Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih merupakan
masalah kesehatan yang sangat kompleks bukan saja dari segi medisnya, tetapi juga masalah
sosial, ekonomi, budaya, serta keamanan dan ketahanan sosial (Widiyono, 2005). Penyakit
kusta menyebabkan cacat fisik yang memberi kontribusi yang besar terhadap timbulnya
stigma sosial di masyarakat maupun pada para petugas kesehatan sendiri. Penyakit kusta pada
umumnya terdapat di negara - negara yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan
kemampuan negara itu dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan,
pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. Penyakit kusta sampai saat ini
masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan
masih kurangnya pengetahuan / pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat
yang ditimbulkannya. 1,2
Penyakit kusta merupakan penyakit menular menahun disebabkan oleh kuman
Mycobacterium leprae yang terutama menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lain kecuali
susunan saraf pusat. Mycobacterium leprae untuk pertama kali ditemukan oleh G.A. Hansen
dalam tahun 1873 (Depkes, 2007). Penularan belum diketahui pasti namun menurut anggapan
klasik melalui kontak antar kulit yang erat dan lama dan melalui droplet.3,4
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, pada tahun 2008 ditemukan
249.007 penduduk di dunia menderita kusta, dan sebanyak 213.036 kasus terdeteksi selama
tahun 2010.5 Sedangkan tahun 2011 jumlah kasus baru kusta di dunia mencapai 219.075.
Penyakit kusta tersebar di seluruh dunia dengan endemisitas yang berbeda-beda.2
Data Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan pada 2009 tercatat 17.260 kasus
baru kusta di Indonesia (7,49/100.000 penduduk). Jumlah kasus terdaftar sebanyak 21.026
orang dengan angka prevalensi: 0,91 per 10.000 penduduk. Sedangkan tahun 2010, jumlah
kasus baru tercatat 10.706 dan jumlah kasus terdaftar sebanyak 20.329 orang dengan
prevalensi 0.86 per 10.000 penduduk. Dari data tersebut menunjukkan jumlah penderita
Kusta/Leprosis di Indonesia merupakan yang tertinggi dan menduduki peringkat ketiga di
dunia (7%) setelah India(53,8%)
mengatakan 17 012 kasus penyakit kusta dilaporkan di Indonesia pada tahun 2013.
Menurut Depkes RI tahun 2011 Indonesia memiliki 19.371 penderita kusta, dengan
proporsi penderita PB 3.737 dan MB 15.384 dengan Case Detection Rate 8.03 per 100.000
penduduk dan sudah lebih dari 10 juta penderita telah disembuhkan dan lebih 1 juta penderita
1
diselamatkan dari kecacatan. Prevalensi juga menurun sebesar 81% dari 107.271 penderita
pada tahun 1990 menjadi 21.026 penderita tahun 2009.5
Menurut data dinas kesehatan Jawa Barat penderita baru penyakit kusta pada tahun
2010 tercatat sebanyak 1.749 orang. Hal ini mengalami penurunan pada tahun 2011 jumlah
penderita penyakit kusta baru di Jawa Barat tercatat 1.499 orang, sementara itu yang sedang
berobat sampai September 2011 tercatat 2.107 orang. Lima daerah yang termasuk banyak
ditemukan penderita kusta baru adalah Kabupaten Cirebon sebanyak 237 orang, Kabupaten
Indramayu 211 orang, Kabupaten Bekasi 191 orang, Kota Bekasi 145 orang dan Kabupaten
Subang 126 orang. 6
Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, tahun 2011 Kabupaten
Karawang merupakan peringkat ke 3 penderita kusta terbanyak se-Jawa Barat dan tahun 2012
Karawang naik ke peringkat pertama. Data yang tercatat di Dinas Kesehatan pada tahun 2013
ada sekitar 384 penderita kusta baru yang berhasil terjaring di Kabupaten Karawang.
Keadaan ini sekaligus membuktikan bahwa setiap tahun penderita kusta di Karawang
mengalami kenaikan. Kadinkes Karawang mengatakan daerah yang diakui merupakan
endemis kusta adalah Sukatani, Cimalaya, Klari, dan Batu Jaya.7
Belum diketahui cakupan keberhasilan Program Pemberantasan Penyakit Kusta di
UPTD Puskesmas Kecamatan Wanakerta, Kabupaten Karawang pada periode Januari 2014
sampai dengan September 2014.8
Menurut WHO pada 2011 jumlah kasus baru kusta di dunia mencapai 219.075.
Indonesia masih menjadi negara dengan jumlah penderita kusta tertinggi di dunia
dan menduduki peringkat ketiga di dunia setelah India dan Brazil sebanyak
dilaporkan di Indonesia
Pada tahun 2013 Kabupaten Karawang menduduki peringkat pertama penderita
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tingkat keberhasilan dan masalah yang ada pada pelaksanaan Program
Penanggulangan Penyakit Kusta di Puskesmas Kecamatan Wanakerta Kabupaten Karawang
periode Januari 2014 hingga September 2014 dengan menggunakan pendekatan sistem dan
mencari penyelesaian masalah.
2
1
Tujuan Khusus
Diketahuinya angka penemuan penderita baru (CDR = Case Detection Rate) Kusta di
1.4 Manfaat
1
1
2
Bagi evaluator
Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.
Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya program
P2Kusta.
Mengetahui sedikit banyaknya kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
2
1
2
kesehatan.
Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) sebagai universitas yang
menghasilkan dokter yang berkualitas.
3
1
4
1
Bagi masyarakat
Terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu, khususnya bagi penderita Kusta
Sasaran
Semua penduduk yang bertempat tinggal di wilayah Puskesmas Wanakerta,
Kabupaten Karawang, periode Januari 2014 sampai dengan September 2014.
Bab II
Materi dan Metode
1.4 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini didapat dari laporan bulanan Program
Pengendalian Penyakit Kusta di Puskesmas Wanakerta periode Januari 2014 sampai
dengan September 2014, yang berisi kegiatan :
1. Penemuan tersangka penderita Kusta
2. Diagnosis
3. Penentuan regimen dan mulai pengobatan
4. Pemantauan pengobatan
4
5. Pemeriksaan kontak
6. POD dan perawatan diri
7. Penyuluhan
8. Pencatatan dan pelaporan
1.5 Metode
Evaluasi dilakukan dengan cara mengetahui cakupan program penanggulangan
penyakit kusta di Puskesmas Kecamatan Wanakerta, Kabupaten Karawang periode
Januari sampai dengan September 2014 yang kemudian dibandingkan dengan tolok ukur
yang ditetapkan dengan mengadakan pengumpulan data, pengolahan data, analisis data
dan interpretasi data dari masukan, proses, keluaran dan lingkungan dengan
menggunakan pendekatan sistem sehingga dapat ditemukan masalah yang ada dari
pelaksanaan program penanggulangan penyakit kusta di Puskesmas Kecamatan
Wanakerta kemudian dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan masalah tersebut
berdasarkan penyebab masalah yang ditemukan dari unsur-unsur sistem.
Bab III
Kerangka Teoritis
1
Kerangka Teoritis
Lingkungan (5)
Dampak (6)
Masukan (1)
Proses (2)
Keluaran (3)
Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man),
dana (money), sarana (material), dan metode (method).
Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan, terdiri dari
unsur perencanaan (planning), organisasi (organizing), pelaksanaan (actuating) dan
pengawasan (controlling).
Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.
Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
Tolok Ukur
Tolok ukur terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran, lingkungan, umpan
balik. Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program
penanggulangan penyakit kusta. (Lampiran I)
Bab IV
Penyajian Data
4.1
Sumber Data
Pengumpulan data diperoleh dari data sekunder yang berasal dari:
4.1.1. Profil UPTD Puskesmas Wanakerta, Kecamatan Telukjambe Barat, tahun 2013.
4.1.2. Data Monografi UPTD Puskesmas Kecamatan Wanakerta, Kabupaten Karawang
periode Januari sampai dengan Desember 2013.
4.1.3. Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Wanakerta, Kecamatan Telukjambe Barat,
tahun 2013.
4.1.4. Laporan Bulanan Program Penanggulangan Penyakit Kusta UPTD Puskesmas
Kecamatan Wanakerta, Kabupaten Karawang periode Januari sampai dengan
September 2014.
7
Data Umum
4.2.1.3.
persawahan.
UPTD Puskesmas Wanakerta.
desa, 20 Dusun, 40 RW dan 112 RT dengan jarak desa terjauh 7,5 km dari
Puskesmas Wanakerta dengan waktu tempuh 45 menit dengan roda empat
dan 30 menit dengan roda dua, dan 10 desa dilalui sungai cibeet. salah satu
sungai yang memasok air ke saluran irigasi Tarum Barat atau biasa disebut
Kalimalang.
Secara Administrasif UPTD Puskesmas Wanakerta Kec. Telukjambe Barat
4.2.1.4.
berbatasan dengan :
Sebelah
selatan
berbatasan
dengan
wilayah
kerja
Puskesmas
Kec.Pangkalan
4.2.2.3.
4.2.4
4.2.5
Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas Wanakerta
Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang antara lain: 3 Pustu, 5 Polindes plus, 10
Poskesdes, 2 Puskesmas Keliling (Pusling), 10 Pos Bindu, 57 Posyandu, 2 Balai Pengobatan
24 jam, 6 Klinik Bersalin, BP sore (Dokter Umum: 3, Perawat: 9, Bidan: 19, 30 Pengobatan
Tradisional, 1 laboratorium, 2 Toko Obat dan 3 Apotek.
4.3.
Data Khusus
4.3.1.
Masukan
4.3.1.1.
Tenaga
Dokter umum
Dokter gigi
: 3 orang
: 1 orang
9
Petugas puskesmas
: 40 orang
Dana
APBD
: ada
Sarana di Puskesmas
1 Object Glass
2 Bambu/lidi
3 Silet
: ada
4 Persediaan obat Kusta
5 Spuit
: ada
6 Mikroskop
7 Lampu spiritus
8 Pewarnaan BTA Ziehl Nielseen
: ada
: ada
: ada
: ada
: ada
: ada
Non Medis
1
2
3
4
5
6
7
8
Alat Administrasi
Buku register kunjungan pasien
Alat tulis
Komputer
1
2
3
Alat Penyuluhan
Papan tulis
Spidol
Brosur
Poster
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
1
2
3
4
1
2
: ada
: ada
: ada
: ada
: ada
: ada
: ada
: tidak ada
: tidak ada
Formulir Pencatatan
Kartu Penderita
: ada
Register/Monitoring KOHORT Penderita : ada
Pencatatan Pencegahan Cacat
Form Evaluasi Pengobatan Prednison
: ada
: ada
Formulir Pelaporan
Gambaran Data Pokok Pencapaian
Program Pemberantasan Penyakit Kusta
Laporan Program P2Kusta
: ada
4.3.1.4.
: ada
: ada
: ada
: ada
: ada
: ada
Metoda
10
4.3.1.4.1.
4.3.1.4.2.
muka
b. Gangguan gerak anggota badan atau bagian muka
c. Adanya cacat (deformitas)
d. Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh
4.3.1.3
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan Cardinal Sign :
Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa
Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf : gangguan fungsi
sensoris (mati rasa), gangguan fungsi motoris (parese atau paralisis), gangguan fungsi
otonom (kulit kering dan retak-retak).
klinis
dilakukan
dengan
pemeriksaan
pandang,
pemeriksaan rasa raba pada kelainan kulit, dan pemeriksaan saraf (saraf
auriklaris magnus, saraf ulnaris, saraf radialis, saraf medianus, saraf
peroneus, dan saraf tibialis posterior).
4.3.1.4
Reaksi Kusta
11
Klasifikasi
Paucibacillary (PB): bercak kusta berjumlah 1-5, penebalan
saraf tepi yang disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf, BTA
negatif.
4.3.1.5.2. Multibacillary (MB): bercak kusta berjumlah >5, penebalan
saraf tepi yang disertai gangguan fungsi pada lebih dari satu saraf, BTA
positif.
Tanda lain yang dapat dipertimbangkan dalam penentuan klasifikasi penyakit kusta
adalah sebagai berikut :
Kelainan kulit & hasil
PB
MB
pemeriksaan
1. Bercak (makula) mati rasa
Ukuran
Distribusi
Kecil-kecil
Bilateral simetris
Permukaan bercak
Batas bercak
Mati rasa pada bercak
asimetris
Kering dan kasar
Tegas
Selalu ada dan jelas
Halus, berkilat
Kurang tegas
Biasanya tidak jelas, jika
ada, terjadi pada yang
Kehilangan kemampuan
sudah lanjut
Biasanya tidak jelas, jika
pada bercak
2. Infiltrat
Kulit
sudah lanjut
Tidak ada
Ada, kadang-kadang
tidak ada
Ada, kadang-kadang
tersumbat, perdarahan di
hidung)
3. Ciri-ciri
tidak ada
Central healing
(penyembuhan di tengah)
12
Tidak ada
Terjadi dini
laki
Kadang-kadang ada
Biasanya simetris, terjadi
lambat
13
4.3.1.6.3
Dosis MDT menurut umur
Rifampisin : 10-15mg/kgBB
DDS : 1-2 mg/kgBB
Clofazimine : 1mg/kgBB
4.3.1.6.4
Sulfas ferosus
Vitamin A
Neurotropik
4.3.1.6.5
Obat-obatan penunjang
Dosis / hari
40mg/hari (1x8 tab) pagi hari sesudah makan
30 mg/hari (1x6 tab) pagi hari sesudah makan
20mg/hari (1x4 tab) pagi hari sesudah makan
15 mg/hari (1x3 tab) pagi hari sesudah makan
10 mg/hari (1x2 tab) pagi hari sesudah makan
5 mg/hari (1x1 tab) pagi hari sesudah makan
Kasus reaksi berat pada wanita hamil atau penderita dengan komplikasi
penyakit lain harus dirujuk ke rumah sakit.
Tabel Dosis Pemberian Prednison Anak
Pemberian
2 minggu I
2 minggu II
2 minggu III
2 minggu IV
2 minggu V
Dosis / hari
20mg/hari (1x4 tab) pagi hari sesudah makan
20 mg/ 2hari (1x4 tab) pagi hari sesudah makan
15mg/ 2hari (1x3 tab) pagi hari sesudah makan
10 mg/ 2hari (1x2 tab) pagi hari sesudah makan
5 mg/ 2hari (1x1 tab) pagi hari sesudah makan
Pemantauan pengobatan
1. Setiap petugas harus memonitor tanggal pengambilan obat
2. Apabila penderita terlambat mengambil obat, paling lama dalam 1 bulan
harus dilakukan pelacakan
14
saat itu.
Bila tidak ada tanda-tanda aktif maka penderita tidak perlu diobati
lagi. Ada kalanya jika pasien yang setelah dinyatakan default
kemudian diobati kembali, tetapi tetap belum memahami tujuan
pengobatan sehingga ia berhenti atau tidak lagi mengambil obatnya
sampai lebih dari 3 bulan maka dinyatakan default kedua. Pasien
default kedua tidak dikeluarkan dari register kohort, dan hanya
dilanjutkan pengobatan yang tersisa hingga lengkap. Untuk pasien
dengan default lebih dari 2 kali, diperlukan tindakan dan penanganan
khusus.
8. Relaps/Kambuh
Penderita dinyatakan relaps bila setelah RFT timbul lesi baru pada kulit.
Untuk menyatakan relaps harus dikonfirmasikan kepada wasor atau
dokter kusta yang memiliki kemampuan klinis dalam mendiagnosis
relaps. Untuk relaps MB, jika pada pemeriksaan ulang BTA setelah RFT
15
Pemeriksaan Kontak
Membawa kartu penderita yang sudah tercatat dan kartu penderita kosong.
penderita yang tercatat dalam kolom yang tersedia pada kartu penderita.
Mendatangi rumah tetangga dan memeriksa tetangga yang sering kontak
dengan penderita.
Dengan melakukan pemeriksaan fisik pada semua anggota keluarga atau
4.3.1.9
diri
penderita
dapat
diupayakan
dengan
Penyuluhan
Perorangan: penyuluhan langsung berupa tanya jawab atau konsultasi di
Puskesmas. Materi yang dijelaskan adalah semua informasi mengenai Kusta.
Penyuluhan diberikan pada awal pengobatan dan setiap pasien datang kembali
17
Pemantauan Pengobatan
18
oleh
petugas
P2Kusta
dengan
memonitor
tanggal
Penyuluhan
4.4.1.7.1.
Pengorganisasian
19
Penanggung jawab
program
dr.H Endang Brata
Petugas Laboratorium
Titin Widiawati.Amk
Petugas P2PL
Ace Sasnita
4.4.3.
Pelaksanaan
4.4.3.1.
Penemuan Tersangka Penderita Kusta
Setiap hari Senin Sabtu pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas
Kecamatan Wanakerta oleh dokter umum atau perawat dan bidan secara
passive case finding berdasarkan gejala bercak/kelainan kulit yang merah
atau putih di bagian tubuh, kulit mengkilap, bercak yang tidak gatal,
20
4.4.3.7. Penyuluhan
4.4.3.7.1.
Perorangan: dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Senin
Sabtu pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas Wanakerta dengan cara tanya
jawab yang berisi semua informasi tentang kusta.
4.4.3.7.2. Kelompok: tidak dilaksanakan.
4.4.3.8.
Pencatatan dan Pelaporan
4.4.3.8.1. Pencatatan : Setiap hari kerja pukul 08.00-14.00 WIB di
Puskesmas Wanakerta dengan menggunakan formulir yang ada di
Puskesmas. Dilakukan oleh petugas P2Kusta.
4.4.3.8.2. Pelaporan : dilaporkan bulanan dan tribulan ke Dinas
Kesehatan Karawang. Dilakukan oleh petugas P2Kusta.
4.4.3.9Pengawasan
Pencatatan dan Pelaporan dilaksanakan 12x/tahun
Rapat Kerja Bulanan dilaksanakan 12x/tahun
Dari Kabupaten Karawang : 4x/tahun
Dari Propinsi Jawa Barat : 1x/tahun
Dari Kepala Puskesmas : 1x/bulan
4.5.
Keluaran
4.5.1.
Angka Penemuan Penderita Baru Kusta (CDR= Case Detection
Rate)
Merupakan penderita yang baru ditemukan pada periode satu tahun per
100.000 penduduk
Rumus : Jumlah penderita baru yang ditemukan pada periode satu tahun
Jumlah penduduk pada tahun yang sama
=
X 100.000
3
X 100.000
50.431
= 5.95
per 100.000 penduduk (Target <5 per 100.000 penduduk)
4.5.2.
Angka Kesembuhan (RFT= Release From Treatment)
Menunjukkan keberhasilan pengobatan dan kualitas pelaksanaan program
MDT.
a
RFT Rate MB
Jumlah penderita baru MB dari periode 1 tahun yang sama yang
X 100%
X 100 % = 66 %
3
b RFT Rate PB
Jumlah penderita baru PB dari periode 1 tahun yang sama yang
menyelesaikan pengobatan tepat waktu (6 dosis dalam 6-9 bulan)
dinyatakan dalam persentase.
Rumus:
Jumlah penderita baru PB yang menyelesaikan 6 dosis dalam 6-9
X 100%
blbulan
Jumlah penderita PB yang mulai pengobatan pada periode yang sama
=
4.5.3.
Prevalensi dan Angka Prevalensi (PR = Prevalence Rate)
Menunjukkan besar masalah, menentukan beban kerja sebagai dasar
perencanaan, sebagai alat evaluasi.
Prevalensi adalah jumlah penderita terdaftar pada suatu saat tertentu
Angka prevalensi adalah jumlah penderita kusta terdaftar PB dan MB pada
suatu saat tertentu per 10.000 penduduk
Rumus:
Jumlah penderita kusta tercatat pada waktu tertentu
=
X 10.000
50.431
23
X 100%
1
=
4.5.5.
25 %
X 75 %
Jumlah penderita anak (0-14 tahun) yang baru ditemukan dalam periode tertentu
X 100%
Jumlah
= penderita baru yang ditemukan dalam periode waktu yang sama
X 75%
=
4.5.6.
Proporsi MB
Menggambarkan prosentase penderita kusta tipe MB diantara kasus baru.
Hal ini menunjukkan tingginya penularan dimasyarakat.
Jumlah penderita MB yang ditemukan diantara penderita yang baru
ditemukan pada periode satu tahun
Rumus:
Jumlah penderita baru tipe MB dalam periode tertentu
X 100%
3
=
1003 %
X 100%
(Target
< 45%)
24
4.5.7.
Penyuluhan
Penyuluhan perorangan = 100% (target 100%).
Penyuluhan kelompok = 0% (target 100%).
4.5.8.
Rapat
kerja
kegiatan
yang
setiap
mengevaluasi
membahas
laporan
bulannya
untuk
program
yang
telah
Ada
dijalankan
4.7 Lingkungan
4.4.2.
Fisik
4.7.2.1. Lokasi Puskesmas: Mudah dijangkau oleh masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Wanakerta
4.7.2.2. Transportasi: Mudah didapat dan tersedia
4.7.2.3. Perumahan : sebagian besar lingkungan tempat tinggal warga
sedikit padat serta jarak antar rumah cukup dekat dan sedikit kumuh.
Sebagian besar rumah memiliki ventilasi dan pencahayaan yang
kurang baik, namun sanitasi yang kurang.
4.7.2.4. Fasilitas kesehatan lain: terdapat fasilitas kesehatan lain seperti
klinik dokter umum, rumah sakit umum yang dapat bekerjasama
dengan baik namun berlokasi sangat jauh.
4.5.2.
Non fisik
4.7.2.1.
Tingkat pendidikan : pendidikan
mayoritas adalah
25
4.7.2.4.
Peran
masyarakat
serta
berperan
perilaku
aktif
dan
masyarakat:
saling
tidak
semua
mendukung
dalam
26
Bab V
Pembahasan
Masalah menurut variabel keluaran:
No
Variabel
Tolok Ukur
Pencapaian
Masalah
5.95 :100.000
(+)
.
1.
2.
66 %
(+)
3.
MB
> 90%
Angka kesembuhan (RFT)
(+)
PB
Prevalence rate
< 1:10.000
0,60 :10.000
(-)
< 3,75%
25 %
(+)
< 3,75%
25 %
(+)
Proporsi penderita MB
< 45%
100 %
(+)
Penyuluhan kelompok
Dilakukan
Tidak dilakukan
(+)
4.
5.
6.
7.
8.
No Variabel
Tolok ukur
Pencapaian
Masalah
27
Ada
Ada
(-)
Ada
Tidak ada
(+)
No
Variabel
Tolok ukur
Pencapaian
Penyuluhan
Penyuluhan
perorangan Penyuluhan
Masalah
kelompok
tidak
(+)
dilakukan
No
Variabel
Tolok ukur
Pencapaian
Masalah
Perumahan
(+)
Pendidikan
tidak baik
Tidak menjadi
Mayoritas penduduk
hambatan dalam
berpendidikan rendah
(+)
pelaksanaan program
P2 kusta
3
Peran serta
Tidak menjadi
perilaku
hambatan dalam
masyarakat
pelaksanaan program
mendukung dalam
(+)
28
P2 kusta
Bab VI
Perumusan Masalah
Dari pembahasan hasil evaluasi program kerja di Puskesmas Wanakerta terdapat
beberapa masalah:
6.1 Masalah Menurut Keluaran
1
2
3
4
5
6
7
29
berupa
poster
mengenai
program
pemberantasan kusta.
2
Proses
Penyuluhan kelompok tidak dilakukan, sehingga masyarakat kurang
mengetahui tentang penyakit kusta. Akibatnya jika ada penderita sekitar yang
terkena kusta dan tidak diobati dapat menjadi sumber penularan di lingkungan
tempat tinggal setempat.
Lingkungan
a Fisik : Perumahan tempat tinggal warga termasuk padat dengan jarak antar
rumah yang dekat dan lingkungan yang kumuh. Sebagian besar
lingkungan tempat tinggal warga memiliki ventilasi dan pencahayaan,
sanitasi yang kurang.
b Non fisik :
- Mayoritas penduduk berpendidikan rendah, rendahnyanya pengetahuan
mengenai pentingnya pencegahan terhadap penyakit kusta dan menjadi
-
30
Bab VII
Prioritas Masalah
A
B
C
D
E
F
31
2 = Kurang penting
1 = Sangat kurang penting
Yang menjadi prioritas masalah adalah:
1
2
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
Masalah I
Proporsi penderita cacat tingkat 2 sebesar 25%
Penyebab
a Kurangnya pemberian informasi mengenai penyakit kusta kepada masyarakat
b
Penyelesaian Masalah
a Melakukan upaya pencarian kasus dengan active case finding agar
penanganan kasus kusta menjadi lebih cepat dan tidak terlambat hingga
timbul komplikasi.
1 Melakukan pengamatan kontak kepada pasien baru
2 Melakukan rapid village survey di daerah yang ditemukan pasien
3
kusta baru
Melakukan lepra elimination campaign dengan bekerja sama dengan
bupati dan instansi diluar instansi kesehatan agar penyuluhan
maksimal.
Memotivasi penderita yang telah terdiagnosa penyakit kusta untuk dapat
melakukan kegiatan kegiatan yang dapat membantu proses kesembuhan
dengan makan makanan sehat dan berperilaku hidup sehat.
32
Masalah II
Proporsi penderita anak yang tercatat sebesar 25%
Penyebab
a Tidak adanya penyuluhan tentang penyakit kusta kepada masyarakat
sehingga masyarakat kurang mengetahui cara mencegah penularan penyakit
b
kusta.
Masih banyak penderita kusta (khususnya tipe MB) yang belum terjaring
sehingga menjadi sumber penularan ditengah masyarakat karena penemuan
Penyelesaian masalah
Mengoptimalkan kegiatan pencarian pasien dengan cara active case finding agar
penemuan pasien dapat dilakukan secara maksimal.
o Melakukan pemeriksaan anak sd dan setingkat pada sekolah pasien baru
dengan melakukan penyeluruhan dan pemeriksaan.
o Melakukan pengamatan kontak kepada keluarga pasien, tetangga dan orang
33
Bab IX
Kesimpulan dan Saran
9.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi program Pemberantasan Penyakit Kusta di Puskesmas
Wanakerta Periode Januari 2014 hingga September 2014 belum berhasil, hal ini dapat dilihat
dari unsur keluaran yang belum seluruhnya mencapai target yang ditentukan.
1
yaitu < 5:100.000, oleh karena itu pemberantasan penyakit kusta harus lebih agresif.
Proporsi angka kesembuhan (RFT = Release from Treatment) tipe MB di Puskesmas
Wanakerta Periode Januari 2014 hingga September 2014 adalah 66 %, hal ini masih
tolok ukur.
Proporsi MB di Puskesmas Wanakerta Periode Januari 2014 hingga September 2014
adalah 100%, dimana hasil ini belum sesuai dengan tolok ukur yang ditetapkan yaitu <
45%.
Cakupan penyuluhan kelompok Puskesmas Wanakerta Periode Januari 2014 hingga
September 2014 tidak dilakukan. Hal ini menjadi masalah besar karena rendahnya
tingkat pengetahuan penduduk tentang penyakit kusta dan stigma sosial negatif tentang
penyakit kusta.
Dipilih dua prioritas masalah, yaitu:
1 Proporsi penderita cacat tingkat 2 sebesar 25%.
2 Proporsi penderita anak yang tercatat sebesar 25%.
2 Saran
Saran untuk Puskesmas:
Mengadakan program child survey untuk menjaring penderita kusta usia 0-14 tahun
34
Daftar Pustaka
1. Program
pemberantasan
penyakit
kusta.
2011.
Diunduh
dari:
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1188
2. Kandun IN. Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta. Departemen
Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. 2007.
3. Kosasih, Wisnu, Emmy, Menaldi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Kusta. Jakarta:
FKUI ; 2007 .h. 73-88.
4. Smith,
Darvin
Scott
Leprosy.
2013.
Diunduh
dari
http://emedicine.medscape.com/article/220455-overview .
35
http://www.pikiran-
rakyat.com/node/163683
7. Karawang endemis kusta. 2013. Diunduh dari
http://www.jpnn.com/read/2013/04/03/165623/Karawang-Endemis-Penyakit-Kusta8. Buku Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Wanakerta Tahun 2013
9. Profil Puskesmas Wanakerta Tahun 2013
36