Professional Documents
Culture Documents
Definisi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakann kelainan vaskular yang
terjadi sebelum kehamilan, timbul dalam kehamilan, ataupun pada masa nifas.
Golongan penyakit ini ditandai dengan hipertensi dan sering disertai dengan
proteinuria, edema, kejang, koma atau dengan gelaja lain.
Penyakit ini sering dijumpai dan masih merupakan salah satu penyebab
kematian ibu. Di Amerika Serikat misalnya 1/3 dari kematian ibu disebabkan oleh
ini. Di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikit Bandung terdapat 5,8% kasus preeklamsia
dan 0,6 eklamsia pada periode 1991-1994. Hipertensi dalam kehamilan juga
menjadi penyebab penting dari kelahiran mati dan kematian perinatal. Mengenai
10-15% primigravida dan Mengenai 10-15% primigravida.
American comunitte on maternal welfarel merumuskan batasan wanita
hamil dengan hipertensi sebagai berikut :
1. Peningkatan tekanan darah diatas 20-30 mmHg. Dari nilai sebelum
hamil/trimester pertama.
2. Nilai tekanan absolut lebih dari 140/90 mmHg pada setiap stadium
kehamilan.
Klasifikasi
Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi menjadi :
1. Kehamilan yang menyebabkan hipertensi-Hipertensi yang timbul sebagai
akibat kehamilan dan akan menghilang pada masa nifas seperti :
a. Hipertensi tanpa proteinemia atau edema.
b. Preeklamsi dengan atau tanpa proteinemia dan edema, yaitu
preeklamsi ringan dan preeklamsia berat.
c. Eklamsia, yaitu kejang disertai atau tanpa proteinemia dan edema.
2. Hipertensi secara kebetulan-Hipertensi kronis yang mendahului kehamilan
dan menetap pada masa nifas.
kehamilan
Tidak ada proteinuria
Diagnosis akhir hanya dibuat pada postpartum
Dapat terjadi tanda dan gejala preeklamsi, misalnya nyeri epigastrik
atau trombositopenia
PREEKLAMPSI
Definisi
Preeklampsi merupakan suatu penyakit malfungsi dan vasospasme vaskular
endotel yang meluas, yang terjadi pada usia kehamilan > 20 minggu dan dapat
hilang 4-6 minggu setelah postpartum yang ditandai dengan timbulnya hipertensi
& proteinuri, dengan atau tanpa udema pada seorang gravida yang tadinya normal.
Epidemiologi
Insiden di AS 2%-6%
Global insiden 5 14% dari semua wanita hamil.
Preeklampsi ingan 75% dan preeklampsi berat 25 %
Faktor risiko
Risk Factor for Preeklampsi
Nulliparity
Age >40 yo
Black race
Family history
Chronic renal disease
Chronic hypertension
Diabetes melitus
Twin gestation
High body mass index
Homozygous
Heterozygous
PREEKLAMSIA
Etiologi dan Patogenesis
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan
jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, tetapi tidak ada satu teori pun yang dianggap mutlak benar. Teori-teori
yang sekarang banyak dianut adalah :
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, uterus dan plasenta mendapatkan aliran
darah dari cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua
pembuluh darah tersebut menembus miometrium berupa arteri arkuata,
dan arteri arkuata memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus
endometrium menjadi arteri basalis dan arteri basalis memberi cabang
arteri spiralis.
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas terjadi invasi
trofoblas ke dalam lapisan otot arteria spiralis yang menimbulkan
degenerasi dari otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteria spiralis. Invasi
trofoblas juga akan memasuki jaringan sekitar arteria spiralis yang akan
memudahkan lumen untuk mengalami dilatasi dan distensi yang akan
mengakibatkan penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular,
dan peningkatan aliran darah pada daerah utero plasenta. Akibatnya, aliran
darah ke janin cukup banyak dan perfusi ke jaringan juga meningkat,
sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini
dinamakan remodelling arteri spiralis.
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks di
sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras
sehingga lumen arteri tidak mengalami distensi dan dilatasi. Akibatnya,
arteri spiralis relatif mengalami vasokontriksi dan terjadi kegagalan
remodelling arteri spiralis, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun
dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta
2. Teori Iskemia Plasenta, Radikal Bebas, dan Disfungsi Endotel
Adanya kegagalan remodelling arteri spiralis mengakibatkan
adanya iskemia pada plasenta. Plasenta yang mengalami iskemia dan
hipoksia akan menghasilkan oksidan. Salah satu oksidan yang dihasilkan
plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang bersifat toksik terhadap
membran sel endotel pembuluh darah.
Radikal hidroksil akan merusak membran sel yang mengandung
banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak
selain akan merusak membran sel, juga akan merusak nukleus, dan protein
sel endotel.
Sel endotel yang terpapar peroksida asam lemak akan mengalami
kerusakan yang dimulai dari membran sel endotel, sehingga terjadi
disfungsi sel endotel berupa :
- Gangguan metabolisme prostaglandin
- Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami
-
kerusakan
Peningkatan permeabilitas kabiler
Penigkatan faktor koagulasi
Peningkatan produksi bahan-bahan vasopressor, yaitu endotelin
ini
akan
mengaktivasi
sel
endotel,
dan
sel-sel
Patofisiologi
Preeklampsi
Vasospasme
pembuluh
darah
meluas
retensi air
dalam
jaringan
vasospasme vasospasm
pembuluh pembuluh
darah
darah
ginjal
edema
Hipertensi
peregangan
proteinuri
penambahan
BB
edema
di sekitar
hati
kepala
mata
nyeri ulu hati
headache gangg
penglihatan
mmHg sistolik dan 110 mmHg diastolik tapi jarang mencapai 200 mmHg.
Apabila tekanan darah melebihi 200 mmHg penyebab biasanya adalah
hipertensi kronis.
2. Edema : Timbulnya edema didahului oleh penambahan berat badan yang
berlebihan. Penambahan berat 0,5 kg seminggu pada seorang yang hamil
dianggap normal, tetapi jika mencapai 1 kg seminggu atau 3 kg dalam
sebulan, kemungkinan timbulnya preeklampsi harus dicurigai.
Penambahan berat ini disebabkan oleh retensi air dalam jaringan, edema
ini tidak hilang saat istirahat.
3. Proteinuri : Sering ditemukan pada preeklampsi, terjadi akibat adanya
vasospasme pembuluh-pembuluh darah ginjal. Proteinuri biasanya timbul
lebih lambat dibanding hipertensi dan edema.
4. Gejala-gejala subjektif yang umum ditemukan pada preeklampsi, yaitu :
a. sakit kepala yang hebat karena vasospasm atau edema otak.
b. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh perdarahan atau
edema atau sakit karena perubahan pada lambung.
c. gangguan penglihatan, seperti penglihatan menjadi kabur bahkan
kadang-kadang pasien buta. Gangguan ini disebabkan vasospasme,
edema, atau ablatio retinae. Perubahan ini dapat dilihat dengan
oftalmoskop.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Nuliparitas
Riwayat keluarga dengan eklampsi atau preeklampsi
kehamilan ganda
Diabetes melitus
Hipertensi kronis
Mola hidatidosa
Hidrops fetalis
PREEKLAMPSI BERAT
Bila didapatkan 1 dari gejala:
160/110 mmHg
proteinuri +2
37 Minggu
gejala impending eklampsi
(penglihatan kabur, nyeri ulu hati
yang hebat, nyeri kepala yang hebat)
terapi aktif
Dosis awal MgSO4
Infus RL 100cc + MgSO4 20%
20 cc 15-20 menit
Pasang dower kateter
Periksa lab (Hb, Ht, Leukosit,
Trombosit, CT, BT, SGOT, SGPT,
HBSAg, Faal ginjal, urine rutin)
Dosis pemeliharaan MgSO4
Infus RL 500 cc + MgSO4
20% 50 cc20-30 tetes per menit
Indikasi perawatan aktif
1. Ibu :
a. kehamilan > 37 minggu
EKLAMPSI
Definisi
Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita hamil dan
wanita dalam nifas disertai dengan hypertensi, edema, dan proteinuria.
Eklampsi lebih sering terjadi pada primigravida dari pada multipara.
Klasifikasi
Menurut saat terjadinya eklampsi kita mengenal istilah :
Eklampsi antepartum ialah eklampsi yang terjadi sebelum persalinan.
Merupakan eklampsi yang paling sering terjadi
Eklampsi intrapartum ialah eklampsi sewaktu persalinan
Eklampsi postpartum ialah eklampsi yang terjadi setelah persalinan
Faktor risiko
Eklampsi paling sering terjadi pada :
Kehamilan kembar
Hydramnion
Mola hydatidosa
Gejala
Eklampsi selalu didahului oleh gejala-gejala preklampsi. Gejala-gejala
preklampsi seperti:
Diagnosa
Untuk diagnosa eklampsi harus dikesampingkan keadaan-keadaan lain dengan
kejang dan koma seperti uremia, keracunan, epilepsi, hysteri, encephalitis,
meningitis, tumor otak dan atrofi kuning akut dari hati.
Prognosis
Eklampsi adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya. Oleh karena itu
prognosisnya kurang baik untuk ibu maupun anak.
Prognosis juga dipengaruhi oleh paritas dan umur ibu, artinya multipara
mempunyai prognosis yang lebih buruk, terutama jika umurnya melebihi 35
tahun dan juga oleh keadaan pada waktu pasien masuk rumah sakit.
Diuresis juga mempengaruhi prognosisnya. Jika produksi urin lebih dari 800 cc
dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam, prognosisnya akan lebih baik. Sebaliknya,
oliguri dan anuri merupakan gejala yang buruk.
Gejala-gejala lain yang memberatkan prognosis:
-
1. Profilaksis
Upaya pencegahan eklampsi dilakukan dengan cara menemukan kasus
preklampsi sedini mungkin dan mengobatinya dengan adekuat. Tindakan dapat
2.
berupa:
Identifikasi faktor predisposisi
Menemukan gejala awal hipertensi, edema, dan proteinuri
Rujukan yang tepat
Perawatan jalan atau inap
Pengobatan medisinal
Pengobatan obstetrik untuk mengakhiri kehamilan
Pengobatan
Oleh karena eklampsi merupakan keadaan gawat darurat yang sangat
berbahaya bagi keselamatan ibu dan anaknya, penderita harus dirawat di unit
perawatan intensif (ICU) untuk dirawat bersama dengan disiplin ilmu lain yang
terkait.
Secara teoritis eklampsi adalah penyakit yang disebabkan oleh kehamilan. Oleh
karena itu, pengobatan yang terbaik adalah secepat mungkin mengakhiri
kehamilannya, misalnya dengan sectio sesarea.
Akan tetapi, dalam praktik terbukti bahwa hasilnya tidak terlalu
memuaskan, terutama karena dilakukan operasi pada pasien yang
keadaannya sudah buruk.
Tujuan pengobatan eklampsi adalah:
- Mencegah timbulnya kejang selanjutnya
- Menurunkan/kontrol tekanan darah
- Mengatasi hemokonsentrasi dan memperbaiki diuresis dengan
pemberian cairan, misalnya cairan 2A atu Ringer laktat. Karena
air keluar dari pembuluh darah dan menimbulkan edema, terjadi
hipovolemi. Hipovolemi ini menyebabkan oliguri sampai anuri
bahkan dapat menimbulkan syok. Pemberian cairan harus hathati karena dapat menimbulkan hiperhidrasi dan edema paru.
Oleh karea itu produksi urin dan tekanan vena sentral harus
terus dipantau:
- Mengatasi hipoksia dan asidosis denga mengusahakan agar
penderita memperoleh oksigen dan mempertahankan kebebasan
jalan napas.
- Mengakhiri kehamilan tanpa memandang umur kehamilan
setelah kejang dapat diatasi.
Pengobatan Medisinalis
Obat anti kejang
Setelah memiliki pengalaman pemakaian selama bertahun-tahun, disepakati
bahwa obat pilihan untuk mengatasi kejang pada eklamspsi adalah sulfas
magnesikus (MgSO4).
1. Dosis awal
- Masukan 4 gr MgSO4 20% dalam larutan 20 cc IV selama 4 menit
- Susul dengan pemberian 8 gr MgSO4 40% IM dalam larutan 20 cc
diberikan pada bokong kiri dan kanan masing-masing 4 gr.
2. Dosis pemeliharaan
Tiap 6 jam diberikan lagi 4 gr MgSO4 40% IM
3. Dosis tambahan
- Bila timbul kejang lagi, dapat diberikan 2 gr MgSO4 20% IV selama 2
menit, sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis
tambahan 2 gr hanya diberikan sekali saja
- Bila setelah diberi dosis tambahan masih tetap kejang, diberikan
amobarbital 3-5 mg/kg BB/IV secara pelan-pelan.
4. Pemantauan tanda-tanda keracunan MgSO4
Obat suportif
Pemberian obat-obatan antihipertensi, kardiotonik, antipiretik,
antibiotik, dan antinyeri disesuaikan dengan indikasinya seperti pada
pengbatan preklampsi.
Perawatan serangan kejang dan koma
Bersama bagian saraf, perawatan penderita dilakukan:
-
menghindari fraktur
- Pada status konvulsivus dapat dipertimbangkan pemberian suntikan
Benzodiazepin, Fenitoin, atau Diazepam
- Untuk mengatasi edema otak, dapat diberikan infus cairan Manitol,
Gliserol, atau Deksametason
- Pemantauan kesadaran dan dalamnya koma
- Pemberian nutrisi dapat dipertimbangkan melalui NGT
Pengobatan Obstetrik
Saat pengakhiran kehamilan ditetapkan, yaitu apabila sudah terjadi
stabilisasi (pemulihan) hemodinamik dan metabolisme ibu, yaitu 4-8
jam setelah salah satu atau lebih keadaan sebagai berikut:
-
Hipertensi Kronik
ginjal primer. Dalam kehamilan sering kali disertai dengan komplikasi solotio
plansenta, pertumbuhan janin terhambat, kematian janin.
Hipertensi Esensial
Penyakit
hipertensi
kronis
yang
disebabkan
oleh
kelainan
vascular
Semua wanita hamil dengan hipertensi esensial harus masuk rumah sakit untuk
menilai tekanan darah, jantung, ginjal, dan pemeriksaan retina,. Jika keadaan
kurang baik, dapat dipertimbangkan unuk melakukan abortus terapeutikus dan
sterilisasi. Hipertensi esensial yang mengalami preeklamsi atau eklamsia
penatalaksanaanya sama seperti pada penatalaksaan preeklamsia dan eklamsia.