You are on page 1of 4

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan zaman di era globalisasi memicu peningkatan
kebutuhan manusia. Kebutuhan tersebut tidak selalu dapat terjangkau dalam hal jarak
maupun waktu. Hal tersebut menuntut adanya aksesibilitas dan mobilitas yang tinggi.
Maka dibutuhkan sarana yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, salah satunya ialah moda transportasi. Seiring perkembangan teknologi,
perkembangan transportasi pun menjadi semakin pesat. Dengan moda transportasi
kebutuhan dapat dipenuhi dengan cepat dan mudah.
Salah satu moda transportasi yang melayani kebutuhan dengan cepat dan
mudah tanpa keterbatasan waktu dan jarak ialah transportasi udara. Transportasi
udara merupakan salah satu transportasi yang menunjukkan perkembangan
menakjubkan, sejak ditemukannya pesawat udara. Kemajuan teknologi transportasi
udara sangat pesat sehingga mampu menempuh jarak jauh yang dirasakan menjadi
lebih dekat karena kecepatannya tinggi. Selain itu transportasi udara seperti pesawat
terbang dapat memiliki kapasitas yang besar sehingga daya angkutnya tinggi. (Sakti
Adji Adisasmita, 2012).
Lalu lintas pesawat udara dan penumpang udara dilakukan melalui suatu
bandar udara (airport). Bandar udara merupakan simpul penerbangan yang melayani
kegiatan lalu lintas penumpang udara dan pesawat udara. (Penerbangan dan Bandar
Udara). Salah satu bandar udara yang beroperasi di Indonesia adalah bandar udara
Adisutjipto yang terletak di Sleman, Yogyakarta.
Adanya bandar udara Adisutjipto memicu berbagai dampak, diantaranya ialah
dampak ekonomi. Dampak tersebut mengakibatkan dampak positif dan negatif dalam
sektor ekonomi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dampak ekonomi bandara?
2. Bagaimana dampak ekonomi tersebut bisa terjadi dan upaya mengatasinya bila
berdampak negatif?
3. Berilah contoh kasus dari dampak ekonomi tersebut!

II. KAJIAN PUSTAKA


A. Sejarah Bandar Udara Adisutjipto

Gambar 2.1. Bandar Udara Adisutjipto (http://1.bp.blogspot.com/)


Profil bandar udara :
Lokasi
: 07,47 LS/110,26 BT
Luas
: 183 Ha
Kapasitas penumpang
: + 2.000.000 penumpang / tahun
Alamat
: Jalan Solo km 9, Yogyakarta
Dimensi runway
: 2.250 x 45 m
Kapasitas apron
: 8 pesawat
Semula merupakan lapangan udara militer, namun penggunaannya diperluas
untuk kepentingan sipil. Hingga sekarang masih terdapat bagian yang merupakan
daerah tertutup (terbatas untuk kegiatan militer). Bandar udara ini juga merupakan
bandar udara pendidikan Akademi Angkatan Udara dariTNI Angkatan Udara. Juga
Skadron Pendidikan 101 (FFA AS-202-18A, T-41D) dan Skadron Pendidikan 102 (T34C, KAI KT-1).
B. Dampak Ekonomi Bandar Udara
Dampak ekonomi transportasi udara antara lain :
a. dapat membuka kesempatan kerja bagi penduduk sekitar
b. dapat membuka kegiatan usaha yang lebih banyak (restaurant, perkantoran,
perhotelan)
c. dapat membuka usaha di dalam bandar udara (handling agent, catering,
III.

maintenance).
PEMBAHASAN
Bandar Udara Adisutjipto dulunya merupakan sekolah militer angkatan udara
sehingga di kawasan sekeliling bandar udara tidak diperuntukkan untuk kegiatan
komersil sehingga hanya melayani penerbangan militer. Pada tahun 1964 Bandar Udara
Adisutjipto dibuka untuk penerbangan sipil. Akibat dibukanya Bandar Udara Adisutjipto
tersebut, pertumbuhan ekonomi di kawasan sekitar bandar udara menjadi pesat.

Seperti yang telah diketahui bahwa bandar udara adalah pintu gerbang yang
mendorong perkembangan ekonomi regional. Dampak ekonomi bandar udara menurut
artikata.com adalah pengaruh suatu penyelenggaraan kegiatan terhadap perekonomian di
kawasan bandar udara.
Keberadaan Bandar Udara Adisutjipto juga mengakibatkan dampak ekonomi baik
positif maupun negatif bagi kawasan di sekitarnya. Dampak positif yang diakibatkan
diantaranya :
1. pintu gerbang kegiatan perekonomian dalam upaya pemerataan pembangunan,
pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi serta keselarasan pembangunan nasional dan
pembangunan daerah
2. menciptakan peluang usaha baru bagi masyarakat sehingga tercipta lapangan kerja
serta dapat menyerap tenaga kerja
3. meningkatkan sektor pariwisata sehingga menambah pendapatan daerah
4. memicu perkembangan infrastuktur di sekitar bandara, misal hotel, pusat
perbelanjaan, dan lain-lain.
Timbulnya dampak tersebut bisa dianalogikan dengan peribahasa ada gula ada
semut. Di mana bandar udara diibaratkan sebagai gula yang memiliki daya tarik bagi
para pelaku ekonomi untuk mengembangkan usahanya. Dengan keberadaan Bandar
Udara Adisutjipto, pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut lebih tinggi dibandingkan
dengan kawasan lain.
Sementara itu dampak negatif keberadaan Bandar Udara Adisutjipto tidak terlalu,
yaitu :
1. menimbulkan tingginya pajak akibat pembangunan infrastruktur di kawasan bandara
2. adanya pengalokasian lebih banyak untuk mendukung infrastruktur bandar udara,
misalnya jalan akses menuju bandar udara
3. pertumbuhan ekonomi menyebabkan persaingan ekonomi regional
Pemerintah mempunyai peran penting untuk menanggulangi dampak negatif
tersebut. karena tingginya pajak yang dibebankan pada para pelaku ekonomi di kawasan
bandar udara dirasa terlalu berat, maka hendaknya pemerintah membantu meringankan
pajak tersebut dengan memberikan subsidi yang dapat diambil dari sebagian dana APBD
(Anggaran

Pendapatan

Belanja

Daerah).

Karena

infrastruktur

bandar

udara

membutuhkan dana alokasi yang besar maka pemerintah dapat mensiasatinya dengan
mengurangi dana pengalokasian dari sektor lain. Sementara itu untuk mengurangi
persaingan ekonomi, pemerintah sebaiknya membuat regulasi yang tidak memihak
sehingga dapat meredam persaingan.
IV.

PENUTUP

Kesimpulan
Dari uraian yang telah dibahas sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :
1. adanya bandar udara mengakibatkan dampak ekonomi, baik dampak positif maupun
negatif
2. dampak positif diakibatkan karena bandar udara memiliki daya tarik bagi para pelaku
ekonomi untuk mengembangkan usahanya
3. dampak negatif dapat ditanggulangi dengan kerjasama pemerintah, pelaku ekonomi,

dan masyarakat di sekitar kawasan bandar udara.

You might also like