You are on page 1of 16

Tugas individu

1. Perbedaan emosi anak yang dididik orang tua dengan tempat penitipan
2. Perbedaan emosi dan kemampuan sosial dari keluarga besar(bersaudara banyak)
dengan keluarga kecil
3. Latar belakang orang usisa lanjut yang mengalami kepikunan
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah : layanan konseling di perluas

Dosen pengampu

Disusun oleh :
Welly grafi santi
(1305112655)

Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan


Universitas riau
2013-2014

Kata pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat allah swt yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dan dapat diselesaikan dengan
baik.
makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah bimbingan dan
konseling yang diampu oleh dra, elni yakub , ms
kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
meskipun telah berusaha semaksimal mungkin sesuai kemampuan. Oleh karena itu, dengan
kerendahan hati kami bersedia menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dan
berguna untuk masa yang akan datang. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat baik
bagi kamisendiri, pembaca maupun bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Wassalamualaikum wr.wb
pekanbaru, 10 september 2014

1. PERBEDAAN EMOSI ANAK YANG DIDIDIK ORANG TUA DENGAN


TEMPAT PENITIPAN
Ada banyak orangtua yang melahirkan anak tapi tidak mendidik anaknya. Orang tua yang
sibuk bekerja terutama seorang ibu bahkan lebih memilih menitipkan anak pada asisten
rumah tangga, daycare atau nenek/kakek. Hal ini menimbulkan pertanyaaan untuk tujuan apa
sepasang orangtua bekerja?
Beberapa jawaban paling sering diberikan orang tua yang paling banyak adalah :
1) Untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang mungkin tak bisa dipenuhi jika hanya
suami yang bekerja.
2) Untuk aktualisasi diri dan kemandirian seorang perempuan, misalnya untuk menebar
kebaikan dan kemanfaatan sebanyak-banyaknya di muka bumi.
3) Agar tidak terlalu bergantung kepada suami sehingga juga dapat turut membantu
(mungkin) keluarga dari sang perempuan (adik, kakak, orangtua, dan lain-lain)
4) Selain jawaban tersebut, yang saya sering dengar dari puluhan ribu orangtua yang
pernah berinteraksi dengan saya dalam kelas-kelas orangtua adalah: demi kepentingan
anak-anaknya sendiri agar kebutuhan anaknya terpenuhi.
Dapat dipahami dan hal yang tidak bisa ditentang disini adalah orang tua yang bekerja
karena alasan tertentu, sehingga seorang ibu harus bekerja dan tidak bisa mendampingi anak
sepenuhnya. Tetapi dari segi tumbuh kembang anak peran seorang ibu sangat penting dalam
perkembangannya saat anak dalam fase usia dini. Karena tentu akan berbeda sentuhan
orangtua sendiri, darah daging sendiri, dengan sentuhan orang lain dari segi ikatan emosional.
Stimulasi kognitif dan psikomotorik mungkin bisa didapat dari siapapun, tapi stimulasi emosi
orangtua akan berbeda dengan stimulasi nenek, guru, daycare, apaagi pembantu.
Meski dengan orangtua pun tak menjadi jaminan bahwa seorang anak akan pasti sehat,
akan pasti cerdas dan sukses di masa depan sebagaimana belum tentu juga ibu yang bekerja
anaknya pasti tidak akan menjadi anak baik, atau tidak akan menjadi anak shalih dan
shalihah. Semuanya memiliki kesempatan sama: menjadi ayah dan ibu terbaik untuk anakanaknya. Ayah dan ibu shalih dan shalihah.maka, orangtua yang punya perspektif luas tidak
akan pernah mengatakan anak saya dititip dengan pembantu, tapi buktinya anak saya baik,
anak saya tidak nakal, anak saya sehat dan anak saya tidak melakukan perilaku buruk apapun.
Pernyataan yang seolah-olah logis ini adalah seperti mirip orang yang memberi pernyataan
saya didik dengan kekerasan oleh orangtua saya, tapi buktinya saya jadi orang sukses,
buktinya saya jadi pns, teman-teman saya yang tidak pernah dipukul orangtuanya, buktinya
tidak jadi apa-apa atau yang lain yang lebih mirip anak saya tidak diberikan asi, hanya susu
formula, buktinya anak baik-baik saja, sehat dan cerdas!Sebab yang menyebabkan kondisikondisi seperti itu tidaklah tunggal. Tidak hanya karena gizi semata, atau tidak hanya karena
stimulasi semata
Model pola asuh anak sangat menentukan pula, bagaimana karakter anak dibentuk.
Bagaimana perilaku dan perlakuan orangtua pada anak. Jika ibu tidak bekerja, jadi ibu rumah
tangga, dengan judul full time mom demi anak, tapi saat ada di dekat anak tidak menghasil
apapun, hanya, lagi-lagi mendampingi anak: ngantar jemput anak ke sekolah, ngaji anak
outsourcing ke ustadz dan ustadzah, tidak menemani anaknya bermain, tidak menstimulasi
anaknya, tidak menyediakan waktu membacakan buku dan cerita, ini juga sama saja, bisa
disebut ibu yang melahirkan anak tapi tidak mendidik anaknya.
3

Meski anak sekolah dan berinteraksi dengan lingkungan, dalam 18 tahun pertamanya
sesungguhnya anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu hidupnya sekira 85% hampir di
lingkungan keluarga (orangtua, nenek/kakek, pembantu, atau siapapun yang menghabiskan
waktu lebih banyak dalam pengasuhan anak). Maka, karakter anak tentunya akan lebih
banyak dibentuk di lingkungan keluarga. Jika keluarga tidak mengintervensi, tidak
membentuk, tidak menginstall pikiran anak dengan nilai dan karakter-karakter positif, maka
yakinlah akan ada pihak lain yang melakukannya. Pihak lain itu dapat berbentuk teman
sebayanya, lingkungan pergaulan anak atau pun media seperti televisi. Karena fasilitas hidup
meningkat, gaya hidup pun meningkat, kebutuhan meningkat, menyebabkan seolah tidak
cukup hanya seorang laki-laki bekerja. Akibatnya para perempuan keluar rumah bekerja.
Tidak di barat, tidak di timur, tidak negeri ini. Maka anak-anak pun dititip-titipkan, dititip di
pembantu, dititip di babysitter.
Kebutuhan emosi anak hanya bisa dipenuhi oleh perbuatan emosional pula dari
orangtua sendiri. Bukan dipenuhi dengan mainan, jajanan, makanan, handphone dan bendabenda materi. Ngurus bukan sekadar memberi makan dan perlindungan tubuh semata tapi
juga emosi, jiwa atau mentalnya. Ketika bicara soal ngurus keluarga bukan hanya tugas ibu
tetapi ayah juga. Kewajiban ayah bukan hanya mencari nafkah tapi juga mendidik anaknya.
Jika seorang ibu adalah madrasah untuk anak, maka ayah adalah kepala sekolahnya. Lihat
kitab suci agama, ketika bicara anak, maka yang dibicarakan ayah, bukan ibu. Meski secara
teknis mungkin sebagian anak menghabiskan waktu dengan ibunya karena ayah bekerja, tetap
saja ayah seharusnya punya konsep bagaimana anaknya dibesarkan dan dididik.
Karena itulah, mungkin itu pula yang menyebabkan sebagian besar perempuan di
jepang, dulu, akan berhenti bekerja (sementara) ketika melahirkan anak sampai anak-anak ini
masuk usia sekolah. Lalu mereka akan bekerja kembali setelah anak sekolah, dengan sebuah
sistem yang disebut dengan arubaito semacam sistem kerja freelance atau paruh waktu.
Karena itu pula pada usia 7 tahun ke bawah seperti yang dikatakan ali bin abi thalib,
jadikan anak seperti raja, dididampingi, dimuliakan, diberikan perhatian penuh. Begitu pula
seharusnya orangtua mengatakan saya tidak akan pernah menitipkan anak pada siapapun,
karena tidak ada yang lebih baik dari orangtua sendiri.karena itu meski idealnya seorang ibu
mendampingi lebih banyak anaknya pada usia tertentu, terutama fase golde age, walaupun
kadang dengan berbagai latar belakang, keadaan tidak selalu ideal yang diinginkan.
Jika karena keadaan tertentu membuat seorang ibu harus bekerja, lalu siapakah yang akan
mendampingi anak tumbuh besar? Tiga kemungkinan besar biasanya adalah:
1.

Menitipkan anak pada asisten rumah tangga (pembantu) di rumah, atau outsourcing
dengan tetangga sebelah yang mau dititipkan.
Sebenarnya pilihan menitipkan anak pada asisten rumah tangga tidak bisa
direkomendasikan bagi orang tua sebab lagi-lagi tugas mereka hanya menjaga bukan
mendidik. Tugas mereka hanya memastikan anak aman dari bahaya dan makannya
terpenuhi tapi belum tentu mentimulasi anak-anak ini. Masih lebih baik jika anak
dibiarkan bermain untuk menstimulasi kecerdasannya, tapi bagaimana jika si pengasuh
ini overprotectif? Sayang sekali jika anak yang dijaga pihak no 1 ini kerjaannya hanya
diberi makan, ditidurkan, disimpan di depan televisi.

2.

Menitipkan pada kerabat: nenek/kakek, tante, saudara, adik atau kakak yang tidak
bekerja.
Pilihan menitipkan anak pada nenek dan kakek insya allah menjadi baik tapi dengan
berbagai syarat:
a) Nenek/kakek termasuk orang yang bisa diajak kompromi soal pendidikan anak,
mudah diajak berdiskusi soal pendidikan anak, memiliki pengetahuan luas soal
pendidikan anak sehingga memiliki batasan-batasan yang jelas (tidak overprotectif,
tidak terlalu mengekang juga tidak terlalu memanjakan).
b) Pengawasan dan pendampingan pada anak kecil yang membutuhkan energi lumayan
tidak sampai mengganggu kesehatan nenek/kakek.
c) Untuk ukuran orang yang sudah sepuh, nenek dan kakek seharusnya bisa didampingi
asisten (perawat, asisten rumah tangga) untuk mengurusi pekerjaan-pekerjaan
nonstimulasi atau yang membutuhkan energi banyak: mengganti popok, mencuci
popok, memberi makan, jika tidak umumnya mereka bakal kewalahan (nenek/kake +
pengasuh).
d) Keinginan dari nenek/kakek yang memang sangat senang dengan anak-anak dan
sangat menikmat kebersamaan dengan cucu-cucunya (mereka sendiri yang ikhlas atau
menginginkannya setelah diajak bicara).

3.

Menitipkan pada orang atau lembaga profesional: seperti daycare atau tenaga
pendidik profesional yang khusus disewa untuk menstimulasi anak.
Meski bukan yang ideal seperti orangtua, daycare bisa jadi pilihan baik lain selain
nenek/kakeknya karena dengan beberapa alasan yang sering disebutkan:
a) Pengawasan dan pengasuhan oleh profesional (psikolog, perawat, dll) yang
memahami tumbuh kembang anak
b) Makanan terjamin, karena dengan tenaga profesional tadi sudah terstruktur pula
pemenuhan nutrisi anak selama berada di lingkungan daycare
c) Anak mendapatkan stimulasi atau rangsangan tumbuh kembang (kognitif, emosi dan
psikomotorik)
d) Anak belajar bersosialisasi dan kemandirian (seperti toilet training yang konsisten,
bermain dengan teman yang sering, dan lain-lain)
e) Minimum kontaminasi media televisi
f) Stimulasi nilai-nilai positif: agama, karakter dll.(story telling, eksplorasi bermain,
games, dll)

Perkembangan anak dari hari ke hari sangat menakjubkan. Dari bayi lemah yang
menggantungkan seluruh hidupnya kepada orang tua, menjadi anak kecil yang pintar
berbicara, senang bergelut dan pandai menghitung matematika. Tetapi itu semua tidak
5

terlepas dari pembelajaran orang orang yang ada di sekitarnya, seperti orang tua yang sangat
berperan dalam membantu perkembangan sosial emosional anak. Sejak dini, anak perlu
diberikan arahan dan bimbingan oleh orang dewasa, salah satunya belajar melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan sosial-emosional anak. Karena dengan kegiatan itu anak
lebih mandiri dan percaya diri .
berdasarkan peraturan menteri pendidikan nasional no 58 tahun 2009 tentang
standar pendidikan anak usia dini, disebutkan ciri-ciri perkembangan sosial-emosional anak
usia 4-5 tahun sebagai berikut :
a. Menunjukan sikap mandiri dalam memilih kegiatan
b. Mau berbagi, menolong dan membantu teman
c. Menunjukan antusiasme dalam melakukan permainan kompetitif secara positif
d. Mengendalikan perasaan
e. Menaati peraturan yang berlaku dalam suatu permainan.
f. Menunjukan rasa percaya diri
g. Menjaga diri sendiri dari lingkungannya
h. Menghargai orang lain
Kondisi orang tua merupakan factor yang dominan dalam mempengaruhi
perkembangan sosial emosional anak. Beberapa studi menunjukan adanya pengaruh yang
signifikan antara perasaan (mood) orang tua terhadap perkembangan perilaku anak.
Kesimpulan penelitian tersebut menyatakan bahwa orang tua yang depresi merupakan
indikasi dan dapat menjadi salah satu prediksi penting terhadap rendahnya kemampuan sosial
dan afeksi anak. Mengingat faktor kondisi orang tua yang dapat menjadi penyebab rendahnya
kemampuan sosial emosional anak kemungkinan sudah dapat memprediksikan dan mengukur
tingkat kemampuan sosial emosional anak melalui perilaku atau kondisi sosial emosional
orang tuanya. Kondisi demikian mengakibatkan penanganan terhadap perilaku menantang
yang di tampilkan anak tidak hanya bagaimana membantu orang tua bersikap dan
berperilaku. Beberapa faktor orang tua yang dapat menyebabkan gangguan sosial emosional
pada anak adalah orang tua yang depresi, pengabian, dan iq yang rendah.
Dikarenakan kurangnya interaksi orangtua dengan anak dan kurangnya control
orangtua terhadap aktivitas anak, menjadikan pola asuh yang diterapkan oleh orangtua yang
bekerja kepada anaknya yaitu pola asuh permissive indulgent dan pola asuh tersebut mereka
mengharapkan bahwa anak mereka anak tetap menjadi pribadi yang baik walaupun mereka
tidak memiliki waktu bersama dengan orangtuanya. Walaupun begitu pada kenyataannya
orangtua tidak terpaku pada kedua pola asuh itu saja, tetapi mereka juga melakukan jenis pola
asuh yang lainya.
Perkembangan sosial emosional anak usia 4-5 tahun pada keluarga yang
orangtuanya bekerja mengalami hambatan dalam pencapaian perkembangannya. Mereka
belum dapat mencapai tahapan perkembangan sosial emosionalnya secara matang
dikarenakan kurangnya didikan atau bimbingan yang diberikan orangtuanya dalam
memahami pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Keadaan demikian disebabkan
oleh faktor lingkungan dan pendidikan keluarga.
Sebenarnya orangtua belum tetap mengartikan sikap kasih sayang terhadap anaknya,
karena sebagian besar mereka terlalu memanjakan anaknya dengan memenuhi segala
keinginan anak tanpa didasari alasan yang tepat. Sikap tersebut dapat mengakibatkan anak
menjadi ketergantungan terhadap pelayanan dari orangtuanya.

2. PERBEDAAN EMOSI DAN KEMAMPUAN SOSIAL DARI KELUARGA


BESAR(BERSAUDARA BANYAK) DENGAN KELUARGA KECIL
Individu yang matang emosinya dapat dengan bebas merasakan sesuatu tanpa
beban,Hurlock (1980). Perasaannya tidak terbebani, tidak terhambat, dan tidak terkekang,
tetapi bukan berarti ada ekspresi emosi yang berlebihan sebab adanya kontrol diri yang baik
dalam dirinya sehingga ekspresi emosinya tepat atau sesuai dengan keadaan yang dihadapi.
Selanjutnya kontrol diri tidak menyebabkan individu yang matang emosinya menjadi kaku,
melainkan dapat berpikir dan bertindak fleksibel. Keadaan ini dapat terjadi karena individu
dengan kematangan emosi memiliki kapasitas untuk bereaksi sesuai dengan tuntutan yang
ada dalam situasi tersebut. Respon yang tidak sesuai dengan tuntutan yang dihadapi akan
dihilangkan. Selain itu individu dengan kematangan emosi akan berusaha untuk melihat
situasi dari berbagai sudut pandang dan menghindari sudut pandang yang mengarahkan
dirinya pada reaksi emosional. Hal ini berarti individu dengan kematangan emosi akan lebih
mampu beradaptasi karena individu dapat menerima beragam orang dan situasi dan
memberikan reaksi yang tepat sesuai tuntutan yang dihadapi. Scheneiders (1964)
mengemukakan bahwa individu yang matang emosinya jika potensi yang dikembangkannya
dapat ditempatkan dalam suatu kondisi pertumbuhan, dimana yang nyata dari kehidupan
orang dapat dihadapi dengan cara yang efektif dan sehat. Individu dengan kematangan emosi
mampu menerima tanggung jawab akan perubahan perubahan dalam hidupnya sebagai
tantangan daripada menganggapnya sebagai beban dan sebagai rasa percaya diri dalam
mencari cara untuk memecahkan masalahnya dengan cara-cara yang aman untuk diri sendiri
dan lingkungannya serta dapat diterima secara sosial.
Scheneiders (1964) berpendapat bahwa kematangan emosi seseorang dipengaruhi
oleh beberapa aspek antara lain: adekuasi emosi, jarak dan kedalaman emosi dan kontrol
emosi. Kematangan emosi mendasari kemampuan individu dalam mengatasi masalah secara
kreatif. Hal ini disebabkan karena individu dengan kematangan emosi memiliki keterampilan,
sikap, respon yang dibutuhkan yang sesuai dengan tuntutan yang dihadapi dalam menghadapi
masalah kehidupan.
Kematangan emosi anak tergantung pada keadaan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini
adalah keluarga, dimana keluarga merupakan tempat kehidupan bagi anak selama tahuntahun embentukan awal hidupnya hingga ia dewasa. Unsur-unsur dalam keluarga yang
terkait yakni hubungan antar anggota keluarga, yaitu ayah-ibu, orangtua, anak, antar saudara
kandung, pola asuh orangtua, dan pola kebiasaan yang ada di keluarga serta rangsangan dari
keluarga (crow dalam anggrainy, 2003). Gerungan (suryantina, 2002) berpendapat bahwa
dalam suatu keluarga terdapat pula peranan-peranan tertentu yang dapat mempengaruhi
7

perkembangan seseorang sebagai makhluk sosial. Salah satu diantaranya adalah peranan
seseorang sesuaidengan urutan kelahiran dalam suatu keluarga. Urutan kelahiran merupakan
salah satu pembentuk kepribadian pada diri seseorang yang bersumber dari lingkungan
keluarga. Posisi urutan kelahiran dalam suatu keluarga juga merupakan faktor dalam
perkembangan sosial, emosi dan intelegensi anak (benner, 1985). Aspek urutan kelahiran atau
posisi remaja dalam suatu keluarga merupakan salah satu aspek yang dapat menentukan dan
memberikan pengaruh terhadap perkembangan diri remaja termasuk perkembangan sosial,
dan perkembangan emosi termasuk kematangan emosi pada diri remaja tersebut.
Setiap anak memiliki karakteristik tersendiri, yang antara lain mungkin disebabkan
karena adanya perbedaan posisi dalam keluarga, misalnya statusnya sebagai anak tunggal,
sulung, tengah, ataupun bungsu. Posisi anak dalam keluarga dapat berpengaruh terhadap
perilakunya, yang juga tidak lepas dari keadaan dalam keluarganya. Hal ini dijelaskan oleh
gunarsa (1991).
Berikut kharakteristik urutan kelahiran dalam keluarga :
1. Anak sulung adalah anak yang paling tua atau anak pertama yang lahir dari suatu
keluarga. Alasannya, karena anak tersebut adalah anak pertama berarti
pengalaman merawat dan mendidik anak belum dimiliki oleh kedua orangtuanya.
Oleh karena itu anak sulung ini dikenal sebagai experimental child (gunarsa,
1986). Anak pertama atau sulung memiliki karakteristik seperti merasa tidak pasti,
tidak mudah percaya, tidak merasa aman, bergantung, bertanggung jawab,
berkuasa, iri hati, mudah dipengaruhi, mudah merasa senang, sensitif, murung,
introvert, sangat terdorong berprestasi, membutuhkan afiliasi, pemarah, manja,
dan mudah terlibat dalam gangguan perilaku (hurlock, 1997).
Pada anak sulung, orangtua lebih menaruh harapan-harapan yang tinggi dan
memberikan tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan dengan anak-anak
yang lahir setelahnya. Orangtua yang bersikap terlalu melindungi, maka dalam
perkembangan anak akan mengalami gangguan yang negatif. Akan tetapi bila
orangtua dapat bertindak bijaksana dalam membimbing anak sulung maka anak
tidak akan mengalami gangguan perilaku
2. Anak tengah adalah atau "middle-child syndrome" adalah ia lahir ketika orang
tuanya telah siap menjadi orang tua. Kini orang tua sudah tidak sekhawatir ketika
melahirkan anak pertama. Orang tua lebih "gampang" dalam merawat anak
(gunarsa, 1986). Anak kedua memiliki karakteristik seperti mandiri, agresif,
ekstrovert, suka melucu, suka berteman, suka bertualang, dapat dipercaya, mudah
menyesuaikan diri. Agresif, mudah dialihkan perhatiannya, sangat membutuhkan
pernyataan kasih sayang, iri hati, terganggu oleh perasaan ditolak orangtua, rendah
diri merasa tidak mampu, dan mudah terlibat dalam gangguan perilaku (hurlock,
1997). Sikap orangtua yang lebih santai terhadap anak tengah dapat mendukung
mereka menjadi anak yang suka berinteraksi, berteman dengan orang lain
umumnya teman sebaya (baskett dalam suryantina, 2002). Jika anak sulung dan
bungsu termasuk ramai dan cerewet, anak kedua biasanya kalem. Bila anak sulung
dan bungsu memiliki karakter kalem, anak kedua cenderung bandel. Anak tengah
8

atau kedua ini menurut verauli (2005), kondisi ini terbentuk karena pola asuh dari
orangtua. Anak tengah umumnya diperlakukan dalam dua tipe: anak tengah yang
terabaikan dan pola pengasuhannya disamakan dengan anak sebelumnya.
3. Anak bungsu memiliki karakteristik seperti aman, percaya diri, spontan, bersifat
baik, murah hati, manja, tidak matang, ekstrovert, memiliki kemampuan
berempati, merasa tidak mampu dan rendah diri, memusuhi saudaranya yang lebih
tua, iri hati, tidak bertanggung jawab dan bahagia (hurlock, 1997). Anak bungsu
yang selalu merasa dibayangi oleh keberhasilan kakak-kakaknya dan selalu
diremehkan akan membuat pribadi dari anak bungsu menjadi iri hati, atau
terkadang memusuhi saudaranya yang lebih tua.
Urutan kelahiran pada suatu keluarga memegang posisi kekuasaan yang berbeda. Pola
emosi antara anak yang satu dengan yang lainnya tentunya berbeda pula. Keadaan
lingkungan dimana seseorang tersebut tinggal juga dapat memberikan perbedaan pada
kepribadian mereka.
Hurlock (1993) mengatakan bahwa ukuran keluarga sendiri dibedakan menjadi empat
kategori yaitu :
1. Ukuran keluarga kecil adalah keluarga yang terdiri dari dua atau tiga anak. Orangtua
dalam keluarga ini mampu untuk mencurahkan perhatian dan waktu pada masingmasing anaknya, karena ukuran keluarga yang kecil umumnya orangtua menerapkan
pola asuh demokratis pada masing-masing anaknya. Perselisihan dan perasaan iri hati
yang terjadi pada keluarga kecil ini pun sering terjadi, karena umumnya orangtua
biasanya membandingkan antara anak yang satu dengan anak yang lain. Dalam
ukuran keluarga kecil ini orangtua memegang peran penting dalam pemilihan dan
menentukan tugas ataupun tanggung jawab terhadap anak-anaknya.
2. Ukuran keluarga sedang adalah dimana dalam suatu keluarga tersebut terdiri dari tiga,
empat atau lima anak. Tuntutan dan harapan-harapan yang tinggi dari orangtua
biasanya hanya terfokus pada anak pertama, sedangkan anak-anak lainnya biasanya
tidak diberi tuntutan yang tinggi seperti anak pertamanya. Persaingan dan perasaan iri
hati antar anak yang satu dengan yang lainnya umumnya sering terjadi, karena
masing-masing anak biasanya berebut kasih sayang dan perhatian dari orangtuanya.
Orangtua dengan ukuran keluarga sedang ini umumnya menerapkan pola asuh otoriter
terhadap anak-anaknya, karena kurangnya orangtua dalam memberikan pengawasan
pada masing-masing anak- anaknya karena meningkatnya ukuran keluarga.
3. Ukuran keluarga besar adalah dimana suatu keluarga tersebut terdiri dari enam atau
lebih anak. Cara perlakuan orangtua pada keluarga besar ini tidak berbeda dengan
ukuran keluarga sedang. Tuntutan dan harapan yang tinggi hanya terpusat pada anak
pertama saja, pola asuh yang diberikan pada ukuran keluarga ini adalah otoriter.
Dalam semua keluarga anak diberi peran menurut urutan kelahirannya dan mereka
diharapkan dapat memerankan peran berdasarkan urutan kelahirannya. Anak pertama
cenderung lebih ditekankan pada harapan-harapan yang tinggi dari orangtuanya daripada
anak yang lahir kemudian. Perbedaan usia antara saudara kandung mempengaruhi cara
mereka beraksi satu terhadap yang lain dan cara orangtua memperlakukan mereka. Bila
9

perbedaan antara usia antar saudara besar, baik berjenis kelamin sama ataupun berlawanan,
hubungan yang lebih ramah, kooperatif, dan kasih mengasihi dapat terjalin dengan baik
daripada bila usia mereka berdekatan (Hurlock, 1993).
Para peneliti menemukan bahwa urutan kelahiran atau birth order mempengaruhi
perkembangan
Kepribadian anak, yaitu :
A. Anak Tunggal
Sifat : Anak tunggal umumnya manja jika masih memiliki orang tua, Jika tidak maka
akan memiliki kepribadian yang mantap. Anak Tunggal gabungan sifat anak Sulung dan anak
Bungsu.

B. Anak Sulung
Sifat : Bersikap dan berpikiran lebih dewasa. Anak Sulung adalah tulang
punggungkeluarga sehingga anak Sulung akan berpikiran lebih kritis (umumnya memiliki
daya analisa yang lebih kuat). Sifat baik anak Sulung yang lain adalah jarang memukul atau
jarang usil karena sifatnya agak serius.
C.Anak Tengah
Sifat : Anak Tengah memiliki sifat dasar lebih bebas, dan lebih mudah berekspresi
dalam perkataan dan tindakan. Sifat baik anak Tengah adalah sangat ramah dan mudah
bergaul atau menyesuaikan diri dengan orang lain. Disamping itu memiliki jiwa seni lebih
tinggi. Sifat kurang baiknya adalah labil, emosi lebih tinggi,
D.Anak Bungsu
Sifat : Tipikal umum dari anak bungsu adalah manja (kolokan). Kebaikan anak
Bungsu ini umumnya menggemaskan orang lain, berbadan paling sehat, jarang mengalami
sakit, dan paling awet muda (baby face) diantara anak-anak yang lain. Sifat buruk dari anak
Bungsu adalah ini paling royal dalam mengeluarkan duit (boros) dan kurang suka menabung.
Falbo (1981) mengadakan satu riset tentang hubungan antara birth order dengan
personality. 841 orang pria dan 944 orang wanita - semuanya pelajar universitas dan masing
masing dibayar $3.00 - diminta untuk menjawab pertanyaan tentang latar belakang dan
personality, termasuk 16 pertanyaan untuk mengukur self-esteem. Ia menemukan bahwa selfesteem anak pertama lebih tinggi daripada anak yang kedua, ketiga dst. Ia juga menemukan
bahwa anak pertama tendensinya lebih kompetitif dibanding anak anak yang lahir
sesudahnya. Frank Sulloway, research scholar dari Massachusetts Institute of Technology,
telah mempelajari birth order selama 26 tahun. Ia berkata bahwa status dan kedudukan anak
anak pertama dalam keluarga amat penting dan mereka berusaha untuk mempertahankan
status tsb. dari saudara saudaranya. Their place in the family makesthem more selfconfident, assertive, and conscientious, but it also can make them more jealous, moralistic
10

and inflexible.Anak pertama memiliki tendensi menjadi perfectionist, reliable,


organized,scholarly, logical, strong leaders, seeking of respect and approval. Anak pertama
mulai merasa kehilangan, ketika anak kedua lahir. Ia berusaha untuk mendapatkan kembali
perhatian dan kasih orang tuanya dengan respect, admiration and approval. Anak pertama
juga banyak diharapkan oleh orang tuanya. Ia diminta untuk menjaga adiknya, memberi
contoh bagi adiknya dll. Menurut Dr. Leman, tendensi yang umum dari anak pertama yaitu
menjadi pemimpin. 52% dari presiden di United States adalah anak pertama. Anak tunggal
hamper seperti anak pertama memiliki tendensi menjadi perfectionist, reliable, serious dll,
tetapi seringkali merasa inferior karena standardnya biasanya datang dari orang dewasa dan
agak tinggi. Mereka mendapat banyak perhatian dari orang tuanya. Problem utama dari anak
tunggal yaitu ia harus bermain sendiri tanpa merasa kesepian. Anak tunggal belajar untuk
memiliki imaginary playmates untuk mengatasi kesepiannya. Anak tunggal bertendensi
untuk menjadi high achievers, self- motivated, fearful, cautious. Anak kedua atau
laterborns, menurut Sulloway, memiliki tendensi more sociable, agreeable, and open to
novelty and innovation. Sulloway menemukan bahwa anak kedua memiliki tendensi untuk
lebih flexible and kompromi. Ia memiliki tendensi untuk menjadi mediators, diplomatic,
loyal, friendly, secretive and suppressing feelings.Anak kedua bersaing dengan kakaknya
dengan berusaha untuk berprestasi lebih baik. Ia merasa kurang karena kakaknya selalu
lebih tinggi satu kelas, dua kelas atau lebih. Ia memilih perfectionism dalam bidang yang lain
daripada kakaknya. Anak bungsu biasanya mudah bergaul dan pintar memotivasi orang lain.
Dr. Leman menemukan bahwa anak bungsu banyak mengalami ambivalence karena disatu
pihak ia disayang, dipeluk, diperhatikan dan di pihak yang lain ia sering digoda atau diejek.
Pengalaman ini membuatnya ingin membuktikan dirinya. Anak bungsu juga seringkali
membuat tertawa dan mendapat banyak perhatian. Hasil riset menunjukkan bahwa anak
bungsu memiliki tendensi untuk flexible, outgoing, creative, humor, risk takers, question
authority. Menurut Dr. Leman, anak bungsu sering menjadi good salespeople. Birth Order
bukan merupakan patokan yang absolut bahwa anak pertama, kedua, ketiga selalu demikian.
Ini adalah tendensi dan karakteristik umum yang seringkali benar. Birth order dapat
menolong orang tua untuk mengerti situasi dan perkembangan anak, tetapi ingat bahwa ada
banyak dinamika dan variable dalam keluarga yang mengubah hubungan antar keluarga,
antara lain jarak umur antar anak, temperamen anak, gender, hubungan antara orang tua,
perceraian dll. Orang tua perlu mengasihi, meluangkan waktu untuk anak anaknya -dari anak
pertama sampai anak bungsu dan menerima perbedaan mereka. Setiap anak adalah
individual dengan keunikan masing masing.
3. LATAR BELAKANG ORANG USISA LANJUT YANG MENGALAMI
KEPIKUNAN
Pikun (dementia) merupakan penyakit degeneratif yang ditandai Gejala Menurunnya
Kemampuan berfikir Secara Progresif yang Diakibatkan oleh Terjadinya penurunan fungsi
jaringan otak. Sistem saraf tidak mampu membawa Informasi dari otak dengan sempurna.
Hal inilah yang menjadikan kekuatan daya Ingat menjadi tidak maksimal, keterampilan gerak
menjadi terganggu, bahkan bisa
11

Mengakibatkan perubahan prilaku. Broklehurst and allen, 1987 dalam darmojo (2009:206)
menjelaskan Bahwa dementia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya
Intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi.
Pikun merupakan suatu kondisi yang cukup memprihatinkan, yang biasanya terjadi pada
orang tua lansia. Dementia adalah istilah medis untuk pikun. Pikun bukanlah proses normal
dari penuaan, dapat dialami siapa saja dan dari berbagai usia, namun orang tua lansia
memang lebih rentan mengalaminya. Tahun 2005, terdapat 24,3 juta orang yang mengalami
pikun di seluruh dunia, tahun 2010 jumlahnya meningkat menjadi 35,6 juta (britannica).
Pikun bukanlah penyakit spesifik, istilah ini merupakan istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan sekelompok gejala (symptoms) yang terdiri dari:
1. Daya ingat dan kemampuan komunikasi atau bahasa yang menurun drastis.
2. Gangguan dalam menilai dan berargumen.
3. Disorientasi dan perubahan tingkah laku.
4. Gangguan dalam persepsi visual.
5. Mengalami kesulitan untuk fokus dan memberikan perhatian.
pikun disebabkan oleh adanya kerusakan pada sel-sel otak yang membuat kemampuan
komunikasi antar sel-sel tersebut terganggu. Otak terdiri dari bagian-bagian (regions) yang
memiliki fungsi khusus , misalnya bagian kiri hemisphere otak bertanggung jawab dalam
kemampuan menganalisis, logika dan bahasa.efek pikun terjadi bergantung kepada letak
dimana
sel-sel
otak
yang
rusak
tersebut
berada.
Kerusakan sel-sel otak tersebut diakibatkan oleh berbagai faktor yaitu faktor genetis,
kecelakaan fisik pada otak (injury), trauma, geger otak, gaya hidup tidak sehat seperti
perokok berat dan alkoholik, penyalahgunaan narkoba, stress dan depresi akut, efek dari
penyakit hipertensi, diabetes, atherosclerosis (pembentukan plaque/deposit substansi asam
lemak, kolesterol dan zal-zat kimia lainnya di bagian dalam pembuluh darah/arteri) dan sakit
kepala yang tidak biasa.berdasarkan jenis-jenis kerusakan sel-sel otak dari hasil analisis
biomedis dan biokimia jenis-jenis pikun diantaranya adalah alzheimer, vascular dementia,
dementia with lewy bodies (dlb), mixed dementia, parkinson dan huntington. Alzheimer
adalah jenis pikun yangpaling umum ditemui (60-80%).perbedaan jenis-jenis pikun tersebut
sangat spesifik yang hanya bisa diketahui dan dipahami oleh ahli medis.
Lanjut Usia (Lansia) tidak identik dengan pikun, perlu diketahui bahwa pikun
bukanlah hal yang normal pada proses penuaan. Lansia dapat hidup normal tanpa mengalami
berbagai gangguan memori dan perubahan tingkah laku seperti yang dialami oleh Lansia
dengan demensia. Sebagian besar orang mengira bahwa demensia adalah penyakit yang
hanya diderita oleh para Lansia, kenyataannya demensia dapat diderita oleh siapa saja dari
semua tingkat usia dan jenis kelamin (Harvey, R. J. et al. 2003). Tulisan ini akan berfokus
pada demensia yang diderita oleh Lansia dan perawatan yang dapat dilakukan keluarga
sebagai
support
system
yang
penting
untuk
penderita
demensia.
Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat, penyakit atau zat12

zat

racun

(misalnya

karbon

monoksida)

menyebabkan

hancurnya

sel-sel

otak.

Tetapi demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia diatas 60 tahun.
Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Sejalan dengan
bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa menyebabkan hilangnya beberapa
ingatan (terutama ingatan jangka pendek) dan penurunan beberapa kemampuan belajar.
Perubahan normal ini tidak mempengaruhi fungsi.
1. Pengertian & Penyebab Demensia
Demensia dapat di artikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi
aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan
perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive)
ataupun
tidak
menganggu
(non-disruptive)
gangguan kognitif adalah gangguan pada proses pikir, memori, perhatian dan persepsi
Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala demensia
adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah, cth: stroke), demensia Lewy
body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit
lain.
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer.
Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf di otak mati, sehingga membuat signal dari otak
tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer
mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses
berpikir.
2. Faktor Resiko Orang Lanjut Usia Terkena Demensia?
untuk demensia yang disebabkan alzheimer, faktor resiko:
Genetic
Alcohol
Trauma
diabetes mellitus
untuk demensia yang disebabkan gangguan vaskular/pembuluh darah, faktor resiko:

hipertensi
gangguan jantung
diabetes mellitus
gangguan factor pembekuan darah

3. Gejala Demensia
Demensia biasanya dimulai secara perlahan dan makin lama makin parah, sehingga
keadaan ini pada mulanya tidak disadari
Terjadi penurunan dalam ingatan, kemampuan untuk mengingat waktu dan
kemampuan untuk mengenali orang, tempat dan benda
13

Sering terjadi perubahan kepribadian.


Gejala awal biasanya adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi; tetapi bisa
juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan, penurunan emosi atau perubahan
kepribadian lainnya.
Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita menggunakan kata-kata
yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak mampu
menemukan kata-kata yang tepat
Ketidakmampuan mengartikan tanda-tanda bisa menimbulkan kesulitan dalam
mengemudikan kendaraan. Pada akhirnya penderita tidak dapat menjalankan fungsi
sosialnya.

Beberapa penderita bisa menyembunyikan kekurangan mereka dengan baik.


Mereka menghindari aktivitas yang rumit (misalnya membaca atau bekerja).
Penderita yang tidak berhasil merubah hidupnya bisa mengalami frustasi karena
ketidakmampuannya melakukan tugas sehari-hari.Penderita lupa untuk melakukan tugasnya
yang penting atau salah dalam melakukan tugasnya.
4. Peran KITA terhadap Orang Lansia yang Pikun (Demensia)
Walaupun terdapat obat-obatan yang mungkin bisa membantu orang demensia, namun faktor
KELUARGA atau orang-orang terdekat lah yang paling penting. Seluruh anggota
keluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar dapat seoptimal mungkin
melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan aman. Walaupun mungkin lansia
membutuhkan bantuan kita, namun bukan berarti kita harus melakukan semuanya untuknya.
Kita juga harus membantu dia untuk mandiri kembali, untuk membantu rasa
ketergantungannya. Rasa ketergantungan karena selalu dibantu akan semakin menurunkan
fungsi fisik dan kognitif, sehingga tidak akan memperbaiki pikun nya (demensia).
Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam merawat anggota keluarga yang menderita
demensia mungkin mereka tidak akan pernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan
tidak ada ucapan terimakasih setelah apa yang kita lakukan untuk mereka. Tanamkanlah
dalam hati bahwa penderita demensia tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya,
merekapun berusaha dengan keras untuk melawan gejala yang muncul akibat demensia
Jangan mengubah lingkungan, keadaan sekitarnya! lingkungan dalam rumah misalnya,
karena
lingkungan
tersebut
sudah
familiar
baginya
Tempatkan juga jam, kalender, radio: untuk membantu orientasi waktu lansia. Jelaskan
padanya apabila ia bertanya ia ada dimana, dan siapakah orang-orang yang disekitarnya. Ini
akan membantu orientasi tempat. Tempatkan cahaya terang untuk membantu lansia yang
kurang dalam penglihatan, Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu,
bahkan akan memperburuk keadaan.
5. Tingkah Laku Lansia dengan Pikun (Demensia)
Pada suatu waktu Lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur malamnya dan
panic karena tidak mengetahui berada dimana, berteriak-teriak dan sulit untuk ditenangkan.
Mangatasi hal ini keluarga perlu membuat Lansia relaks dan aman, yakinkan bahwa mereka
berada ditempat yang aman dan bersama dengan orang-orang yang menyayanginya, duduk
bersama dalam jarak yang dekat, genggam tangan Lansia, tunjukkan sikap dewasa dan
menenangkan. Berikan minuman hangat untuk menangkan dan bantu lansia untuk tidur
14

kembali.
Lansia dengan demensia melakukan sesuatu yang kadang mereka sendiri tidak
memahaminya. Tindakan tersebut dapat saja membahayakan bagi dirinya sendiri maupun
orang lain. Mereka dapat saja menyalakan kompor dan meninggalkannya begitu saja. Mereka
juga merasa mampu mengemudikan kendaraan dan tersesat atau mungkin mengalami
kecelakaan. Memakai pakaian yang tidak sesuai kondisi, atau menggunakan pakaian berlapislapis pada suhu yang panas. Seperti layaknya anak kecil terkadang Lansia dengan demensia
bertanya sesuatu yang sama berulangkali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja
pertanyaan yang sama disampaikan. Menciptkan lingkungan yang aman seperti tidak
menaruh benda tajam sembarang tempat, menaruh kunci kendaraan ditempat yang tidak
diketahui oleh Lansia, memberikan pengaman tambahan pada pintu dan jendela untuk
menghindari Lansia kabur adalah hal yang dapat dilakukan keluarga yang merawat Lansia
dengan demensia dirumahnya.
6. Mencegah terjadinya pikun
Lupa dimana menaruh kunci atau benda penting lain? Jangan takut, itu belum tentu
gejala menderita Alzheimer. Berikut ada kiat agar kita tidak cepat pikun atau pelupa.
1. Beri makan otak
Anda adalah yang Anda makan. Kalau banyak makan junk food, maka otak kita jadi sampah
juga. Lemak dalam makanan berkadar lemak tinggi bisa berimbas buruk pada sinaps otak.
Sinaps adalah bagian yang menghubungkan neuron otak dan penting untuk belajar serta
mengingat. Untuk menyehatkan bagian ini, makan banyak-banyak ikan salmon, buah kiwi
dan semua makanan yang mengandung asam lemak omega-3.
2. Lakukan olahraga
Olahraga bisa meningkatkan daya ingat, berpikir lebih jernih dan mengurangi risiko penyakit
kognitif. Sebab olahraga akan mengurangi tekanan pada tubuh, memompa energi lebih
banyak ke otak. Aktivitas ini juga memicu pelepasan bahan kimia yang menguatkan neuron.
Cukup setengah saja setiap hari. Jangan lupa lakukan peregangan otot.
3. Olah otak
Mengisi TTS, main games memori, ternyata juga olah otak yang mencegah kepikunan.
Aktivitas ini menstimulasi otak sehingga otak kita terlatih untuk mengingat-ingat selalu alias
tidak malas berpikir. Semua itu membuat sistem otak kita selalu siap bekerja kapan saja, tidak
mogok.
4. Trik memori

15

Agak mirip dengan yang di atas, kegiatan ini membiasakan kita mengingat-ingat dan
mengontrol daya ingat. Membuat prediksi juga bisa membantu proses daya ingat. Latihan ini
berguna sebab kadang saat kita punya suatu ide, kita lupa data-data lain yang bisa mendukung
ide tersebut.
5. Istirahatkan
Walau otak kita genius, kalau dipakai terus juga akan lelah. Maka beri istirahat agar kelak
bisa bekerja lebih baik lagi. Sebuah studi mengatakan, tidur 90 menit di siang hari bisa
membantu kinerja otak.

16

You might also like