belakang bersambung
dengan choroidea dan ke anterior terletak di belakang tepi perifer iris) terdiri atas corona ciliaris,
procesus ciliaris dan musculus ciliaris (3) iris (adalah diafragma berpigmen yang tipis dan
kontraktil dengan lubang di pusatnya yaitu pupil) iris membagi ruang diantara lensa dan kornea
menjadi camera anterior dan posterior, serat-serat otot iris bersifat involunter dan terdiri atas
serat-serat sirkuler dan radier.
3. Tunica sensoria (retina)

Retina terdiri atas pars pigmentosa luar dan pars nervosa di dalamnya. Permukaan luarnya
melekat pada choroidea dan permukaan dalamnya berkontak dengan corpus vitreum. Tiga
perempat posterior retina merupakan organ reseptornya. Ujung anterior membentuk cincin
berombak, yaitu ora serrata, di tempat inilah jaringan syaraf berakhir. Bagian anterior retina
bersifat non-reseptif dan hanya terdiri atas sel-sel pigmen dengan lapisan epitel silindris di
bawahnya. Bagian anterior retina ini menutupi procesus ciliaris dan bagian belakang iris.
Di pusat bagian posterior retina terdapat daerah lonjong kekuningan, macula lutea, merupakan
daerah retina untuk penglihatan paling jelas. Bagian tengahnya berlekuk disebut fovea sentralis.
Nervus opticus meninggalkan retina lebih kurang 3 mm medial dari macula lutea melalui discus
nervus optici. Discus nervus optici agak berlekuk di pusatnya yaitu tempat dimana ditembus oleh
a. centralis retinae. Pada discus ini sama sekali tidak ditemui coni dan bacili, sehingga tidak peka
terhadap cahaya dan disebut sebagai bintik buta. Pada pengamatan dengan oftalmoskop, bintik
buta ini tampak berwarna merah muda pucat, jauh lebih pucat dari retina di sekitarnya.
Media refrakta dan bagiannya.
KORNEA
Selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya. Kornea adalah perpanjangan
anterior yang transparan pada sklera di bagian depan mata, merupakan lapis jaringan yang
menutup bola mata sebelah depan. Kornea bertanggung jawab untuk sekitar 70% daya refraktif.
Mentransmisi cahaya dan memfokuskancahaya. Kornea terdiri dari lima lapisan dari luar ke
dalam (anterior ke posterior ) adalah :
1.

EPITEL KORNEA
Merupakan lanjutan dari epitel konjungtiva bulbi. Terdiri atas 5-6 lapis sel epitel tidak
bertanduk yang saling tumpang tindih berasal dariektoderm permukaan. Dibawahnya
terdapat 2-3 lapis sel polyhedral. Di atas membrana basalis terdapat lapisan basal yang berisi
sel-sel silindris yang terlihat mitosis. Jika terdorong ke depan akan membentuk lapis sel
sayap, makin maju akan menjadi sel gepeng. Sel basal akan berikatan dengan sel basal
disampingnya dan sel poliglonal melalui desmosom dan makula okludens sehingga
membentuk ikatan yang menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan
barrier.

2.

MEMBRANA BOWMAN/LAMINA LIMITANS ANTERIOR


Terletak di bawah membrana basal epitel kornea dan merupakan kolagen yang tersususn
tidak teratur seperti stroma. Lapisan ini ditembus saraf-saraf yang menuju epitel kornea.
Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi

3.

SUBSTANSIA PROPRIA/STROMA
Merupakan 90% dari ketebalan kornea. Terdiri atas lamel-lamel kolagen yang
diantaranya ada celah sempit berisis fibroblast yang terjepit (sitoplasma bercabang-cabang)
yaitu keratosit, limfosit dan makrofag. Keratosit memproduksi kolagen dan substansia dasar
glycosaminoglycans. Pembentukan kembali serat kolagen kadang sampai 15 bulan.

4.

MEMBRANA DESCEMET/MEMBRANA LIMITANS POSTERIOR


Merupakan membrana basalis endotel kornea yang aseluler. Bersifat sangat elastik dan
berkembang terus seumur hidup.

5.

ENDOTEL KORNEA
Disusun selapis sel gepeng. Tidak punya daya regenerasi. Berasal dari mesoderm,
berlapis satu dan bentuk hexagonal. Endotel melekat pada membrana descemet melalui hemi
desmosom dan zonla okluden.
LIMBUS KORNEA
Merupakan zona peralihan atau zona pertemuan antara kornea dan sklera. Epitel kornea menebal
sampai 10 atau lebih lapisan dan melanjutkan diri dengan konjungtiva. Membran bowman
berhenti dengan tiba-tiba. Membran descemet menipis, memecah dan melanjutkan diri menjadi
trabekula ligamentum pektinata. Stroma kornea menjadi kurang teratur dan dari lamel khas
kurang teratur (seperti sklera). Memiliki vaskularisasi yang baik.
AQUEOUS HUMOR
Merupakan cairan yang disekresi oleh epitel ciliar (sebagian) dan oleh difusi dari kapiler dalam
processus ciliar. Mengandung materi yang dapat berdifusi dari plasma darah tetapi mengandung
kadar protein yang rendah (0,02%) dibandingkan dengan serum (7%). Bila derajat sekresi sama
dengan derajat penyaluran keluar, tekanan intra okular (TIO) tetap konstan sekitar 23 mmHg.
LENSA
Bentuk biconvex (cembung ), transparan, avaskuler, dan elastis. Lensa terletak di belakang iris
yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk cakram yang dapat menebal dan menipis.
Elastisitas dapat menurun seiring meningkatnya usia dan mengerasnya lensa. Secara struktural
terdapat 3 komponen :

1.

Capsula lensa
merupakan lamina basal transparan dan elastis yang membungkus keseluruhan lensa.
Kapsul bersifat homogen, elastis, membran yang tidak terbentuk dan mengandung
glikoprotein dan kolagen tipe IV. Melekat pada lensa, serat zonula (zonula zinii) yang
berjalan ke badan siliar sebagai ligamen suspensorium/penyokong.

2.

Epitelium subscapular
sel-sel epitel ini memiliki banyak interdigensi dengan serat-serat lensa. Permukaan
anterior dilapisi epitel kuboid rendah. Menuju arah equator, epitel tinggi menjadi kolumnar
kemudian menjadi serat lensa.

3.

Serat lensa
serat lensa berbentuk sebagai prisma heksagonal. Di permukaan, pada kortex, serat yang
lebih muda mengandung inti dan organel. Di bagian tengah, dalam inti lensa, serat yang lebih
tua telah kehilangan inti dan tampak homogen. Saat berdiferensiasi, kehilangan inti sel
kemudian diisi protein kristalin.
BADAN VITREUS
Bentuk sferoid/bundar dengan lekukan pada bagian anterior untuk menyesuaikan dengan
lensa. Terdiri atas air (99%), sedikit kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat
terhidrasi. Mengandung sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat.
bagian aksesoris mata.
ORBITA
Adalah lekukan tulang yang berisi bola mata. Hanya seperlima rongga orbita yang terisi bola
mata; sisa rongga berisi jaringan ikat dan adiposa, serta otot mata ekstrinsik, yang berasal dari
orbita dan menginsersi bola mata. Ada dua lubang pada orbita yaitu foramen optik berfungsi
untuk lintasan saraf optik dan arteri oftalmik, dan fisura orbital superior berfungsi untuk lintasan
saraf dan arteri yang berkaitan dengan otot mata.
KONJUNGTIVA
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang.
Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung
kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama
kornea.
Konjungtiva terdiri atas 3 bagian, yaitu :
- Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus.
- Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera bawahnya.
- Konjungtiva fornisses atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan
konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi
. Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di
bawahnya sehingga bola mata mudah untuk bergerak.

APARATUS LAKRIMAL

Sistem sekresi bola mata terletak di daerah temporal bola mata. Sistem ekresi mulai pada
pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus inferior.
Sistem lakrimal terdiri atas dua bagian :
- Sistem produksi atau glandula lakrimal, glandula lakrimal terletak di temporo antero
superior rongga orbita.
- Sistem ekresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal dan
duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak di bagian depan rongga orbita. Air mata dari
duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior.
Air mata mengandung garam, mukosa, dan lisozim, suatu bakteriosida. Berkedip dapat menekan
kelenjar lakrimal dan menyebabkan produksi air mata.
ALIS DAN KELOPAK MATA
Alis mata melindungi mata dari keringat sedangkan kelopak mata atas dan bawah melindungi
mata dari kekeringan dan debu serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air
mata di depan kornea.
Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang ditutupi
selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Pada kelopak mata terdapat bagian-bagian :
- Kelenjar : kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat, kelenjar zeiss pada
pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus.
- Otot : M. Orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak mata atas dan
bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. M. Orbikularis berfungsi menutup bola mata
yang di persarafi oleh N. fasialis.
- Pembuluh darah yang mendarahinya adalah a. Pelpebra.

Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari kelopak
mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian
jernih di tengah-tengah mata (kornea). Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah
merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:
1.
2.
3.

konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).


konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).
forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan
bola mata).1
Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga
bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan
mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang
mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan
memberi nutrisi bagi kornea.1
Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan epitel silinder bertingkat,
superfisial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula dan di dekat

persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa. Sel-sel
epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus
mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata di
seluruh prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel superfisial dan di
dekat limbus dapat mengandung pigmen. 4
Produksi musin oleh sel-sel goblet konjungtiva sangat penting untuk membuat air
mata melekat pada epitel kornea. Kegagalan produksi sekret kelenjar lakrimalis
atau produksi sel-sel goblet akan mengakibatkan mata kering, kalau parah keadaan ini

meyebabkan rasa nyeri dan merupakan predisposisi terjadinya ulserasi serta kekeruhan kornea. 6
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Kedua arteri ini
beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti
pola arterinya membentuk jaring-jaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh
limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung
dengan pembuluh limfe kelopak mata hingga membentuk pleksus limfatikus yang kaya.
Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan (oftalmik) pertama nervus V. Saraf ini hanya
relatif sedikit mempunyai serat nyeri. 4
ANATOMI MATA
Struktur Mata dan Aksesorinya
Mata merupakan organ penglihatan yang dimiliki manusia. Mata dilindungi oleh area orbit
tengkorak yang disusun oleh berbagai tulang seperti tulang frontal, sphenoid, maxilla, zygomatic,
greater wing of sphenoid, lacrimal, dan ethmoid.
Sebagai struktur tambahan mata, dikenal berbagai struktur aksesori yang terdiri dari alis mata,
kelopak mata, bulu mata, konjungtiva, aparatus lakrimal, dan otot-otot mata ekstrinsik. Alis mata
dapat mengurangi masuknya cahaya dan mencegah masuknya keringat, yang dapat menimbulkan
iritasi, ke dalam mata. Kelopak mata dan bulu mata mencegah masuknya benda asing ke dalam
mata. Konjungtiva merupakan suatu membran mukosa yang tipis dan transparan. Konjungtiva
palpebra melapisi bagian dalam kelopak mata dan konjuntiva bulbar melapisi bagian anterior
permukaan mata yang berwarna putih. Titik pertemuan antara konjungtiva palpebra dan bulbar
disebut sebagai conjunctival fornices.
Apparatus lakrimal terdiri dari kelenjar lakrimal yang terletak di sudut anterolateral orbit dan
sebuah duktus nasolakrimal yang terletak di sudut inferomedial orbit. Kelenjar lakrimal
diinervasi oleh serat-serat parasimpatis dari nervus fasialis. Kelenjar ini menghasilkan air mata
yang keluar dari kelenjar air mata melalui berbagai duktus nasolakrimalis dan menyusuri
permukaan anterior bola mata. Tindakan berkedip dapat membantu menyebarkan air mata yang
dihasilkan kelenjar lakrimal.
Air mata tidak hanya dapat melubrikasi mata melainkan juga mampu melawan infeksi bakterial
melalui enzim lisozim, garam serta gamma globulin. Kebanyakan air mata yang diproduksi akan
menguap dari permukaan mata dan kelebihan air mata akan dikumpulkan di bagian medial mata
di kanalikuli lakrimalis. Dari bagian tersebut, air mata akan mengalir ke saccus lakrimalis yang
kemudian menuju duktus nasolakrimalis. Duktus nasolakrimalis berakhir pada meatus inferior
kavum nasalis dibawah konka nasalis inferior.

Untuk menggerakkan bola mata, mata dilengkapi dengan enam otot ekstrinsik. Otot-otot tersebut
yaitu superior rectus muscle, inferior rectus muscle, medial rectus muscle, lateral rectus muscle,
superior oblique muscle, dan inferior oblique muscle. Superior oblique muscle diinervasi oleh
nervus troklearis. Lateral rectus muscle diinervasi oleh nervus abdusen. Keempat otot mata
lainnya diinervasi oleh nervus okulomotorius.

Mata mempunyai diameter sekitar 24 mm dan tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu outer
fibrous layer, middle vascular layer dan inner layer. Outer fibrous layer (tunica fibrosa) dibagi
menjadi dua bagian yakni sclera dan cornea. Sclera (bagian putih dari mata) menutupi sebagian
besar permukaan mata dan terdiri dari jaringan ikat kolagen padat yang ditembus oleh pembuluh
darah dan saraf. Kornea merupakan bagian transparan dari sclera yang telah dimodifikasi
sehingga dapat ditembus cahaya.
Middle vascular layer (tunica vasculosa) disebut juga uvea. Lapisan ini terdiri dari tiga bagian
yaitu choroid, ciliary body, dan iris. Choroid merupakan lapisan yang sangat kaya akan
pembuluh darah dan sangat terpigmentasi. Lapisan ini terletak di belakang retina. Ciliary body
merupakan ekstensi choroid yang menebal serta membentuk suatu cincin muskular disekitar
lensa dan berfungsi menyokong iris dan lensa serta mensekresi cairan yang disebut sebagai
aqueous humor.
Iris merupakan suatu diafragma yang dapat diatur ukurannya dan lubang yang dibentuk oleh iris
ini disebut sebagai pupil. Iris memiliki dua lapisan berpigmen yaitu posterior pigment epithelium
yang berfungsi menahan cahaya yang tidak teratur mencapai retina dan anterior border layer
yang mengandung sel-sel berpigmen yang disebut sebagai chromatophores. Konsentrasi melanin
yang tinggi pada chromatophores inilah yang memberi warna gelap pada mata seseorang seperti
hitam dan coklat. Konsentrasi melanin yang rendah memberi warna biru, hijau, atau abu-abu.
Inner layer (tunica interna) terdiri dari retina dan nervus optikus.

Komponen Optik Mata


Komponen optik dari mata adalah elemen transparan dari mata yang tembus cahaya serta mampu
membelokkan cahaya (refraksi) dan memfokuskannya pada retina. Bagian-bagian optik ini
mencakup kornea, aqueous humor, lensa, dan vitreous body. Aqueous humor merupakan cairan
serosa yang disekresi oleh ciliary body ke posterior chamber, sebuah ruang antara iris dan lensa.
Cairan ini mengalir melalui pupil menuju anterior chamber yaitu ruang antara kornea dan iris.
Dari area ini, cairan yang disekresikan akan direabsorbsi kembali oleh pembuluh darah yang
disebut sclera venous sinus (canal of Schlemm).
Lensa tersuspensi dibelakang pupil oleh serat-serat yang membentuk cincin yang disebut
suspensory ligament, yang menggantungkan lensa ke ciliary body. Tegangan pada ligamen
memipihkan lensa hingga mencapai ketebalan 3,6 mm dengan diameter 9,0 mm. Vitreous body
(vitreous humor) merupakan suatu jelly transparan yang mengisi ruangan besar dibelakang lensa.

Komponen Neural Mata


Komponen neural dari mata adalah retina dan nervus optikus. Retina merupakan suatu membran
yang tipis dan transparan dan tefiksasi pada optic disc dan ora serrata. Optic disc adalah lokasi
dimana nervus optikus meninggalkan bagian belakang (fundus) bola mata. Ora serrata
merupakan tepi anterior dari retina. Retina tertahan ke bagian belakang dari bola mata oleh
tekanan yang diberikan oleh vitreous body. Pada bagian posterior dari titik tengah lensa, pada
aksis visual mata, terdapat sekelompok sel yang disebut macula lutea dengan diameter kira-kira
3 mm. Pada bagian tengah dari macula lutea terdapat satu celah kecil yang disebut fovea
centralis, yang menghasilkan gambar/visual tertajam. Sekitar 3 mm pada arah medial dari
macula lutea terdapat optic disc. Serabut saraf dari seluruh bagian mata akan berkumpul pada
titik ini dan keluar dari bola mata membentuk nervus optikus. Bagian optic disc dari mata tidak
mengandung sel-sel reseptor sehingga dikenal juga sebagai titik buta (blind spot) pada lapangan
pandang setiap mata.

1.2.

Mikroskopis Mata

Lapisan Histologis Dinding Bola Mata


Secara histologis, dinding bola mata disusun oleh 3 lapisan:
Tunika fibrosa yang terdiri atas sklera dan kornea.
Tunika vaskularis yang terdiri atas khoroid, badan siliaris, dan iris.
Tunika neuralis yang terdiri atas retina
Tunika Fibrosa
Lapisan ini membentuk kapsul yang berfungsi menyokong bola mata, tersusun atas sklera dan
kornea. Sklera terletak di sebelah belakang bola mata, merupakan bagian yang berwarna putih
sementara kornea terletak di sebelah depan bola mata, merupakan bagian bening yang menutupi
iris. Pertemuan antara sklera dan kornea disebut limbus.
Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang disusun oleh serat kolagen tipe 1 serta elastin. Susunan
ini membentuk struktur dinding bola mata yang kokoh, disokong oleh tekanan intraokular yang
berasal dari humor akuaeous dan humor vitreus. Bagian belakang sklera yang ditembus oleh
serat saraf optik dinamakan lamina kribrosa. Di sklera dapat ditemukan pembuluh darah,
terutama di limbus.

Kornea
Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan, tidak
mengandung pembuluh darah dan kaya akan ujung-ujung serat
saraf. Kornea bersifat avaskular sehingga nutrisi didapat dari
difusi dari pembuluh darah perifer di limbus, dan melalui humor
akweus. Kornea terdiri dari 5 lapisan:
1. Epitel kornea
- Disusun oleh epitel gepeng berlapis tanpa
lapisan tanduk.
- Merupakan lapisan kornea terluar.
- Terdiri dari 7 lapis sel.
- Mengandung banyak ujung serat saraf
bebas.
2. Membran Bowman
- Terletak dibawah epitel.
- Disusun serat kolagen tipe-1.
3. Stroma Kornea
- Lapisan kornea tertebal.

Tersusun dari serat kolagen tipe-1, berjalan pararel membentuk lamel


kolagen.
- Terdapat sel fibroblas diantara serat kolagen.
4. Membran Descemet
- Membran dasar tersusun dari serat kolagen
5. Endotel Kornea
- Disusun oleh epitel selapis gepeng atau kuboid.
- Mensintesis protein untuk membran descemet
- Memiliki pompa natrium yang berperan penting untuk menjaga
tekanan dalam stroma kornea.
Kelebihan cairan dalam stroma dapat diserap oleh endotel dengan cara
mengeluarkan ion natrium ke dalam kamera okuli anterior sehingga air akan
ikut keluar bersama ion natrium. Stroma kornea harus dipertahankan dalam
keadaan sedikit dehidrasi untuk menjaga kualitas refraksi kornea. Kornea
menjadi buram bila endotel kornea gagal mengeluarkan kelebihan cairan di
stroma.
Limbus
- Merupakan tempat pertemuan antara kornea dengan sklera.
- Stromanya merupakan tepian sklera yang menyatu dengan kornea.
Tersusun atas jaringan ikat fibrosa.
- Terdapat Kanal Schlemm yang merupakan pembuluh berbentuk cincin
yang melingkari mata dan bermuara pleksus vena sklera.
- Pada korpus siliaris terdapat muskulis siliaris, otot polos untuk
mengatur akomodasi mata.
Tunika Vaskulosa
Koroid
Khoroid merupakan lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah dan
sel berpigmen sehingga tampak berwarna hitam. Lapisan ini tersusun dari
jaringan penyambung jarang yang mengandung serat-serat kolagen dan
elastin, sel sel fibroblas, pembuluh darah dan melanosit. Khoroid memiliki 4
lapisan:
1.
2.
-

Epikhoroid
Lapisan khoroid terluar tersusun dari serat-serat kolagen dan elastin.
Lapisan pembuluh
Lapisan yang paling tebal dan tersusun dari pembuluh darah dan
melanosit
3. Lapisan koriokapiler
- Tersusun dari pleksus kapiler, jaringan ikat kolagen dan elastin,
fibroblas dan melanosit
- Berfungsu menyuplai nutrisi untuk bagian luar retina

4.
Lamina elastika lapisan khoroid yang berbatasan dengan epitel
pigmen retina
Korpus siliaris
-

Merupakan perluasan khoroid ke arah


depan.
Disusun
oleh
jaringan
ikat
yang
menganding elastin, pembuluh darah, dan
melanosit.
Badan siliaris membentuk tonjolan-tonjolan
pendek prosessus siliaris.
Dari prosessus siliaris muncul benang
fibrillin yang akan berinsersi pada kapsula
lensa, disebut sebagai zonula zinii.
Zonula zinii berfungsi sebagai penggantung
lensa
Dilapisi oleh 2 lapis epitel kuboid.
Sel-sel korpus siliaris merupakan penghasil
aqueous humor.
Cairan ini akan mengalir dari kamera okuli
posterior ke kamera okuli anterior melewati
celah pupil, lalu masuk ke dalam kanal Schlemm di limbus dan bermuara
di sistem vena.
Korpus siliaris mengandung 3 berkas otot polos yang dikenal sebagai
mukulus siliaris.
Satu berkas otot berfunsi membuka kanal Schlemm untuk aliran humor
akweus.
2 berkas lainnya untuk akomodasi mata.

Iris
-

Iris merupakan bagian paling depan dari tunika vaskulosa


Struktur ini merupakan kelanjutan badan siliar dan membentuk sebuah
diafragma di depan lensa.
Iris merupakan pemisah kamera okuli anterior dan posterior, dengan
pupil di tengahnya.
Iris disusun oleh jaringan ikat longgar berpigmen dan memiliki banyak
pembuluh darah.
Permukaan iris yang menghadap ke kamera okuli anterior tidak beraturan
dengan lapisan pigmen yang tidak lengkap.
Permukaan posterior iris lebih halus dan memiliki banyak sel-sel pigmen
yang akan mencegah cahaya melintas lewat iris.

Hal ini membuat cahaya terfokuskan masuk lewat pupil.


Jumlah sel melanosit yang terdapat pada iris akan memengaruhi warna
mata.
- Bila jumlah melanosit banyak, mata akan tampak hitam, sebaliknya jika
sedikit, mata akan tampak biru.
- Terdapat 2 jenis otot polos, yaitu otot dilator pupil dan otot konstriktor

pupil.
Lensa Mata
Terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul lensa, epitel subkapsul, dan serat lensa.
Kapsul lensa adalah lamina basalis yang terdiri atas serat kolagen tipe IV dan
glikoprotein. Kapsul lensa bersifat elastis, jernih, dan padat. Epitel subkapsul
hanya terdapat di permukaan anterior lensa yang terdiri atas epitel selapis
kuboid. Serat-serat lensa merupakan sel yang kehilangan inti dan organel
lainnya, kemudian diisi oleh protein lensa bernama crystallin. Cystalli akan
meningkatkan index pembiasan lensa.
Lensa tidak mengandung pembuluh darah, nutrisinya diperoleh lewat
aqueous humor dan korpus vitreus. Lensa bersifat impermeabel, namun
transparan.

Korpus Vitreus
Merupakan agar jernih yang mengisi urang antara lensa dan retina. Korpus
vitreus disusun 99% oleh air dan mengnadung elektrolit, serta serat kolagen
dan asam hialuronat. Di dalm korpus vitreus terdapat sisa suatu saluran
yang dikenal sebagai kanal hialoidea, yang semula mengandung arteri
hialodea pada masa janin.

Tunika Neuralis
-

Retina merupakan lapisan terdalam


bola
mata,
mengandung
sel
fotoreseptor batang dan kerucut.
Di retina terdapat lempeng optik
yang merupakan tempat keluarnya
nervus optikus.
Serat-serat saraf di daerah ini
bertumpuk
membentuk
tonjolan
yang disebut papila nervus optikus
atau bintik buta.
Daerah ini tidak mengandung sel
fotoreseptor sehingga tidak peka
terhadap cahaya.
Pada papila nervus optikus terdapat
arteri dan vena sentralis.
Arteri ini merupakan satu-satunya
arteri yang mensuplai darah ke
retina.
Di lateral bintik buta terdapat
daerah berpigmen kuning yang
dikenal sebagai bintik kuning atau
makula lutea.
Bagian tengah makula lutea dikenal
sebagai
fovea
sentralis
dan
merupakan daearah penglihatan
yang paling peka.
Sel penglihatan pada lantai fovea
terdiri atas sel kerucut yang
tersusun rapat dan berukuran lebih panjang dibandingkan dengan sel-sel
di bagian perifer retina.

Di daerah fovea ini pula sel lapisan dalam retina lebih dangkal, sehingga
cahaya dapat mencapai sel kerucut dan batang lebih mudah.
Retina terdiri atas 10 lapisan dari luar ke dalam:

Epitel berpigmen --> lapisan sel poligonal yang kaya akan butir melanin,
berfungsi menyerap cahaya dan mencegah pemantulan, memberi nutrisi
sel fotoreseptor, sel pelepas dan penimbun vitamin A, dan tempat
pembentukan rhodopsin.
Lapisan batang dan kerucut --> terdiri atas sel-sel fotoreseptor yang
merupakan modifikasi sel saraf.
Sel batang mengandung pigmen
rhodopsin yang sangat peka terhadap cahaya sehingga dapat teraktivasi
dalam keadaan cahaya redup, namun jika cahaya terang, sel ini tidak
dapat menghasilkan sinyal. Sel kerucut mempunyai pigmen iodopsin
yang sensitif terhadap warna merah, biru, dan hijau. Sel ini akan
teraktivasi dengan cahaya terang.
Membran limitas luar --> rangkaian kompleks tautan antara sel batang
dan sel kerucut.
Lapisan inti luar --> lapisan yang terdiri atas inti sel batang dan kerucut
Lapisan plesiform luar --> terdiri atas akson sel batang dan kerucut serta
dendrit sel bipolar
Lapisan inti dalam -->dibentuk oleh inti-inti dan badan sel bipolar, sel
horizontal, sel amakrin, serta sel Muller (gliosit retina)
Lapisan pleksiform dalam --> terbentuk akibat sinaps antara sel- sel di
lapisan inti dalam
Lapisan sel ganglion --> terdiri atas sel ganglion yang menyerupai neuron
otak dengan akson panjang menuju nervus optikus
Lapisan serat saraf --> dibentuk oleh akson sel ganglion
Membran limitans dalam -->
membran basalis sel Muller yang
memisahkan retina dari korpus vaskulosa

Organ-organ Tambahan
Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa jernih yang melapisi permukaan dalam
kelopak mata dan meutupi permukaan sklera pada bagian depan bola mata.
Konjungtiva tersusun atas epitel berpalis silindris dengan sel goblet. Sekret
sel goblet ikut menyusun tirai air mata yang berfungsi sebagai pelumas dan
pelindung epitel bagian depan mata.

Kelenjar lakrimal
Kelenjar lakrimal adalah kelenjar tubuloasinar serosa dengan mioepitel.
Lobus kelenjar air mata akan mencurahkan isinya melalui 10-15 saluran
menuju bagian lateral forniks superior konjungtiva. Air mata bergerak
menuju medial mata dan kelebihannya akan memasuki puncta lacrimal,
kemudian kanalikuli lakrimal menuju sakus lakrimal. Dari sakus lakrimal, air
mata akan masuk ke dalam duktus nasolakrimal kemudian dikeluarkan ke
meatus inferior di dasar rongga hidung.

Kelopak mata
Kelopak mata terdiri atas jaringan ikat dan otot rangka di bagian tengah
yang diliputi kulit dan membran mukosa.
Kulit terletak di bagian depan, merupakan kulit tipis dengan berbagai adnexa
serta kelenjarnya.
Di bawah kulit terdapat lapisan otot rangka orbicularis oculi. Kemudian di
bagian tengah kelopak mata terdapat suatu jaringan ikat yang disebut
tarsus. Di dalam tarsus terdapat kelenjar sebasea yang disebut kelenjar
Meibom.

2. MM FISIOLOGI PENGLIHATAN
Proses Visual Mata
Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan
menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi
maksimal, pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak
dibandingkan ketika sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri
diatur oleh dua elemen kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang
terdiri dari otot-otot sirkuler dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel
epithelial kontraktil yang telah termodifikasi. Sel-sel tersebut dikenal juga
sebagai myoepithelial cells.
Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan melebarkan
pupil sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata. Kontraksi dan
dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan
ketika kita memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang
dekat atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata,

pembentukan bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi


mata.
Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1.38), aqueous humor
(n=1.33), dan lensa (n=1.40). Kornea merefraksi cahaya lebih banyak
dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi untuk menajamkan bayangan
yang ditangkap saat mata terfokus pada benda yang dekat dan jauh. Setelah
cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina, tahap
terakhir dalam proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi aksi
potensial yang dapat diteruskan ke korteks serebri. Proses perubahan ini
terjadi pada retina.
Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan sensory
retina. Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen
melanin yang bersama-sama dengan pigmen pada choroid membentuk
suatu matriks hitam yang mempertajam penglihatan dengan mengurangi
penyebaran cahaya dan mengisolasi fotoreseptor-fotoreseptor yang ada.
Pada sensory retina, terdapat tiga lapis neuron yaitu lapisan fotoreseptor,
bipolar dan ganglionic. Badan sel dari setiap neuron ini dipisahkan oleh
plexiform layer dimana neuron dari berbagai lapisan bersatu. Lapisan
pleksiform luar berada diantara lapisan sel bipolar dan ganglionic sedangkan
lapisan pleksiformis dalam terletak diantara lapisan sel bipolar dan
ganglionic.
Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal yang
terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm, optic tract,
lateral geniculate dari thalamus, superior colliculi, dan korteks serebri.
Neural Pathway untuk Penglihatan
semua yang dapat dilihat dapat terlihat oleh satu mata = visual field (lapang
pandang). Kita memiliki binocular vision karena wilayah yang besar dari
kedua mata kita saling overlap binocular visual field.
visual field dibagi menjadi 2 wilayah:
o

nasal atau central half

temporal atau peripheral half

untuk masing-masing mata:


o

berkas cahaya dari suatu objek di nasal half dari visual field jatuh pada
temporal half pada retina dan begitu pula sebaliknya.

informasi visual dari sisi kanan dari masing-masing visual field


disampaikan ke sisi kiri otak dan begitu pula sebaliknya.

Neural circuitry dari retina


photoreceptor (rods & cones) menyampaikan sinyal ke outer plexiform layer,
lalu bersynapse dengan bipolar cells & horizontal cells
horizontal cells menyampaikan sinyal secara horizontaldi outer flexiform layer
dari photo receptor ke bipolar cells.
bipolar cells menyampaikan sinyal secara vertical dari rods, cones &
horizontal cells ke inner plexiform layer dimana mereka bersynapse dengan
ganglion cells & amacrine cells.
amacrine cells menyampaikan sinyal dengan 2 arah, yaitu
bipolarganglionatau bipolarganglion cells atau amacrine cells lainnya.
ganglion cells menyampaikan output signal dari retina melalui optic nerve ke
otak.
Neurotransmitter:
Rods dan conesglutamate
Amacrine cellsinhibitory transmitter
(GABA,glycine,dopamine,Ach,indolamine).
Horizontal cellsinhibitory transmitter
Neural pathway
1. Axon dari seluruh retinal ganglion cells dari satu mata keluar dari mata di
optic disc dan membentuk optic nerve.
2. optic nerve fibers dari kedua mata bergabung untuk membentuk optic
chiasm yang berada di superior dari anterior sella turcica, di atas kelenjar
pituitary.
3. di optic chiasm:
o

fibers dari nasal half dari masing-masing retina crossing.

fibers dari temporal half dari masing-masing retina tidak crossing.

4. pada level optic cheasm, sebagian kecil ganglion cells axon akan terminasi di
suprachiasmatic nucleus dari hypothalamusmengatur pola tidur & aktivitas
lainnya yang terjadi sesuai circardian sebagai respons dari gelap & terang.
5. crossed nasal & uncrossed temporal fibers berlanjut di belakang optic chiasm
sebagai optic tract.

6. optic tract akan terminasi di;


a. superior colliculus
o

Menerima visual input untuk disampaikan ke pons


(tectopontine/tectobulbar) dan spinal cord (tectospinal).

Tectopontine:
menyampaikan informasi visual ke cerebellum.

mengontrol pergerakan mata melalui para median


pontine reticular formation.

Tectospinal:
mengatur reflex yang mengatur control pergerakan kepala
dan leher sebagai respon dari visual input.

b. pretectal area dari midbrain


o

pretectal area, rostal terhadap superior colliculus, dimana


midbrain fuse dengan thalamus.

pretectal area dari midbrainu/ papillary reflex.

3. MM KONJUNGTIVITIS
3.1.
Menjelaskan Definisi Konjungtivitis
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam
kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi,
iritasi bahan-bahan kimia 4.
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau
peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata
dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan
mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak.
Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan
pengobatan. (Effendi, 2008).

Konjungtivitis biasanya tidak ganas dan bisa sembuh sendiri. Dapat juga menjadi kronik dan hal
ini mengindikasikan perubahan degeneratif atau kerusakan akibat serangan akut yang berulang.
Klien sering datang dengan keluhan mata merah. Pada konjungtivitis didapatkan hiperemia dan
injeksi konjungtiva, sedangkan pada iritasi konjungtiva hanya injeksi konjungtiva dan biasanya
terjadi karena mata lelah, kurang tidur,asap, debu dan lain-lain.

3.2.

Menjelaskan Klasifikasi dan Etiologi Konjungtivitis

Konjungtivitis bacterial

Konjungtivitis blenore
Blenore neonaturum merupakan konjungtivitis pada bayi yang baru lahir. Penyebabnya adalah
gonococ, clamidia dan stapilococcus.

Konjungtivitis gonore

Radang konjungtiva akut yang disertai dengan sekret purulen. Pada neonatus infeksi ini terjadi pada
saat berada dijalan lahir. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit
kelamin pada kontak dengan penderita uretritis atau gonore. Manifestasi klinis yang muncul pada
bayi baru lahir adanya sekret kuning kental, pada orang dewasa terdapat perasan sakit pada mata
yang dapat disertai dengan tanda tanda infeksi umum.

Konjungtivitis difteri

Radang konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri difteri memberikan gambaran khusus berupa
terbentuknya membran pada konjungtiva

Konjungtivitis folikuler

Konjungtivitis angular

Peradangan konjungtiva yang terutama didapatkan didaerah kantus interpalpebra disertai


ekskoriasi kulit disekitar daerah peradangan, kongjungtivitis ini disebabkan oleh basil moraxella
axenfeld.

Konjungtivitis mukopurulen

Kongjungtivitis ini disebabkan oleh staphylococcus, pneumococus, haemophylus aegepty. Gejala


yang muncul adalah terdapatnya hiperemia konjungtiva dengan sekret berlendir yang
mengakibatkan kedua kelopak mata lengket, pasien merasa seperti kelilipan, adanya gambaran
pelangi ( halo).

Blefarokonjungivitis

Radang kelopak dan konjungtiva ini disebabkan oleh staphilococcus dengan keluhan utama gatal
pada mata disertai terbentuknya krusta pada tepi kelopak
Konjungtivitis viral

Keratokonjungtivitis epidemika
Radang yang berjalan akut, disebabkan oleh adenovirus tipe 3,7,8 dan 19. Konjuntivitis ini bisa
timbul sebagai suatu epidemi. Penularan bisa melalui kolam renang selain dari pada wabah. Gejala
klinis berupa demam dengan mata seperti kelilipan, mata berair berat

Demam faringokonjungtiva
Kongjungtivitis demam faringokonjungtiva disebabkan infeksi virus. Kelainan ini akan memberikan
gejala demam, faringitis, sekret berair dan sedikit, yang mengenai satu atau kedua mata. Biasanya
disebabkan adenovirus tipe 2,4 dan 7 terutama mengenai remaja, yang disebarkan melalui sekret
atau kolam renang.

Keratokonjungtivitis herpetik
Konjungtivitis herpetik biasanya ditemukan pada anak dibawah usia 2 tahun yang disertai
ginggivostomatitis, disebabkan oleh virus herpes simpleks.

Keratokonjungtivitis New Castle


Konjungtivitis new castle merupakan bentuk konjungtivitis yang ditemukan pada peternak unggas,
yang disebabkan oileh virus new castle. Gejala awal timbul perasaan adanya benda asing, silau dan
berai pada mata, kelopak mata membengkak

Konjungtivitis hemoragik akut


Konjungtivitis jamur
Infeksi jamur jarang terjadi, sedangkan 50% infeksi jamur yang terjadi tidak memperlihatkan gejala.
Jamur yang dapat memberikan infeksi pada konjungtivitis jamur adalah candida albicans dan
actinomyces.
Konjungtivitis alergik

Konjungtivitis vernal
Termasuk reaksi hipersensitif musiman, ada hubungan dengan sensitivitas terhadap tepung sari
rumput rumput pada iklim panas. Keluhannya berupa gatal, kadang -kadang panas, lakrimasi,
menjadi buruk pada cuaca panas dan berkurang pada cuaca dingin. 9

Konjungtivitis flikten
Bakteri patogen yang paling umum pada konjungtivitis infeksi meliputi Pneumococcus,
Staphylococcus aureus, Moraxella catarrhalis, dan Haemophilus influenzae . Sedangkan yang jarang
adalah Neisseria gonorrhoeae menyebabkan konjungtivitis hiperakut purulenta, organismenya
ditularkan dari genitalia ke tangan lalu ke mata. Chlamydia adalah penyebab tersering dari
konjungtivitis persisten.3
Konjungtivitis viral dapat disebabkan oleh adenovirus, herpes simplex, Epstein-Barr, varicella
zoster, molluscum contagiosum, coxsackie, dan enterovirus. Adenoviral konjungtivitis biasanya
menyebabkan epidemik keratokonjungtivitis, follikular konjungtivitis, dan nonspesifik
konjungtivitis.3Virus picorna, atau enterovirus 70 menyebabkan konjungtivitis hemoragik epidemik
akut.1Konjungtivitis viral sangat menular dan menyebar melalui kontak langsung dengan orang atau
permukaan yang terkontaminasi oleh sekret.3

Konjungtivitis alergi merupakan konjungtivitis noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi
biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri
dan toksik. Umumnya disebabkan oleh bahan kimia dan mudah diobati dengan antihistamin atau
bahan vasokonstriktor. Dikenal beberapa macam bentuk konjungtivitis alergi seperti konjungtivitis
flikten, konjungtivitis vernal, konjungtivitis atopi, konjungtivitis alergi bakteri, konjungtivitis alergi
akut, konjungtivitis alergi kronik, sindrom Stevens Johnson, pemfigoid okuli, dan sindrom Sjogren. 1

3.3.

Menjelaskan Patofisiologi Konjungtivitis

Konjungtiva mengandung epitel skuamosa yang tidak berkeratin dan substansia propria yang tipis,
kaya pembuluh darah. Konjungtiva juga memiliki kelenjar lakrimal aksesori dan sel goblet. 3
Konjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap alergen. Alergen terikat dengan
sel mast dan reaksi silang terhadap IgE terjadi, menyebabkan degranulasi dari sel mast dan
permulaan dari reaksi bertingkat dari peradangan. Hal ini menyebabkan pelepasan histamin dari sel
mast, juga mediator lain termasuk triptase, kimase, heparin, kondroitin sulfat, prostaglandin,
tromboksan, dan leukotrien. histamin dan bradikinin dengan segera menstimulasi nosiseptor,
menyebabkan rasa gatal, peningkatan permeabilitas vaskuler, vasodilatasi, kemerahan, dan injeksi
konjungtiva.3
Konjuntivitis infeksi timbul sebagai akibat penurunan daya imun penjamu dan kontaminasi
eksternal. Patogen yang infeksius dapat menginvasi dari tempat yang berdekatan atau dari jalur
aliran darah dan bereplikasi di dalam sel mukosa konjungtiva. Kedua infeksi bakterial dan viral
memulai reaksi bertingkat dari peradangan leukosit atau limfositik meyebabkan penarikan sel darah
merah atau putih ke area tersebut. Sel darah putih ini mencapai permukaan konjungtiva dan
berakumulasi di sana dengan berpindah secara mudahnya melewati kapiler yang berdilatasi dan
tinggi permeabilitas.3
Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang menutupi konjungtiva.
Rusaknya lapisan ini memudahkan untuk terjadinya infeksi. Pertahanan sekunder adalah sistem
imunologi (tear-film immunoglobulin dan lisozyme) yang merangsang lakrimasi.

Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain
yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada
film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris dan kerja
memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata
mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim. Adanya agens perusak, menyebabkan
cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi
epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva ( kemosis ) dan
hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan folikel ). Sel sel radang bermigrasi dari stroma
konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan
mukus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian
palpebra saat bangun tidur.

Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh pembuluh


konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan
mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan
dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau
gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh
darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau
badan silier berarti kornea terkena.

3.4.

Menjelaskan Manifestasi Klinis Konjungtivitis

Gejala Konjungtivitis8
1.

Rasa adanya benda asing

Rasa ini disertai dengan rasa pedih dan panas karena pembengkakan dan hipertrofi papil. Jika rasa
sakitnya berat, maka harus dicurigai kemungkinan terjadinya kerusakan pada kornea.
1.

Rasa sakit yang temporer

Informasi ini dapat membentu kita menegakkan diagnosis karena rasa sakit yang datang pada saatsaat tertentu merupakan symptom bagi infeksi bakteri tertentu, misalnya;

Sakitnya lebih parah saat bangun pagi dan berkurang siang hari, rasa sakitnya (tingkat
keparahan) meningkat setiap harinya, dapat menandakan infeksi stafilokokus.
Sakit parah sepanjang hari, berkurang saat bangun tidur, menandakan keratokonjungtiva
sisca (mata kering).

1.

Gatal

Biasanya menunjukkan adanya konjungtivitis alergi.


1.

2.5.2
1.

Fotofobia

Tanda Penting Konjungtivitis8


Hiperemi

Hiperemi pada konjungtivitis berasal dari rasa superficial, tanda ini merupakan tanda konjungtivitis
yang paling mancolok. Hiperemi yang tampak merah cerah biasanya menandakan konjungtivitis
bakterial sedangkan hiperemi yang tampak seperti kabut biasanya menandakan konjungtivitis
karena alergi. Kemerahan paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus disebabkan

dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior. Terdapat perbedaan antara injeksi konjungtiva


dan siliaris yaitu;

Injeksi Konjungtiva

Injeksi Siliaris

Kausa

Iritasi, Konjungtivitis

Keratitis, Iridosiklitis, Glaukoma Akut

Lokasi

Forniks ke limbus makin


kecil

Limbus ke forniks makin kecil

Warna

Merah terang

Merah padam

Pembuluh darah

Bergerak dengan dengan


konjungtiva

Tidak bergerak

Adrenalin

Menghilang

Menetap

Sekret

Sekret (+)

Lakrimasi (+)

Intensitas Nyeri

Sedikit

Nyeri

Hiperemis konjungtiva bulbi (Injeksi konjungtiva). Kemerahan paling nyata didaerah


forniks dan berkurang ke arah limbus, disebabkan dilatasi arteri konjungtiva posterior akibat
adanya peradangan. Warna merah terang mengesankan konjungtivitis bakterial, dan warna
keputihan mirip susu mengesankan konjungtivitis alergi.
Lakrimasi
Diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, terbakar atau gatal. Kurangnya sekresi airmata yang
abnormal mengesankan keratokonjungtivitis sicca.4
1. Eksudasi
Eksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudat berlapis-lapis dan amorf pada
konjungtivitis bakterial dan dapat pula berserabut seperti pada konjungtivitis alergika, yang
biasanya menyebabkan tahi mata dan saling melengketnya palpebra saat bangun tidur pagi hari, dan
jika eksudat berlebihan agaknya disebabkan oleh bakteri atau klamidia. 4
Serous-mukous, kemungkinan disebabkan infeksi virus akut

Mukous (bening, kental), kemungkinan disebabkan alergi

Purulent/ Mukopurulen, kemungkinan disebabkan infeksi bakteri


1. Pseudoptosis
Pseudoptosis adalah turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke muskulus muller (M. Tarsalis
superior). Keadaan ini dijumpai pada konjungtivitis berat. Misalnya Trachoma dan
keratokonjungtivitis epidemika.4
1.

Khemosis (Edema Konjungtiva)

Ini terjadi akibat terkumpulnya eksudat di jaringan yang longgar. Khemosis merupakan tanda yang
khas pada hay fever konjungtivitis, akut gonococcal atau meningococcal konjungtivitis, serta kerato
konjungtivitis.
1. Hipertrofi Papil
Hipetropi papil merupakan reaksi non spesifik, terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus atau
limbus di bawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika berkas pembuluh yang membentuk substansi
papila sampai di membran basal epitel, pembuluh ini bercabang-cabang di atas papila mirip jeruji
payung.4
1.

Pembentukan Folikel

Folikel adalah bangunan akibat hipertrofi lomfoid lokal di dalam lapisan adenoid konjungtiva dan
biasanya mengandung sentrum germinotivum. Kebanyakan terjadi pada viral conjungtivitis,
chlamidial conjungtivitis, serta toxic conjungtivitis karena topical medication. Pada pemeriksaan,
vasa fecil bisa terlihat membatasi foliker dan melingkarinya.
1.

Pseudomembran dan Membran

Pseudomembran adalah koagulum yang melapisi permukaan epitel konjungtiva yang bila lepas,
epitelnya akan tetap utuh, sedangkan membran adalah koagulum yang meluas mengenai epitel
sehingga kalau dilepas akan berdarah.
1.

Adenopati Preaurikuler

Beberapa jenis konjungtivitis akan disertai adenopoti preaurikular. Dengan demikian setiap ada
radang konjungtiva harus diperiksa adalah pembebasan dan rasa sakit tekan kelenjar limfe
preaurikuler.

3.5.

Menjelaskan Diagnosis, Diagnosis Banding, PF dan PP Konjungtivitis

Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores atau panas, sensasi penuh di
sekitar mata, gatal dan fotofobia. Sensasi benda asing dan tergores atau terbakar sering
berhubungan dengan edema dan hipertrofi papiler yang biasanya menyertai hiperemi konjungtiva.
Sakit pada iris atau corpus siliaris mengesankan terkenanya kornea. 4
Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi
papiler, kemosis (edem stroma konjungtiva), folikel (hipertrofi lapis limfoid stroma),
pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan adenopati pre-aurikuler. 4

Diagnosa Banding Konjungtivitis

Konjungtivitis

Keratitis

Uveitis Anterior

Visus

Normal

Tergantung letak
infiltrat

Hiperemi
Epifora,
fotofobia
Sekret
Palpebra

konjungtiva

perikornea

Menurun perlahan,
tergantung letak
radang
siliar

Banyak
Normal

Normal

normal

Kornea

Jernih

Bercak infiltrat

COA

Cukup

cukup

H. Aquous

Normal

normal

Iris

Normal

normal

Pupil
Lensa

Normal
Normal

normal
normal

Glaukoma Kongestif
Akut
Menurun mendadak
Mix injeksi
-

Edema
Edema, suram (tidak
Gumpalan sel radang
bening), halo (+)
Sel radang (+)
dangkal
Sel radang (+), flare
Kental
(+), tyndal efek (+)
Kadang edema
Kripta menghilang
(bombans)
karena edema
miosis
Mid midriasis (d:5mm)
Sel radang menempel Keruh

Pemeriksaan mata awal termasuk pengukuran ketajaman visus, pemeriksaan eksternal dan slit-lamp
biomikroskopi.Pemeriksaan eksternal harus mencakup elemen berikut ini: 5

Limfadenopati regional, terutama sekali preaurikuler

Kulit: tanda-tanda rosacea, eksema, seborrhea

Kelainan kelopak mata dan adneksa: pembengkakan, perubahan warna, malposisi,

kelemahan, ulserasi, nodul, ekimosis, keganasan


Konjungtiva: bentuk injeksi, perdarahan subkonjungtiva, kemosis, perubahan sikatrikal,

simblepharon, massa, sekret


Slit-lamp biomikroskopi harus mencakup pemeriksaan yang hati-hati terhadap: 5

Margo palpebra: inflamasi, ulserasi, sekret, nodul atau vesikel, nodul atau vesikel, sisa kulit

berwarna darah, keratinisasi


Bulu mata: kerontokan bulu mata, kerak kulit, ketombe, telur kutu dan kutu

Punctum lacrimal dan canaliculi: penonjolan, sekret

Konjungtiva tarsal dan forniks


1.

Adanya papila, folikel dan ukurannya

2.

Perubahan sikatrikal, termasuk penonjolan ke dalam dan simblepharon

3.

Membran dan psudomembran

4.

Ulserasi

5.

Perdarahan

6.

Benda asing

7.

Massa

8.
Kelemahan palpebra
Konjungtiva bulbar/limbus: folikel, edema, nodul, kemosis, kelemahan, papila, ulserasi,
luka, flikten, perdarahan, benda asing, keratinisasi
Kornea
1.

Defek epitelial

2.

Keratopati punctata dan keratitis dendritik

3.

Filamen

4.

Ulserasi

5.

Infiltrasi, termasuk infiltrat subepitelial dan flikten

6.

Vaskularisasi

7.
Keratik presipitat
Bilik mata depan: rekasi inflamasi, sinekia, defek transiluminasi

Corak pewarnaan: konjungtiva dan kornea

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Kebanyakan kasus konjungtivitis dapat didiagnosa berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan.
Meskipun demikian, pada beberapa kasus penambahan tes diagnostik membantu. 5
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut
dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai
sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada
pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan
klinik didapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema
konjungtiva.
1.

Kultur

Kultur konjungtiva diindikasikan pada semua kasus yang dicurigai merupakan konjungtivitis infeksi
neonatal. Kultur bakteri juga dapat membantu untuk konjungtivitis purulen berat atau berulang
pada semua grup usia dan pada kasus dimana konjungtivitis tidak berespon terhadap pengobatan.
1.

Kultur virus

Bukan merupakan pemeriksaan rutin untuk menetapkan diagnosa. Tes imunodiagnostik yang cepat
dan dilakukan dalam ruangan menggunakan antigen sudah tersedia untuk konjungtivitis
adenovirus. Tes ini mempunyai sensitifitas 88% sampai 89% dan spesifikasi 91% sampai 94%. Tes
imunodiagnostik mungkin tersedia untuk virus lain, tapi tidak diakui untuk spesimen dari okuler.
PCR dapat digunakan untuk mendeteksi DNA virus. Ketersediannya akan beragam tergantung dari
kebijakan laboratorium.
1.

Tes diagnostik klamidial

Kasus yang dicurigai konjungtivitis klamidial pada dewasa dan neonatus dapat dipastikan dengan
pemeriksaan laboratorium. Tes diagnostik yang berdasarkan imunologikal telah tersedia, meliputi
tes antibodi imunofloresens langsung dan enzyme-linked imunosorbent assay. Tes ini telah secara

luas digantikan oleh PCR untuk spesimen genital, dan, karena itu, ketersediaannya untuk spesimen
konjungtival lebih terbatas. Ketersedian PCR untuk mengetes sampel okuler beragam. Meskipun
spesimen dari mata telah digunakan dengan performa yang memuaskan, penggunaannya belum
diperjelas oleh FDA.
1.

Smear/sitologi

Smear untuk sitologi dan pewarnaan khusus (mis.,gram, giemsa) direkomendasikan pada kasus
dicurigai konjungtivitis infeksi pada neonatus, konjungtivitis kronik atau berulang, dan pada kasus
dicurigai konjungtivitis gonoccocal pada semua grup usia.
1.

Biopsi

Biopsi konjungtiva dapat membantu pada kasus konjungtivitis yang tidak berespon pada terapi.
Oleh karena mata tersebut mungkin mengandung keganasan, biopsi langsung dapat menyelamatkan
penglihatan dan juga menyelamatkan hidup. Biopsi konjungtival dan tes diagnostik pewarnaan
imunofloresens dapat membantu menetapkan diagnosis dari penyakit seperti OMMP dan
paraneoplastik sindrom. Biopsi dari konjungtiva bulbar harus dilakukan dan sampel harus diambil
dari area yang tidak terkena yang berdekatan dengan limbus dari mata dengan peradangan aktif saat
dicurigai sebagai OMMP. Pada kasus dicurigai karsinoma glandula sebasea, biopsi palpebra seluruh
ketebalan diindikasikan. Saat merencanakan biopsi, konsultasi preoperatif dengan ahli patologi
dianjurkan untuk meyakinkan penanganan dan pewarnaan spesimen yang tepat.
1.

Tes darah

Tes fungsi tiroid diindikasikan untuk pasien dengan SLK yang tidak mengetahui menderita penyakit
tiroid.
Konjungtivitis non-infeksius biasanya dapat didiagnosa berdasarkan riwayat pasien. Paparan bahan
kimiawi langsung terhadapa mata dapat mengindikasikan konjungtivitis toksik/kimiawi. Pada kasus
yang dicurigai luka percikan bahan kimia, pH okuler harus dites dan irigasi mata terus dilakukan
hingga pH mencapai 7. Konjungtivitis juga dapat disebabkan penggunaan lensa kontak atau iritasi
mekanikal dari kelopak mata.3

3.6.

Menjelaskan Penatalaksanaan dan Pencegahan Konjungtivitis

2.8.1 Non Farmakologi


Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara
menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan
intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang
sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap,
handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan khusus
harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran konjungtivitis antar
pasien.

2.8.2 Farmakologi

Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen mikrobiologinya.

Untuk menghilangkan sekret dapat dibilas dengan garam fisiologis.


3.8.2.1 Penatalaksanaan Konjungtivitis Bakteri
Pengobatan kadang-kadang diberikan sebelum pemeriksaan mikrobiologik dengan antibiotic
tunggal seperti

Kloramfenikol
Gentamisin
Tobramisin
Eritromisin
Sulfa

Bila pengobatan tidak memberikan hasil setelah 3 5 hari maka pengobatan dihentikan dan
ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik. Pada konjungtivitis bakteri sebaiknya dimintakan
pemeriksaan sediaan langsung (pewarnaan Gram atau Giemsa) untuk mengetahui penyebabnya.
Bila ditemukan kumannya maka pengobatan disesuaikan. Apabila tidak ditemukan kuman dalam
sediaan langsung, maka diberikan antibiotic spectrum luas dalam bentuk tetes mata tiap jam atau
salep mata 4-5x/hari. Apabila memakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur diberi salep mata
(sulfasetamid 10-15 %). Apabila tidak sembuh dalam 1 minggu, bila mungkin dilakukan pemeriksaan
resistensi, kemungkinan difisiensi air mata atau kemungkinan obstruksi duktus nasolakrimal.

2.8.2.2 Penatalaksanaan Konjungtivitis Virus


Pengobatan umumnya hanya bersifat simtomatik dan antibiotik diberikan untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder. Dalam dua minggu akan sembuh dengan sendirinya. Hindari pemakaian
steroid topikal kecuali bila radang sangat hebat dan kemungkinan infeksi virus Herpes
simpleks telah dieliminasi.
Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan Adenovirus dan dapat sedmbuh sendiri sehingga
pengobatan hanya bersifat suportif, berupa kompres, astrigen, dan lubrikasi. Pada kasus yang berat
diberikan antibodi untuk mencegah infeksi sekunder serta steroid topikal. Konjungtivitis herpetik
diobati dengan obat antivirus, asiklovir 400 mg/hari selama 5 hari. Steroid tetes deksametason 0,1 %
diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis, dan iritis, tetapi steroid berbahaya karena dapat
mengakibatkan penyebaran sistemik. Dapat diberikan analgesik untuk menghilangkan rasa sakit.
Pada permukaan dapat diberikan salep tetrasiklin. Jika terjadi ulkus kornea perlu dilakukan
debridemen dengan cara mengoles salep pada ulkus dengan swab kapas kering, tetesi obat antivirus,
dan ditutup selama 24jam.

2.8.2.3 Penatalaksanaan Konjungtivitis Alergi


Umumnya kebanyakan konjungtivitis alergi awalnya diperlakukan seperti ringan sampai ada
kegagalan terapi dan menyebabkan kenaikan menjadi tingkat sedang. Penyakit ringan sampai
sedang biasanya mempunyai konjungtiva yang bengkak dengan reaksi konjungtiva papiler yang
ringan dengan sedikit sekret mukoid. Kasus yang lebih berat mempunyai giant papila pada
konjungtiva palpebranya, folikel limbal, dan perisai (steril) ulkus kornea. 3
1.

Alergi ringan

Konjungtivitis alergi ringan identik dengan rasa gatal, berair, mata merah yang timbul musiman dan
berespon terhadap tindakan suportif, termasuk air mata artifisial dan kompres dingin. Air mata
artifisial membantu melarutkan beragam alergen dan mediator peradangan yang mungkin ada pada
permukaan okuler.
1.

Alergi sedang

Konjungtivitis alergi sedang identik dengan rasa gatal, berair dan mata merah yang timbul musiman
dan berespon terhadap antihistamin topikal dan/atau mast cell stabilizer. Penggunaan antihistamin
oral jangka pendek mungkin juga dibutuhkan.
Mast cell stabilizer mencegah degranulasi sel mast; contoh yang paling sering dipakai termasuk
sodium kromolin dan Iodoxamide. Antihistamin topikal mempunyai masa kerja cepat yang
meredakan rasa gatal dan kemerahan dan mempunyai sedikit efek samping; tersedia dalam bentuk
kombinasi dengan mast cell stabilizer. Antihistamin oral, yang mempunyai masa kerja lebih lama,
dapat digunakan bersama, atau lebih baik dari, antihistamin topikal. Vasokonstriktor tersedia dalam
kombinasi dengan topikal antihistamin, yang menyediakan tambahan pelega jangka pendek
terhadap injeksi pembuluh darah, tapi dapat menyebabkan rebound injeksi dan inflamasi
konjungtiva. Topikal NSAID juga digunakan pada konjungtivitis sedang-berat jika diperlukan
tambahan efek anti-peradangan.
1.

Alergi berat

Penyakit alergi berat berkenaan dengan kemunculan gejala menahun dan dihubungkan dengan
peradangan yang lebih hebat dari penyakit sedang. Konjungtivitis vernal adalah bentuk
konjungtivitis alergi yang agresif yang tampak sebagai shield coneal ulcer. Rujukan spesialis harus
dipertimbangkan pada kasus berat atau penyakit alergi yang resisten, dimana memerlukan
tambahan terapi dengan kortikosteroid topikal, yang dapat digunakan bersama dengan antihistamin
topikal atau oral dan mast cell stabilizer. Topikal NSAID dapat ditambahkan jika memerlukan efek
anti-inflamasi yang lebih lanjut. Kortikosteroid punya beberapa resiko jangka panjang terhadap
mata termasuk penyembuhan luka yang terlambat, infeksi sekunder, peningkatan tekanan
intraokuler, dan pembentukan katarak. Kortikosteroid yang lebih baru seperti loteprednol
mempunyai efek samping lebih sedikit dari prednisolon. Siklosporin topikal dapat melegakan
dengan efek tambahan steroid dan dapat dipertimbangkan sebagai lini kedua dari kortikosteroid.
Dapat terutama sekali berguna sebagai terapi lini kedua pada kasus atopi berat atau konjungtivitis
vernal.

Pencegahan
a.
Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau
mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
b.
Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit
c.
Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lain
d.
Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.
e.
Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.
f.
Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.
g.
Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan
hindari mengucek-ngucek mata.
h.
Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah
membersihkan kotoran mata.
Makanan yang disarankan untuk penderita konjungtivitis adalah makanan tinggi protein dan
tinggi kalori guna untuk mempercepat proses penyembuhan dan di anjurkan untuk
mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A guna untuk memperbaiki sensori
penglihatan dan juga vitamin C untuk memperbaiki sistem pertahanan tubuh.
Kompres mata dengan air hangat jika disebabkan oleh bakteri atau virus, Jika
disebabkan oleh alergi, kompres dengan air dingin.
3.7.

Menjelaskan Komplikasi Konjungtivitis

Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis
yang tidak tertangani diantaranya:
1.

glaukoma

2.

katarak

3.

ablasi retina

4.

komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis
seperti ekstropin, trikiasis

5.

komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea

6.

komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh


akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan,
lama- kelamaan orang bisa menjadi buta

7.

komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu


penglihatan

3.8.

Menjelaskan Prognosis Konjungtivitis

Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang lain bersifat
sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain, kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah
bila terdeteksi awal dan dapat dikontrol sehingga penglihatan dapat dipertahankan.

Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit radang
mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan dan
menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina.

4. MM MENJAGA KESEHATAN MATA SESUAI TUNTUNAN ISLAM


Perintah menjaga pandangan
katakanlah kepada orang- orang beriman ( laki-laki) hendaknya menjaga pandangan mereka
dan memelihara kemaluan mereka, karena yang demikian itu membersihkan jiwa mereka dan
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dengan apa yang mereka lakukan. Dan katakanlah
kepada wanita hendaknya mereka menjaga pandangan mereka dan memelihara kemaluan
mereka (Qs. An-Nur (24): 30-31)
Firman Allah tentang mata
Bukanakah kami telah memberikan kepadanya dua buah mata (Qs. Al-Balad (90): 8)
Sang imam gozali di dalam kitabnya ihya ulmuddin menyabutkan, bahwa mata adalah panglima
hati hamper semua perasaan dan perilaku awalnya picu oleh pandangan mata. Bila mata di
biarkan memandang itu di benci dan di larang maka pemiliknya berada di tepi jurang bahaya
meskipun dia tidak sungguh- sungguh jatuh kedalam jurang
An nur ayat 30
Katakanlah kepada laki-laki( kaum mukmin) :Hendaklah mereka menundukn sebagian dari
pandangan mereka dan hendaklah merka menjaga kemaluan mereka
An nur ayat 31

hendaklah mereka menundukan sebagian dari pandngan mereka

You might also like