You are on page 1of 21

Pengaruh Puasa Terhadap Kadar Glukosa Darah

Dan Kandungan Glikogen Hati Tikus


I.

Tujuan

Adapun tujuan praktikum ini adalah membuktikan bahwa dalam keadaan puasa atau
kelaparan, kadar glikogen hati akan berkurang karena dipecah (glikogenolisis) untuk
mempertahankan kadar glukosa darah.
II.

Tinjauan Pustaka

Glukosa
Glukosa

(C6H12O,

berat

molekul

180.18)

adalah

heksosa-monosakarida

yang

mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus


-CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut "cincin
piranosa", bentuk paling stabil untuk aldosa berkarbon enam. Dalam cincin ini, tiap
karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang
terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH.
Melalui serangkaian reaksi terkatalisis enzim, glukosa teroksidasi menjadi CO2 dan H2O.

Gambar 2.1 Struktur kimia glukosa


Sebagian besar jaringan tubuh memiliki paling tidak kebutuhan minimal terhadap
glukosa. Kebutuhan minimal terhadap glukosa ini besar pada beberapa jaringan ,
misalnya otak, sementara pada jaringan lain misalnya eritrosit, hampir total. Glikolisis,

merupakan lintasan utama bagi metabolisme glukosa dan berlangsung di sitosol semua
sel ( Koolman and Roehm, 2005 ).
Glukosa dalam tubuh, dalam keadaan normal dari makanan, dalam bentuk karbohidrat
atau polisakarida kompleks yang diuraikan menjadi monosakarida sebelum di absorpsi,
yakni dalam bentuk glukosa, fruktosa dan galaktosa. Di hati, fruktosa dan galaktosa
diubah menjadi glukosa untuk memenuhi kebutuhan sel-sel akan energi melalui
glikolisis, siklus asam sitrat, dan pada akhirnya fosforilasi oksidatif pada keadaan aerob
atau melalui pembentukan laktat pada keadaan anaerob ( Koolman and Roehm, 2005 ).
Glukosa memasuki lintasan glikolisis melalui fosforilasi menjadi Glukosa 6-fosfat, yang
dilaksanakan oleh enzim heksokinase. Heksokinase ini dihambat oleh produknya yakni
glukosa 6-fosfat. Meskipun demikian dalam sel parenkim hati dan sel langerhans
pankreas, fosforilasi tersebut dilaksanakan oleh enzim glukokinase, yang aktivitasnya
dihati dapat dipicu serta dipengaruhi oleh perubahan status gizi dan tidak dihambat oleh
produknya ( Marks and Marks, 2000 ).
Heksokinase, pada dasarnya terdapat didalam semua sel ekstrahepatik, memiliki afinitas
tinggi terhadap substratnya ( glukosa ). Enzim ini berfungsi menjamin pasokan glukosa
bagi jaringan sekalipun pada konsentrasi glukosa darah yang sangat rendah, melalui
fosforilasi semua glukosa yang masuk ke dalam sel, dan dengan demikian
mempertahankan gradien konsentrasi glukosa darah yang besar antara darah dan
lingkungan intrasel. Heksokinase bekerja pada anomer alfa dan beta glukosa, dan juga
akan mengkatalisis reaksi fosforilasi jenis-jenis heksosa lainnya

meskipun pada

kecepatan yang jauh lebih rendah dibandingkan glukosa. ( Koolman and Roehm, 2005 )

Glukokinase, berfungsi mengeluarkan glukosa dari dalam darah setelah makan. Berbeda
dengan heksokinase, enzim ini memiliki afinitas yang sangat rendah terhadap glukosa
dan bekerja secara optimal pada konsentrasi darah diatas 5 mmol/L atau sekitar 90mg/dl (
untuk manusia ) ( Koolman and Roehm, 2005 )

Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa
di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat
di dalam tubuh. Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil didalam darah
merupakan salah satu mekanisme homeostasis yang diatur paling halus dan juga menjadi
salah satu mekanisme dengan hati, jaringan ekstrahepatik serta beberapa hormon turut
mengambil bagian. Sel-sel hati dapat dilewati glukosa dengan bebas melalui transporter
GLUT 2, sementara jaringan ekstrahepatik ( kecuali pulau langerhans ) relatif tidak
permeabel. Sebagai akibatnya, pelintasan lewat membran sel menjadi pembatas dalam
pengambilan glukosa di jaringan ekstrahepatik, dan glukosa mengalami fosforilasi
dengan cepat oleh heksokinase pada saat masuk kedalam sel. Sebaliknya aktivitas enzim
tertentu dan konsentrasi beberapa intermediat yang penting mungkin memberikan
pengaruh yang jauh lebih langsung terhadap pengambilan atau pengeluaran glukosa dari
hati. Walaupun demikian, konsentrasi glukosa didalam darah merupakan faktor penting
yang mengendalikan kecepatan ambilan glukosa, baik di hati maupun jaringan
ekstrahepatik ( Marks and Marks, 2000 ).
Pada keadaan setelah penyerapan makanan, kadar glukosa darah dan beberapa mamalia,
berkisar antara 4,5-5,5 mmol/L. Setelah ingesti makanan yang mengandung karbohidrat,
kadar tersebut dapat naik menjadi 6,5-7,2 mmol/L. Di saat puasa, kadar glukosa darah
akan turun menjadi sekitar 3,3-3,9 mmol/L ( Marks and Marks, 2000 ).
Dalam keadaan intake karbohidrat yang sangat minim atau tidak ada, glukosa dibentuk
dari penguraian glikogen dan dari senyawa-senyawa glukogenik yang mengalami
glukoneogenesis, yakni asam-asam amino, asam laktat dan asam-asam lemak ( Marks
and Marks, 2000 ).
Disamping pengaruh langsung hiperglikemia dalam meningkatkan ambilan glukosa ke
hati maupun jaringan perifer, hormon insulin juga memiliki peranan sentral dalam
mengatur konsentrasi glukosa darah. Hormon ini dihasilkan oleh sel-sel beta langerhans
sebagai reaksi langsung terhadap hiperglikemia. Sel-sel beta langerhans, dapat dilewati
dengan bebas oleh glukosa melalui GLUT 2 dan glukosa akan mengalami fosforilasi oleh

glukokinase. Konsentrasi glukosa darah, menentukan aliran lewat glikolisis, siklus asam
sitrat, dan pembentuukan ATP. Peningkatan konsentrasi ATP akan menghambat saluran
K+ yang sensitif terhadap ATP sehingga menyebabkan depolarisasi membran sel beta .
depolarisasi membran sel ini akan meningkatkan aliran masuk Ca 2+ melalui saluran Ca2+
yang sensitif terhadap voltase dan dengan demikian menstimulasi eksositosis. Insulin
mempunyai efek segera yang meningkatkan ambilan glukosa di jaringan seperti jaringan
adiposa dan otot. Kerja ini diakibatkan oleh peningkatan transport glukosa ( GLUT 4 )
dari dalam sel ke membran plasma. Insulin tidak mempunyai efek langsung terhadap
penetrasi glukosa pada sel-sel hati, namun secara tidak langsung akan meningkatkan
ambilan jangka panjang glukosa oleh hati sebagai hasil kerjanya pada sintesis enzim yang
mengontrol glikolisis, glikogenesis dan glukoneogenesis ( Larsen, 2003 ).
Glukagon, merupakan hormon yang dihasilkan oleh sel-sel alfa langerhans pankreas.
Sekresi glukagon ini dirangsang oleh keadaan hipoglikemia. Pada saat mencapai hati,
glukagon menimbulkan glikogenolisis dengan mengaktifkan enzim. Namun glukagon ini
tidak memiliki pengaruh pada enzim fosforilase otot. Glukagon juga meningkatkan
glukoneogenesis dari asam amino dan asam laktat. Baik

glikogenolisis maupun

glukoneogenesis dihati, turut menimbulkan efek hiperglikemik glukagon. Sebagian besar


glukagon endogen dan insulin, dibersihkan dari sirkulasi oleh hati ( Larsen, 2003 ).
Selain sel-sel alfa pulau langerhans, yang mensekresikan hormon glukagon, beberapa
kelenjar lain juga mensekresikan hormon yang mengantagonis kerja insulin yakni
berperan dalam meningkatkan glukosa darah, yakni : kelenjar hipofisis anterior,
mensekresikan growth hormon dan ACTH ; korteks adrenal, mensekresikan
glukokortikoid ; medulla adrenal, mensekresikan epinefrin ; dan kelenjar tiroid,
mensekresikan hormon-hormon tiroid. ( Larsen, 2003 )
Growth hormon dan ACTH disekresikan oleh hipofisis anterior sebagai respons terhadap
hipoglikemia.growth

hormon menurunkan ambilan glukosa di jaringan tertentu,

misalnya otot, selain itu juga memobilisasi asam lemak bebas dari jaringann adiposa dan
asam lemak itu sendiri menghambat penggunaan glukosa. ACTH, merangsang

pembentukan glukokortikoid oleh korteks adrenal. Glukokortikoid ini menyebabkan


peningkatan glukoneogenesis. Hal ini dikarenakan peningkatan katabolisme protein di
jaringan, peningkatan ambilan asam amino oleh hati dan peningkatan aktivitas enzim
transaminase serta enzim lainnya yang berhubungan dengan glukoneogenesis di hati.
Selain itu, glukokortikoid menghambat penggunaan glukosa di jaringan ekstrahepatik
( Koolman and Roehm, 2005 ).
Epinefrin, disekresikan oleh medula adrenal sebagai akibat dari rangsangan yang
menimbulkan stress ( ketakutan, kegembiraan, kegelisahan, hipoksia, hipoglikemia, dan
lainnya ) dan menimbulkan glikogenolisis dihati dan otot karena stimulasinya pada
enzim fosforilase dengan menghasilkan cAMP didalam otot. Namun, karena tidak
memiliki enzim glukosa 6-fosfatase yang mengkatalisis glukosa 6-fosfat menjadi glukosa
bebas, glikogenolisis di otot menghasilkan laktat sedangkan di hati, dihasilkan glukosa
bebas, yang akan meningkatkan glukosa darah ( Larsen, 2003 )
Hormon tiroid ( tiroksin ), terbukti secara eksperimental mempunyai kerja diabetogenik,
dan bahwa tindakan tiroidektomi menghambat perkembangan diabetes. Juga ditemukan
bahwa glikogen tidak ditemukan pada hewan yang mengalami tiroroksikosis. ( Murray,
2003 )
Glikogen
Glikogen adalah polimer dengan monomer penyusunnya adalah glukosa. Fungsi senyawa
ini dapat dianalogikan dengan pati. Secara struktural, glikogen serupa dengan salah satu
penyusun pati, amilopektin, namun lebih rapat percabangannya. Apabila pada
amilopektin percabangan terjadi setiap 24 hingga 30 satuan glukosa, pada glikogen
percabangan terjadi setiap 8 hingga 12 satuan ( Murray, 2003 ).
Glikogen ditemukan dalam bentuk granula dalam sitosol di sejumlah jaringan, terutama
pada otot dan berperan penting dalam siklus glukosa. Selain di otot, glikogen dapat
dijumpai pada banyak sel lain, seperti hati, otak, dan darah. Glikogen memberi cadangan
energi yang dapat cepat tersedia untuk memenuhi kebutuhan segera glukosa, meskipun
5

tidak sebanyak yang dapat dsediakan oleh cadangan energi lain, lemak (trigliserida).
Hanya glikogen yang disimpan pada sel-sel hati yang tersedia bagi organ lain ( Murray,
2003 ).
Glikogen disintesis dari glukosa dan prekursor lainnya lewat lintasan glikogenesis.
Pemecahannya terjadi melalui sebuah lintasan terpisah yang dikenal sebagai glikogenesis.
Glikogenesis menyebabkan pembentukan glukosa di hati dan pembentukan laktat di otot
yang masing-masing terjadi akibat adanya atau tidak adanya enzim glukosa-6-fosfatase
( Murray, 2003 ).
AMP siklik (cAMP) mengitegrasikan pengaturan glikogenolisis dan glikogenesis secara
timbal-balik dengan mendorong aktivasi enzim fosforilase dan inhibisi enzim glikogen
sintase. Kelainan bawaan defisiensi enzim-enzim yang spesifik dalam metbolisme
glikogen di dalam hati maupun otot merupakan penyebab terjadinya penyakit
penyimpanan glikogen ( Murray, 2003 ).

Gambar 2.2 Keadaan kenyang ( Post Absorptif / Fed State )


Setelah makanan dikonsumsi, komponen makanan dicerna oleh berbagai macam enzim
menjadi molekul-molekul yang paling sederhana sebelum diabsorbsi dan masuk

peredaran darah. Karbohidrat diabsorbsi dalam bentuk monosakarida yakni glukosa,


fruktosa, dan galaktosa. Protein diabsorbsi dalam bentuk asam amino. Lemak diabsorbsi
dalam bentuk asam lemak dan gliserol ( Marks and Marks, 2000 ).
Jaringan pertama yang dilewati glukosa setelah meninggalkan usus adalah hati. Hati
mengekskresi sebagian glukosa dari aliran darah. Sebagian glukosa yang masuk kedalam
sel-sel hati dioksidasi dalam jalur-jalur yang menghasilkan ATP untuk memenuhi
kebutuhan energi segera sel-sel ini dan sisanya diubah menjadi glikogen dan jika
simpanan glikogen mulai penuh, hati mengubah glukosa menjadi triasilgliserol ( Marks
and Marks, 2000 ).
Glukosa yang tidak dimetabolisasi oleh hati, akan mengalir didalam darah menuju
jaringan perifer, tempat glukosa mungkin diubah menjadi energi melalui oksidasi.
Glukosa, merupakan bahan bakar bagi semua jaringan. Banyak jaringan menyimpan
glukosa dalam bentuk glikogen. Otot, relatif memiliki banyak simpanan glikogen
( Koolman and Roehm, 2005 ).
Dalam keadaan kenyang , terbentuk dua jenis lipoprotein yakni kilomikron dan VLDL.
Fungsi kedua lipoprotein ini adalah untuk mengangkut trigliserida dalam darah. Sewaktu
lipoprotein masuk dalam pembuluh darah di jaringan adiposa, trigliserida didalamnya
diuraikan menjadi asam lemak dan gliserol, kemudian asam lemak bergabung dengan
sebuah gugus gliserol yang dibentuk dari glukosa darah. Triasilgliserol yang terbentuk,
disimpan dalam butir-butir lemak besar dalam sel adiposa ( Koolman and Roehm, 2005 ).
Asam-asam amino yang berasal dari makanan diserap oleh berbagai jaringan dan
digunakan sebagai substrat untuk biosintesis atau dioksidasi untuk menghasilkan energi.
Sebagian besar asam amino yang digunakan untuk biosintesis, dipakai untuk membentuk
protein. Protein mengalami turn over, secara konstan protein mengalami penguraian dan
pembentukan. Asam amino yang dibebaskan pada penguraian protein, masuk menjadi
cadangan asam amino yang sama dengan asam amino dari makanan. ( Marks and Marks ,
2000 )

Keadaan puasa ( Fast State )


Dalam waktu satu jam setelah makan, kadar insulin mulai turun dan glukagon mulai
meningkat. Perubahan hormonal ini mencetuskan pelepasan bahan bakar dari simpanan
didalam tubuh. Glikogen hati diuraikan menjadi glukosa melalui glikogenolisis.
Triasilgliserol di adiposa dimobilisasi oleh proses lipolisis yang membebaskan asamasam lemak dan gliserol kedalam darah. Asam-asam lemak ini berfungsi sebagai bahan
bakar utama yang dioksidasi selama keadaan puasa yang terjadi antara saat kadar glukosa
kembali ke rentang puasa setelah makan dan saat kadar glukosa darah mulai naik kembali
setelah makan beikutnya ( Marks and Marks, 2000 ).
Jika puasa berlanjut, maka hati menghasilkan glukosa tidak hanya melalui glikogenolisis
saja, melainkan juga melalui suatu proses kedua yang dikenal sebagai glukoneogenesis.
Jika puasa terjadi dalam dua hari, otot akan terus membakar asam-asam lemak tetapi
memperkecil penggunaan keton oleh otot. Akibatnya konsentrasi benda-benda keton
dalam darah meningkat sampai kadar yang memaksa otak untuk mulai mengoksidasinya
untuk menghasilkan energi. Otak kemudian kurang memerlukan glukosa, sehingga hati
menurunkan kecepatan glukoneogenesisnya. Akibatnya protein otot yang memasok asam
amino untuk glukoneogenesis tidak dikorbankan, dan fungsi vitalnya dapat dipertahankan
selama mungkin. ( Marks and Marks, 2000 )

Bahan- Bahan yang Digunakan


Asam lemah
Asam lemah merupakan asam yang mendonorkan hanya sebagian dari atom Hidrogen
yang dimilikinya jika dilarutkan dalam air. Adapun yang termasuk asam lemah ini antara
lain golongan asam karboksilat seperti asam asetat, selain itu asam organik seperti asam
tartrat dan asam molibdat juga merupakan asam lemah. Asam lemah dapat memutuskan
ikatan peptida dari protein, sehingga menyebabkan rusaknya struktur sekunder dan tersier
protein ( ).
Asam karboksilat merupakan pelarut polar, oleh karena itu digunakan sebagai pelarut
organik (sumber....................).
Asam kuat
Asam kuat merupakan asam yang mendonorkan semua atom Hidrogen yang dimilikinya
jika dilarutkan dalam air. Contoh asam kuat adalah asam klorida ( HCL ). ( )
Etanol
Etanol, merupakan jenis alkohol yakni pelarut polar ( )
NaOH
Merupakan asam kuat, yang jika dilarutkan dalam air akan terurai sempurna menjadi
hidroksida dan ion natrium
NaOH Na+ + OH
Basa kuat bersifat menetralkan asam kuat. Misalnya
HCl + H2O H3O+ + Cl
Jika kedua senyawa tersebut dicampur, maka ion H 3O+ and OH akan bergabung
membentuk air
H3O+ + OH 2 H2O
Jika NaOH dan HCl dicampur dalam jumlah yang ekuivalen maka asam dan basa
tersebut akan saling menetralkan, dan meninggalkan garam NaCl dalam larutan.

Hamster
Hamster adalah binatang sejenis hewan pengerat, terdapat berbagai jenis di dunia dan
hampir ada di tiap negara. Hamster termasuk ke dalam subfamili cricetinae dan sering
digunakan sebagai hewan percobaan. Hamster adalah makhluk omnivora. Makanan
mereka biasanya butir padi, tetapi juga termasuk buah segar, akar, bagian hijau
tumbuhan, invertebrata dan beberapa binatang kecil lainnya (serangga seperti belalang)
(sumber....................).

10

III.

Metodologi
1. Alat & Bahan
a. Perangkat bedah tikus
b. Hati tikus yang baru diambil
c. Pelumat jaringan (blender)
d. Alat gelas
e. Mikropipet/pipet volumetric
f. Spektofotometer
g. Larutan NaCl 0,9 g/dl
h. Etanol Absolut
i. HCl pekat
j. Larutan NaOH
k. Larutan asam asetat
l. Akuades
m. Larutan Natrium Tungstat 10%
n. Larutan asam sulfat 2/3 N
o. Larutan tembaga alkalis mengandung natrium karbonat, tembaga sulfat
dan asam tartat
p. Pereaksi asam fosfomolibdat mengandung asam molibdat dan natrium
tungstat
q. Larutan heparin dalam spuit

2. Cara Kerja
Siapkan :
- Tabung reaksi yang bersih dan kering
- Pipet Pasteur
- Kaserol
- Larutan NaCl 0,9 g/dl dingin (40C)
- 100 ml akuades
- Larutan heparin dalam spuit
a. Pengambilan Darah
1) Tikus dimatikan dengan menempatkan binatang tersebut dalam
bejana kaca yang telah berisi uap eter jenuh. Segera setelah mati,
tikus dikeluarkan dan ditelentangkan di atas papan gabus atau
polistren. Keempat kaki direntangkan sejauh mungkin dan difiksasi
ke papan operasi dengan menggunakan jarum pentul.
2) Permukaan perut dibasahi dengan alcohol, kemudian dijepit
dinding perut di median dengan pinset dan gunting dengan arah
melintang. Kemudian tamapk peritoneum. Perotenium dalam
11

digunting arah yang sama sejauh-jauhny. Pengguntingan dilakukan


ke arah tulang dada sampai jantung tampak.
3) Jantung ditetesi dengan heparin dan segera digunting bagian
apeksnya atau vena cava inferior. Darah diambil dari rongga daad
dengan pipet Pasteur dan ditampung dalam tabung reaksi.
4) Kemudian diukur kadar glukosa darah dengan membuat filtrate
bebas protein terlebih dahulu.
b. Pengambilan Hati
1) Pengguntingan dilakukan kearah bawah sampai diafragma.
Diafragma digunting ke arah belakang sampai hati tampak.
2) Hati dan jaringan disekitarnya dilepaskan secara tumpul, sehingga
hati dan sebagian diafragma lepas dari tubuh. Kemudian hati
dilepaskan dari diafragma. Hati tersebut ditempatkan dalam larutan
aCl 0,9 g/dl, suhu 40C.

c. Pelumatan Hati
1) Hati dikeluarkan dari larutan NaCl 0,9 g/dl dingin dan dikeringkan
sebentar diantara dua kertas saring.
2) Hati tikus ditimbang dan dicatat.
3) Kemudian pelumatan hati tikus dilakukan dengan menambahkan
100 ml akuades.

d. Ekstraksi Glikogen
1) Lumatan hati dimasukkan ke dalam kaserol dan dipanaskan sambil
terus diaduk sehingga mendidih. Setelah mendidih, ditambahkan 5
ml asam asetat tetes demi tetes sambil terus diaduk untuk
mengendapkan protein. Teruskan dididihkan campuran tersebut
sambil diaduk sehingga volumenya tinggal separuh dari semula.
2) Lumatan hati disaring selagi panas dan ditampung di dalam gelas
ukur dan dicatat volumenya. Setelah dingin, dipindahkan ke labu
Erlenmeyer dan ditambahkan alcohol 95% ke dalam filtrate
tersebut, 4 kali lebih banyak. Glikogen akan mengendap.

12

3) Glikogen

disimpan

dalam

alcohol

ini

sampai

praktikum

berikutnya.

e. Pengukuran Kadar Glukosa Jaringan Hati


(Glikogen jaringan hati diukur sebagai glukosa setelah dilakukan
hidrolisis)
1) Endapan dipisahkan dengan menyaring atau dengan pemusingan.
2) Endapan dipindahkan ke dalam gelas kimia 50 ml dan
ditambahkan akuades sebanyak 10 ml dan 10 tetes HCl pekat,
dicampur dengan baik. Dididihkan selama 10 menit untuk
menghidrolisis glikogen, kemudian dibiarkan sampai dingin.
Larutan dinetralkan dengan NaOH dengan menggunakan kertas
lakmus sebagai indicator. Kemudian dipindahkan ke dalam tabung
reaksi yang sudah diberi tanda 10 ml. Akuades ditambahkan
sampai volume menjadi 10 ml.
3) Penetapan kadar glukosa hasil hidrolisis glikogen hati dilakukan
dengan menggunakan cara Follin-Wu (tidak perlu dilakukan
pembuatan filtrate bebas protein)
Pembuatan Filtrat Bebas Protein dengan Metoda Follin-Wu
Siapkan :
1)
2)
3)
4)
5)

Labu Erlenmeyer
Corong
Kertas Saring
Pipet Tetes
Miropipet

Pelaksanaan :
1) 14 ml akuades dipipetkan ke dalam labu Erlenmeyer 125 ml yang
kering.
2) Kemudian ditambahkan 2 ml darah. Labu digoyang dengan
perlahan-lahan agar terjadi hemolisis lengkap.
3) Ditambahkan 2 ml larutan Na-tungstat 10% dan dicampur dengan
menggoyangkan labu.

13

4) Ditambahkan 2 ml arutan H2SO4 2/3 N secara tetes demi tetes


sambil terus menggoyangkan labu. Tidak boleh terbentuk
gelembung-gelembung.
5) Labu Erlenmeyer ditutup kamudian labu digoyangkan dan
didiamkan 10 menit. Campuran berwarna coklat.
6) Kadar glukosa darah kedua kelompok tikus

percobaan

dibandingkan.

Pengukuran Kadar Glukosa Cara Follin-Wu


Siapkan :
1) Tabung Follin-Wu (5 buah)
2) Pipet volumetric
Pelaksanaan :
Pengukuran kadar glukosa ini dilakukan dengan menggunakan
tabung Folin-Wu.
Dipipetkan ke dalam tabung

Larutan
(mL)
Filtrate

1
Blanko
bebas

protein/hasil -

2
Standar 1

3
Standar 2

4
Uji 1

5
Uji 2

2,0

2,0

hodrolisis glikogen hati


Standar Glukosa

2,0

2,0

Aquades

2,0

Pereaksi tembaga alkalis

2,0

2,0

2,0

2,0

2,0

Campurkan dengan baik dengan mengoyang-goyngkan tabung.


Letakkan dalam penangas air mendidih selama tepat 8 menit (5
tabung bersama-sama). Kemudian dinginkan dalam es/air
selama 3 menit.
Asam fosfomolibdat

2,0

2,0

2,0

2,0

2,0

14

Campurkan dengan baik. Diamkan 3 menit untuk melarutkan

IV.

Hasil dan Pembahasan


a. Hasil
Table 1. pengukuran berat hati tikus

Berat hati gram

Tikus puasa
0,9735

Tikus tidak puasa


1,0212

Table 2. Hasil absorbansi glukosa darah hamster tidak puasa

Glukosa

Blanko

Standar 1

Standar 2

Uji 1

0,1

0,105

0,271

darah
(mg/dl)
Hamster
puasa
Table 3. Hasil absorbansi glukosa hati hamster puasa

Glukosa

Blanko

Standar 1

Standar 2

Uji 1

Uji 2

0,106

0,108

0,187

0,186

hati
(mg/dl)
Hamster

15

puasa

Tabel 4. hasil pengukuran kadar glukosa darah hamster puasa

Tikus puasa
Kadar glukosa jaringan 0, 023

Tikus tidak puasa


1,6288

hati (mg/g hati)


Kadar glukosa

264,39

darah 64,96

(mg/g darah)

b. Perhitungan
Glukosa darah :
Standar = standar 1 + standar 2 = 0,1 + 0,105 = 0,1025
2
2
Uji

= 0,271

Glukosa hati :
Standar = standar 1 + standar 2 = 0,106 + 0, 108 = 0,107
2
2
Uji

= Uji 1 + uji 2 = 0,187 + 0,186 = 0,1865


2
2

1. Kadar glukosa darah = Au-Ab x 0,2 x 100 mg/dl


As-Ab
0,2
= 0,271 0 x 0,2 x 100 mg/dl
0,1025 - 0
0,2
=2,64390244 x 0,2 x 100 mg/dl
0,2
= 264,39 mg/g hati

16

2. Kadar glukosa hasil hidrolisis glikogen hati = Au-Ab x 1


hati

As-Ab
= 0,1865 0 x

mg/g
Berat hati
1
mg/g

hati
0,107 - 0
1,0212
= 1,7067176 mg/g hati

c. Pembahasan
Dalam percobaan ini, hewan percobaan yang digunakan adalah hamster.
Hamster dimatikan dalam tabung yang berisi eter. Dilakukan pengukuran
kadar glukosa darah dan

glikogen hati secara tidak langsung melalui

hidrolisis glikogen menjadi glukosa. Hati hamster yang diambil disimpan


dalam NaCl 0,9 g/dl dingin (suhu 4C). Hal ini bertujuan untuk menghentikan
proses metabolisme, agar hasil pengukuran akurat. Penyimpanan di suhu
dingin, akan menghentikan metabolisme karena untuk berlangsungnya
metabolisme diperlukan suhu yang optimal. Adapun NaCl 0,9 g/dl adalah
larutan garam fisiologis, yang berfungsi untuk mengawetkan jaringan.
Selanjutnya

dilakukan

ekstraksi

glikogen

dengan

terlebih

dahulu

mengendapkan protein. Pengendapan protein dilakukan dengan menggunakan


asam asetat yang bertujuan agar kadar glukosa dapat diukur tanpa dipengaruhi
oleh protein. Kemudian dilakukan pengendapan glikogen dilakukan dengan
menambahkan alkohol 95% 4x volume filtrat. Perhitungan kadar glikogen
dilakukan secara tidak langsung melalui hidrolisis menjadi glukosa.
Pengukuran kadar glukosa dilakukan dengan metode folin wu. Dilakukan
pembacaan pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 420 nm.
Pengukuran kadar glukosa darah diambil dari vena cava inferior. Sebelumnya
dilakukan pembuatan filtrate bebas protein. Setelah itu dilakukan pengukuran
glukosa

dengan

folin

wu.

Kemudian

dilakukan

pembacaan

pada

spektrofotometer dengan panjang gelombang 420 nm.

17

Pada praktikum didapatkan hasil kadar glukosa darah sebesar 38 g/dl. Pada
keadaan puasa, kadar glukosa darah akan menurun. Hal ini dikarenakan tidak
adanya pasokan makanan yang akan memenuhi kebutuhan sel-sel tubuh akan
glukosa. Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk
mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Peningkatan kadar glukosa
darah pada keadaan fed state akan memicu sekresi insulin dari sel B pancreas.
Insulin selanjutnya akan menurunkan kadar glukosa darah dengan cara
meningkatkan uptake dan storage glukosa di hati dan sel-sel tubuh yang
menggunakan transporter glut 4 untuk mengangkut glukosa (misalnya otot
jantung dan otot rangka, sel adipose dll). Hal ini dilakukan dengan meng ini
dilakukan negatif untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh.
Level glukosa di dalam darah diktivasi glukokinase , menghambat monitor
oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk
memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukosa 6 fosfatase,
dan mengaktifkan glikogen sintase. Glukosa yang digunakan digunakan untuk
glikolisis yang akan menghasilkan energy dan disimpan dalam bentuk
glikogen di hati dan otot. Jika kadar zat makanan berlebih, maka akan
disimpan sebagai triasilgliserol di sel adiposa.
Jika kadar glukosa darah turun (pada keadaan puasa), hal ini akan
menghambat sekresi insulin.

Bila konsentrasi glukosa menurun, karena

dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan


glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Semakin
menurunnya kadar glukosa, akan memicu pengeluaran hormone-hormon lain,
yaitu epinefrin dan kortisol. Hormon-hormon tersebut disebut stress hormone.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kadar glukosa darah, baik dengan cara
glikogenolisis

(pemecahan

cadangan

glikogen),

glukoneogenesis

(pembentukan glukosa dari karbohidrat dan protein) maupun lipolisis.


Pada hamster, dilakukan puasa selama 2 hari. Hal ini tentunya akan
menurunkan kadar glukosa darah. kadar glukosa darah pada hamster yang
tidak puasa jauh lebih tinggi. Penyimpanan glikogen dihati juga akan

18

menurun, karena glikogen dipecah menjadi glukosa (glikogenolisis) untuk


memenuhi kebutuhan glukosa tubuh.
Beberapa jam setelah makan, glukosa darah akan menurun, sehingga sekresi
glukagon dirangsang. Hal ini akan meningkatkan gikogenolisis dihati,
sehingga kadar glikogen hati akan menurun. Di jaringan adiposa, terjadi
lipolisis yang dipacu oleh hormone-sensitive lipase sehingga meningkatkan
gliserol dan asam lemak bebas di darah yang selanjutnya digunakan jaringan
ekstrahepatik sebagai energi. Asam lemak bebas merupakan bahan utama
yang dioksidasi oleh otot dan hati. Hati menggunakan asam lemak untuk
menghasilkan senyawa keton yang akan dikeluarkan ke dalam darah untuk
ditangkap jaringan ekstrahepatik sebagai energy. Otak dan sel darah merah
menggunakan glukosa sebagai sumber energi.
Dengan berlanjutnya puasa, hati akan membentuk glukosa melalui proses
glukoneogenesis, dengan substrat gliserol, laktat, dan asam amino glukogenik.
Penggunaan atom C dari asam amino akan meningkatkan penguraian atom N
yang diubah menjadi urea, sehingga eksresi urea meningkat.
Bila puasa tetap berlanjut, maka glukosa darah akan semakin berkurang, dan
persediaan glikogen di hati dan otot semakin berkurang. Otot mengurangi
penggunaan senyawa keton sebagai energi sehingga senyawa keton akan
meningkat ke dalam darah. Otak mengoksidasi senyawa keton sebagai energi.
otak menggunakan lebih sedikit glukosa, hati menurunkan kecepatan
glukoneogenesis .
Penjelasan diatas menunjukkan mengapa kadar glukosa darah dan glikogen
hati menurun pada hamster puasa.
V.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan bahwa kadar glukosa darah dan hati
hamster puasa memiliki nilai yang lebih rendah daripada kadar glukosa darah dan
hati hamster tidak puasa. Hal ini membuktikan bahwa, dalam keadaan normal
kadar glukosa darah dipengaruhi oleh diet. Glukosa diperlukan oleh tubuh sebagai
sumber energi yang diedarkan melalui darah ke seluruh tubuh. Sehingga kadar
19

glukosa darah dipertahankan dalam rentang normal agar fungsi tubuh dapat
bekerja dengan baik. Glukosa yang berlebihan disimpan dalam tubuh sebagai
glikogen di hati dan sel lemak di jaringan adiposa untuk cadangan glukosa. Jadi,
hasil pengukuran glukosa darah yang dilakukan dalam batas normal. Demikian
juga, kadar glukosa yang diukur dari glikogen hati berada dalam batas normal.
Berat hati juga dalam batas normal.

Daftar Pustaka

Marks, D.B., Marks, A.D., Smith, C.M., 2000. Biokimia Kedokteran Dasar ; Sebuah
Pendekatan Klinis. Jakarta : EGC
Murray, R.K., et all. 2003. Biokimia Harper, edisi 25. Jakarta : EGC
Koolman, J and Roehm, K. H., 2005. Color Atlas of Biochemistry, 2nd edition. New York
Larsen, P.R., et all. 2003. Williams Textbook of Endocrinology, 10th edition. USA :
Elsevier

20

21

You might also like