Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Tujuan dari pembuatan maklah ini ialah untuk mengetahui salah satu zat
toksik atau toksikan yaitu timbal (pb) serta cara metabolime timbal dalam tubuh
manusia melaui proses adsorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam. Dalam
bahasa ilmiahnya dinamakan Plumbum, dan logam ini disimbolkan dengan Pb.
Logam ini termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada tabel
periodik unsur kimia. Mempunyai unsur atom (NA)82 dengan bobot atau berat
atom (BA)207,2 (Anonim a, 2013).
Timbal merupakan bahan alami yang terdapat dalam kerak bumi. Timbal (Pb)
dimanfaatkan manusia untuk bahan pembuat baterai, membuat amunisi, produk
logam (logam lembaran, solder, dan pipa), perlengkapan medis (penangkal
radiasi dan alat bedah), cat, keramik, peralatan kegiatan ilmiah/praktek (papan
sirkuit (CB) untuk computer) untuk campuran minyak bahan-bakar untuk
meningkatkan nilai oktan (Wardhayani, 2006)
Berikut merupakan ciri-ciri dari timbal ialah ( Anonim a, 2013):
a.
Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan
menggunakan pisau atau tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
b.
bersifat anorganik dan umumnya dalam bentuk garam anorganik yang
umumnya kurang larut dalam air
c.
Tahan terhadap korosi atau karat, sehingga logam timbal sering digunakan
sebagai coating
d.
e.
f.
Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam
biasa, kecuali emas dan mercuri
g.
h.
tidak mengalami penguapan namun dapat ditemukan di udara sebagai
partikel
Timbal (Pb) merupakan mineral yang tergolong mikroelemen, merupakan logam
berat dan berpotensi menjadi bahan toksik. Jika terakumulatif dalam tubuh,
maka berpotensi menjadi bahan toksik pada mahluk hidup. Masuknya unsur
timbale (Pb) ke dalam tubuh mahluk hidup dapat melalui saluran pencernaan
(gastrointestinal), saluran pernafasan (inhalasi), dan penetrasi melalui kulit
(topikal) (Wardhayani, 2006).
Efek Pb terhadap kesehatan terutama terhadap sistem haemotopoetic (sistem
pembentukan darah), adalah menghambat sintesis hemoglobin
dan memperpendek umur sel darah merah sehingga akan menyebabkan
anemia. Pb juga menyebabkan gangguan metabolisme Fe dan sintesis globin
dalam sel darah merah dan menghambat aktivitas berbagai enzim yang
diperlukan untuk sintesis heme (Anonim a, 2013).
Anak yang terpapar Pb akan mengalami degradasi kecerdasan alias idiot. Pada
orang dewasa Pb mengurangi kesuburan, bahkan menyebabkan kemandulan
atau keguguran pada wanita hamil, kalaupun tidak keguguran, sel otak tidak bisa
berkembang. Dampak Pb pada ibu hamil selain berpengaruh pada ibu juga pada
embrio/ janin yang dikandungnya. Selain penyakit yang diderita ibu sangat
menentukan kualitas janin dan bayi yang akan dilahirkan juga bahan kimia atau
obat-obatan, misalnya keracunan Pb organik dapat meningkatkan angka
keguguran, kelahiran mati atau kelahiran premature (Anonim a, 2013).
Timbal (Plumbum) beracun baik dalam bentuk logam maupun garamnya.
Garamnya yang beracun adalah : timbal karbonat ( timbal putih ); timbal
tetraoksida ( timbal merah ); timbal monoksida; timbal sulfida; timbal asetat
( merupakan penyebab keracunan yang paling sering terjadi ). Ada beberapa
bentuk keracunan timbal, yaitu keracunan akut, subakut dan kronis. Nilai
ambang toksisitas timbal ( total limit values atau TLV ) adalah 0,2
miligram/m3. Berikut tipe keracunan timbal yang terjadi ialah (Anonim b, 2013):
a.
Keracunan akut
Keracunan timbal akut jarang terjadi. Keracunan timbal akut secara tidak
sengaja yang pernah terjadi adalah karena timbal asetat. Gejala keracunan akut
mulai timbul 30 menit setelah meminum racun. Berat ringannya gejala yang
timbul tergantung pada dosisnya. Keracunan biasanya terjadi karena masuknya
senyawa timbal yang larut dalam asam atau inhalasi uap timbal. Efek adstringen
menimbulkan rasa haus dan rasa logam disertai rasa terbakar pada mulut.
Gejala lain yang sering muncul ialah mual, muntah dengan muntahan yang
berwarna putih seperti susu karena Pb Chlorida dan rasa sakit perut yang hebat.
Lidah berlapis dan nafas mengeluarkan bau yang menyengat. Pada gusi
terdapat garis biru yang merupakan hasil dekomposisi protein karena bereaksi
dengan gas Hidrogn Sulfida. Tinja penderita berwarna hitam karena
Keracunan subakut
Keracunan sub akut terjadi bila seseorang berulang kali terpapar racun
dalam dosis kecil, misalnya timbal asetat yang menyebabkan gejala-gejala
pada sistem syaraf yang lebih menonjol, seperti rasa kebas, kaku otot, vertigo
dan paralisis flaksid pada tungkai. Keadaan ini kemudian akan diikuti dengan
kejang-kejang dan koma. Gejala umum meliputi penampilan yang gelisah, lemas
dan depresi. Penderita sering mengalami gangguan sistem pencernaan,
pengeluaran urin sangat sedikit, berwarna merah. Dosis fatal : 20 - 30 gram.
Periode fatal : 1-3 hari.
c.
Keracunan kronis
tubuh sehingga sulit untuk terdeteksi. Walaupun zat racun yang masuk dalam
ukuran gram atau miligram, sampel yang diinvestigasi dapat mengandung zat
racun atau biomarkernya dalam ukuran mikrogram atau nanogram, bahkan
hingga pikogram (Budiawan, 2008) .
Pada dasarnya disposisi senyawa toksik meliputi beberapa fase di antaranya
absorbsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi (Maharani, 2013):
a.
Absorbsi
Difusi pasif tidak sama halnya dengan transpor aktif yang membutuhkan energi,
yang dibutuhkan dalam difusi pasif hanyalah gradient konsentrasi, gradient
konsentrasi harus melewati membran sel. Selain itu kelarutan senyawa dalam
lipid juga mnejadi hal yang tidak kalah penting, sebagaimana diketahui bahwa
membran sel terdiri atas membran lipid bilayer yang terdiri atas fosfolipid yang
bersifat non-polar. Senyawa yang dapat melintasi lapisan lemak ini adalah
senyawa yang sifatnya sama atau hampir sama dengan membran yakni bersifat
nonpolar. Dan yang tidak kalah penting sifat dari senyawa tersebut apakah
bersifat ion tau non ion. Senyawa yang mudah melintasi membran adalah
senyawa yang bersifat non-ion karena senyawa yang bersifat non-ion molekulnya
lebih kecil dibandingkan dengan senyawa ionik. Sebagaimana teori pH partision
menjelaskan hanya senyawa non-ionik yang larut lemak ynag mampu
diabsorbsi oleh membran sel secara difusi pasif melalui penurunan radient
konsentrasi
3. Transport aktif
Transport aktif sangat berbeda dengan difusi pasif, difusi pasif terjadi tanpa
harus melawan gradient konsentrasi. Sedangkan transport aktif dapat terjadi
dengan cara melawan gradient konsentrasi dan adanya energi yang diperoleh
dari hasil metabolisme. Energi dibutuhkan untuk memompa natrium-kalium,
masuk dan keluar dari sel. Proses ini tidak akan terjadi tanpa adanya protein
sebagai perantara, ketika ada ATP atau energi maka pompa natrium akan
terbuka dan ion Na akan masuk kedalam sel bersamaan dengan masuknya pula
senyawa-senyawa lain dan dikeluarkannya kalium. Jadi pada dasranya transport
aktif ini sanagt dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya:
a.
b.
Energi
c.
d.
Proses yang lebih mengikuti orde nol dibandingkan dengan orde satu
e.
f.
4. Difusi terfasilitasi
Dalam difusi terfasilitasi faktor-faktor yang mempengaruhi adalah carrier spesifik
dari membran, gardient konsentrasi yang melewati membran, dan proses yang
mungkin jenuh karena tingginya konsentrasi dari sibstrat.
5. Fagositosis dan pinositosis
Fagositosis adalah kemampuan suatu membran untuk memasukkan senyawa
dari luar dengan cara membentuk semacam kantong kemudian melepaskannya
kedalam sel. Yang membedakan antara fagositosis dan pinositosis hanyalah jenis
zatnya, fagositosis biasanya berupa bahan padat sedangkan pinositosis berupa
bahan cair.
Adapun proses absorbsi ini dapat berlangsung melalui kulit, paru-paru dan
saluran pencernaan.
b.
dan masuk ke jaringan tubuh secara difusi pasif, sedangkan transport spesifik
dibutuhkan untuk senyawa-senyawa tententu, dan adapun fagositosis dan
pinositosis dibutuhkan untuk senyawa yang molekulnya besar. Parameter
penting dari distribusi suatu senyawa kedalam jaringan tubuh adalah volume
distribusi. Volume distribusi ini dapat menunjukkan keberadaan suatau senyawa
di dalam jaringan, jadi apabila subtansi didistribusikan kedalam jaringan adiposa
maka konsentrasi plasma akan menjadi rendah, akibatnya volume distribusi
semakin besar.
Selain volume distribusi, faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi
senyawa ke jaringan adalah waktu paruh. Waktu yang dibutuhkan oleh suatu
bahan atau senyawa untuk meluruh setengahnya di dalam plasma. Senyawa
yang memiliki waktu paruh panjang akan mengalami kontak dengan sistem
biologi lebih lama akibatnya dibandingakan dengan senyawa yang waktu
paruhnya pendek, akibatnya ada kemungkinan senyawa tersebut terakumulasi
kembali.
Aspek lain dari distribusi yang memungkinkan adanya implikasi
toksikoligi adalah interaksi antara senyawa asing dengan protein
plasma. Banyak senyawa asing yang terikat dengan protein plasma nonkovalen,
hal ini menyebabkan distribusi berubah. Distribusi ke jaringan akan berkurang
karena adanya pengikatan dengan molekul plasma, dan dapat pula membatasi
sistem ekskresi.
c.
Eliminasi senyawa asing dari tubuh sangat penting bagi efek biologis,
ekskresi yang cepat dapat mengurangi tosisitas yang mungkin terjadi, dan
mengurangi pula durasi efek terhadap sistem biologis.
1. Ekskresi melalui urinaria
Ekskresi ini melalui organ ginjal, dimana sisa metabolisme dari senyawa asing
akan dibawah ke ginjal kemudian diolah sedemikian rupa hingga akhirnya
dikeluarkan melalui urin.
2. Ekskresi melalui empedu
Ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi jika melalui ekskresi empedu
yaitu: peningkatan waktu paruh senyawa, kemungkinan dihasilkan toksik
metabolit pada saluran cerna, meningkatkan pengeluaran pada siklus
enterohepatik, dan gangguan pada hati.
Jalur masuknya timbal (Pb) ke tubuh manusia melalui saluran pernapasan
(respirasi), juga melalui saluran pencernaan (gastrointestinal), kemudian di
distribusikan ke dalam darah, dan terikat pada sel darah. Sebagian Pb disimpan
dalam jaringan lunak dan tulang, sebagian diekskresikan lewat kulit, ginjal dan
usus besar, skematis dapat dilihat di bawah ini (Wardhayani, 2006):
Timbal (Pb) bersirkulasi dalam darah setelah diabsorbsi dari usus, terutama
berhubungan dengan sel darah merah (eritrosit). Pertama didistribusikan
kedalam jaringan lunak dan berinkorporasi dalam tulang, gigi, rambut untuk
dideposit (storage).17,20 Timbal (Pb) 90 % dideposit dalam tulang dan sebagian
kecil tersimpan dalam otak, pada tulang timbal (Pb) dalam bentuk Pb fosfat /
Pb3(PO4)2. Secara teori selama timbal (Pb) terikat dalam tulang tidak akan
menyebabkan gejala sakit pada penderita. Tetapi yang berbahaya ialah toksisitas
Pb yang diakibatkan gangguan absorbsi Ca karena terjadi desorpsi Ca dari tulang
yang menyebabkan penarikan deposit timbal (Pb) dari tulang tersebut
(Wardhayani, 2006).
Timbal bersifat kumulatif. Dengan waktu paruh timbal dalam sel darah
merah adalah 35 hari, dalam jaringan ginjal dan hati selama 40 hari, sedangkan
dalam tulang selama 30 hari (Wikipedia, 2013).
ATP ase yang meningkatkan kehilangan kalium intraseluler. Hal ini membuktikan
bahwa kejadian anemi karena keracunan timbal (Pb) disertai dengan penyusutan
waktu hidup eritrosit.
c.
menghambat biosintesis hemoglobin dengan cara menghambat aktivitas
enzim delta-ALAD dan enzim ferroketalase 15
Proses kehidupan organisme merupakan rangkain proses fisiologis, maka
dibutuhkan enzim-enzim untuk kelancaran rangkaian-rangkaian reaksi yang
dibentuknya. Enzim adalah katalisator protein (zat yang mempercepat reaksi
biokimia dalam sistem biologis). Pada umumnya semua reaksi biokimia
dikatalisasi oleh enzim. Sifat enzim yang paling bermakna adalah
kesanggupannya untuk mengkatalisis suatu reaksi spesifik, dan pada hakekatnya
tidak mengkatalisis reaksi lain.
Keberadaan suatu zat racun dapat mempengaruhi aktifitas enzim fisiologis
tubuh. Logam berat mempunyai kemampuan untuk berikatan dengan enzim.
Ikatan itu dapat terjadi karena logam berat mempunyai kemampuan untuk
menggantikan gugus logam yang berfungsi sebagai ko-faktor enzim. Enzimenzim tertentu memiliki gugus sulfihidril (- SH) sebagai pusat aktifnya .Enzimenzim yang mempunyai gugus sulfihidril ini merupakan kelompok enzim yang
paling mudah terhalang daya kerjanya . Keadaan ini disebabkan gugus sulfihidril
dengan mudah berikatan dengan ion-ion logam berat. Akibat dari ikatan yang
dibentuk antara gugus sulfihidril dengan ion logam berat, daya kerja yang
dimiliki oleh enzim menjadi sangat berkurang atau sama sekali tidak bekerja .
Timbal (Pb) mengganggu sistem sintesis Hb dengan cara menghambat konversi
delta aminolevulinik acid (delta ALAD) menjadi forfobilinogen dan menghambat
korporasi dari Fe ke protoporfirin IX untuk membentuk Hb, dengan cara
menghambat enzim delta aminolevulinik asid dehidratase (delta ALAD) dan
feroketalase yang akhirnya meningkatkan ekskresi koproporfirin dalam urin dan
delta ALA serta mensintesis Hb. Pembentukan senyawa porfirin seperti pada
skema di bawah ini.
muncul kolik yang lebih spesifik. Konsentrasi timbal (Pb) dalam darah diatas 150
g / 100 ml penderita menderita nyeri dan melakukan reaksi kaki ditarik-tarik
kearah perut secara terus menerus dan menggeretakkan gigi, diikuti keluarnya
keringat pada kening. Jika tidak dilakukan penanganan lebih lanjut, maka kolik
dapat terjadi selama beberapa hari, bahkan hingga satu minggu.
5. Risiko Timbal (Pb) pada Sistem Kardiovaskuler.
Tahap akut keracuan timbal (Pb) khususnya pada pasien yang menderita kolik,
tekanan darah akan naik. Jika terjadi hal demikian, maka pasien tersebut akan
mengalami hipotonia. Kemungkinan kerusakan miokardial harus diperhatikan.
Dalam penelitian ditemukan jenis kelainan perubahan elektrokardiografis pada
70 % dari total pasien yang ditangani. Temuan utama dari penelitian
adalah takhikardia, atrial disritmia, gelombang T dan atau sudut QRS-T yang
melebar secara tidak normal.
6. Risiko Timbal (Pb) pada Sistem Reproduksi dan Endokrin.
Efek reproduktif meliputi berkurangnya tingkat kesuburan bagi wanita maupun
pria yang terkontaminasi Timbal (Pb), logam tersebut juga dapat melewati
placenta sehingga dapat menyebabkan kelainan pada janin. Dapat menimbulkan
berat badan lahir rendah dan prematur. Timbal (Pb) juga dapat menyebabkan
kelainan pada fungsi tiroid dengan mencegah masuknya iodine.
7. Risiko Karsinogenik.
International Agency for Research on Center (IARC) menyatakan bahwa timbal
(Pb) inorganic dan senyawanya termasuk dalam grup 2B, kemungkinan
menyebabkan kanker pada manusia. Tahap awal proses terjadinya kanker
adanya kerusakan DNA yang menyebabkan peningkatan lesi genetik herediter
yang menetap atau disebut mutasi. Timbal (Pb) diperkirakan mempunyai sifat
toksik pada gen sehingga dapat mempengaruhi terjadinya kerusakan DNA /
mutasi gen dalam kultur sel mamalia. Patogenesis kanker otak akibat terpapar
timbal (Pb) adalah sebagai berikut : timbal (Pb) masuk kedalam darah melalui
makanan dan akan tersimpan dalam organ tubuh yang mengakibatkan
gangguan sintesis DNA, proliferensi sel yang membentuk nodul selanjutnya
berkembang menjadi tumor ganas.
BAB III
KESIMPULAN
Timbal (plumbum /Pb ) atau timah hitam adalah satu unsur logam berat yang
lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya. Kadarnya dalam
lingkungan meningkat karena penambangan, peleburan dan berbagai
penggunaannya dalam industri. Timbal (Pb) adalah logam yang mendapat
perhatian khusus karena sifatnya yang toksik (beracun) terhadap manusia
Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi makanan, minuman,
udara, air, serta debu yang tercemar Pb.
Jalur masuknya timbal (Pb) ke tubuh manusia melalui saluran pernapasan
(respirasi), juga melalui saluran pencernaan (gastrointestinal), kemudian di
distribusikan ke dalam darah, dan terikat pada sel darah. Sebagian Pb disimpan
dalam jaringan lunak dan tulang, sebagian diekskresikan lewat kulit, ginjal dan
usus besar.
Keracunan akibat kontaminasi Pb bisa menimbulkan berbagai macam hal
diantaranya:
1. Menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam
pembentukan hemoglobin (Hb)
2. Meningkatnya kadar asam -aminolevulinat dehidratase (ALAD) dan
kadar protoporphin dalam sel darah merah
3. Memperpendek umur sel darah merah
4. Menurunkan jumlah sel darah merah dan retikulosit, serta meningkatkan
kandungan logam Fe dalam plasma darah.
Mekanisme toksisitas Pb berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah:
1. Sistem haemopoietik; dimana Pb menghambat sistem pembentukan
hemoglobin (Hb) sehingga menyebabkananemia.
2. Sistem saraf; di mana Pb dapat menyebabkan kerusakan otak dengan
gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar, dan delirium.
3. Sistem urinaria; dimana Pb bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis,
lengkung henle, serta menyebabkanaminosiduria.
4. Sistem pencernaan; di mana Pb dapat menyebabkan kolik dan konstipasi.
5. Sistem kardiovaskular; di mana Pb dapat menyebabkan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
DAFTAR PUSTAKA
---------- b, 2013. Penyakit yang Disebabkan Oleh Timbal. http//:publichealth.com/. diakses pada tanggal 24 Februari 2013 pada pukul 20.33 WITA.
Makasar.
Budiawan, nat, rer, Dr, 2008. Peran Toksikologi Forensik Dalam Mengungkap
Kasus Keracunan Dan Pencemaran Lingkungan. Indonesian Journal of Legal and
Forensic Sciences 2008; 1(1):35-39. Jakarta.
Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI Press. Jakarta.
Pallar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.
Wardhayani, Sutji, 2006. Analisis Risiko Pencemaran Bahan Toksik Timbal (Pb)
Pada Sapi Potong Di Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Sampah Jatibarang
Semarang. Magister Kesehatan Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro, Konsentrasi Kesehatan Lingkungan Industri. Semarang.
MAKALAH KELOMPOK
TOKSIKOLOGI
KELOMPOK 1
Muh. Ikhsan
H411 09
H411 10 003
H411 10 272
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
Diposkan 24th September 2013 oleh Wulan Xaveria Nightray
Label: Biologi Toksikologi