You are on page 1of 14

RENCANA KEGIATAN, LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN


CVA IVH
RSUD Dr.SAIFUL ANWAR MALANG
disusun sebagai tugas pada
Pendidikan Profesi Keperawatan Departemen Medikal
Ruang 26 STROKE

Oleh :
Puput Ayu KristinaWati
NIM : 0910720071
Kelompok 8

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2013
KONSEP CVA

A. Pengertian
Stroke (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002). Stroke (CVA) atau penyakit
serebrovaskular mengacu kepada setiap gangguan neurologi mendadak yang terjadi
akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak
sehingga terjadi gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan terjadinya
kematian otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau
kematian (Fransisca, 2008; Price & Wilson, 2006). Sedangkan pengertian stroke
menurut Lyndon (2009) yaitu penyakit pembuluh darah yang menyebabkan gangguan
neurologi.
Stroke merupakan suatu keadaan dimana aliran darah menuju otak terhambat
sehingga nutrisi dan oksigen untuk otak menurun yang menyebabkan kematian sel dan
kerusakan syaraf.
B. Insidensi
Stroke masih merupakan masalah medis yang menjadi penyebab kesakitan dan
kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di Amerika Serikat. Seperti yang dilaporkan
oleh National Center for Health Statistic pada tahun 2002, 163.538 orang meninggal
akibat stroke, dan setiap 3 menit satu orang meninggal akibat stroke. Sebanyak 10%
penderita stroke mengalami kelemahan yang memerlukan perawatan.
C. Klasifikasi
1. Stroke iskemik (infark atau kematian jaringan). Serangan sering terjadi pada usia 50
tahun atau lebih dan terjadi pada malam hingga pagi hari.
a. Trombosis pada pembuluh darah otak
b. Emboli pada pembuluh darah otak
2. Stroke hemoragik (perdarahan). Serangan sering terjadi pada usia 20-60 tahun dan
biasanya timbul setelah beraktivitas fisik atau karena psikologis (mental).
a. Perdarahan intraserebral (parenchymatous hemoragic)
Gejala:
Tidak jelas, kecuali nyeri kepala hebat karena hipertensi
Serangan terjadi pada siang hari, saat beraktivitas fisik atau karena

psikologis (mental)
Mual dan muntah pada permulaan serangan
Hemiparesis atau hemiplegia terjadi sejak awal serangan
Kesadaran menurun dengan cepat dan menjadi koma (65% terjadi kurang

dari jam-2 jam; <2% terjadi setelah 2 jam- 19 hari).


b. Perdarahan subarachnoid (subarachnoid hemoragic)
Nyeri kepala hebat dan mendadak
Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi
Ada gejala atau tanda meningeal
Papiledema terjadi bila ada perdarahan subarachnoid karena pecahnya
aneurisma pada arteri komunikan anterior atau arteri karotis interna.
D. Etiologi
1. Trombosis Serebri
Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.
Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan

darah yang dapat menyebabkan iskemia serebri. Tanda dan gejala neurologis
seringkali memburuk dalam 48 jam setelah terjadi trombosis. Beberapa keadaan
yang menyebabkan trombosis otak:
a. Aterosklerosis
b. Hiperkoagulasi pada polisitemia
c. Arteritis (radang pada arteri)
2. Emboli
Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,
lemak, dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang
terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. Emboli tersebut berlangsung cepat
dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
3. Hemoragi
Perdarahan ini bisa terjadi akibat aterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh
darah otak menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan sehingga
terjadi infark otak, edema dan mungkin herniasi otak. Penyebab perdarahan otak
yang paling umum terjadi:
a. Aneurisma berry, biasanya defek konginetal
b. Aneurisma fusiformis dari aterosklerosis
c. Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsis
d. Malformasi ateriovena, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri
sehingga darah arteri langsung masuk vena.
e. Rupture arteriol serebri akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan
degenerasi pembuluh darah
4. Hipoksia umum
a. Hipertensi yang parah
b. Henti jantung paru
c. Curah jantung turun akibat aritmia
5. Hipoksia lokal
a. Spasme arteri serebri yang disertai perdarahan subarachnoid
b. Vasokonstriksi arteri otak disertai sakit kepala migraine.

E. Faktor Resiko
Usia
Jenis Kelamin
Keturunan
Hipertensi
Penyakit kardiovaskular
Kolesterol tinggi
Obesitas
Peningkatan hematokrit
Diabetes
Merokok
Konsumsi alkohol
F. Tanda dan Gejala
Gejala klinis tergantung dari bagian otak yang terkena, yang ditandai dengan

gejala sebagai berikut :


1.

CVA Bleeding gejala klinis antara lain :


Tidak ada TIA (Transient Ischemic Attak)

2.

Gejala awal biasanya pada waktu melakukan kegiatan.

3.

Sakit kepala kadang kadang hebat

4.

Perubahan yang cepat dari defisit neurologis termasuk penurunan tingkat


kesadaran sampai koma, biasanya terdapat hipertensi baik sedang maupun berat.

5.

CT-Scan tampak jelas adanya perdarahan

6.

Lequor cerebri spinalis berdarah.


CVA Infark gejala klinis antara lain :

1.

Permulaan akut atau sub akut

2.

Saat kejadian tergantung dari asal emboli

3.

Kesadaran baik atau sedikit menurun

4.

Nyeri kepala bisa adanya oedema

5.

CT-Scan tampak adanya oedema

6.

Pungsi lumbal tekanan, warna, jernih, jumlah sel eritrosit


sedang.

# Jika terjadi peningkatan TIK maka dijumpai tanda dan gejala :

Perubahan tingkat kesadaran : penurunan orientasi dan respons terhadap stimulus.

Perubahan kemampuan gerak ekstrimitas : kelemahan sampai paralysis.

Perubahan ukuran pupil : bilateral atau unilateral dilatasi. Unilateral tanda dari
perdarahan cerebral.

Perubahan tanda vital : nadi rendah, tekanan nadi melebar, nafas irreguler,
peningkatan suhu tubuh.

Keluhan kepala pusing.

Muntah projectile ( tanpa adanya rangsangan ).

Penurunan penglihatan.

Deficit kognitif dan bahasa ( komunikasi ).

Pelo / disartria.

Kerusakan Nervus Kranialis.

Inkontinensia alvi dan uri.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Angiografi Serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskular.
2. Lumbal Pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragik pada pada subarachnoid atau perdarahan pada
intracranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi.
Hasil pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang

massif, sedangkan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom)
sewaktu hari pertama.
3. CT Scan
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan
otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ke ventrikel atau
menyebar ke permukaan otak.
4. MRI
Dengan menggunakan gelombang magnetic untuk menentukan posisi serta besar /
luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5. USG dopler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah system karotis)
6. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
7. Pemeriksaan Lab
a. Darah rutin
b. Gula darah
c. Urine rutin
d. Cairan serebrospinal
e. Analisa Gas Darah (AGD)
f. Biokimia Darah
g. Elektrolit
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai
berikut:
a. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
Mempertahankan saluran napas yang paten, yaitu sering lakukan penghisapan

lendir, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernapasan.


Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi klien, termasuk usaha

memperbaiki hipertensi dan hipotensi.


b. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
c. Merawat kandung kemih, serta sedapat mungkin jangan memakai kateter
d. Menempatkan klien pada posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin.
Posisi klien harus diubah setiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
2. Pengobatan Konservatif
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebri (ADS) secara percobaan, tetapi
maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan
b. Dapat diberikan histamine, aminophilin, asetazolamid, papaverin intraarterial
c. Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran
sangat penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.
d. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya
thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskular.
3. Pengobatan Pembedahan
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis yaitu dengan membuka
arteri karotis di leher.
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling
dirasakan oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
d. Ligasi arteri karotis komunis di leher khusunya pada aneurisma.

I. Komplikasi
Setelah mengalami stroke klien mungkin akan mengalami komplikasi, komplikasi ini
dapat dikelompokkan berdasarkan:
1. Dalam hal immobilisasi: infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi, dan
tromboflebitis
2. Dalam hal paralisis: nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas,
dan terjatuh
3. Dalam hal kerusakan otak: epilepsy dan sakit kepala
4. Hidrosefalus

Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah merupakan tahap awal dari proses perawatan yaitu suatu
pendekatan yang sistematis dimana sumber data, diperoleh dari klien, keluarga klien.
1.

Anamnesia/Identitas.
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, bangsa/suku, pendidikan,
bahasa yang digunakan dan alamat rumah.

2.

Keluhan Utama.
Biasanya pada klien CVA mengeluh sakit kepala, kadang-kadang nyeri, awalnya
bisa pada waktu melakukan kegiatan.

3.

Riwayat Penyakit Sekarang.


Klien biasanya datang dengan keluhan pusing yang sangat, parase pada extrimitis,
yang didapat sesudah bangun tidur baik sinistra atau dextra, gangguan fokal,
menurunnya sensasi sensori dan tonus otot biasanya tanpa disertai kejang,
menurunnya kesadaran seperti CVA Bleeding.

4.

Riwayat Penyakit Dahulu.


Pada klien dengan CVA didapat hipertensi, aktivitas dan olahraga yang tidak
adekuat, kadang klien juga cidera kepala di masa mudah dan punya riwayat DM.

5.

Riwayat Kesehatan Keluarga.

Dari pihak keluarga resesif mempunyai riwayat DM dan hipertensi atau punya
anggota keluarga yang punya atau pernah mengalami CVA Bleeding maupun infark
6.

Riwayat Kesehatan Lingkungan.


Resiko tinggi terjadi CVA berada pada lingkungan yang kurang sehat seperti gizi
yang jelek, aktivitas yang kurang adekuat dan pola hidup yang kurang sehat

7.

Riwayat Psikososial.
Riwayat psikososial sangat berpengaruh dalam psikologi klien dengan timbul
gejala-gejala yang dialami dalam proses penerimaan terhadap penerimaan
terhadap penyakitnya.

8.

Pola Sehari-hari :
1.

Pola Nutrisi dan Metablisme


Biasanya pada klien dengan CVA makanan yang disukai atau tidak disukai oleh
klien, mual muntah, penurunan nafsu makan sehingga mempengaruhi status
nutrisi

2.

Pola Eliminasi.
Kebiasaan dalam BAB didapatkan ,sedangkan kebiasaan BAK akan terjadi
retensi, konsumsi cairan tidak sesuai dengan kebutuhan.

3.

Pola aktivitas dan latihan


Biasanya klien dengan CVA tidak bisa melakukan aktivitas, badan terasa lemas,
muntah dan terpasang infus.

4.

Pola tidur dan istirahat.


Biasanya klien sebelum tidur, lama tidur siang dan malam karena nyeri kepala
yang hebat maka kebiasaan tidur akan terganggu.

5.

Pola persepsi dan konsep diri.


Didalam perubahan konsep diri itu bisa berubah bila kecemasan dan
kelemahan tidak mampu dalam mengambil sikap.

6.

Pola sensori dan kognitif


Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi
pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.

7.

Pola reproduksi sexual


Pada pria reproduksi dan seksual pada klien yang telah/sudah menikah akan
terjadi perubahan

8.

Pola hubungan dan peran


Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan peran dan peran
serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit.

9.

Pola penanggulangan stress


Stress timbul apabila seorang klien tidak efektif dalam mengatasi masalah
penyakitnya.

11. Pola tata dan kepercayaan.


Timbulnya distress dalam spiritual pada klien, maka klien akan menjadi cemas
dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.

# Pemeriksaan Fisik :
1.

Keadaan umum
Biasanya klien CVA mengalami badan lemah, nyeri kepala, penurunan kesadaran,
tensi meningkat, suhu, nadi, pernafasan.

2.

Kepala dan leher


Keadaan rambut, kepala simetris atau tidak, ada tidaknya benjolan kepala, panas
atau tidak, maka simetris atau tidak, keadaan sclera, puppi reflek terhadap cahaya,
hidung simetris atau ada tidaknya polrip, epistaksis mulut, leher simetris serta ada
pembesaran kelenjar tiroid

3.

Thorax dan abdomen


Biasanya klien CVA tidak terdapat kelainan, bentuk dada simetris.

4.

Sistem respirasi
Apa ada pernafasan abnormal, tidak ada suara tambahan dan tidak terdapat
pernafasan cuping hidung

5.

Sistem kardio vaskuler


Pada umumnya klien dengan CVA ditemukan tekanan darah normal/meningkat
akan tetapi bisa didapatkan Tachicardi atau Bradicardi

6.

Sistem integument
Pada umumnya klien CVA turgor kulit menurun, kulit bersih, wajah pucat,
berkeringat banyak

7.

Sistem eliminasi
Pada sistem eliminasi urine dan alvi biasanya tidak ditemukan kelainan

8.

Sistem muskulos keletal


Apakah ada gangguan pada extriminitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan

9.

Sistem endoksin
Apakah didalam penderita CVA ada pembesaran kelenjar tiroid dan tonsil

10.

Sistem persyarafan
Apakah kesadaran itu penuh atau apatis, somnolen dan koma dalam klien CVA

Diagnosa yang Mungkin Muncul


1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan TIK
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi dan
perubahan membran alveolar-kapiler
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuann
menelan sekunder dari paralisis.
4. Defisit perawatan diri b.d paralisis, hemiparesis
5. Resiko penurunan curah jantung b.d kerusakan pada jaringan otak

KONSEP IVH
A. Definisi
Yaitu terdapatnya darah hanya dalam sistem ventrikuler, tanpa adanya ruptur
ataulaserasi dinding ventrikel. Disebutkan pula bahwa PIVH merupakan
perdarahanintraserebral nontraumatik yang terbatas pada sistem ventrikel.Sedangkan
perdarahan sekunder intraventrikuler muncul akibat pecahnya pembuluh
darahintraserebral dalam dan jauh dari daerah periventrikular, yang meluas ke
sistem ventrikel.
Primary menandakan tampilan patologik dan bukan menandakan etiologi yang
tidak diketahui.Sekitar 70% perdarahan intraventrikular (IVH) terjadi sekunder, IVH
sekundermungkin terjadi akibat perluasan dari perdarahan intraparenkim atau
subarachnoid yangmasuk ke system intraventrikel. Kontusio dan perdarahan
subarachnoid (SAH)berhubungan erat dengan IVH. Perdarahan dapat berasal dari

middle communicatingartery atau dari posterior communicating artery.PIVH merupakan


kejadian yang jarang pada dewasa, dan kadang-kadang dapat dibedakandari
malformasi pembuluh darah atau neoplasma dari pleksus koroideus atau salah
satuarteri koroideus, ketika darah masuk ke ventrikel tanpa menyebabkan bekuan
besar padaparenkim. (dikemukakan pertama kali oleh Sanders, pada tahun 1881)
B. Etiologi
Etiologi PIVH bervariasi dan pada beberapa pasien tidak diketahui. Tetapi menurut
penelitian didapatkan :
1. Hipertensi, aneurismabahwa PIVH tersering berasal dari perdarahan hipertensi
pada arteri parenkim yangsangat kecil dari jaringan yang sangat dekat dengan
sistem ventrikuler.
2. Kebiasaan merokok
3. Alkoholisme
4. Dari studi observasional dilaporkan meningkatnya kejadian stroke perdarahan
padapasien merokok dan konsumsi alkohol.
5. Etiologi lain yang mendasari PIVH di antaranya adalah anomali pembuluh
darahserebral, malformasi pembuluh darah termasuk angioma kavernosa dan
aneurismaserebri merupakan penyebab tersering PIVH pada usia muda.
Pada orang dewasa, PIVH disebabkan karena penyebaran perdarahan akibat hipertensiprimer
dari struktur periventrikel.
C. Gejala
Sindrom klinis IVH menurut Caplan menyerupai gejala SAH, berupa :
1.
2.
3.
4.
5.
D.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sakit kepala mendadak


Kaku kuduk
Muntah
Letargi.
Penurunan Kesadaran.

Faktor Resiko
Usia tua
Kebiasaan merokok
Alkoholisme
Volume darah intracerebral hemoragik
Tekanan darah lebih dari 120 mmHg.
Lokasi dari Intracerebral hemoragik primer.
Perdarahan yang dalam, pada struktur subkortikal lebih beresiko
menjadiintraventrikular hemoragik, lokasi yang sering terjadi yaitu putamen (3550%), lobus(30%), thalamus (10-15%), pons (5%-12%), caudatus (7%) dan
serebelum
(5%).Adanya perdarahan intraventrikular hemoragik meningkatkan resiko
kematian yangberbanding lurus dengan banyaknya volume IVH.

E. Diagnosis

Diagnosis klinis dari PIVH sangat sulit dan jarang dicurigai sebelum CT scan meskipun
gejala klinis menunjukkan diagnosis mengarah ke IVH, namun CT Scan
kepaladiperlukan untuk konfirmasi.
F. Komplikasi
1. Hidrosefalus. Hal ini merupakan komplikasi yang sering dan
kemungkinandisebabkan karena obstruksi cairan sirkulasi serebrospinal atau
berkurangnya absorpsi meningeal. Hidrosefalus dapat berkembang pada 50%
pasien dan berhubungandengan keluaran yang buruk.
2. Perdarahan ulang (rebleeding), dapat terjadi setelah serangan hipertensi.
3. Vasospasme. Hubungan antara intraventricular hemorrhage (IVH) dengan kejadian
dari vasospasmeserebri, yaitu:
- Disfungsi arteriovena hipotalamik berperan dalam perkembangan
-

vasospasmeintrakranial.
Penumpukkan atau jeratan dari bahan spasmogenik akibat gangguan dari
sirkulasicairan serebrospinal.

G. Penatalaksanaan
1. CT Scan kepala sangat sensitif dalam mengidentifikasi perdarahan akut
dandipertimbangkan sebagai gold standard.
2. Terapi konvensional PIVH berpusat pada tatalaksana hipertensi dan
peningkatantekanan intrakranial bersamaan dengan koreksi koagulopati dan
mencegah komplikasiseperti perdarahan ulang dan hidrosefalus.
Tatalaksana peningkatan TIK adalah dengan :
-

Resusitasi cairan intravena


Elevasi kepala pada posisi 300
Mengoreksi demam dengan antipiretik.
Usaha awal untuk fokus menangani peningkatan tekanan intrakranial (TIK)
sangatberalasan, karena peningkatan tekanan intrakranial yang berat
berhubungandengan herniasi dan iskemi.Rasio mortalitas yang lebih rendah
konsisten ditemukan pada kebijakan terapidengan:Penggunaan keteter
intraventrikuler untuk mempertahankan TIK dalam batas normaldanUsaha untuk
menghilangkan bekuan darah dengan menyuntikkan trombolitik dosisrendah.

Rekomendasi AHA Guideline 2009:


1.Pasien dengan nilai GCS <8, dan dengan bukti klinis herniasi transtentorial,
ataudengan IVH yang nyata atau hidrosefalus dipertimbangkan untuk monitor dan
tatalaksana TIK. Cerebral perfusion pressure (CPP) 50-70 mmHg beralasan
untuk dipertahankan tergantung dari autoregulasi serebri. (IIb; C). (rekomendasi baru).
2.Drainase ventrikuler sebagai terapi untuk hidrosefalus beralasan pada pasiendengan
penurunan tingkat kesadaran.
3.Terapi hidrosefalus pada pasien dilanjutkan dengan konsul ke bagian bedah
saraf dengan rencana tindakan VP shunt cito. Ventriculoperitoneal (VP)
Shuntmerupakan tehnik operasi yang paling popular untuk tatalaksana
hidrosefalus,yaitu LCS dialirkan dari ventrikel otak ke rongga peritoneum.Menurut

Butler et gambaran klinis pada PIVH dapat berbeda tergantung dari jumlah perdarahan
dan daerah kerusakan otak di sekitarnya.Pada CT Scan kepala pasien tampak bahwa
darah sebagian besar mengisi ventrikelsebelah kiri, hal ini yang menjelaskan
terdapatnya hemiparesis dekstra pada pasienini. Kerusakan pada reticular activating
system (RAS) dan talamus selama fase akutdari perluasan perdarahan
dapat menyebabkan menurunnya derajat kesadaran.
H. Prognosis
Pada IVH yang diakibatkan oleh perdarahan intraserebral disertai peningkatantekanan
darah dan akan bertambah buruk jika diikuti hydrocephalus. Ini dapatmengakibatkan
peningkatan tekanan intracranial dan berpotensi mengakibatkan herniasiotak yang
fatal.Sebuah studi menemukan bahwa pasien ICH dengan volume darah lebih dari 60
cm3, memiliki graeb score 6 yang menandakan adanya hydrocephalus akut, jika
graeb skor 5 biasanya GCS (Glasgow coma scale) >12.Darah di system ventricular
berkontribusi terhadap kematian. Merusak RAS (reticularactivating system) dan
thalamus ketika hemoragik fase akut mengakibatkan penurunankesadaran. Koma dapat
timbul dan menetap lebih lama dengan volume darah yang besardi ventrikel.
Bekuan Darah ventrikel menghambat aliran cairan serebrospinal dan
dapatmengakibatkan hydrocephalus obstruktif akut.

Konsep Asuhan Keperawatan


Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a. Risiko tinggi peningkatan tekanan intracranial berhubungan dengan dengan
desak ruang sekunder dari kompresi korteks serebri dari adanya perdarahan
intraventrikuler, dengan ditandai :

DS :
DO :
TD : > 140-150/ 80-90 mmHg
Tanda-tanda klinik peningkatan tekanan intrakranial seperti : dilatasi

b.

pupilbilateral, reflek pupil terhadap cahaya unisokor, dekortikasi


Penurunan GCS
Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan vaskuler cerebral, dengan
ditandai :

DS :
Klien mengeluh sakit kepala dan terasa berat di tengkuk
Klien mengeluh sulit tidur

DO:

Tekanan darah >160/90 mmHg


Ekspresi wajah meringis dan khawatir
Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan penurunan kesadaran,

c.

denganditandai :
DS :
DO :
-

Terjadi komplikasi dekubitus, bronkopnemonia, tromboplebitis dankontraktur sendi


Adanya Penurunan skala mobilisasi
Penurunan berat badan/kurus,
rambut rontok
Klien tampak kotor dan lengket

You might also like