You are on page 1of 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Remaja indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat

dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah


norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka. Remaja yang dahulu terjaga
secara kuat oleh sistem keluarga, adat budaya serta nilai-nilai tradisional yang ada
telah mengalami pengikisan yang disebabkan oleh urbanisasi dan industrialisasi
yang cepat. Hal ini diikuti pula oleh adanya revolusi media yang terbuka bagi
keragaman gaya hidup dan pilihan karir. Penelitian-penelitian mengenai kaum
remaja di Indonesia pada umumnya menyimpulkan bahwa nilai-nilai hidup kaum
remaja sedang dalam proses perubahan. Remaja Indonesia dewasa ini nampak
lebih bertoleransi terhadap gaya hidup seksual pranikah. Misalnya, penelitian
yang dilakukan oleh berbagai institusi di Indonesia selama kurun waktu tahun
1993-2002, menemukan bahwa 5-10% wanita dan 18-38% pria muda berusia 1624 tahun telah melakukan hubungan seksual pranikah dengan pasangan yang
seusia mereka (Suryupotro dkk, 2006).
Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting
dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis.
Padahal pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya
mulai diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari
sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali. Pemberian
informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada
dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang
dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai
aktivitas seksual mereka sendiri. Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya
bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan informasi
yang tepat. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja kita tidak
mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan, seringkali remaja

sangat tidak matang untuk melakukan hubungan seksual terlebih lagi jika harus
menanggung resiko dari hubungan seksual tersebut (Mutadin,2002).
Hubungan seks pranikah umumnya berawal dari masa pacaran. Pada masa
remaja ini hubungan intim dilakukan baik pada pelajar, mahasiswa, pemudapemudi tidak sekolah. Waktu pacaran tergiur melakukan cumbu rayu, peluk cium
dan bila gejolak nafsu tidak terkendali akan berlanjut ke hubungan badan.
tempatnya bisa di bioskop yang gelap di tengah pemutaran film, di tempat
rekreasi, tempat kost, di rumah, bahkan sengaja menginap di hotel (Tanjung,
2007).
Hasil penelitian yan dilakukan Pawestri menunjukkan bahwa tempat yang
biasa remaja gunakan untuk berhubungan seks adalah rumah, tempat kost, dan
hotel. Tempat kost sangat disukai para remaja karena cenderung bebas dan kurang
diawasi oleh pemiliknya (Pawestri, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
pada remaja kost dengan jumlah responden 100 orang, 100% responden
mengatakan melakukan perilaku seksual dalam bentuk berpegangan tangan, 90%
responden melakukan pelukan, 82% responden melakukan necking, 56%
melakukan rabaan pada bagian tubuh yang sensitif, 52% melakukan petting, 33%
melakukan oral sex, 34% melakukan sexual intercourse (Mutiara dkk, 2008).
Hasil penelitian yang dilakukan PKBI (Paguyuban Keluarga Berencana
Indonesia) menunjukkan jumlah remaja di Indonesia sekitar 62 juta jiwa, terdapat
15% dari remaja tersebut telah melakukan aktivitas seksual yang melampaui batas
bahkan berhubungan seks tanpa menikah terlebih dahulu. Aktivitas seksual yang
diungkap dalam penelitian tersebut dimulai dari berciuman bibir, meraba-raba
dada, hingga "petting" (menempelkan alat kelamin), bahkan sampai melakukan
hubungan seks layaknya suami istri (Yulianto, 2010). Kepala Perwakilan Badan
Kependudukan dan KB Nasional Provinsi Kalimantan Barat, Dwi Listyawardani
mengungkapkan adanya kenaikan angka kehamilan remaja untuk wanita usia 1519 tahun di Kalimantan Barat. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2002, persentase kehamilan remaja di Kalbar tercatat 9,3%.
Kemudian pada tahun 2007 naik menjadi 11,6% (Teguh, 2013).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana


gambaran remaja yang tinggal di tempat kost yang melakukan hubungan seksual
pranikah di Sanggau.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas maka rumus masalah yang diangkat adalah

Bagaimana gambaran perilaku seksual pranikah pada remaja yang tinggal kost
di Kabupaten Sanggau ?
1.3

Tujuan Penelitan
Untuk mengetahui gambaran remaja yang melakukan hubungan seksual

pranikah dirumah kost di Kabupaten Sanggau.


1.4

Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, sebagai bentuk penerapan dari ilmu pengetahuan yang telah
diperoleh di dalam bangku perkuliahan.
2. Bagi masyarakat, dapat digunakan sebagai gambaran tentang perilaku
seksual remaja di tempat kost di kabupaten Sanggau.
3. Bagi instansi, sebagai bahan masukan informasi kepada pemerintah
mengenai perilaku seksual remaja di tempat kost di Kabupaten Sanggau
sehingga dapat ditindak lanjuti.

You might also like