Professional Documents
Culture Documents
Penyusun :
Muhammad Fadli ( 1301782)
Dosen :1.Dra. Bayharti, M.Sc
2. Miftahul Khair , S.si
3. Eka Yusmaita M.Pd
4. Dra. Andromeda M.Si
Asisten : 1. Rian Setiawan
2. Gusfaria Palendra
DAFTAR ISI
Daftar Isi....................................................................................................................... 1
Penentuan Kepolaran Senyawa Kovalen................................................................................. 2
A.
TUJUAN PRAKTIKUM............................................................................................. 2
B.
WAKTU PELAKSANAAN......................................................................................... 2
0
C.
TEORI DASAR........................................................................................................ 2
D.
E.
CARA KERJA.......................................................................................................... 7
F.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Eksperimen membandingkan sifat asam basa ion Al3+ dan Mg2+ terhidrasi..............................9
TABEL PENGAMATAN........................................................................................... 10
PEMBAHASAN..................................................................................................... 12
1.Eksperiment reaksi aluminium dengan asam klorida..........................................................12
2. Eksperiment reaksi dengan larutan NaOH......................................................................12
3. Reaksi dengan oksigen.............................................................................................. 13
5. Membandingkan sifat asam basa aluminium oksida dan magnesium oksida.............................13
6. Membandingkan sifat asam-basa ion Al dan Mg yang terhidrasi.........................................14
H.Kesimpulan............................................................................................................... 16
LAMPIRAN................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 21
B. WAKTU PELAKSANAAN
Hari,tanggal : Jumat , 31 November 2014
Pukul
: 09.40-12.20 WIB
Tempat
TEORI DASAR
Elektron yang mengelilingi inti atom bermuatan negatif dan proton yang terdapat dalam inti atom
bermuatan positif, mengingat muatan yang berlawanan akan saling tarik menarik, maka dua atom yang
berdekatan satu sama lainnya akan membentuk ikatan. Atom atom unsur mempunyai kecenderungan
ingin stabil seperti gas mulia terdekat yang memiliki 2 elektron ataupun 8 elektron pada kulit terluar.
Untuk mencapai kestabilan itulah maka unsur unsur di alam saling mengadakan ikatan yang disebut
ikatan kimia. Atom satu berikatan dengan atom lain membentuk molekul unsur maupun molekul
senyawa. Suatu ikatan dapat terbentuk apabila setelah berikatan, atom atom menjadi lebih stabil dari
sebelumnya, yakni kestabilan dalam susunan elektronnya. Susunan elektron akan stabil apabila kult
terluar terisi elektron dengan jumlah 2 atau 8, seperti gas mulia.
1. Senyawa kovalen
Senyawa kovalen adalah senyawa yang terjadi antara unsur-unsur nonlogam dengan unsur-unsur
nonlogam melalui penggunaan elektron bersama. Senyawa-senyawa kovalen umumnya memiliki ikatan
yang kurang kuat dibandingkan senyawa-senyawa ion. Senyawa-senyawa kovalen juga memiliki titik
didih
dan
titik
cair
rendah.
Perbedaan keelektronegatifan dan bentuk molekul yang tidak simetri pada senyawa kovalen
mengakibatkan senyawa tersebut memiliki sifat polar. Pada senyawa kovaken polar tejadi pengkutuban,
artinya ada bagian yang bersifat lebih negatif dan ada bagian yang bersifat lebih positif. Senyawa kovalen
polar memiliki kekuatan ikatan antarmolekul yang kebih besar dibandingkan senyawa kovalen nonpolar.
Hal ini juga mengakibatkan senyawa kovalen memiliki titik didih dan tinggi cair yang lebih tinggi.
(Tim
Kimia
Anorganik,2014
:
23
)
Suatu ikatan kovalen polar apabila PEI (Pasangan Elektron Ikatan) tertarik lebih kuat ke salah
satu atom. Untuk molekul-molekul yang hanya mengandung dua atom, kepolarannya dapat ditentukan
dengan mudah.
Jika kedua atom itu sejenis, ikatannya pasti nonpolar. Contohnya :H2, Cl2, Br2.
Jika kedua atom itu tidak sejenis, ikatannya pasti polar. Contohnya : GCl, HBr, BrCl.
Untuk molekul-molekul yang hanya mengandung tiga buah atau lebih atom, kepolarannya
ditentukan oleh PEB (Pasangan Elektron Bebas) yang dimiliki atom pusat, yaitu yang persis ditengahtengah molekul.
2
Jika atom pusat tidak mempunyai PEB, maka bentuk molekul itu simetris sehingga PEI tertarik
sama kuat ke semua atom. Akibatnya molekul tersebut nonpolar.
Jika atom pusat mempunyai PEB, maka bentuk molekul itu tidak simetris sehingga PEI tertarik
lebih kuat ke atom pusat, akibatnya molekul tersebut polar.
diketahui)
atau
Senyawa polar memiliki perbedaan keelektronegatifan yang besar, perbedaan harga ini
mendorong timbulnya kutub kutub listrik yang permanen ( dipol permanent). Jadi antar molekul polar
terjadi gaya tarik dipol permanent.
Senyawa non polar memiliki perbedaan keelektronegatifan yang kecil, bahkan untuk senyawa
biner dwiatom ( seperti O2,H2) perbedaan keelektronegatifannya = 0 .
Bila terdapat senyawa non polar terjadi gaya tarik dipol sesaat ( gaya dispersi/ gaya london )
gaya ini terjadi akibat muatan + inti atom salah satu atom menginduksi elektron atom lain sehingga
terjadilah kutub kutub yang sifatnya sesaat.
B. Polarisasi Ikatan Kovalen
Suatu ikatan kovalen disebut polar, jika Pasangan Elektron Ikatan (PEI) tertarik lebih kuat ke
salah 1 atom. Contoh 1 : Molekul HCl
Meskipun atom H dan Cl sama-sama menarik pasangan elektron, tetapi keelektronegatifan Cl
lebih besar daripada atom H. Akibatnya atom Cl menarik pasangan elektron ikatan (PEI) lebih kuat
daripada atom H sehingga letak PEI lebih dekat ke arah Cl (akibatnya terjadi semacam kutub dalam
molekul HCl).
Jadi, kepolaran suatu ikatan kovalen disebabkan oleh adanya perbedaan keelektronegatifan antara
atom-atom yang berikatan. Sebaliknya, suatu ikatan kovalen dikatakan non polar (tidak berkutub), jika
PEI tertarik sama kuat ke semua atom.
Percobaan ini akan menyelidiki kepolaran beberapa senyawa kovalen. Percobaan dilakukan
dengan mengalirkan larutan senyawa kovalen dari buret. Pada aliran didekatkan penggaris plastik yang
telah digosokkan ke rambut yang kering sehingga memiliki muatan negatif. Karena senyawa kovalen
polar memiliki kutub-kutub, maka akan menunjukkan reaksi positif terhadap penggaris plastik. Kucuran
atau aliran akan membelok mendekati atau menjauhi penggaris plastik.
D. CARA KERJA
Memasang buret
E. TABEL PENGAMATAN
Pengamatan
Larutan
Dibelokkan /Tidak
Polar/Non Polar
dibelokkan
Aquades/air
Dibelokkan
Polar
Aseton
Dibelokkan
polar
HCl
Dibelokkan
polar
Etanol
Dibelokkan
Polar
F. PEMBAHASAN
Senyawa polar merupakan senyawa yang bermuatan, senyawa polar tentu dapat menarik elektron.
Medan magnet dan medan listrik mempunyai muatan juga. Sifat itu dapat digunakan untuk menyelidiki
kepolaran beberapa senyawa molekul. Polar artinya kutub, sehingga dapat dikatakan bahwa senyawasenyawa yang bersifat polar memiliki kutub. Jika didekatkan magnet pada suatu senyawa polar yang
mengucur, maka senyawa tersebut akan bereaksi sehingga kucurannya akan mendekati atau menjauhi
magnet.
Pada percobaan pertama yaitu
a)
Aquades / Air
Pada saat keran tabung buret dibuka, air mengucur ke dalam gelas kimia dan didekatkan dengan
penggaris plastik yang telah digosok pada rambut kering. Ternyata, membuat aliran air yang semula lurus
membelok ke arah medan listrik yang dihasilkan oleh penggaris. Hal ini karena Molekul air yang tersusun
atas 2 atom H dan 1 atom O merupakan ikatan kovalen polar.
Sesuai dengan teori :
Senyawa air memiliki rumus kimia H2O, artinya terdiri dari 2 atom hidrogen dan 1 atom oksigen.
Atom hidrogen memiliki elektron valensi 1 sedangkan atom oksigen memiliki elektron valensi 6. Maka
pada senyawa ini akan terbentuk 2 ikatan kovalen tunggal dan memiliki pasangan elektron bebas.
Sehingga senyawa ini digolongkan pada senyawa polar.
b)
Etanol / Alkohol
Pada saat keran buret dibuka, etanol yang mengalir menuju gelas kimia yang awalnya lurus
sewaktu didekati oleh penggaris beraliran listrik mengalami pembelokkan dan pembelokkannya sangat
cepat, seharusnya pembeokkan yang terjadi tidak begitu cepat karena alcohol tergolong senyawa semi
polar.
Sesuai dengan teori :
Senyawa alkohol dengan rumus kimia C2H5OH tersusun dari 2 atom Carbon, 6 atom hidrogen,
dan 1 atom oksigen. Senyawa ini membentuk 8 ikatan kovalen tunggal dan tidak memiliki pasangan
elektron bebas sehingga termasuk senyawa semi polar.
c)
Aseton
Pada saat keran buret dibuka, aseton yang mengalir menuju gelas kimia yang awalnya lurus
sewaktu didekati oleh penggaris beraliran listrik mengalami pembelokkan dan pembelokkannya sangat
cepat, seharusnya pembeokkan yang terjadi tidak begitu cepat karena aseton tergolong senyawa semi
polar.
Sesuai dengan teori :
Aseton atau propanon memiliki rumus kimia CH3COCH3. Pada senyawa ini, ditemukan 3 atom
carbon, 6 atom hidrogen, dan 1 atom oksigen. Atom-atom ini membentuk ikatan kovalen tunggal dan
rangkap dua, dan pada senyawa ini tidak ditemukan pasangan elektron bebas. Oleh karena itu, menurut
struktur Lewis-nya, senyawa ini dimasukkan dalam senyawa semi polar, meskipun pada percobaan
digolongkan senyawa polar. Pada dasarnya, senyawa ini merupakan senyawa semi-polar.
d) HCl
Pada saat keran buret dibuka, HCl
yang awalnya lurus sewaktu didekati oleh
beraliran
listrik
mengalami
pembelokkan. Hal ini karena molekul HCl mempunyai ikatan kovalen polar.
Sesuai dengan teori :
Senyawa asam klorida mempunyai rumus kimia HCl tersusun dari 1 atom Hidrogen, 1 atom
klorida. Maka pada senyawa ini akan terbentuk1 ikatan kovalen tunggal dan memiliki pasangan elektron
bebas. Sehingga senyawa ini digolongkan pada senyawa polar.
H.Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan :
LAMPIRAN
Baik Al maupun Mg dapat bereaksi dengan HCl membentuk suatu garam dan gas H 2, dan
harga potensial elektrodanya positif (+) sehingga dapat bereaksi. Al lambat bereaksi karena
harga potensial elektroda Mg lebih besar dibandingkan Al.
Logam Al
Saat ditambahkan NaOH terdapat gelembung gas . Logam Al melarut dan timbul gelembung
gas yang banayak pada saat pemanasan.
Pita Mg
Saat ditambahkan NaOH terdapat gelembung-gelembung gas setelah dipanaskan Mg
melarut sedikit (reaksi berjalan lambat dibanding dengan logam Al).
9. Terbentuk Al2O3 karena saat Al bereaksi dengan udara membentuk lapisan tipis oksida yaitu
Al2O3 yang melindungi dari oksidasi lebih lanjut. Al 2O3 stabil karena sulit bereaksi dengan
udara yang ada disekitarnya serta sulit bereaksi dengan asam/basa encer dan asam pekat.
10. Aluminium tidak mengalami korosi karena Aluminium dilindungi oleh lapisan Al2O3 yang
tahan terhadap korosi
AlCl3(aq) + 3H2O
3+
MgCl2(s) + H2O(aq)
11
18. Asam Bronsted -Lowry terkuat adalah Al3+ karena asam melepaskanIon H+ bila dilarutkan
dalam air, untuk melepaskan AL2+, sedangkan Mg2+ bersifat basa.
19. Ketika larutan Al3+ ditambahkan NaOH 1 ml terbentuk endapan putih, kemudian
ditambahkan NaOH berlebih sebanyak 6 ml endapan melarut
Reaksi :
Al3+(aq)+ 3NaOH(aq)
Al(OH)3(s) + 3 Na+(aq)
3+
[Al(H2O)6] + 3OH
[Al(H2O)3(OH)3](s) + 3H2O(l)
20. [Al(H2O)2] melarut sedangkan [Al(OH)3(H2O)3] tidak melarut, karena [Al(H2O)2]merupakan ion kompleks yang tentunya melarut, sedangkan [Al(OH)3(H2O)3] tidak dapat
mengion sebagai donor akseptor elektron dalam air.
21. Ketika larutan Mg2+0,1M tidak melarut dalam NaOH berlebih karena Mg2+(aq) tidak bersifat
amfoter seperti Al3+(aq), sehingga tidak dapat berbalik sifat untuk menyesuaikan dengan
larutannya, karena endapan basa tidak bisa larut dalam basa.
22. Perbedaannya :
Al bersifat amfoter, sehinngakurang reaktif.
Mg bersifat basa,sehingga lebih reaktif.
12
13
DAFTAR PUSTAKA
F. Albert Cotton. (1989). Kimia Anorganik Dasar (p. 265). Jakarta: UI-Press.
Parham dan Mahdian, S. (2008). Panduan Praktikum Kimia Anorganik. Banjarmasin: FKIP
UNLAM.
Sugiyarto, K. (2004). Kimia Anorganik. Yogyakarta: JICA.
Tim staff praktikum kimia anorganik. (2014). Modul Praktikum Kimia Anorganik 1.
Padang: Fmipa UNP.
14