You are on page 1of 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-6

Analisa Lifting Topside Platform dengan


Pendekatan Dinamik Berbasis Resiko
Ardian Krisna Novanda, Handayanu, dan Daniel M. Rosyid
Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: handayanu@oe.its.ac.id

Abstrak Proses lifting seringkali dilakukan dengan banyak


asumsi, salah satunya adalah asumsi beban dan respon dinamik.
Pada umumnya, asumsi tersebut diwujudkan dengan analisa
statis yang kemudian diberi dynamic factor untuk memodelkan
beban dinamik, beban lateral, dan juga beban kejut yang sangat
mungkin terjadi pada operasi lifting yang sebenarnya. Oleh
karena itu, pada tugas akhir ini dilakukan riset tentang
bagaimana respon dinamik sebuah struktur topside module jika
benar-benar diberi beban dinamik. Pada analisa statis untuk
model yang digunakan, besar tegangan yang terjadi cukup besar,
dengan UC ratio sebesar 1.35. Kemudian pada analisa dinamik,
besar UC ratio adalah sebesar 0.297. Begitu juga dengan
pengaruh kecepatan angkat crane terhadap tegangan sling.
Tegangan yang terjadi adalah 24.18 ksi. Percepatan angkat crane
maksimum yang digunakan adalah 5.15 ft/s2. Hal ini
menunjukkan bagaimana pengaruh pendekatan dinamik pada
analisa lifting. Tugas akhir ini juga bertujuan untuk
mengidentifikasi bagaimana peluang terjadinya kegagalan dan
bagaimana resiko yang terjadi selama proses berlangsung (risk
based analysis). Peluang terjadinya kegagalan pada member
adalah sebesar 0.003 dan pada sling adalah sebesar 0.401.
Sehingga proses lifting dapat digolongkan dalam operasi yang
beresiko rendah.
Kata KunciAnalisa Lifting, Dynamic Analysis, Monte Carlo,
Risk Based Analysis, Sling Analysis, Topside Module.

I. PENDAHULUAN

truktur bangunan lepas pantai mempunyai beberapa jenis.


Jenis platform ini bisa diklasifikasikan berdasarkan jumlah
kaki dengan tipikal pembebanan masing-masing. Seperti pada
struktur platform jacket tipikal empat kaki, pembebanan di
deck topside disesuaikan dengan kekuatan jacket yang
menumpunya. Namun, adanya platform juga biasanya
bergantung dari kebutuhan sesuai desain atau target produksi
yang ingin didapat. Semua platform memiliki desain dengan
standard minimum working area (daerah kerja) yang telah
ditentukan dan juga berat minimum yang telah ditentukan pula.
Itu semua di desain demi mencapai standard minimum target
yang ingin didapatkan [1].
Semua desain tersebut tentu saja disesuaikan dengan kondisi
lingkungan dan juga nilai ekonomisnya. Nilai ekonomis itu
utamanya bergantung pada prosedur instalasi dan kondisi
lokasi platform akan diinstal. Lokasi instalasi akan ditentukan
sebelumnya dalam basic design sehingga akan berpengaruh
pada semua hal yang berkaitan dengan desain, dimana lokasi
tanah dapat menentukan kedalaman perairan, kekuatan daya

dukung tanah, dan beban gelombang yang nantinya akan


mengenai jacket struktur. Sehingga, kondisi ini akan
mempengaruhi desain dari kaki jacket, batter, bentuk bracing
dan chord, dan juga desain pile yang akan menjadi penegar
kaki jacket.
Sebelum platform beroperasi, maka platform harus dibawa
dari yard menuju barge yang akan membawa platform menuju
site tempatnya diinstal. Proses pemindahan itu disebut dengan
proses loadout. Proses loadout ada beberapa macam, salah
satunya adalah dengan pengangkatan struktur yang disebut
dengan proses lifting. Pada dasarnya, analisa lifting itu sendiri
dilakukan untuk menguji kekuatan struktur terhadap beban
statis dan beban dinamis ketika proses pengangkatan
berlangsung.
Namun, pada proses lifting sendiri terkadang masih
menemui beberapa kendala, seperti kegagalan atau patahnya
member frame struktur. Hal ini seringkali ditemui karena pada
saat analisa, yang dilakukan hanya sekedar analisa statis tanpa
mempertimbangkan motion dari deck struktur itu sendiri ketika
diangkat. Motion tesebut bisa disebabkan oleh beberapa factor.
Dalam penelitian ini, yang dipertimbangkan adalah motion
yang disebabkan oleh gaya angin dan juga oleh kecepatan
gerak crane saat mengangkat module. Gaya angin yang datang
secara fluktuatif akan menyebabkan ayunan pada module.
Ayunan tersebut akan bertambah kuat jika kecepatan
pengangkatan oleh crane tidak diatur secara sempurna. Jika
crane digerakkan terlalu cepat, maka dikhawatirkan modul
akan terlempar. Namun, jika terlalu lambat, justru akan terlalu
lama membebani boom crane. Ayunan pada module tersebut
itulah yang dikhawatirkan akan berpengaruh pada tingkat
kegagalan proses pengangkatan.
Berdasarkan informasi tersebut, maka diperlukan analisa
yang lebih detail untuk proses lifting. Salah satunya adalah
dengan cara analisa dengan pendekatan dinamik. Dengan
analisa menggunakan pendekatan dinamik, maka akan bisa
diketahui secara lebih mendalam kekuatan member dan sling
pada proses lifting tersebut. Jika mengalami kegagalan, maka
diperlukan juga analisa untuk mengetahui resiko terjadinya
kegagalan. Analisa resiko tersebut dibutuhkan untuk
mengetahui bagaimana konsekuensi akibat gagalnya proses
pengangkatan. Kegagalan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kegagalan pada member module dan sling.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

II. URAIAN PENELITIAN

W8 x 31

A. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data
pembebanan struktur. Meliputi data beban statis dan beban
dinamis berupa data angin dan gust. Berikut adalah tabel data
pembebanan statis.
Tabel 1. Data beban statis
Deck Additional Dead Load
Plating on Maindeck
Plating and Grating on Cellar Deck
Crane Dead Load
Sub Cellar Deck
Cellar Deck Extension
Stairways and Handrails
Equipment on Main Deck
Bridge to B-Service Platform
Bridge to B2C Platform
Vessel Below Main Deck
- V-9
- V-11
- V-11B
Equipment on Cellar Deck
Instrument Air Compressor Skid
ME-7
Switch Gear Building
Utility Building
Oily Water Sump
- V-10
- P-5
Firewater Pump Skid P-2
Sphere Receiver ME-15
Smart Pig Launcher ME-10
Starting Air Tank V-14
14 Launcher 03-ME-35
14 Launcher 03-L-30
3 Launcher 03-ME-25
Auto Receiver B-R-010
Slug Catcher B-V-300
Piping Load
Piping On Maindeck
Piping On Cellar Deck
Sub Cellar Platform
Wal Way
Piping Below Maindeck
Piping Above Cellar Deck
Piping Below Cellar Deck
Cellar Deck Extension
Total

Load
16.065 kips
71.367 kips
15.0 kips
4.5 kips
12.0 kips
29.24 kips
Load
44.0 kips
237.0 kips
2.0
1.0
1.0

winddir

kips
kips
kips
Load

5.0 kips
35.0 kips
5.0 kips
9.0 kips
1.0 kips
7.0 kips
4.0 kips
14.925 kips
1.0 kips
1.5 kips
1.5 kips
1.2 kips
8.2 kips
10.0
kips

2
= E mv

E. Analisa Kegagalan
Perhitungan keandalan menggunakan simulasi Monte Carlo
dengan dua kali simulasi. Simulasi pertama adalah simulasi
untuk analisa keandalan struktur, sedangkan analisa kedua
adalah keandalan sling. Untuk analisa pertama, persamaan
moda kegagalan (MK) adalah sebagai berikut.

Load
156.3 kips
366.73 kips
2.793 kips
35.575 kips
85.775 kips
22.14 kips
69.4 kips
52 kips
1328.207 kips

MK =

wind speed (ft/s)

2.72

4.59

2.8

4.73

Dalam analisa ini, modul yang digunakan adalah modul


topside dengan beam tipe W-shape dengan yield stress sebesar
36 ksi. Berikut adalah data beam yang digunakan.
Tabel 3. Data beam properties modul deck

W24 X 117
W21 x 57

Yield Stress
(ksi)
36

(1)

AEL

wind speed (knot)

Wide Flange

C. Desain Padeye dan Pemilihan Sling serta Shackle


Padeye didesain sesuai dengan beban yang bekerja pada
struktur. Desain padeye meliputi diameter pin, pin hole, dan
ukuran cheek serta main plate. Sementara untuk sling dan
shackle, desain tidak dilakukan, namun hanya pemilihan
berdasarkan beban maksimal yang bekerja.
D. Analisa Dinamik pada Proses Lifting
Analisa dinamik ini berdasarkan data angin dengan variasi
kecepatan angin per jam. Variasi ini juga ditambah dengan
beban angin kejut atau gust. Analisa dengan beban dinamik ini
dilakukan untuk mengetahui respon tegangan struktur. Respon
tegangan struktur ini juga digunakan untuk menghitung
tegangan yang terjadi pada sling. Perhitungan tegangan sling
dilakukan dengan menggunakan persamaan energy regangan
sebagai berikut.

Selain data statis, tugas akhir ini juga menyertakan data


angin untuk keperluan analisa dinamik. Data angin ini tidak
termasuk gust factor sebesar 124% [1].
Tabel 2. Data Kecepatan Angin
No

B. Permodelan dengan Software Analisa Struktur


Permodelan menggunakan software analisa struktur baik
untuk analisa statis maupun dinamis. Hasil dari permodelan
adalah untuk mengetahui tegangan yang terjadi pada member.

- FAX

(2)

Dengan M adalah moment pada member dengan axial stress


terbesar pada deck. Re adalah yield stress, b dan h masingmasing adalah lebar dan tinggi I-beam. Sedangkan Fax adalah
tegangan axial yang terjadi pada deck.
Pada analisa kedua, persamaan moda kegagalan yang
digunakan adalah sebagai berikut.

mv 2
(3)
act
AEL
Dengan E adalah modulus elastisitas = 13106, A adalah luas
area yang diterpa beban angin = 5827.03 ft2, m adalah massa
modul deck yang diangkat = 203.95 ton.
MK = E

F. Analisa Resiko
Dari hasil simulasi Monte Carlo dengan 6000 data untuk
simulasi kegagalan pada member, didapatkan nilai PoF. Begitu
juga dengan analisa simulasi kegagalan pada sling, akan
didapatkan nilai PoF yang nantinya akan menentukan kategori
dan konsekuensi apakah yang ada pada struktur setiap
dilakukan operasi lifting.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

III. ANALISA DAN PEMBAHASAN


A. Analisa Statis
Permodelan dianalisa dengan bantuan software analisa
struktur modul Linear Static Analysis. Analisa dilakukan
terhadap struktur deck framing. Terlebih dahulu ditentukan
letak dari lifting point. Dari letak tersebut kemudian ditentukan
tinggi hook point dan diberi tumpuan 111111. Kemudian
permodelan dilakukan dengan memodifikasi fixities dari joint
paling bawah untuk memodelkan spring agar ada gaya
pengembali. Berikut adalah table pembebanan pada analisa
statis.
Tabel 4. Pembebanan Statis Software Analisa Struktur Linear
Static Analysis
Load Condition
1
3
4
6

Description
Structural Selfweight including
Buoyancy (Software Generated)
Deck Additional Dead Load
Equipment Load
Piping Load

Output dari analisa statis ini adalah static hook point,


pemilihan sling dan shackle, desain padeye, dan tentu saja
tegangan yang terjadi. Berikut adalah table hasil analisa untuk
penentuan static hook point.
Table 5. Static Hook Point
Sling Hook Point
Deck Lifting

X
2.86 ft

Y
-0.20 ft

tM
tC

(Main Plate Thickness)


(Cheek Plate Thickness)

=
=

2.5
2

in
in

Permodelan dilakukan dengan modul Linear Static Analysis


dan struktur dianggap menggantung. Pembebanan yang terjadi
hanya beban vertical, sedangkan beban lain seperti beban
lateral atau beban dinamik lainnya dimodelkan dengan
menggunakan dynamic load factor sebesar 2. Berikut adalah
hasil dari permodelan berupa UC ratio. Table berikut ini hanya
memuat rangkuman 5 UC terbesar.
Table 8. Hasil Permodelan Static Linear Analysis
Nomor
Member
1030-7003
7039-1146
1146-1145
7037-7039
6951-1026
1155-1146

Member
Group
DL2
MDB
MDB
MDB
CDB
VDT

Max.
UC
0.62
1.35
1.33
1.13
0.96
0.88

Berikut disertakan pula gambar permodelan dengan


tumpuan hook point 60 terhadap horizontal.

Z
105.72 ft

Dari hasil permodelan, dapat ditentukan pula dimensi dari


sling dan shackle. Berikut adalah hasil pemilihan sling dan
shackle berdasarkan beban yang bekerja pada modul.
Table 6. Pemilihan Dimensi Sling dan Shackle
Dimensi

Sling
Diameter tali sling
2.50 dengan level
beban
maksimal
302 ton.

Shackle (Crosby Shackle)


Diameter Pin : 5.25 in.
Lebar Jaw : 7.28 in.
Kedalaman Jaw : 23.62 in.

Setelah pemilihan dimensi sling dan shackle, maka desain


padeye bisa dilakukan. Desain ini mengacu pada besar beban
dan berat total dari modul yang diangkat. Berikut adalah table
desain dan contoh gambar dari padeye.

Gambar 1. Desain Padeye


Table 7. Desain Padeye pada Analisa Statis
dp

(Pin Diameter)

(used Pin Hole Diameter)

=
=
=
=

5.25
5.25 + 1/8
5.375
5.4

in
in
in
in

dhmin

(Pin Hole Diameter)

dH
rH

(Pin Hole Radius)

2.7

in

Gambar 1. Layout Permodelan Linear Static Analysis


B. Analisa Dinamik
Permodelan dianalisa dengan bantuan software analisa
struktur modul Forced Response Analysis. Analisa secara
umum sama dengan langkah pada analisa statis. Namun, untuk
memperoleh tegangan diperlukan beberapa tahap analisa untuk
menyusun common solution file agar analisa bisa berjalan.
Analisa dilakukan terhadap struktur deck framing. Secara
umum, terdapat 4 tahap analisa yang dilakukan. 3 analisa
pertama adalah proses analisa dinamik, dan analisa ke empat
adalah analisa untuk mengetahui tegangan yang terjadi pada
member. Berikut adalah proses analisa yang dilakukan.
Analisa Modal Static
Analisa Modal Dinamik
Analisa Forced Response
Analisa Post Member Stress Check
Analisa terakhir dalam analisa dinamik ini adalah analisa
tegangan sling yang berkaitan dengan kecepatan angkat crane
dan berpengaruh pada struktur.
C. Pembebanan Analisa Dinamik
Pembebanan pada analisa lifting dynamic terdiri dari dua

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6


tipe beban yaitu beban vertical dan beban lateral. Beban
vertical adalah sama dengan analisa statis. Untuk beban
dinamik, digunakan beban angin pada deck dengan arah Y.
Beban angin dihitung berdasarkan kecepatan dan arah
datangnya. Data angin diambil dari daerah Gresik pada tahun
2008 tanggal 19 Nopember. Dalam analisa ini disetakan pula
adanya gust yang terjadi pada menit ke-15 dan menit ke-80.
Besar angin gust adalah 124% dari beban angin yang terjadi.
Analisa dinamik dilakukan tiga pembebanan yang berbeda.
Analisa pertama dilakukan dengan memberi beban angin
selama dua jam dengan variasi kecepatan per jam. Analisa
kedua, beban angin pada analisa pertama ditambah dengan
beban gust pada menit ke-15. Sementara analisa ketiga diberi
beban angin yang sama dengan analisa pertama dan kedua tapi
ditambah dengan beban gust pada menit ke-80. Pemberian
gust pada menit ke-15 dan menit ke-80 hanya berdasarkan
empiris dari pengukuran data di BMKG Surabaya dan kegiatan
lifting bagian-bagian kapal di PT. PAL. Sementara DnV RPC205 menunjukkan bahwa gust bisa saja terjadi selama 10
menit, namun tanpa adanya perubahan kecepatan rata-rata
angin.
D. Hasil Analisa Dinamik Tanpa Gust
Analisa tahap pertama dilakukan dengan beban angin tanpa
disertai adanya gust. Beban angin diberikan selama dua jam
dengan variasi kecepatan angin yang berubah per jam.
Berdasarkan analisa tahap pertama, berikut adalah daftar 5
member dengan UC rasio terbesar.
Tabel 9 Hasil Analisa Dinamik Beban Angin Tanpa Gust
Nomor
Member
1145-1030
1031-6052
1143-1152
1155-1147
1026-1145

Member
Group
MDB
MDB
DBM
DT2
DT1

Max.
UC
0.192
0.168
0.157
0.124
0.089

E. Hasil Analisa Dinamik Dengan Gust


Sebagai pembanding, dilakukan analisa dengan beban
angin termasuk gust yang terjadi pada menit ke-15. Beban gust
ini terjadi pada arah yang sama dan besarnya sebesar 124%
dari beban angin yang terjadi. Berikut hasil analisa dari analisa
kedua dengan memasukkan 1 beban angin gust.
Table 10. Hasil Analisa Dinamik Beban Angin Dengan Gust
Menit Ke-15
Nomor
Member
1145-1030
1031-6052
1155-1147
7032-7033
1031-6024

Member
Group
MDB
MDB
DT2
MDB
MDB

Max.
UC
0.230
0.203
0.150
0.126
0.117

Analisa ketiga dilakukan untuk lebih memberikan


pendekatan terhadap kondisi nyata dimana sesuai empiris
terjadi gust selama beberapa kali dalam satu jam. Namun
dalam permodelan ini, dengan tujuan untuk mengetahui respon
dari struktur yang sedang diangkat, maka dalam pembebanan

4
dinamik diasumsikan terjadi gust sebanyak dua kali. Berikut
adalah hasil dari analisa dengan beban gust pada menit ke-15
dan menit ke-80.
Table 11. Hasil Analisa Dinamik Beban Angin Dengan Gust
Menit Ke-80
Nomor
Member
1145-1030
1031-6052
1155-1147
1145-1155
1026-1030

Member
Group
MDB
MDB
DT2
DT2
DL

Max.
UC
0.297
0.277
0.201
0.181
0.136

F. Analisa Tegangan Tali Sling dan Pengaruhnya Terhadap


Struktur
Permodelan dengan software analisa struktur tidak
menyediakan profil tali untuk menggantung modul. Maka,
perlu dilakukan perhitungan untuk mengetahui tegangan dari
tali sling yang terjadi. Tegangan dihitung untuk kemudian
dijadikan pembanding dengan gaya yang ada pada member
yang berhubungan langsung dengan sling. Berikut adalah
perhitungannya.
Energi regangan
dU
U

= dU
= dy dz dx
= . dV
= . dx A
= E. dx A
= AE/2
=

Energy Kinetik
= mv2
Berdasarkan rumusan di atas, dapat dimasukkan variablevariabel dari struktur dan sling.
Tabel 12. Variabel Perhitungan Tegangan Sling
m (massa)
v (kecepatan angkat crane)
A (luas penampang struktur
terkena beban angin)
E (modulus elastisitas sling)
L (panjang sling)

Maka,
Energy Kinetik
2

Weight x gravity acc


334.34 x 0.61 = 203.95 ton
0.53 m/min = 0.29 ft/s
Panjang x lebar
95.525 x 61 = 5827.03 ft2
13 x 106 ksi
65.286 ft

= Energi Regangan
=

mv

x 203.95 x 0.292 = (5827.03 x 13 x 106 x 65.286)/2 x 2

= 1.86 x 10-6
dengan nilai telah diketahui, bisa dihitung besar tegangan
yang terjadi pada sling berikut ini.
E

= E.
= (13 x 106) x (1.86 x 10-6)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

= 24.18 ksi
Dengan begitu, maka dapat diketahui perbandingan antara
tegangan pada keempat sling dan tegangan pada member yang
berhubungan langsung dengan sling. Pada member yang
berhubungan dengan sling secara langsung, diketahui terjadi
gaya arah Z sebesar 29.18 kips. Diketahui bahwa diameter
sling adalah 2.5 inch. Sehingga tegangan yang terjadi adalah:

= Fz / Area terkena gaya

= 29.18 / (0.25x3.14x0.21)

= 177.01 ksi
kemudian kedua tegangan yang terjadi dibandingkan menjadi:
sling / member = (4 x 24.18) / 177.01
= 0.55
Dengan diketahuinya perbandingan tersebut, hal ini bisa
dijadikan dasar untuk mengetahui respon struktur terhadap
pengaruh kecepatan angkat crane. Factor hasil perbandingan
tersebut digunakan sebagai pengali terhadap berat jenis baja.
Berikut adalah 5 member dengan UC terbesar hasil
permodelan dengan menggunakan modifikasi berat jenis baja.
Table 13. Hasil Pengaruh Kecepatan Angkat Crane
Terhadap Struktur
Nomor
Member
1028-6988
6925-1027
1031-6024
1028-501L
1031-6002

Member
Group
BDB
CDB
MDB
DL
MDG

Max.
UC
0.92
0.70
0.70
0.63
0.52

Selain itu, dalam sebuah pergerakan angkat crane tentu


tidak akan mencapai kecepatan yang konstan secara langsung.
Dibutuhkan waktu untuk mencapai kecepatan yang konstan,
artinya akan terjadi percepatan angkat terlebih dahulu.
Percepatan angkat (a) ini akan menimbulkan beban kejut yang
berlebihan jika tidak diatur. Oleh karena itu, pada penelitian
ini dilakukan simulasi factor beban dimana factor ini adalah
factor yang diberikan pada model sampai model mempunyai
UC ratio yang kritis. Besar factor ini kemudian dikalikan
dengan percepatan gravitasi (g) sehingga dapat diketahui besar
percepatan maksimal dalam pergerakan angkat crane. Dari
hasil permodelan, diketahui bahwa factor beban yang
menyebabkan member sampai kritis adalah sebesar 1.16,
sehingga percepatan angkat masksimum bisa dihitung sebagai
berikut.
a = load factor g
a = 0.16 32.17 ft/s2
a = 5.15 ft/s2
Maka, percepatan maksimal dalam operasi angkat crane
adalah 5.15 ft/s2.
G. Analisa Resiko
Analisa resiko pada tugas akhir ini dilakukan pada member
deck dan resiko pada tegangan sling. Analisa diawali dengan
perhitungan moda kegagalan. Kemudian dilanjutkan dengan
penentuan kategori resiko dan juga kategori konsekuensi.
Analisa resiko yang pertama dilakukan pada modul deck,
dimana banyak ditemukan kegagalan member. Dalam analisa
kegagalan, perlu diketahui persamaan moda kegagalan. Moda
kegagalan ini menjadi parameter penentuan kesuksesan

5
ataupun kegagalan dalam suatu proyek yang ditinjau. Adapun
moda kegagalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
persamaan kegagalan ditinjau dari persamaan moment bending
member I-beam [2].
M = Rebh2(1-2)
Dimana, M = moment bending
Re = yield stress
b = lebar material W-shape
h = tinggi material W-shape
= parameter axial force
Namun karena yang berpengaruh pada kegagalan struktur
adalah axial force maka persamaan di atas menjadi:
=
Sehingga persamaan moda kegagalan adalah sebagai
berikut.
MK =

- FAX

Dalam analisa resiko, member dikatakan gagal jika nilai MK


< 0 dan MK > 1. Dan dikatakan sukses apabila 0 < MK < 1.
Variable acak yang digunakan dalam persamaan moda
kegagalan di atas adalah nilai yield stress dan besar moment
yang terjadi pada struktur. Dengan menggunakan persamaan
moda kegagalan itu, didapatkan peluang kegagalan struktur
sebagai berikut.
Table 14. Hasil Simulasi Monte Carlo Peluang Terjadinya
Kegagalan
Jumlah Jam Setahun
8640

PoF
0.0033

Annual PoF
3.81 x 10-7

Kategori
1

Sedangkan untuk analisa resiko pada sling, variabel acak


yang digunakan adalah panjang sling dan juga kecepatan
angkat crane. Dua hal inilah yang mempengaruhi besarnya
tegangan pada sling. Persamaan moda kegagalan yang
digunakan adalah sebagai berikut.

Sama halnya dengan analisa kegagalan pada member, sling


dianggap gagal jika nilai MK < 0 dan MK > 1. Dan dikatakan
sukses apabila 0 < MK < 1. System simulasi pada analisa
kegagalan pada sling adalah sama dengan yang digunakan
pada analisa kegagalan pada member. Berikut adalah peluang
kegagalan hasil simulasi.
Table 15. Hasil Simulasi Monte Carlo Peluang Terjadinya
Kegagalan pada Sling
Jumlah Jam Setahun
8640

PoF
0.401

Annual PoF
4.64 x 10-5

Kategori
1

H. Matriks Resiko
Data operasi dan besar moda kegagalan yang disertakan
dalam analisa resiko untuk sling dan member mempunyai nilai
dan berada dalam kategori yang sama. Sehingga penentuan
konsekuensi dalam bidang keamanan (safety) juga sama. Dapat
disimpulkan bahwa operasi lifting mempunyai resiko yang
rendah mengingat personel dalam operasi lifting adalah

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

sebanyak 3 orang operator dan 2 orang personel pengawas.


Berikut adalah matriks resiko pada analisa sling.
Tabel 4.23 Matriks Resiko
PoF Ranking
5
4
3
2

B
RED
YELLOW
YELLOW
GREEN
GREEN

CoF Type of
Safety

No
injury

CoF Ranking

Minor injury
Absence < 2
days
B

C
RED
RED
YELLOW
YELLOW
GREEN
(member and
sling)
Major injury
Absence > 2
days
C

D
RED
RED
RED
YELLOW

E
RED
RED
RED
RED

YELLOW

YELLOW

Single
Fatality

Multiple
Fatalities

terima kasih yang tak berhingga. Terima kasih juga kepada


Hendra Prima Ananta selaku kakak penulis yang sabar
mengajari fisika dasar. Begitu juga kepada Karlina Rachmasita
yang telah rela mendukung dengan segala cara dan
memberikan semangat tersendiri bagi penulis. Kepada seluruh
anggota The Octopus yang selalu membuka pintu bimbingan
informal, penulis ucapkan terima kasih. Dan kepada seluruh
anggota Lab. Komputer penulis mengucapkan terima kasih
untuk ruang dan kebersamaan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
[1]

IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
Berdasarkan hasil analisa pada bagian ke-III, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Kekuatan topside module dengan sudut kemiringan sling
60 terhadap horizontal mempunyai tegangan yang
cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya
tegangan yang terjadi pada member, sehingga UC ratio
mencapai 1,35. Besar tegangan ini bisa dikarenakan
adanya dynamic load factor sebesar 2 untuk memodelkan
beban yang tak dimasukkan pada analisa statis.
2. Analisa dinamik pada proses lifting yang menggunakan
beban lateral berupa beban angin selama dua jam dan
gust menimbulkan respon dinamis relative kecil. Pada
setiap perubahan kecepatan angin, displacement terjadi
pada tiap joint. Hal ini berpengaruh pada tegangan yang
terjadi. Besar tegangan itu ditunjukkan pula dengan besar
UC ratio yang terjadi. UC ratio yang terbesar bernilai
0.297. Sementara itu, kecepatan angkat crane sebesar
0.28 ft/s menimbulkan tegangan pada sling sebesar 24.57
ksi dan percepatan angkat maksimum adalah 5.15 ft/s2.
3. Resiko dalam operasi lifting dengan analisa ini berada
pada level Low Risk mengingat personel yang terlibat
dalam operasi lifting tidak mengalami hal yang fatal.
Peluang kegagalan dalam analisa operasi ini adalah 3.81
x 10-7 dan sebesar 4.64 x 10-5.

AISC

ASD.

American

Institute

of

Steel

Construction,

Specification for Structural Steel Building Allowable Stress


Design and Plastic Design.
[2]

API RP 2A WSD 21th Edition. 2005. Recommended Practice for


Planning, Designing and Constructing Fixed Offshore Platforms.
American Petroleum Institute. Washington.

[3]

Craig, Roy R. 1981. Structural Dynamics, An Introduction to


Computer Methods. John Wiley & Sons. New York.

[4]

Dawson, Thomas H. 1983. Offshore Structural Engineering.


Prentice-Hall. Inc.. Englewood Cliffs. New Jersey.

[5]

DNV Pt2 Ch5-Lifting. 1996. Marine Operation. Det Norske


Veritas. Norway.

[6]

DNV RP-G101. 2010. Risk Based Inspection Of Offshore


Topsides Static Mechanical Equipment.

Det Norske Veritas.

Norway.
[7]

HANNES CCISCO Supply. 2002. Wire Rope. USA.

[8]

Ludfianto, Bagus R. 2011. Analisa Konfigurasi Rigging Pada


Prosese Lifting Deck Structure. Laporan Tugas Akhir Jurusan
Teknik Kelautan-ITS.

[9]

Popov, Egor P. 1983. Mechanics of Materials. Prentice-Hall, Inc.


Engelwood Cliffs. New Jersey.

[10] Ramadhani, Luthfi. 2009. In House Training - Lifting Analysis.


Tripatra Engineering. Jakarta.
[11] Rosyid, Daniel M. 2007. Pengantar Rekayasa Keandalan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Pengerjaan tugas akhir ini tidak terlepas dari kesalahan dan
usaha penyempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
syukur kepada Allah SWT atas semua petunjuk yang selalu
penulis terima selama penulisan.
Terima kasih penulis ucapkan pula kepada Dr. Ir.
Handayanu, M.Sc sebagai dosen pembimbing satu dan juga
kepada Prof. Daniel M. Rosyid, Ph.D sebagai dosen
pembimbing dua sekaligus sebagai dosen wali penulis yang
dengan sangat sabar telah membimbing, mengarahkan, dan
terus memberi masukan dalam penyusunan tugas akhir ini.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh bapak
dosen dan karyawan di lingkungan Jurusan Teknik Kelautan
FTK-ITS atas ilmu dan bimbingannya.
Kepada kedua orang tua yang begitu mendukung dan
mendoakan penyusunan tugas akhir ini, penulis mengucapkan

Airlangga University Press. Surabaya.


[12] Soegiono.2004. Teknologi Produksi dan Perawatan Bangunan
Laut. Airlangga Universitiy Press. Surabaya.

You might also like