You are on page 1of 22

Metode Pelaksanaan Lapis Pondasi

LAPIS PONDASI AGREGAT


a. Pekerjaan Persiapan
Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada perkerasan atau
bahu jalan lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau
bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih dahulu.
Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada suatu lapisan
perkerasan lama atau tanah dasar baru yang disiapkan atau lapis pondasi
yang disiapkan, maka lapisan ini harus diselesaikan sepenuhnya.
Sebelum pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat akan dilaksanakan, maka
lapisan dasar yang akan dilapisi harus telah dipersiapkan dan memenuhi
persyaratan serta telah ditangani sesuai dengan butir (a) dan (b) di atas,
dengan panjang paling sedikit 100 meter secara menerus. Untuk
penyiapan tempat-tempat yang kurang dari 100 meter karena tidak
cukup ruang, seluruh daerah itu harus disiapkan dan disetujui sebelum
lapis pondasi agregat dihampar.
Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar langsung di atas
permukaan perkerasan aspal lama, yang kondisi tidak rusak, maka harus
dilakukan penggarukan atau pengaluran pada permukaan perkerasan
aspal lama dengan greder agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik.
b. Penghamparan
Bahan Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai
campuran yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang
yang disyaratkan. Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.
Setiap lapis harus dihampar pada ketebalan yang merata agar
menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang
disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka
lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
Lapis Pondasi Agregat harus diangkut, dihampar dan dibentuk dengan
salah satu metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada
partikel agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus
diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik.
Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali
ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak
boleh melebihi 20 cm.
c. Pemadatan
Bila mesin gilas statis beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan
atau degradasi berlebihan dari Lapis Pondasi Agregat maka untuk
pemadatan akhir dianjurkan agar menggunakan mesin gilas beroda karet.
Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam
rentang 1,5% di bawah kadar air optimum sampai 1,5% di atas kadar air

optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh
kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) yang ditentukan
oleh SNI 03-1 743-1989, metode D.
Operasi penggilasan harus dimulai dari tepi terendah dan bergerak ke
titik tertinggi dalam arah memanjang. Pada bagian super elevasi,
penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit
demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus
dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis
tersebut terpadatkan secara merata.
Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tidak
terjangkau dengan mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris
mekanis atau alat pemadat lainnya yang dapat menghasilkan kepadatan
yang baik.

Persyaratan hasil pelaksanaan


1. Elevasi Permukaan
Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat
Agregat Kelas C digunakan sebagai lapis pondasi
bawah
Agregat Kelas B atau Kelas A digunakan untuk
lapis pondasi jalan yang akan ditutup dengan
Lapis Resap Pengikat atau Pelaburan

Toleransi Tinggi
Permukaan
+ 1,5 cm
-1,5 cm
+ 1 cm
-1 cm

2. Ketebalan
Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat
Agregat Kelas C digunakan sebagai lapis pondasi
bawah
Agregat Kelas B atau Kelas A digunakan untuk
lapis pondasi jalan yang akan ditutup dengan
Lapis Resap Pengikat atau Pelaburan

Toleransi Ketebalan
+ 1 cm
-1 cm
+ 1 cm
0 cm

3. Penyimpangan kerataan permukaan


Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat
Agregat Kelas C digunakan sebagai lapis pondasi
bawah
Agregat Kelas B atau Kelas A digunakan untuk
lapis pondasi jalan yang akan ditutup dengan
Lapis Resap Pengikat atau Pelaburan

Toleransi Ketebalan
-1 cm
-0,8 cm

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN


A. Pencampuran
Pencampuran LPAS dan LPBAS dapat dilakukan di Instalasi pencampur
atau langsung dilapangan dengan menggunakan alat Pulvi mixer/travel
mixer.
a. Pencampuran di Instalasi pencampur
Pencampuran bahan LPAS dengan Instalasi pencampur sistem
menerus (continuous mixing plant system) untuk menjamin
kebenaran porsi setiap bahan.
lnstalasi pencampuran harus dilengkapi dengan silo semen, tangki
air (water tank), feeding and matering devices yang akan
menyalurkan agregat, semen dan air ke dalam mixer sesuai
kuantitas yang dipersyaratkan dan harus menghasilkan
campuran yang homogen.
Waktu pencampuran LPAS terhitung sejak air ditambahkan ke
dalam campuran.
b. Pencampuran di Lapangan (Pulvi mixer/travel mixer)
Pelaksanaan dilakukan dengan mengaduk lapis agregat, lapis
semen dan air sesuai dengan porsi masing-masing bahan.
Pengadukan dilakukan dalam beberapa lintasan sampai
menghasilkan campuran yang homogen.
Pencampuran secara manual dapat dilakukan untuk pekerjaanpekerjaan perbaikan lapis pondasi jalan.

B. Pengangkutan
a. Campuran LPAS atau LPBAS dari lnstalasi pencampur harus diangkut
dengan DumpnTruck dengan menggunakan penutup terpal.
b. Jumlah dan kapasitas Dump Truck harus disesuaikan dengan kapasitas
produksi alat pencampur (Mixer Plant), waktu tempuh dan kecepatan
pemadatan.
C. Penghamparan dan pemadatan
a. Persiapan lapisan pondasi bawah (Sub Base)
Lapisan Pondasi Bawah Agregat Kelas C (Sub Base) harus sesuai
dengan yang
disyaratkan pada Butir 7.3, sedangkan ketebalan, ukuran dan
elevasi seperti terlihat pada Gambar Rencana.
Permukaan Lapis Pondasi Bawah Agregat Kelas C (Sub Base) harus
bersih.

b. Penghamparan LPAS atau LPBAS


LPAS atau LPBAS harus dihampar dan ditempatkan di atas Lapis
PondasiAgregat Kelas C dengan menggunakan alat asphalt finisher
untuk mendapatkan ketebalan, kerataan dan kehalusan permukaan
yang disyaratkan.
c. Pemadatan
Pemadatan LPAS atau LPBAS harus telah dimulai dilaksanakan
paling lambat 60 menit semenjak pencampuran semen dengan
agregat.
Campuran yang telah dihampar tidak boleh dibiarkan tanpa
dipadatkan lebih dari 30 menit.
Kepadatan LPAS atau LPBAS setelah pemadatan harus mencapai
kepadatan kering lebih dari 100 % maksimum kepadatan kering
sebagai ditentukan pada SNI 03-6886-2002.
Test kepadatan lapangan LPAS atau LPBAS dilakukan
berdasarkan SNI 03-2828-1992 dan SNI 19-6413-2000.
Kadar air pada waktu pemadatan minimal sama dengan kadar air
optimum dan maksimal sama dengan kadar air optimum + 2%
Pemadatan harus telah selesai dalam waktu 120 menit semenjak
semen dicampur dengan air
D. Perawatan (curing)
Segera setelah pemadatan selesai permukaan harus ditutup selama
minimum 7 (tujuh) hari dengan menggunakan antara lain.
a. Lembaran plastik atau terpal untuk menjaga penguapan air dalam
campuran.
b. Penyemprotan dengan Bituminous Emulsi CSS-I (prime coat) dengan
batasan pemakaian antara 0,2 - 1,0 liter per meter persegi.
c. Metode lain yang bertujuan melindungi LPAS atau LPBAS adalah
dengan burlap atau karung goni (untuk pekerjaan kecil) yang dibasahi
air selama masa perawatan (curing).
d. Perawatan dapat dilakukan kurang dari 7 (tujuh) hari apabila sudah
akan ditutup dengan lapisan berikutnya.
Persyaratan Hasil Pelaksanaan
a. Tebal minimum LPAS dan LPBAS yang dihampar tidak kurang dari tebal
yang disyaratkan. Tebal maksimum tidak boleh lebih besar dari 10 mm dari
tebal yang direncanakan.
b. Tebal rata-rata potongan melintang dari survai lapangan harus tidak lebih atau
kurang dari 10% dari yang ditentukan.
c. Apabila sebuah mal datar sepanjang 3 meter diletakan pada permukaan jalan
sejajar dan tegak lurus terhadap garis sumbu jalan, variasi permukaan yang
ada tidak boleh melampui 8 mm tiap 3 meter.

d. LPAS dan LPBAS tidak boleh melebihi 20 cm, dan tebal minimum tidak
kurang dari 10 cm.
e. Elevasi permukaan akhir tidak boleh 10 mm di atas atau di bawah dari elevasi
rencana dalam setiap titik.
f. Ukuran lebar jalur LPAS dan LPBAS diukur dari garis sumbu rencana tidak
boleh kurang dari yang tertera dalam Gambar rencana.

LAPIS PONDASI BETON PADAT GILING (BPG)


PersiapanPenghamparan
Sebelum penghamparan BPG dilakukan, permukaan jalan yang akan dilapis
terlebih dahulu dibersihkan, diratakan dan disiram dengan air dengan tujuan untuk
mengurangi penyerapan air dari campuran BPG, kondisi ini agar dipertahankan
maksimum suhu tertinggi 38C
Pencampuran
a. Menggunakan alat pencampur AMP
Agregat, bahan pengikat, dan air dicampur dalam pencampur sesuai dengan
rencanacampuran. Agregat dan bahan pengikat dicampur dalam batch pencampur
sekurang-kurangnya 15 detik (pencampuran kering). Kemudian air ditambahkan dan
dilakukan pencampuran basah sehingga diperoleh campuran yang homogeny
Lamanya pencampuran tidak lebih dari 35 detik. Apabila campuran terlihat belum
homogen, lama waktu pencampuran dapat ditambah sesuai dengan petunjuk
pengawas.
b. Menggunakan alat pencampur Beton
Pencampuran beton harus dilakukan terus menerus selama masa pencampuran, yaitu
sejak seluruh bahan, termasuk air dan bahan tambah bila bahan tambah tersebut
ditambahkan bersama air berada dalam ruang pencampuran sampai saat campuran
dituangkan.
Pengangkutan
a. Campuran BPG harus diangkut dari tempat pencampuran ke lokasi
penghamparan menggunakan truk jungkit yang dilengkapi dengan penutup.
b. Selama pengangkutan harus terlindungi dari pengaruh cuaca (panas/hujan)
dengan ditutup terpal.
c. Pengiriman campuran BPG ke lokasi penghamparan harus diatur sedemikian
rupasehingga dapat dihampar dan dipadatkan dalam batas waktu yang
ditentukan.

d. Waktu pengangkutan
ditentukan

tidak

boleh lebih

lama

dariwaktu yang sudah

Penghamparan
Apabila diperlukan dua lapisan, minimum diperlukan dua mesin penghampar,
setiap lapis penghamparan harus telah mengalami konsolidasi dan penghamparan
kedua dilakukan tidaklebih dari 60 menit setelah penghamparan pertama.
Untuk menghindari sambungan dingin pada dua lajur yang bersebelahan
memanjang, selisih waktu penghamparan antara kedua lajur tersebut tidak boleh
melebihi 60 menit.
Setiap lajur penghamparan dilakukan sepanjang mungkin untuk menghindari
sambungan dingin pada arah melintang, apabila diperlukan
sambungan
pelaksanaan, sambungan harus dilakukan dalam keadaan campuran dalam kondisi
basah, disamping itu harus dipertimbangkan panjang penghamparan, kondisi angin,
temperatur udara pada saat penghamparan.
Untuk mememenuhi persyaratan di atas, dapat digunakan mesin penghampar dalam
jumlah yang cukup dan dioperasikan dalam formasi bertahap (sfager).
Sambungan memanjang dan tepitepi harus dibuat sesuai dengan garis-garis tepi.
Garis-garis tersebut harus dibuat sejajar dengan garis tengah sehingga penghamparan
akan mengikuti garis-garis tersebut. Penghamparan campuran harus dilakukan secara
terus menerus apabila memungkinkan.
Panjang penghamparan harus diatur sesuai dengan kemampuan mesin pemadat.
Campuran BPG dalam hoper penghampar tidak boleh kosong. Lamanya waktu
penghamparan dan pemadatan harus dikontrol dan masih masuk dalam batas waktu
yang disyaratkan dan selama penghamparan campuran BPG harus dijaga agar
senantiasa berada di atas permukaan auger.
Penghamparan harus dihentikan selama hujan kecuali hujan gerimis yang tidak
menyebabkan permukaan BPG menjadi bubur (slurry).
Apabila selama penghamparan timbul pemisahan butir (segregasi) atau kekurangan
tebal dari lapisan BPG, perbaikannya dapat dilakukan dengan cara manual.
Pada bagian-bagian yang tidak memungkinkan penghamparan dengan mesin
penghampar, penghamparan campuran BPG dapat dilakukan dengan cara manual.
BPG harus dihampar dengan temperatur sedingin mungkin, temperatur BPG
penghamparan tidak boleh lebih dari 90F (36"C), bila perlu, agregat dan air
pencampuran harus didinginkan terlebih dahulu.

Penghamparan saat udara panas, apabila temperatur udara di atas 85"F(30"C.


Permukaan yang akan dilapis BPG harus dibasahi dengan air sebelum BPG
dihampar. Campuran BPG harus dihampar secepat mungkin dengan kecepatan tidak
kurang dari 30 meter per jam.
Permukaan yang telah selesai harus senantiasa dalam keadaan lembab untuk
mencegah terjadinya retak, untuk hal tersebut dapat disemprotkan kabut air sampai
tindakan perawatan.
Campuran BPG tidak boleh dihampar saat hujan. Pelaksana harus melindungi BPG
dari hujan selama 12jam pertama.
Bila udara terlalu panas, harus dilakukan tindakan-tindakan pencegahan terjadinya
retak plastis dari permukaan BPG. Untuk hal tersebut pelaksana harus melakukan
langkah-langkah seperti menutup permukaan dan memberikan kabut air serta
lainnya. Apabila langkah-langkah tersebut tidak efektif, penghamparan harus
dihentikan sampai dengan kondisi memungkinkan.
Pemadatan
Pemadatan BPG harus dimulai dalam waktu diselesaikan dalam waktu 45 menit
sejak pemadatan tidak diperbolehkan.
10 menit setelah penghamparan dan harus dimulainya pencampuran. Keterlambatan
Pada awal lintasan, mesin pemadat tidak diperbolehkan untuk memadatkan 30 - 50
cm dari tepi dengan BPG yang telah dihampar dalam 30 menit. Gambar 5.2.
memperlihatkan pelaksanaan mulainya pemadatan serta pada fresh joint di antara
lajur pelapisan.
Pemadatan awal dilakukan 4 lintasan dengan mesin gilas roda baja dengan penggetar
dioperasikan. Setelah pemadatan awal, harus dilakukan pemeriksaan kemiringan dan
kerataan dari permukaan. Roda mesin pemadat selama dioperasikan harus dalam
keadaan bersih.
Segera setelah pemadatan awal, dilakukan pemadatan kedua dengan menggunakan
penggilas roda ban yang kemudian diikuti dengan pemadatan akhir menggunakan
penggilas roda besi tanpa penggetar dengan 2 lintasan.
Pengujian kepadatan menggunakan alat uji kepadatan pada setiap lintasan dari mesin
pemadat untuk menentukan jumlah lintasan mesin gilas roda ban. Derajat kepadatan
yang harus dicapai BPG adalah 98% dari kepadatan laboratorium.
Tidak dibenarkan menghentikan pemadat di atas BPG yang belum padat.

Pemadatan dimulai dari tepi masing-masing lajur dan dilanjutkan dengan lajur
tengah. Overlap dari pemadatan pada setiap lajur kurang lebih 45 cm.

Pembuatan sambungan
Sambungan segar (fresh joint)
Sambungan yang dilaksanakan/diselesaikan pada keadaan BPG masih belum
mengeras (kurang dari60 menit) dan dilakukan tanpa persiapan khusus.
Sambungan fresh joint biasanya dilakukan pada sambungan memanjang, sedangkan
untuk sambungan melintang jarang dilakukan.
Sambungan dingin (cold joint)
Sambungan yang dilakukan/diselesaikan pada keadaan BPG sudah mengeras (lebih
dari 60 menit) atau BPG lama dengan BPG yang masih baru, untuk menjamin
terjadinya ikatan antara BPG lama dan baru, lakukan pemotongan setengah tebal
BPG lama dengan gergaji dan bersihkan bahan yang tidak berguna, selanjutnya

langsung
semen.

ditutup dengan BPG segar dan permukaannya

ditutup dengan pasta

Sambungan cold joint bisa berupa sambungan melintang maupun memanjang. Pada
perencanaan normal (bukan overlay, bukan komposit), tidak diperkenankan adanya
cold horizontal joint.

Pembuatan sambungan fresh joint dan cold joint


Sambungan yang dilaksanakan/diselesaikan pada keadaan BPG masih belum
mengeras(kurang dari 60 menit) dan dilakukan tanpa persiapan khusus.
Sambungan fresh joint biasanya dilakukan pada sambungan memanjang, sedangkan
untuk sambungan melintang jarang dilakukan.
Perawatan
Perawatan 24 jam pertama yang sangat menentukan ini disebut initial moist curing.
Perawatan akhir sampai umur 7 hari dapat dilakukan dengan salah satu cara berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

Penyemprotan/penyiraman dengan air.


Penutupan dari karung goni yang basah.
Penggunaan plastik membrane.
White-pigmented membrane curing compound.
Pelaburan bagian atas dengan Aspal emulsi

Persyaratan hasil pelaksanaan


a. Toleransi proporsi
Bahan

Unit Pencampur
Jenis Batch*
1
2
3

Unit Pecampur
Jenis Continuous**
2
3
4

Bahan Pengikat
Air
Bahan Agregat
Catatan
* Variasi persen (berat) dari berat bahan didasarkan rencana campuran
**Variasi persen (berat) dari rencana campuran tiap bahan yang
direncanakan dalam waktu total contoh yang diperoleh.
b. Toleransi dimensi
1. Tebal minimum BPG yang dihampar tidak kurang dari tebal yang
disyaratkan. Tebal maksimum tidak boleh lebih besar dari 10 mm dari
tebal yang direncanakan.
2. Tebal rata-rata potongan melintang dari survai lapangan harus tidak
lebih atau kurang dari 10% dari yang ditentukan.
3. Apabila sebuah mal datar sepanjang 3 meter diletakan pada
permukaan jalan sejajar dan tegak lurus terhadap garis sumbu jalan,
variasi permukaan yang ada tidak boleh melampui 8 mm tiap 3 meter
4. BPG tidak boleh melebihi 20 cm, dan tebal minimum tidak kurang
dari 10 cm.
5. Elevasi permukaan akhir tidak boleh 10 mm di atas atau di bawah dari
elevasi rencana dalam setiap titik.
6. Ukuran lebar jalur LPAS dan LPBAS diukur dari garis sumbu rencana
tidak boleh kurang dari yang tertera dalam Gambar rencana.
LAPIS PONDASI TANAH SEMEN
Penyiapan tanah dasar
1. Pekerjaan penyiapan tanah dasar harus dilakukan sesuai dengan ketentuan,
yaitu garis, ketinggian dan dimensi seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
Rencana.
2. Arti dari tanah dasar adalah permukaan tanah yang sudah disiapkan untuk
pelaksanaan pekerjaan lanjutan yang akan dilaksanakan. Kecuali bilamana
elevasi perkerasannya harus dinaikkan (raising of the pavement grade) seperti
yang ditunjukkan pada Gambar Rencana, maka permukaan tanah dasar harus
sama tinggi dengan permukaan jalan lama.
3. Permukaan jalan lama harus dibersihkan dari bahan yang tidak diinginkan
dan kemudian digilas (proof-rolling). Setiap ketidakrataan atau amblas yang
terjadi pada permukaan jalan lama selama pemadatan harus diperbaiki
dengan menggemburkan lokasi tersebut dan menambah, membuang atau

mengganti bahan, menyesuaikan kadar air jika diperlukan,


dan
memadatkannya kembali supaya permukaannya halus dan rata.
4. Setelah selesai pemadatan dan sebelum memulai operasi berikutnya,
permukaan tanah dasar harus memenuhi toleransi permukaan yang
ditetapkan.
5. Setiap lokasi tanah dasar yang menjadi lumpur, pecah-pecah atau lepas
karena cuaca atau kerusakan lainnya sebelum dimulainya penghamparan
lapis pondasi tanah semen harus diperbaiki sampai memenuhi persyaratan.
6. Sebelum penghamparan lapis pondasi tanah semen pada setiap ruas, tanah
dasar padat yang sudah disiapkan harus dibersihkan dari debu dan bahan
lainnya yang mengganggu dengan kompresor angin atau cara lain yang
disetujui, dan harus dilembabkan bilamana diperlukan.

Pencampuran dan Penghamparan


a. Mix in place
1. Tanah dari lokasi sumber bahan yang telah disetujui harus dihampar dan
disebar sampai rata di atas tanah dasar yang sudah disiapkan serta kadar
airnya disesuaikan seperlunya untuk mendapatkan penghalusan tanah
yang optimum. Bilamana pengeringan diperlukan, kecepatan pengeringan
harus dimaksimumkan dengan terus menerus menggaruk tanah memakai
pulvimixer (penghalus tanah) atau peralatan sejenis dengan beberapa
lintasan awal sampai tanah tersebut cukup kering untuk dikerjakan.
2. Kadar air optimum tanah untuk penghalusan akan berada di bawah kadar
air tanah untuk kepadatan kering maksimum, seperti yang ditentukan pada
SNI 03-1742-1989, dan akan dirancang berdasarkan percobaan lapangan
awal. Pekerjaan penghalusan harus dilaksanakan bilamana kadar air tanah
berada dalam rentang 2% (dari berat tanah kering) dari angka yang telah
dirancang.
3. Sebelum semen ditambahkan, tanah itu harus dihaluskan sedemikian,
kecuali untuk partikel batu atau kerikil, sehingga gumpalan tanah bilamana
diayak secara kering:
Lolos Ayakan 25 mm = 100%
Lolos Ayakan No. 4 = 75%
4. Tanah yang sudah dihaluskan harus disebar dengan ketebalan sedemikian,
sehingga setelah dipadatkan mencapai ketebalan lapisan yang dirancang,
dalam batas toleransi yang disyaratkan. Ketebalan yang tepat dari bahan
gembur yang akan dihampar, harus seperti yang ditentukan dalam
percobaan lapangan. Jumlah lapisan yang diperlukan untuk mendapatkan
tebal rancangan penuh lapis pondasi tanah sernen harus seperti yang
diperintahkan oleh direksi pekerjaan dan harus berdasarkan kehomogenan
dan derajat kepadatan yang dapat dicapai. Apabila derajat kepadatan belum
tercapai maka penambahan jumlah lapisan tidak dapat dijadikan dasar
untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
5. Setelah penghalusan tanah sampai memenuhi ketentuan, semen harus
ditebar secara merata di atas tanah dasar, baik dengan tangan maupun
dengan mesin penebar, pada takaran yang dihitung sedemikian untuk
memperoleh kadar semen seperti yang dirancang berdasarkan rancangan
campuran laboratorium dan percobaan lapangan awal. Bilamana ditebar
dengan tangan, petunjuk untuk jarak yang diperlukan untuk standar
penempatan semen 50 kg per zak.
6. Setelah semen disebar merata, serangkaian lintasan mesin pencampur
harus dilaksanakan sampai seluruh tanah dan semen tercampur merata,
yang ditunjukkan dari meratanya warna adukan. Jumlah lintasan yang
diperlukan sesuai hasil percobaan lapangan awal dan berdasarkan

kehomogenan campuran yang diperoleh dalam pekerjaan yang sedang


berlangsung,
7. Pekerjaan penempatan tanah, penghalusan tanah dan pencampuran tanah
semen harus selalu dilaksanakan dari bawah dengan ketinggian berapapun
menuju keatas (yaitu kearah tanjakan).
8. Bilamana semen dan tanah dianggap telah tercampur merata, kadar airnya
harus ditambahkan seperlunya untuk menyamai batas kadar air yang
ditentukan dalam prosedur rancangan campuran laboratorium atau seperti
yang dirancang sesuai hasil percobaan lapangan awal atau cara lainnya.
Pada umumnya, batas bawah kadar air untuk campuran semen tanah akan
ditentukan sebagai Kadar Air Optimum (OMC) di laboratorium dan batas
atasnya akan 2 % (dari berat campuran tanah semen) lebih tinggi daripada
OMC. Air yang ditambahkan pada tanah semen harus dicampur sampai
merata dengan menambahkan beberapa kali lintasan mesin pencampur
dan pemadatan harus segera dilaksanakan setelah lintasan ini selesai.
b. Central mixing plant
1. Mesin pencampur tetap (tidak berpindah) dapat menggunakan cara takaran
berat (weight-batching) atau cara pemasokan menerus (continous feeder)
dan dapat dilengkapi dengan pengaduk pedal (paddle mixers) maupun
jenis panci (pan mixers).
2. Bilamana cara takaran berat digunakan, jumlah bahan tanah dan semen
harus diukur dengan tepat pertama-tama harus dimasukkan kedalam
instalasi pencampur kemudian air ditambahkan secukupnya agar kadar air
hasil campuran terletak dalam rentang yang dirancang untuk pemadatan
di lapangan. Perhatian khusus harus diberikan pada instalasi pencampur
jenis takaran berat (batch) dengan pengaduk pedal untuk memastikan
bahwa semua semen tersebar merata di loading skrp dan dipasok merata
di seluruh bak pencampur. Baik pencampur jenis pedal maupun jenis
panci, semen harus ditakar secara akurat dengan timbangan atau alat
penakar yang terpisah, dan kemudian dicampurkan dengan bahan tanah
yang akan distabilitasi. Bahan tanah harus dicampur sedemikian sehingga
terdistribusi merata di seluruh campuran.
3. Bilamana cara takaran dengan pemasok menerus (continous-feed)
digunakan, pedal pencampur, baffels dan kecepatan pemasukan bahan
harus disesuaikan agar bahan-bahannya tercampur merata. Semprotan
yang digunakan untuk mendistribusikan air kedalam pencampur harus
disesuaikan agar dapat memberikan kadar air yang merata di seluruh
campuran.
4. Jumlah dan kapasitas kendaraan pengangkut bahan campuran harus
disesuaikan dengan hasil campuran yang dihasilkan instalasi pencampur
dan kecepatan
pelaksanaan yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan dalam waktu Periode Pelaksanaan yang ditentukan.

5. Campuran harus dihampar di atas tanah dasar yang sudah dilembabkan


dengan tebal lapisan yang seragam dan harus dihampar dengan mesin
penghampar (paving machine) atau kotak penyebar (spreader box) yang
dioperasikan secara mekanis dimana dapat meratakan campuran dengan
suatu ketebalan yang merata. Bahan harus dihampar sedemikian hingga
setelah dipadatkan mencapai tebal lapisan yang dirancang, dalam
toleransi yang disyaratakan.
Pemadatan
1. pencampuran dan seluruh operasi, termasuk pembentukan dan penyelesaian
akhir, dan harus diselesaikan dalam waktu 60 menit alau 120 menit sejak
semen yang pertama tercampur tanah. Semua operasi penghamparan,
pencampuran, dan pemadatan dari lapis pondasi tanah semen harus
dilaksanakan dalam ruas-ruas yang pendek dan bahan setiap ruas harus
dipadatkan dan dibentuk sampai selesai sebelum pencampuran pada ruas
berikutnya dapat dimulai.
2. Panjang maksimum setiap segmen kerja akan dirancang berdasarkan
kapasitas produksi dan kapasitas seperti yang ditunjukkan selama percobaan
lapangan awal, tetapi dalam keadaan apapun tidak boleh lebih panjang dari
100 meter. Bilamana dapat membuktikan mampu mengerjakan lebih panjang
dengan menambah kapasitas produksi yang mencukupi.
3. Pemadatan awal harus dilaksanakan dengan penggilas tampingfoof,
penggilas roda karet atau penggilas beroda halus, dimana penggilas ini tidak
boleh membebani secara langsung pada bahan tanah semen yang sudah
dihampar, baik dalam kondisi sudah mengeras maupun sebagian sudah
mengeras.
4. Setelah penggilasan awal, pembentukan dengan motor grader mungkin
diperlukan sebelum penggilasan akhir. Pemadatan harus diselesaikan dengan
penggilas roda karet atau penggilas beroda halus bersamaan dengan motor
grader untuk membentuk lapis pondasi tanah semen seperti rancangannya.
Pada umumnya, penggilasan akhir perlu disertai penyemprotan sedikit air
untuk membasahi permukaan yang kering selama operasi pemadatan. Derajat
kepadatan yang dicapai di seluruh lapisan lapis pondasi tanah semen harus
lebih besar dari 97% kepadatan kering maksimum laboratorium.
5. Perhatian khusus harus diberikan untuk memperoleh pemadatan penuh di
sekitar sambungan memanjang maupun melintang. Sebelum setiap bahan
baru disambung dengan bahan yang telah dipadatkan sebelumnya, ujung
bahan dari pekerjaan sebelumnya harus dipotong sampai memperoleh
permukaan vertikal sehingga dapat dicapai pemadatan penuh pada tebal
lapisan yang diperlukan. Bahan pada sambungan melintang antara ujung
akhir ruas pekerjaan yang lampau dengan ujung awal dari ruas baru harus
dipadatkan dengan penggilasan melintang (melintang jalan) sedemikian

hingga seluruh tekanan roda penggilas diarahkan pada sambungan tanpa


menyentuh secara langsung pada bahan dari pekerjaan sebelumnya.
6. Segera setelah pemadatan dan pembentukan lapisan terakhir lapis pondasi
tanah semen, butiran batu (chipping) yang memenuhi persyaratan dapat
ditebar secara merata di atas permukaan lapis pondasi semen tanah dan
dibenamkan pada permukaan dengan penggilasan. Butiran batu harus
berukuran nominal 13 mm dengan takaran kira-kira 12 kg/m'
Persyaratan hasil pelaksanaan
1. Formasi tanah dasar yang sudah disiapkan untuk dihampar pondasi tanah
semen harus memen uh i persyaratan, termasuk persyaratan di mensi
nya.
2. Pada setiap pengukuran penampang melintang, tebal rata-rata lapis
pondasi tanah semen yang sudah selesai dengan kekuatan dan
kehomogenan yang diterima, berdasarkan pengujian dari benda uji inti
(core), harus sama atau lebih tebal dari pada tebal rancangan seperti yang
ditunjukkan pada Gambar Rencana.
3. Permukaan akhir dari lapisan teratas lapis pondasi tanah semen harus
mendekati ketinggian rancangan dan tidak boleh kurang dari satu
sentimeter di bawah elevasi rancangan di titik manapun.
4. Permukaan akhir lapis pondasi tanah semen tidak boleh menyimpang
lebih dari 2 cm dari mistar lurus sepanjang 3 m yang diletakkan di
permukaan jalan sejajar dengan sumbu jalan atau dari mal bersudut yang
diletakkan melintang.
5. Permukaan akhir dari lapisan teratas lapis pondasi tanah semen yang
tidak rata akan mengakibatkan bertambahnya kuantitas campuran aspal
yang diperlukan untuk pelapisan agar dapat memenuhi toleransi kerataan
permukaan campuran aspal seperti yang disyaratkan.
LAPIS PONDASI TANAH KAPUR
Penyiapan Tanah Dasar
1. Pekerjaan penyiapan tanah dasar harus dilakukan sesuai dengan ketentuan,
yaitu garis, ketinggian dan dimensi seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
Rencana.
2. Arti dari tanah dasar adalah permukaan tanah yang sudah disiapkan untuk
pelaksanaan pekerjaan lanjutan yang dapat dilaksanakan. Kecuali bilamana
elevasi perkerasannya harus dinaikkan (raising of the pavement grade) seperti
yang ditunjukkan pada Gambar Rencana, maka permukaan tanah dasar harus
sama tinggi dengan permukaan jalan lama.
3. Permukaan jalan lama harus dibersihkan dari bahan yang tidak diinginkan
dan kemudian digilas (proof-rolling,). Setiap ketidakrataan atau ambles yang
terjadi pada permukaan jalan lama selama pemadatan harus diperbaiki

dengan menggemburkan lokasi tersebut dan menambah, membuang atau


mengganti bahan, menyesuaikan kadar air jika diperlukan,
dan
memadatkannya kembali supaya permukaannya halus dan rata.
4. Setelah selesai pemadatan dan sebelum memulai operasi berikutnya,
permukaan tanah dasar harus memenuhi toleransi permukaan yang
ditetapkan.
5. Setiap lokasi tanah dasar yang menjadi lumpur, pecah-pecah atau lepas
karena cuaca atau kerusakan lainnya sebelum dimulainya penghamparan
lapis pondasi tanah kapur harus diperbaiki sampai memenuhi persyaratan.
6. Sebelum penghamparan lapis pondasi tanah kapur pada setiap ruas, tanah
dasar padat yang sudah disiapkan harus dibersihkan dari debu dan bahan
lainnya yang mengganggu dengan kompresor angin atau cara lain yang
disetujui, dan harus dilembabkan bilamana diperlukan.
Pencampuran dan Penghamparan
a. Mix in place
1. Tanah dari lokasi sumber bahan yang telah disetujui harus dihampar
dan disebar sampai rata di atas tanah dasar yang sudah disiapkan serta
kadar airnya disesuaikan seperlunya untuk mendapatkan penghalusan
tanah yang optimum. Bilamana pengeringan diperlukan, kecepatan
pengeringan harus dimaksimumkan dengan terus menerus menggaru
tanah memakai pulvimixer (penghalus tanah) atau peralatan sejenis
dengan beberapa lintasan awal sampai tanah tersebut cukup kering
untuk dikerjakan.
2. Kadar air optimum tanah untuk penghalusan akan berada di bawah
kadar air tanah untuk kepadatan kering maksimum, seperti yang
ditentukan pada SNI 03-1742-1989, dan akan dirancang berdasarkan
percobaan lapangan awal. Pekerjaan penghalusan harus dilaksanakan
bilamana kadar air tanah berada dalam rentang 2% (dari berat tanah
kering) dari angka yang telah dirancang.
3. Sebelum kapur ditambahkan, tanah itu harus dihaluskan sedemikian,
kecuali untuk partikel batu atau kerikil, sehingga gumpalan tanah
bilamana diayak secara kering yaitu:
Lolos Ayakan 25 mm = 100 %
Lolos Ayakan No. 4= 75%
1. Tanah yang sudah dihaluskan harus disebar dengan ketebalan
sedemikian, sehingga setelah dipadatkan mencapai ketebalan
lapisan yang dirancang, dalam batas toleransiyang disyaratkan.
Ketebalan yang tepat dari bahan gembur yang akan dihampar, harus
seperti yang ditentukan dalam percobaan lapangan. Jumlah lapisan
yang diperlukan untuk mendapatkan tebal rancangan penuh lapis
pondasi tanah kapur harus seperti yang diperintahkan oleh direksi
pekerjaan dan harus berdasarkan
kehomogenan
dan derajat

kepadatan yang dapat dicapai. Apabila derajat kepadatan belum


tercapai makapenambahan jumlah lapisan tidak dapat dijadikan
dasar untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
2. Setelah penghalusan tanah sampai memenuhi ketentuan, kapur harus
ditebar secara merata di atas tanah dasar, baik dengan tangan
maupun dengan mesin penebar, pada takaran yang dihitung
sedemikian untuk memperoleh kadar kapur seperti yang dirancang
berdasarkan rancangan campuran laboratorium dan percobaan
lapangan awal. Bilamana ditebar dengan tangan, petunjuk untuk
jarak yang diperlukan untuk standar penempatan
3. kapur 50 kg.
4. Setelah kapur disebar merata, serangkaian lintasan mesin pencampur
harus
5. dilaksanakan sampai seluruh tanah dan kapur tercampur merata,
yang ditunjukkan dari meratanya warna adukan. Jumlah lintasan
yang diperlukan sesuai hasil percobaan lapangan awal dan
berdasarkan kehomogenan campuran yang pekerjaan yang sedang
berlangsung.
6. Pekerjaan penempatan tanah, penghalusan tanah dan pencampuran
diperoleh dalam tanah kapur harus selalu dilaksanakan dari bawah
dengan ketinggian berapapun menuju keatas (yaitu kearah tanjakan).
7. Bilamana kapur dan tanah dianggap telah tercampur merata, kadar
airnya harus ditambahkan seperlunya untuk menyamai batas kadar air
yang ditentukan dalam prosedur rancangan campuran laboratorium
atau seperti yang dirancang sesuai hasil percobaan lapangan awal
atau cara lainnya. Pada umumnya, batas bawah kadar air untuk
campuran kapur tanah akan ditentukan sebagai Kadar Air Optimum
(OMC) di laboratorium dan batas atasnya akan 2 % (dari berat
campuran tanah kapur) lebih tinggi daripada OMC. Air yang
ditambahkan pada tanah kapur harus dicampur sampai merata dengan
menambahkan beberapa kali lintasan
mesin pencampur dan
pemadatan harus segera dilaksanakan setelah lintasan ini selesai.
b. Central plant
1. Mesin pencampur tetap (tidak berpindah) dapat menggunakan cara
takaran berat (weight-batching) atau cara pemasokan menerus
(continous feeder) dan dapat dilengkapi dengan pengaduk pedal
(paddle mixers) maupun jenis panci (pan mixers).
2. Bilamana cara takaran berat digunakan, jumlah bahan tanah dan
kapur harus diukur dengan tepat pertama-tama harus dimasukkan
kedalam instalasi pencampur kemudian air ditambahkan secukupnya
agar kadar air hasil campuran terletak dalam rentang yang dirancang
untuk pemadatan di lapangan. Perhatian khusus harus diberikan pada
instalasi pencampur jenis

3. takaran berat (batch) dengan pengaduk pedal untuk memastikan


bahwa semua kapur tersebar merata di loading skrp dan dipasok
merata di seluruh bak pencampur. Baik pencampur jenis pedal
maupun jenis panci, kapur harus
4. ditakar secara akurat dengan timbangan atau alat penakar yang
terpisah, dan kemudian dicampurkan dengan bahan tanah yang akan
distabilitasi. Bahan tanah harus dicampur sedemikian sehingga
terdistribusi merata di seluruh campuran.
5. Bilamana cara takaran dengan pemasok menerus (continous-feed)
digunakan, pedal pencampur, baffels dan kecepatan pemasukan bahan
harus disesuaikan agar bahan-bahannya tercampur merata. Semprotan
yang digunakan untuk mendistribusikan air kedalam pencampur
harus disesuaikan agar dapat memberikan kadar air yang merata di
seluruh campuran.
6. Jumlah dan kapasitas kendaraan pengangkut bahan campuran harus
disesuaikan dengan hasil campuran yang dihasilkan instalasi
pencampur dan kecepatan pelaksanaan yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan dalam waktu Periode Pelaksanaan yang
ditentukan.
7. Campuran harus dihampar di atas tanah dasar yang sudah
dilembabkan dengan tebal lapisan yang seragam dan harus dihampar
dengan mesin penghampar (paving machine) atau kotak penyebar
(spreader box) yang dioperasikan secara mekanis dimana dapat
meratakan campuran dengan suatu ketebalan yang merata. Bahan
harus dihampar sedemikian hingga setelah dipadatkan mencapai tebal
lapisan yang dirancang, dalam toleransi yang disyaratakan.
Pemadatan
Pemadatan untuk campuran tanah kapur harus dimulai sesegera mungkin setelah
pencampuran dan seluruh operasi, termasuk pembentukan dan penyelesaian akhir,
dan harus diselesaikan dalam waktu 60 menit atau 12O menit sejak kapur yang
pertama tercampur tanah. Semua operasi penghamparan, pencampuran, dan
pemadatan dari lapis pondasi tanah kapur harus dilaksanakan dalam ruas-ruas yang
pendek dan bahan setiap ruas harus dipadatkan dan dibentuk sampai selesai sebelum
pencampuran pada ruas berikutnya dapat dimulai.
Panjang maksimum setiap segmen kerja akan dirancang berdasarkan kapasitas
produksi dan kapasitas seperti yang ditunjukkan selama percobaan lapangan awal,
tetapi dalam keadaan apapun tidak boleh lebih panjang dari 100 meter. Bilamana
dapat membuktikan mampu mengerjakan lebih panjang dengan menambah kapasitas
produksi yang mencukupi.

Pemadatan awal harus dilaksanakan dengan penggilas tampingfoof, penggilas roda


karet atau penggilas beroda halus, dimana penggilas ini tidak boleh membebani
secara langsung pada bahan tanah kapur yang sudah dihampar, baik dalam kondisi
sudah mengeras maupun sebagian sudah mengeras.
Setelah penggilasan awal, pembentukan dengan motor grader mungkin diperlukan
sebelum penggilasan akhir. Pemadatan harus diselesaikan dengan penggilas roda
karet atau penggilas beroda halus bersamaan dengan motor grader untuk membentuk
lapis pondasi tanah kapur seperti rancangannya. Pada umumnya, penggilasan akhir
perlu disertai penyemprotan sedikit air untuk membasahi permukaan yang kering
selama operasi pemadatan. Derajat kepadatan yang dicapai di seluruh lapisan lapis
pondasi tanah kapur harus lebih besar dari 97% kepadatan kering maksimum
laboratorium.
Perhatian khusus harus diberikan untuk memperoleh pemadatan penuh di sekitar
sambungan memanjang maupun melintang. Sebelum setiap bahan baru disambung
dengan bahan yang telah dipadatkan sebelumnya, ujung bahan dari pekerjaan
sebelumnya harus dipotong sampai memperoleh permukaan vertikal sehingga dapat
dicapai pemadatan penuh pada tebal lapisan yang diperlukan, Bahan pada
sambungan melintang antara ujung akhir ruas pekerjaan yang lampau dengan ujung
awal dari ruas baru harus dipadatkan dengan penggilasan melintang (melintang
jalan) sedemikian hingga seluruh tekanan roda penggilas diarahkan pada sambungan
tanpa menyentuh secara langsung pada bahan dari pekerjaan sebelumnya.
Segera setelah pemadatan dan pembentukan lapisan terakhir lapis pondasi tanah
kapur, butiran batu (chipping) yang memenuhi persyaratan dapat ditebar secara
merata di atas permukaan lapis pondasi tanah kapur dan dibenamkan pada
permukaan dengan penggilasan. Butiran batu harus berukuran nominal 13 mm
dengan takaran kira-kira 12 kg/m'.

You might also like