You are on page 1of 4

Sumber Pengetahuan

Di dalam pemikiran epistemologi terdapat pengelompokkan teori kebenaran.


Pengelompokkan ini berdasar-kan pada sifat terjadinya pengetahuan atau berdasarkan sumber
pengetahuan dan sifat kelahiran teori pengetahuan itu yaitu karena adanya faham baru yang
melatarbelakangi munculnya pengetahuan itu.
Di sini banyak pendapat berbeda. Menurut Plato dan Leibniz, sumber pengetahuan adalah
akal budi atau rasio. Sedangkan menurut Hobbes, dan Locke, sumber pengetahuan adalah
pengalaman inderawi.
Seorang yang mempelajari ilmu filsafat ada baiknya memahami teori-teori ini, dengan
demikian, diharapkan mampu memiliki pandangan yang cukup luas atas problema pengetahuan
yang setiap filusuf memiliki cara dan sikap yang khas untuk memperoleh pengetahuan itu
sehingga berimplikasi terhadap munculnya kebenaran pengetahuan yang khas pula.
1. Teori Kesahihan Koherensi
Teori ini mengatakan bahwa suatu pernyataan proporsi diakui benar jika
proporsisi memiliki hubungan dengan gagasan-gagasan dan proporsisi yang juga dapat
dibuktikan secara logis sesuai dengan ketentan logika.
2. Teori Kesahihan Korespondesi
Teori ini mengatakan bahwa suatu pengetahuan adalah sahih apabla proporsisi
bersesuaian dengan realitas yang menjadi pengetahuan itu. Kesahihan ini memiliki
pertalian erat dengan kebenaran dan kepastian inderawi. Jadi kesahihan pengetahuan
dapat dibuktikan secara langsung.
3. Teori Kesahihan Pragmatis
Teori ini mengatakan bahwa suatu pengetahuan adala sahih. Jika memiliki
konsekuensi-konsekuensi kegunaan atau benar-benar bermanfaat bagi yang memiliki
pengetahuan itu.
4. Teori Kesahihan Semantik
Kebenaran pengetahuan di dalam teori ini bahwa proposisi dianggap benar dalam
hubungan atau mengacu pada arti atau makna yang dikandung oleh proposisi atau
pengetahuan. Oleh karenanya, teori ini memiliki tugas untuk menguak keabsyahan
(validitas) proposisi terhadap referensi yang diacunya (dapat mengacu pada pengalaman
atau pada idea) si pemilik pengetahuan.

Di dalam teori kebenaran semantik ada beberapa sikap yang dapat mengakibatkan
apakah proposisi itu memiliki arti esoterik, arbitrer, atau hanya manakala berfungsi secara
praktis. Arti yang terkandung dalam pernyataan amat tergantung pada sikap pemakai
makna pernyataan itu. Sikap itu antara lain adalah sikap episte-mologis skeptis, sikap ini
adalah kebimbangan taktis atau sikap ragu untuk mencapai kepastian (certainty) dalam
memperoleh pengetahuan. Dengan sikap ini dimaksudkan agar dicapai makna yang
esoterik yaitu makna yang benar-benar pasti tak lagi mengandung keraguan di dalamnya.
Sikap lain adalah sikap epistemologik yakin dan ideologik. Di dalam sikap ini dikandung
makna bahwa proposisi itu memiliki arti namun arti itu bersifat arbitrer atau sewenangwenang atau kabur, dan tidak memiliki sifat pasti. Jika diandaikan mencapai kepastian
sebatas pada kepercayaan yang ada pada dirinya. Serta, sikap epistemologi pragmatik.
Sikap ini menghasilkan makna pernyataan amat terikat pada nilai praktis pada pemakai
proposisi. Akibat sematiknya adalah kepastian terletak pada subjek yang menggunakan
pernyataan itu. Artinya apakah pernyataan berakibat praktis atau konsekuensi praktis bagi
pengguna pernyataan itu.
5. Teori Kesahihan yang Berlebihan
Teori ini mengatakan bahwa proposisi yang memiliki item/istilah berbeda tetapi berisi
informasi yang sama tidak perlu dibuktikan lagi atau ia telah menjadi suatu bentuk logic
yang berlebihan. Misalnya lingkaran adalah bulatan. Jadi lingkaran itu bulat tak perlu
dibuktikan lagi.

Metafisika atau Ontologi


Metafisika merupakan padanan kata yang berasal dari Bahasa Yunani yakni :
(meta) = "setelah atau di balik", dan (phsika) = "hal-hal di alam"). Metafisika adalah
cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia. Metafisika
adalah studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan
seperti: Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam
semesta?
Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan
hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-

pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan; kebendaan, sifat, ruang, waktu,
hubungan sebab akibat, dan kemungkinan.
Ada 3 teori ontologis yang terkenal:
1. Idealisme
Teori ini mengajarkan bahwa ada yang sesungguhnya berada di dalam dunia ide. Segala
sesuatu yang tampak dan wujud nyata dalam inderawi hanyalah merupakan gambaran
atau banyangan dari sesungguhnya, yang berbeda di dunia ide. Jadi realitas yang
sesungguhnya bukanlah yang kelihatan, melaikan yang tidak kelihatan. Tokoh0tokoh
idealis adalah George Berkeley, Immanuel Kant dan George Wilhelm Friederich Hegel.
2. Materialisme
Materialisme adalah yang keberadaannya semata-mata bersifat material atau sama sekali
bergantung pada material. Jadi realitas yang sesungguhnya adalah alam kebendaan dan
segala suatu yang mengatasi alur kebedaan itu haruslah dikesampingkan.
3. Dualisme
Teori ini mengajarkan bahwa substansi individual terdiri dari dua tipe fundamental yang
berbeda dan tak dapat direduksi ke yang lainnya. Kedua tipe fundamental dari substansi
itu ialah material dan mental. Dengan demikian, dualism mengakui bahwa realitas terdiri
dari materi atau yang ada secara fisis dan mental atau yang keberadaannya tidak
kelihataan secara fisis.

Aksiologi
Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang pada umumnya ditinjau
dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi meliputi nilai-nilai, parameter bagi apa yang disebut
sebgai kebenaran atau kenyataan itu, sebagaimana kehidupan kita yang menjelajahi kawasan,
seperti kawasan sosial, kawasan fisik materiil, dan kawasan simbolik yang masing-masing
menunjukan aspeknyasendiri-sendiri. Lebih dari itu, aksiologi juga mennjukan kaidah-kaidah
apa yang harus kita perhatikan di dalam menerapkan ilmu kedalam praksis.

Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang mewarnai dan menjiwai tindakan
seseorang. Nilai seseorang diukur melalui tindakan. Itulah sebabnya etika menyangkut tentang
nilai. Menurut Steeman dalam (Sukardjono. 2004) nilai ialah yang memeberi makna kepada
hidup yang memberi kepada hidup ini titik tolak, isi dan tujuan.
Seorang psikolog Lois Rath dalam bukunya Value and Teaching menulis bahwa ada 7
hal yang membuat sesuatu itu merupakan nila dalam arti sebenarnya.pertama, ilai adalah sesuatu
yang kita hargai dana junjung tinggi. Tetapi ini belum cukup. Langkah yang kedua, ialah bahwa
kita bersedia mengakui dan menyatakan di depan orang lain. Ketiga, nilai itu anda pilih engan
bebas tanpa paksaan diantara banyakn pilhan yang tersedia. Keempat nilai yang sesungguhnya
adalah nilai yang anda pilih setelah Anda bebas dan sadar dari banyak pilihan yang ada. Kelima
nilia itu Anda pilih dengan bebas dan sadar dari banyak pilhan yang ada. Keenam nilai itu Anda
nyatakan dengan tindakan Anda.ketujuh tindakan itu bukan hanya sekali-kali, tetapi berulangulnag san terus-menerus.

You might also like