Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Eko Setyawan, S.Kep
NIM. 092311101017
1. Tinjauan Kasus :
Pteregium dengan eksisi
dry eye syndrome. Sekalipun jarang terjadi, namun pada kondisi lanjut
atau apabila kelainan ini didiamkan lama akan menyebabkan hilangnya
penglihatan si penderita.
b. Penyebab
1) Paparan sinar matahari (UV)
Paparan sinar matahari merupakan faktor yang penting dalam
perkembangan terjadinya pterigium. Hal ini menjelaskan
mengapa insidennya sangat tinggi pada populasi yang berada
pada daerah dekat equator dan pada orangorang yang
menghabiskan banyak waktu di lapangan. UV B merupakan
mutagenik untuk p53 tumor supressor gen pada stem sel limbal.
Tanpa apoptosis, transforming growth factor-beta over produksi
dan memicu terjadinya peningkatan kolagenasi, migrasi seluler,
dan angiogenesis. Selanjutnya perubahan patologis yang terjadi
adalah degenerasi elastoid kolagen dan timbulnya jaringan
fibrovaskuler subepitelial. Kornea menunjukkan destruksi
membran Bowman akibat pertumbuhan jaringan fibrovaskuler.
2) Iritasi kronik dari lingkungan (udara, angin, debu)
3) Faktor lainnya yang berperan dalam terbentuknya pterigium
adalah alergen, bahan kimia berbahaya, dan bahan iritan
(angin, debu, polutan).
4) Faktor risiko yang mempengaruhi antara lain :
a) Usia
Prevalensi pterigium meningkat dengan pertambahan usia
banyak ditemui pada usia dewasa tetapi dapat juga ditemui
pada usia anak-anak.Usia 20-40 tahun mempunyai insiden
terjadinya pterigium lebih tinggi.
b) Pekerjaan
Pertumbuhan pterigium berhubungan dengan paparan yang
sering dengan sinar UV.
c) Tempat tinggal
Gambaran yang paling mencolok dari pterigium adalah
distribusi geografisnya. Distribusi ini meliputi seluruh
dunia tapi banyak survei yang dilakukan setengah abad
terakhir menunjukkan bahwa negara di khatulistiwa
memiliki angka kejadian pterigium yang lebih tinggi.
d) Jenis kelamin
Laki-laki beresiko dua kali lipat daripada perempuan.
e) Herediter
Pterigium dipengaruhi faktor herediter yang diturunkan
secara autosomal dominan.
f) Infeksi
Human Papiloma Virus (HPV) dinyatakan sebagai faktor
penyebab pterygium.
c. Patofisiologi
Terjadinya pterigium sangat berhubungan erat dengan paparan sinar
matahari, walaupun dapat pula disebabkan oleh udara yang kering,
inflamasi, dan paparan terhadap angin dan debu atau iritan yang lain.
UV-B merupakan faktor mutagenik bagi tumor supressor gene p53
yang terdapat pada stem sel basal di limbus. Ekspresi berlebihan
sitokin seperti TGF- dan VEGF (vascular endothelial growth factor)
menyebabkan regulasi kolagenase, migrasi sel, dan angiogenesis.
Akibatnya terjadi perubahan degenerasi kolagen dan terlihat jaringan
subepitelial fibrovaskular. Jaringan subkonjungtiva mengalami
degenerasi elastoid (degenerasi basofilik) dan proliferasi jaringan
granulasi fibrovaskular di bawah epitel yaitu substansia propia yang
akhirnya menembus kornea. Kerusakan kornea terdapat pada lapisan
membran Bowman yang disebabkan oleh pertumbuhan jaringan
fibrovaskular dan sering disertai dengan inflamasi ringan. Kerusakan
membran Bowman ini akan mengeluarkan substrat yang diperlukan
untuk pertumbuhan pterigium. Epitel dapat normal, tebal atau tipis dan
kadang terjadi displasia.
Limbal stem cell adalah sumber regenerasi epitel kornea. Pada keadaan
defisiensi limbal stem cell, terjadi konjungtivalisasi pada permukaan
kornea. Gejala dari defisiensi limbal adalah pertumbuhan konjungtiva
ke kornea, vaskularisasi, inflamasi kronis, kerusakan membran
basement dan pertumbuhan jaringan fibrotik. Tanda ini juga ditemukan
pada pterygium dan oleh karena itu banyak penelitian yang
menunjukkan bahwa pterygium merupakan manifestasi dari defisiensi
atau disfungsi localized interpalpebral limbal stem cell. Pterygium
ditandai dengan degenerasi elastotik dari kolagen serta proliferasi
fibrovaskuler yang ditutupi oleh epitel. Pada pemeriksaan histopatologi
daerah kolagen abnormal yang mengalami degenerasi elastolik
tersebut ditemukan basofilia dengan menggunakan pewarnaan
hematoxylin dan eosin. Pemusnahan lapisan Bowman oleh jaringan
fibrovascular sangat khas. Epitel diatasnya biasanya normal, tetapi
mungkin acanthotic, hiperkeratotik, atau bahkan displastik dan sering
menunjukkan area hiperplasia dari sel goblet.
d. Tanda dan Gejala
1) Mata irritatif, merah gatal dan mungkin menimbulkan astigmatisme
2) Kemunduran tajam penglihatan akibat pteregium yang meluas ke
kornea (Zone Optic)
3) Dapat diserati keratitis pungtata, delen (Penipisan kornea akibat
kering) dan garis besi yang terletak di ujung pteregium.
4) Gangguan penglihatan
Klasifikasi dan Grade
Klasifikasi Pterigium:
1) Pterygium Simpleks: jika terjadi hanya di nasal/ temporal saja.
f. Pemeriksaan Penunjang
2. Tinjauan Tindakan :
Jenis Operasi pada Pterigium antara lain :
a) Teknik Bare sclera
1) Anastesi : proparacain atau pantokain atau dapat juga
menggunakan kokain 4% yang diteteskan maupun dioles
dengan kapas pledget, kemudian diberikan suntikan
subkonjungtiva dengan lidokain 1-2 % .
2) Persiapkan duk steril untuk menutupi derah operasi.
3) Siapkan lid spekulum
4) Lakukan pengujian untuk menunjukkan otot yang terkait
dengan pterigium.
5) Lakukan fiksasi dengan benang ganda 6.0 pada episklera
searah jam 6 dan jam 12.
6) Posisi mata pada jahitan korset.
7) Buatlah garis demarkasi pterigium dengan cautery.
8) Gunakanlah ujung spons atau kapas untuk membersihkan
darah ketika sedang dilakukan pengikisan pterigium dari
apek dengan menggunakan forcep jaringan.
9) Laksanakan pembedahan dari kepala pterigium yang ada di
dekat kornea mata dengan menggunakan scarifier. Traksi
dengan forcep ukuran 0.12 mm akan memudahkan
pengangkatan pterigium.
10) Bebaskan sklera dari pterigium.
11) Menggunakan westcott gunting untuk memotong sepanjang
tanda cautery.
12) Kikislah pterigium dengan gunting.
13) Pindahkan semua jaringan pterigium dari limbus dengan
menggunakan sharp sehingga tampak jaringan sklera yang
telanjang.
14) Jika perlu, mengisolasi rektus otot horizontal dengan suatu
sangkutan otot untuk menghindari kerusakan jaringan yang
akan membentuk sikatrik.
15) Pindahkan pterigium dilimbus dengan menggunakan gunting.
16) Gunakan cautery untuk menjaga keseimbangan.
17) Menghaluskan sekeliling tepi limbus.
18) Dengan menggunakan burr intan
19) Dengan tepi punggung mata pisau scarifier.
20) Berikan antibiotik dan steroid topikal.
21) Kemudian tutup mata dengan kasa steril dan fiksasi.
3. Tinjauan Keperawatan :
a. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1) Data pasien
2) Keluhan utama
3) Riwayat kesehatan sekarang
4) Riwayat kesehatan masa lalu
5) Riwayat kesehatan keluarga
6) Pengkajian psikososial kultural dan spiritual
a) Status psikologi dan perkembangan
b) Sosial ekonomi
c) Budaya
d) Spiritual
7) Pemeriksaan fisik
8) Pemeriksaan penunjang
Pathway
Paparan sinar
matahari
Udara, angin,
debu
regulasi kolagenase,
migrasi sel, dan
angiogenesis
Perubahan degenerasi
kolagen
Terlihat jaringan
subepitelial
fibrovaskular
Pertumbuhan jaringan fibrovaskular
Menembus kornea
Defisiensi limbal
stem cell
Konjungtivalisasi pada
permukaan kornea
Terjadi kerusakan
pada lapisan
bowman di
kornea
Pterigium
Gangguan
citra tubuh
Rencana
pembedahan
Defisiensi pengetahuan
Ansietas
Timbul timbunan dan benjolan
Resiko
cedera
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Pre Op :
a. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan
pertumbuhan fibrovaskular pada konjungtiva yang meluas mengenai
kornea dan pupil
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit pterigium yang
mengenai mata
c. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan penglihatan
Diagnosa Intra Op :
d. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan eksisi pada mata saat operasi
e. Resiko jatuh berhubungan dengan posisi saat operasi
Diagnosa Post Op :
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
No.
1.
3.
NIC
:
body
image
enhancement
2.1 kaji secara verbal dan
nonverbal respon pasien
terhadap tubuhnya
Rasional
:
mengetahui
harapan pasien
2.2
jelaskan
tentang
pengobatan penyakit
Rasional : pasien mengerti
dan menerima kondisi
2.3
dorong
pasien
mengungkapkan perasaannya
Rasional : menggali perasaan
pasien
2.4 fasilitasi kontak dengan
individu
lain
dalam
kelompok kecil
Rasional : mencegah harga
diri
rendah
dan
mempertahankan
interaksi
sosial
2.5 beri dukungan pada
pasien
Rasional : meningkatkan
koping pasien
Resiko cedera NOC : risk control
NIC
:
environment
berhubungan
Kriteria Hasil :
management
dengan
- Klien terbebas dari 3.1 sediakan lingkungan yang
penurunan
cedera
aman bagi pasien
penglihatan
- Klien
mampu Rasional
: mencegah
mencegah cedera
terjadinya cedera
3.2 berikan penjelasan pada
pasien
tentang
status
kesehatannya
Rasional : agar pasien
4.
menentukan intervensi
lanjutan
5.
Ansietas
berhubungan
dengan
perubahan
status
kesehatan
Daftar Pustaka