You are on page 1of 36

Bab I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih merupakan
masalah kesehatan yang sangat kompleks bukan saja dari segi medisnya, tetapi juga masalah
sosial, ekonomi, budaya, serta keamanan dan ketahanan sosial (Widiyono, 2005). Penyakit
kusta menyebabkan cacat fisik yang memberi kontribusi yang besar terhadap timbulnya
stigma sosial di masyarakat maupun pada para petugas kesehatan sendiri. Penyakit kusta pada
umumnya terdapat di negara - negara yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan
kemampuan negara itu dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan,
pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. Penyakit kusta sampai saat ini
masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan
masih kurangnya pengetahuan / pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat
yang ditimbulkannya. 1,2
Penyakit kusta merupakan penyakit menular menahun disebabkan oleh kuman
Mycobacterium leprae yang terutama menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lain kecuali
susunan saraf pusat. Mycobacterium leprae untuk pertama kali ditemukan oleh G.A. Hansen
dalam tahun 1873 (Depkes, 2007). Penularan belum diketahui pasti namun menurut anggapan
klasik melalui kontak antar kulit yang erat dan lama dan melalui droplet.3,4
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, pada tahun 2008 ditemukan
249.007 penduduk di dunia menderita kusta, dan sebanyak 213.036 kasus terdeteksi selama
tahun 2010.5 Sedangkan tahun 2011 jumlah kasus baru kusta di dunia mencapai 219.075.
Penyakit kusta tersebar di seluruh dunia dengan endemisitas yang berbeda-beda.2
Data Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan pada 2009 tercatat 17.260 kasus
baru kusta di Indonesia (7,49/100.000 penduduk). Jumlah kasus terdaftar sebanyak 21.026
orang dengan angka prevalensi: 0,91 per 10.000 penduduk. Sedangkan tahun 2010, jumlah
kasus baru tercatat 10.706 dan jumlah kasus terdaftar sebanyak 20.329 orang dengan
prevalensi 0.86 per 10.000 penduduk. Dari data tersebut menunjukkan jumlah penderita
Kusta/Leprosis di Indonesia merupakan yang tertinggi dan menduduki peringkat ketiga di
dunia (7%) setelah India(53,8%)

dan Brazil(15,6%).1,5 Sedangkan data dari WHO

mengatakan 17 012 kasus penyakit kusta dilaporkan di Indonesia pada tahun 2013.
Menurut Depkes RI tahun 2011 Indonesia memiliki 19.371 penderita kusta, dengan
proporsi penderita PB 3.737 dan MB 15.384 dengan Case Detection Rate 8.03 per 100.000
penduduk dan sudah lebih dari 10 juta penderita telah disembuhkan dan lebih 1 juta penderita
1

diselamatkan dari kecacatan. Prevalensi juga menurun sebesar 81% dari 107.271 penderita
pada tahun 1990 menjadi 21.026 penderita tahun 2009.5
Menurut data dinas kesehatan Jawa Barat penderita baru penyakit kusta pada tahun
2010 tercatat sebanyak 1.749 orang. Hal ini mengalami penurunan pada tahun 2011 jumlah
penderita penyakit kusta baru di Jawa Barat tercatat 1.499 orang, sementara itu yang sedang
berobat sampai September 2011 tercatat 2.107 orang. Lima daerah yang termasuk banyak
ditemukan penderita kusta baru adalah Kabupaten Cirebon sebanyak 237 orang, Kabupaten
Indramayu 211 orang, Kabupaten Bekasi 191 orang, Kota Bekasi 145 orang dan Kabupaten
Subang 126 orang. 6
Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, tahun 2011 Kabupaten
Karawang merupakan peringkat ke 3 penderita kusta terbanyak se-Jawa Barat dan tahun 2012
Karawang naik ke peringkat pertama. Data yang tercatat di Dinas Kesehatan pada tahun 2013
ada sekitar 384 penderita kusta baru yang berhasil terjaring di Kabupaten Karawang.
Keadaan ini sekaligus membuktikan bahwa setiap tahun penderita kusta di Karawang
mengalami kenaikan. Kadinkes Karawang mengatakan daerah yang diakui merupakan
endemis kusta adalah Sukatani, Cimalaya, Klari, dan Batu Jaya.7
Belum diketahui cakupan keberhasilan Program Pemberantasan Penyakit Kusta di
UPTD Puskesmas Kecamatan Wanakerta, Kabupaten Karawang pada periode Januari 2014
sampai dengan September 2014.8

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan masalah yang diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1
2

Menurut WHO pada 2011 jumlah kasus baru kusta di dunia mencapai 219.075.
Indonesia masih menjadi negara dengan jumlah penderita kusta tertinggi di dunia
dan menduduki peringkat ketiga di dunia setelah India dan Brazil sebanyak

213.036 kasus pada tahun 2010.


Pada tahun 2011, Indonesia memiliki 19.371 penderita kusta dengan Case

Detection Rate 8.03 per 100.000 penduduk


Pada tahun 2013, WHO melaporkan sebanyak 17 012 kasus penyakit kusta

dilaporkan di Indonesia
Pada tahun 2013 Kabupaten Karawang menduduki peringkat pertama penderita

Kusta terbanyak se-Jawa Barat sebanyak 384 kasus.


Proporsi penderita MB di Kecamatan Wanakerta tahun 2013 mencapai 100%
(target <60%).

Belum diketahuinya cakupan keberhasilan Program Pengendalian Penyakit Kusta


di Puskesmas Wanakerta periode Januari 2013 September 2014.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tingkat keberhasilan dan masalah yang ada pada pelaksanaan Program
Penanggulangan Penyakit Kusta di Puskesmas Kecamatan Wanakerta Kabupaten Karawang
periode Januari 2014 hingga September 2014 dengan menggunakan pendekatan sistem dan
mencari penyelesaian masalah.

2
1

Tujuan Khusus
Diketahuinya angka penemuan penderita baru (CDR = Case Detection Rate) Kusta di

Puskesmas Wanakerta periode Januari 2014 hingga September 2014.


Diketahuinya angka kesembuhan (RFT = Release from Treatment) di Puskesmas

Wanakerta periode periode Januari 2014 hingga September 2014.


Diketahuinya prevalensi (PR = Prevalence Rate) di Puskesmas Wanakerta periode

Januari 2014 hingga September 2014.


Diketahuinya proporsi cacat tingkat 2 di Puskesmas Wanakerta periode Januari

2014 hingga September 2014.


Diketahuinya proporsi penderita anak (0-14 tahun) di Puskesmas Wanakerta periode

Januari 2014 hingga September 2014.


Diketahuinya proporsi MB di Puskesmas Wanakerta periode Januari 2014

hingga September 2014.


Diketahuinya cakupan penyuluhan di Puskesmas Wanakerta periode Januari

2014 hingga September 2014.


Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Wanakerta periode
Januari 2014 hingga September 2014.

1.4 Manfaat
1
1
2

Bagi evaluator
Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.
Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya program
P2Kusta.

Mengetahui sedikit banyaknya kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.

2
1
2

Bagi Perguruan Tinggi


Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi.
Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang

kesehatan.
Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) sebagai universitas yang
menghasilkan dokter yang berkualitas.

3
1

Bagi Puskesmas yang dievaluasi


Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam Program Pengendalian Penyakit

Kusta diwilayah kerjanya.


Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan, sebagai umpan balik agar
keberhasilan program dimasa mendatang dapat tercapai secara optimal.

4
1

Bagi masyarakat
Terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu, khususnya bagi penderita Kusta

diwilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wanakerta.


Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat memutuskan rantai

penularan Kusta diwilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wanakerta.


Diharapkan Kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Wanakerta.

Sasaran
Semua penduduk yang bertempat tinggal di wilayah Puskesmas Wanakerta,
Kabupaten Karawang, periode Januari 2014 sampai dengan September 2014.

Bab II
Materi dan Metode
1.4 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini didapat dari laporan bulanan Program
Pengendalian Penyakit Kusta di Puskesmas Wanakerta periode Januari 2014 sampai
dengan September 2014, yang berisi kegiatan :
1. Penemuan tersangka penderita Kusta
2. Diagnosis
3. Penentuan regimen dan mulai pengobatan
4. Pemantauan pengobatan
4

5. Pemeriksaan kontak
6. POD dan perawatan diri
7. Penyuluhan
8. Pencatatan dan pelaporan
1.5 Metode
Evaluasi dilakukan dengan cara mengetahui cakupan program penanggulangan
penyakit kusta di Puskesmas Kecamatan Wanakerta, Kabupaten Karawang periode
Januari sampai dengan September 2014 yang kemudian dibandingkan dengan tolok ukur
yang ditetapkan dengan mengadakan pengumpulan data, pengolahan data, analisis data
dan interpretasi data dari masukan, proses, keluaran dan lingkungan dengan
menggunakan pendekatan sistem sehingga dapat ditemukan masalah yang ada dari
pelaksanaan program penanggulangan penyakit kusta di Puskesmas Kecamatan
Wanakerta kemudian dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan masalah tersebut
berdasarkan penyebab masalah yang ditemukan dari unsur-unsur sistem.

Bab III
Kerangka Teoritis
1

Kerangka Teoritis

Lingkungan (5)
Dampak (6)
Masukan (1)

Proses (2)

Keluaran (3)

Umpan balik (4)

Menurut Ryans, sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling


dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau cara kerja sistem yang diterapkan pada
waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi. Tujuan dari pembentukan sistem adalah
untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Agar terbentuknya sistem
tersebut perlu dirangkai beberapa unsur atau elemen sedemikian rupa sehingga secara
keseluruhan membentuk suatu kesatuan dan secara bersama-sama yang berfungsi untuk
mencapai tujuan kesatuan.
Ada enam macam unsur yang saling berhubungan dan mempengaruhi pada sistem,
yaitu :
1

Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man),
dana (money), sarana (material), dan metode (method).

Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan, terdiri dari
unsur perencanaan (planning), organisasi (organizing), pelaksanaan (actuating) dan
pengawasan (controlling).

Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.

Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.

Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.

Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.

Tolok Ukur
Tolok ukur terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran, lingkungan, umpan
balik. Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program
penanggulangan penyakit kusta. (Lampiran I)

Bab IV
Penyajian Data
4.1

Sumber Data
Pengumpulan data diperoleh dari data sekunder yang berasal dari:
4.1.1. Profil UPTD Puskesmas Wanakerta, Kecamatan Telukjambe Barat, tahun 2013.
4.1.2. Data Monografi UPTD Puskesmas Kecamatan Wanakerta, Kabupaten Karawang
periode Januari sampai dengan Desember 2013.
4.1.3. Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Wanakerta, Kecamatan Telukjambe Barat,
tahun 2013.
4.1.4. Laporan Bulanan Program Penanggulangan Penyakit Kusta UPTD Puskesmas
Kecamatan Wanakerta, Kabupaten Karawang periode Januari sampai dengan
September 2014.
7

4.1.5. Buku register / monitoring penderita kusta tipe PB/MB


4.2.

Data Umum

4.2.1. Data Geografi (Lampiran II Tabel 1):


4.2.1.1.

UPTD Puskesmas Wanakerta berjarak +

5 km dari kantor kecamatan

Telukjambe Barat dan + 15 km dengan Kantor Pemda Kabupaten Karawang


4.2.1.2.

dengan waktu tempuh + 30 menit menggunakan roda empat.


UPTD Puskesmas Wanakerta terletak di desa Wanakerta Kecamatan
Telukjambe Barat, yang merupakan Puskesmas induk dengan luas wilayah
6.107 Ha yang terdiri dari tanah darat 4.064 Ha dan 2.043 Ha adalah

4.2.1.3.

persawahan.
UPTD Puskesmas Wanakerta.

mempunyai wilayah kerja terdiri dari 10

desa, 20 Dusun, 40 RW dan 112 RT dengan jarak desa terjauh 7,5 km dari
Puskesmas Wanakerta dengan waktu tempuh 45 menit dengan roda empat
dan 30 menit dengan roda dua, dan 10 desa dilalui sungai cibeet. salah satu
sungai yang memasok air ke saluran irigasi Tarum Barat atau biasa disebut
Kalimalang.
Secara Administrasif UPTD Puskesmas Wanakerta Kec. Telukjambe Barat

4.2.1.4.

berbatasan dengan :

Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Wadas

Sebelah

selatan

berbatasan

dengan

wilayah

kerja

Puskesmas

Kec.Pangkalan

Sebelah timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Kec.Ciampel

Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bekasi

4.2.2. Data Demografi (lampiran II Table 1,2 dan 3) :


4.2.2.1.

Jumlah Penduduk wilayah kerja UPTD Puskesmas Wanakerta pada


tahun 2013 berdasarkan data proyeksi kependudukan kecamatan Telukjambe
Barat sebanyak 50.431 jiwa yang terdiri dari laki-laki 24.120 jiwa dan
perempuan 26.311 jiwa, dengan jumlah rumah sebanyak 12.313 rumah

dari 13.031 KK.


4.2.2.2.
Jumlah penduduk miskin di Kecamatan Telukjambe Barat berjumlah
33.016 orang (65,4 %).

4.2.2.3.

Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Telukjambe Barat terbanyak

adalah tamat sekolah dasar, berjumlah 19.907 orang (36,8%).


4.2.2.4.
Mata pencarian terbanyak di Kecamatan Telukjambe Barat adalah
serabutan berjumlah 25.101 orang (67%)
4.2.2.5.
Data rumah sehat di Kecamatan Wanakerta pada tahun 2013 sebanyak
33,3% dari total 14.989 rumah.
4.2.3 Data Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja Puskesmas kecamatan
Wanakerta adalah sebagai berikut:
4.2.3.1 Tamat SD / MI
: 36,8 %
4.2.3.2 Tamat SMP / MTs
: 15,4 %
4.2.3.3 Tamat SMA
: 12,2 %
4.2.3.4 Tamat diploma
: 0,4 %
4.2.3.5 Sarjana
: 0,3 %
4.2.3.6 Tidak /belum pernah sekolah : 25 %
4.2.3.7 Tidak / belum tamat SD
: 9,5 %

4.2.4

Data Mata Pencaharian


Klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di wilayah kerja puskesmas
Wanakerta tahun 2013
4.2.4.1 Petani
: 9,7 %
4.2.4.2 Karyawan Swasta / Pabrik
: 6,1 %
4.2.4.3 Pedagang
: 0,6 %
4.2.4.4 Pegawai Negeri Sipil/TNI/Polri
: 4,8 %
4.2.4.5 Wiraswasta / serabutan
: 67 %
4.2.4.6 Tukang dan lain lain
: 16,6 %
Data selengkapnya terdapat pada lampiran II

4.2.5

Data fasilitas pelayanan kesehatan( Lampiran II Tabel 6)

Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas Wanakerta
Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang antara lain: 3 Pustu, 5 Polindes plus, 10
Poskesdes, 2 Puskesmas Keliling (Pusling), 10 Pos Bindu, 57 Posyandu, 2 Balai Pengobatan
24 jam, 6 Klinik Bersalin, BP sore (Dokter Umum: 3, Perawat: 9, Bidan: 19, 30 Pengobatan
Tradisional, 1 laboratorium, 2 Toko Obat dan 3 Apotek.
4.3.

Data Khusus
4.3.1.
Masukan
4.3.1.1.
Tenaga
Dokter umum
Dokter gigi

: 3 orang
: 1 orang
9

Petugas puskesmas

: 40 orang

Koordinator P2kusta : 1 orang


4.3.1.2.
4.3.1.3.

Dana
APBD

: ada

Sarana di Puskesmas
1 Object Glass
2 Bambu/lidi
3 Silet
: ada
4 Persediaan obat Kusta
5 Spuit
: ada
6 Mikroskop
7 Lampu spiritus
8 Pewarnaan BTA Ziehl Nielseen

: ada
: ada
: ada
: ada
: ada
: ada

Non Medis
1
2
3
4
5
6
7
8

Alat Administrasi
Buku register kunjungan pasien
Alat tulis
Komputer

1
2
3

Alat Penyuluhan
Papan tulis
Spidol
Brosur
Poster

4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
1
2
3
4
1
2

Ruang tunggu pasien yang terbuka


Ruang pemeriksaan pasien
Ruang administrasi
Ruang obat
Ruang laboratorium
Tempat tidur untuk memeriksa pasien: ada
Lemari penyimpanan obat
Rak obat

: ada
: ada

: ada
: ada
: ada
: ada
: ada
: tidak ada
: tidak ada

Formulir Pencatatan
Kartu Penderita
: ada
Register/Monitoring KOHORT Penderita : ada
Pencatatan Pencegahan Cacat
Form Evaluasi Pengobatan Prednison
: ada

: ada

Formulir Pelaporan
Gambaran Data Pokok Pencapaian
Program Pemberantasan Penyakit Kusta
Laporan Program P2Kusta
: ada
4.3.1.4.

: ada
: ada
: ada
: ada
: ada

: ada

Metoda
10

4.3.1.4.1.

Penemuan tersangka penderita Kusta : passive case finding yaitu

4.3.1.4.2.

penemuan tersangka penderita Kusta yang datang ke Puskesmas.


Tanda-tanda tersangka Kusta (Suspek) :
Tanda-tanda pada kulit
Bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian tubuh
a Kulit mengkilap
b Bercak yang tidak gatal
c Adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak
berambut
d Lepuh tidak nyeri
Tanda-tanda pada saraf
a. Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan atau

muka
b. Gangguan gerak anggota badan atau bagian muka
c. Adanya cacat (deformitas)
d. Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh
4.3.1.3
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan Cardinal Sign :
Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa
Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf : gangguan fungsi

sensoris (mati rasa), gangguan fungsi motoris (parese atau paralisis), gangguan fungsi
otonom (kulit kering dan retak-retak).

Adanya bakteri tahan asam (BTA) di dalam kerokan jaringan kulit.


Seseorang dinyatakan sebagai penderita kusta jika terdapat satu dari
tanda-tanda utama di atas. Jika diagnosis kusta masih belum dapat
ditegakkan dan tidak ada petugas terlatih dan sarana pemeriksaan
apusan, tunggu 3-6 bulan dan periksa kembali adanya cardinal sign. Jika
ada cardinal sign, berikan MDT. Jika masih meragukan, suspek perlu
dirujuk.
Pemeriksaan

klinis

dilakukan

dengan

pemeriksaan

pandang,

pemeriksaan rasa raba pada kelainan kulit, dan pemeriksaan saraf (saraf
auriklaris magnus, saraf ulnaris, saraf radialis, saraf medianus, saraf
peroneus, dan saraf tibialis posterior).
4.3.1.4

Reaksi Kusta

Reaksi kusta dapat terjadi sebelum, selama dan sesudah pengobatan.


Reaksi kusta adalah suatu episode dalam perjalanan kronis penyakit
kusta yang merupakan suatu reaksi kekebalan (seluler respon) atau
antigen-antibodi (Humoral respon) dengan akibat dapat merugikan

11

penderita, terutama pada saraf tepi yang bisa menyebabkan gangguan


fungsi (cacat) yang ditandai dengan peradangan akut baik dikulit
maupun saraf tepi. Reaksi kusta dapat terjadi sebelum, selama dan
sesudah pengobatan.
4.3.1.5
4.3.1.5.1.

Klasifikasi
Paucibacillary (PB): bercak kusta berjumlah 1-5, penebalan

saraf tepi yang disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf, BTA
negatif.
4.3.1.5.2. Multibacillary (MB): bercak kusta berjumlah >5, penebalan
saraf tepi yang disertai gangguan fungsi pada lebih dari satu saraf, BTA
positif.
Tanda lain yang dapat dipertimbangkan dalam penentuan klasifikasi penyakit kusta
adalah sebagai berikut :
Kelainan kulit & hasil

PB

MB

pemeriksaan
1. Bercak (makula) mati rasa
Ukuran
Distribusi

Kecil dan besar


Unilateral atau bilateral

Kecil-kecil
Bilateral simetris

Permukaan bercak
Batas bercak
Mati rasa pada bercak

asimetris
Kering dan kasar
Tegas
Selalu ada dan jelas

Halus, berkilat
Kurang tegas
Biasanya tidak jelas, jika
ada, terjadi pada yang

Kehilangan kemampuan

Selalu ada dan jelas

sudah lanjut
Biasanya tidak jelas, jika

berkeringat, rambut, rontok

ada, terjadi pada yang

pada bercak
2. Infiltrat
Kulit

sudah lanjut

Membrane mukosa (hidung

Tidak ada

Ada, kadang-kadang

Tidak pernah ada

tidak ada
Ada, kadang-kadang

tersumbat, perdarahan di
hidung)
3. Ciri-ciri

tidak ada
Central healing

Punched out lesion (lesi

(penyembuhan di tengah)

bentuk seperti donat),


madarosis, hidung

12

pelana, wajah singa


(facies leonina),
ginekomastia pada laki4. Nodulus
5. Deformitas

Tidak ada
Terjadi dini

laki
Kadang-kadang ada
Biasanya simetris, terjadi
lambat

Klasifikasi Internasional menurut Madrid (1953):


a. Indeterminate (I)
Terdapat kelainan kulit berupa makula berbentuk bulat yang berjumlah 1 atau 2.
Batas lokasi dipantat, kaki, lengan, punggung, pipi. Permukaan halus dan licin.
b. Tuberkuloid (T)
Terdapat makula atau bercak tipis bulat yang tidak teratur dengan jumlah lesi 1
atau beberapa. Batas lokasi terdapat di pantat ,punggung, lengan, kaki, pipi.
Permukaan kering, kasar sering dengan penyembuhan di tengah.
c. Borderline (B)
Kelainan kulit bercak agak menebal yang tidak teratur dan tersebar. Batas lokasi
sama dengan Tuberkuloid.
d. Lepromatosa (L)
Kelainan kulit berupa bercak-bercak menebal yang difus, bentuk tidak jelas.
4.3.1.6

Penentuan regimen dan mulai pengobatan


Regimen Pengobatan MDT
Sesuai dengan regimen pengobatan yang direkomendasikan oleh WHO :
4.3.1.6.1 Pauci baciler (PB)
Hari pertama :
- 2 kapsul Rifampisin @300 mg (600 mg)
- 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg
Hari ke 2-28 :
- 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg
1 blister untuk 1 bulan ( 28 hari ). Lama pengobatan 6-9 bulan

4.3.1.6.2 Multi basiler (MB)


Hari pertama :
- 2 tablet Rifampisin @300 mg (600 mg)
- 3 tablet Lampren @100 mg (300 mg)
- 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg
Hari ke 2-28 :
- 1 tablet Lampren 50 mg
- 1 tablet Dapsone/DDS 100 mg

13

1 blister untuk 1 bulan ( 28 hari ). Lama pengobatan 12-18 bulan

4.3.1.6.3
Dosis MDT menurut umur
Rifampisin : 10-15mg/kgBB
DDS : 1-2 mg/kgBB
Clofazimine : 1mg/kgBB

4.3.1.6.4
Sulfas ferosus
Vitamin A
Neurotropik
4.3.1.6.5

Obat-obatan penunjang

Pengobatan Reaksi Kusta

Pengobatan Reaksi Kusta : Dengan memberikan Prednison .


Tabel Dosis Pemberian Prednison Dewasa
Pemberian
2 minggu I
2 minggu II
2 minggu III
2 minggu IV
2 minggu V
2 minggu VI

Dosis / hari
40mg/hari (1x8 tab) pagi hari sesudah makan
30 mg/hari (1x6 tab) pagi hari sesudah makan
20mg/hari (1x4 tab) pagi hari sesudah makan
15 mg/hari (1x3 tab) pagi hari sesudah makan
10 mg/hari (1x2 tab) pagi hari sesudah makan
5 mg/hari (1x1 tab) pagi hari sesudah makan

Kasus reaksi berat pada wanita hamil atau penderita dengan komplikasi
penyakit lain harus dirujuk ke rumah sakit.
Tabel Dosis Pemberian Prednison Anak
Pemberian
2 minggu I
2 minggu II
2 minggu III
2 minggu IV
2 minggu V

Dosis / hari
20mg/hari (1x4 tab) pagi hari sesudah makan
20 mg/ 2hari (1x4 tab) pagi hari sesudah makan
15mg/ 2hari (1x3 tab) pagi hari sesudah makan
10 mg/ 2hari (1x2 tab) pagi hari sesudah makan
5 mg/ 2hari (1x1 tab) pagi hari sesudah makan

Dosis maksimum prednison pada anak tidak boleh melebihi 1 mg/kgBB.


Minimal pengobatan 12 minggu/3 bulan.
4.3.1.7

Pemantauan pengobatan
1. Setiap petugas harus memonitor tanggal pengambilan obat
2. Apabila penderita terlambat mengambil obat, paling lama dalam 1 bulan
harus dilakukan pelacakan

14

3. RFT dapat dinyatakan setelah dosis dipenuhi tanpa diperlukan pemeriksaan


laboratorium. Setelah RFT pasien dikeluarkan dari register kohort.
4. Masa pengamatan: pengamatan dilakukan secara pasif
1. Tipe PB selama 2 tahun
2. Tipe MB selama 5 tahun tanpa pemeriksaan laboratorium
5. Penderita PB yang telah mendapatkan pengobatan 6 dosis (blister) dalam
waktu 6-9 bulan dinyatakan RFT, tanpa harus pemeriksaan laboratorium.
6. Penderita MB yang telah mendapat pengobatan MDT 12 dosis (blister)
dalam waktu 12-18 bulan dinyatakan RFT, tanpa harus pemeriksaan
laboratorium.
7. Defaulter
Jika seorang pasien PB tidak mengambil/minum obatnya lebih dari 3 bulan
dan pasien MB lebih dari 6 bulan secara kumulatif (tidak mungkin baginya
untuk menyelesaikan pengobatan sesuai waktu yang ditetapkan), maka yang
bersangkutan dinyatakan default.
Tindakan bagi pasien defaulter :
- Dikeluarkan dari monitoring dan register kohort
- Bila kemudian datang kembali, maka harus dilakukan pemeriksaan klinis
ulang dengan teliti, bila hasil pemeriksaan :
Ditemukan tanda-tanda klinis yang aktif
(a) Kemerahan/peninggian dari lesi lama di kulit
(b) Adanya lesi baru
(c) Adanya pembesaran saraf yang baru
Maka pasien mendapat pengobatan MDT ulang sesuai klasifikasi

saat itu.
Bila tidak ada tanda-tanda aktif maka penderita tidak perlu diobati
lagi. Ada kalanya jika pasien yang setelah dinyatakan default
kemudian diobati kembali, tetapi tetap belum memahami tujuan
pengobatan sehingga ia berhenti atau tidak lagi mengambil obatnya
sampai lebih dari 3 bulan maka dinyatakan default kedua. Pasien
default kedua tidak dikeluarkan dari register kohort, dan hanya
dilanjutkan pengobatan yang tersisa hingga lengkap. Untuk pasien
dengan default lebih dari 2 kali, diperlukan tindakan dan penanganan
khusus.

8. Relaps/Kambuh
Penderita dinyatakan relaps bila setelah RFT timbul lesi baru pada kulit.
Untuk menyatakan relaps harus dikonfirmasikan kepada wasor atau
dokter kusta yang memiliki kemampuan klinis dalam mendiagnosis
relaps. Untuk relaps MB, jika pada pemeriksaan ulang BTA setelah RFT
15

terjadi peningkatan Indeks Bakteri 2+ atau lebih dibandingkan dengan saat


diagnosis. Pasien tersangka relaps sebaiknya dikonsultasikan/dirujuk
untuk mendapatkan kepastian diagnosis sebelum diobati.
9. Indikasi pengeluaran penderita dari register adalah: RFT, meninggal,
pindah, salah diagnosis, ganti klasifikasi, default.
10. Pada keadaan-keadaan khusus (misalnya akses yang sulit ke pelayanan
kesehatan) dapat diberikan sekaligus beberapa blister disertai dengan
pesan penyuluhan lengkap mengenai efek samping, tanda-tanda reaksi dan
indikasi untuk kembali ke pelayanan kesehatan.
4.3.1.8
a

Pemeriksaan Kontak
Membawa kartu penderita yang sudah tercatat dan kartu penderita kosong.

Alat-alat untuk pemeriksaan serta obat MDT.


Mendatangi rumah penderita dan memeriksa semua anggota keluarga

penderita yang tercatat dalam kolom yang tersedia pada kartu penderita.
Mendatangi rumah tetangga dan memeriksa tetangga yang sering kontak

dengan penderita.
Dengan melakukan pemeriksaan fisik pada semua anggota keluarga atau

tetangga yang sering kontak dengan penderita.


Bila ditemukan penderita baru dari pemeriksaan itu, maka dibuatkan kartu
baru dan dicatat sebagai penderita baru, kemudian diberikan obat MDT dosis
pertama.

4.3.1.9

Prevention of Disability dan Perawatan Diri


Komponen pencegahan cacat:
a Penemuan dini penderita sebelum cacat
b Pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT
c Deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin
d Penanganan reaksi
e Penyuluhan perawatan diri
f Penggunaan alat bantu
g Rehabilitasi medis

Tingkat cacat menurut WHO:


Cacat Tingkat 0 : Tidak ada cacat
Cacat Tingkat 1 : Cacat yang disebabkan oleh kerusakan saraf sensoris yang
tidak terlihat seperti hilangnya rasa raba pada kornea mata,
telapak tangan, dan telapak kaki. Gangguan fungsi sensoris
pada mata tidak diperiksa di lapangan, oleh karena itu tidak
ada cacat tingkat 1 pada mata.
Cacat Tingkat 2 : Tidak mampu menutup mata dengan rapat (lagophtalmos),
16

kemerahan yang jelas pada mata (ulserasi kornea atau


uveitis), gangguan penglihatan berat atau kebutaan; luka dan
ulkus di telapak tangan dan kaki, deformitas yang
disebabkan oleh kelumpuhan otot kaki atau hilangnya
jaringan (atropi) atau reabsorbsi parsial dari jari-jari.
Perawatan

diri

penderita

dapat

diupayakan

dengan

penyuluhan tentang perawatan diri yang diberikan kepada


penderita dan keluarga tentang cara-cara memeriksa,
melindungi mata, tangan yang mati rasa, kulit yang kering,
jari tangan yang bengkok, kaki yang simper, kulit kaki tebal
dan kering, kaki yang mati rasa, dan merawat luka agar dapat
melakukan pencegahan cacat di rumah. Selain itu, petugas
dapat melakukan kegiatan pencegahan cacat di Puskesmas
pada penderita dengan masalah khusus kecacatan seperti
memberikan tetes mata yang mengandung saline jika mata
sangat kering, antibiotik dan bebat mata bila terjadi
konjungtivitis, atau merujuk jika perlu.
4.3.1.10
a

Penyuluhan
Perorangan: penyuluhan langsung berupa tanya jawab atau konsultasi di
Puskesmas. Materi yang dijelaskan adalah semua informasi mengenai Kusta.
Penyuluhan diberikan pada awal pengobatan dan setiap pasien datang kembali

untuk mengambil obat ke Puskesmas.


Kelompok: penyuluhan langsung melalui ceramah, seminar, dll. Materi yang
diberikan adalah semua informasi mengenai Kusta. Dilakukan 4x/tahun.

4.3.1.11 Pencatatan dan Pelaporan


4.3.1.11.1. Pencatatan:
a. Kartu penderita : diisi saat ada penderita baru
b. Register/Monitoring Penderita PB/MB : diisi tiap bulan saat pasien datang
mengambil obat
c. Formulir Pencatatan Pencegahan Cacat : diisi saat ada penderita baru.
Diulangi setiap bulan untuk mendeteksi reaksi kusta secara dini. Diulangi
setiap 2 minggu jika penderita mengalami reaksi. Juga diisi saat penderita
dinyatakan RF
d. Formulir Evaluasi Pengobatan Reaksi Berat

17

e. Data Pokok Program Eliminasi : diisi setiap tahun, merupakan rekapitulasi


data tribulan hasil kegiatan Puskesmas
f. Formulir Register Stok Obat MDT
g. Formulir Permintaan MDT-3, MDT-4
4.3.1.11.2.
Pelaporan
Formulir laporan Puskesmas copy register kohort monitoring pengobatan
PB dan MB selanjutnya dikirim ke Kabupaten setiap tribulan.
4.4 Proses
4.4.1. Perencanaan
Ada perencanaan tertulis mengenai:
4.4.1.1.
Penemuan Tersangka Penderita Kusta
Setiap hari Senin Sabtu pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas
Kecamatan Wanakerta oleh dokter umum atau perawat maupun bidan
desa secara passive case finding berdasarkan gejala bercak/kelainan
kulit yang merah atau putih di bagian tubuh, kulit mengkilap, bercak
yang tidak gatal, adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat
atau tidak berambut, lepuh tidak nyeri, rasa kesemutan dan nyeri pada
anggota badan atau muka, gangguan gerak anggota badan atau bagian
muka, adanya cacat (deformitas) serta luka (ulkus) yang tidak mau
sembuh.
4.4.1.2.
Diagnosis Penderita Kusta
Setiap hari Senin Sabtu pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas
Wanakerta oleh dokter berdasarkan gejala yang ada pada penderita,
dengan melakukan pemeriksaan fisik dan ditentukan tipe kusta:
Paucibacillary (PB): bercak kusta berjumlah 1-5, penebalan saraf tepi
yang disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf, BTA negatif;
Multibacillary (MB): bercak kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi
yang disertai gangguan fungsi pada lebih dari satu saraf, BTA positif.
4.4.1.3.
Penentuan Regimen dan Mulai Pengobatan
Setiap hari Senin Sabtu pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas
Wanakerta yang dilakukan oleh P2Kusta dengan menggunakan strategi
MDT sesuai dengan klasifikasi/tipe kusta.
4.4.1.4.

Pemantauan Pengobatan

18

Setiap hari Selasa dan Jumat pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas


Wanakerta

oleh

petugas

P2Kusta

dengan

memonitor

tanggal

pengambilan obat, melakukan pelacakan jika penderita terlambat


mengambil obat minimal 1 bulan, menyatakan RFT, default atau relaps.
4.4.1.5.
Pemeriksaan Kontak
Dilakukan secepatnya saat ada penderita baru oleh petugas P2Kusta
dengan mendatangi rumah penderita dan memeriksa anggota keluarga
atau tetangga yang sering kontak dengan penderita. Jika ditemukan
penderita baru, maka dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan
MDT dosis pertama.
4.4.1.6. Prevention of Disability dan Perawatan Diri
Pemeriksaan pencegahan cacat dan perawatan diri dilakukan oleh
petugas P2Kusta setiap hari Senin - Sabtu pukul 08.00-14.00 WIB di
Puskesmas Wanakerta dengan penemuan dini penderita sebelum cacat,
pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT, deteksi dini adanya
reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin, penanganan
reaksi, penyuluhan perawatan diri, penggunaan alat bantu, dan
rehabilitasi medis.
4.4.1.7.

Penyuluhan
4.4.1.7.1.

Perorangan: dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari

Senin - Sabtu pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas Wanakerta


dengan cara tanya jawab serta memberi edukasi yang berisi
semua informasi tentang kusta.
4.4.1.7.2.
Kelompok: penyuluhan langsung melalui ceramah,
seminar dll. Materi yang diberikan semua informasi tentang
penyakit kusta. Dilakukan 1x/3 bulan
4.4.1.8. Pencatatan dan Pelaporan
4.4.1.8.1. Pencatatan: setiap hari kerja di Puskesmas Wanakerta dengan
menggunakan formulir pengendalian penyakit kusta yang ada di
Puskesmas, dilakukan oleh petugas P2Kusta.
4.4.1.8.2. Pelaporan: dilaporkan triwulan ke Dinas Kesehatan Kabupaten
Karawang yang dilakukan oleh petugas P2Kusta.
4.4.2.

Pengorganisasian

19

Pengorganisasian tertulis dan pemberian tugas yang teratur dalam


melaksanakan program Pengendalian P2Kusta dibawah ini berasal dari
wawancara dengan kepala Puskesmas.
Pengorganisasian Program Pengendalian Penyakit Kusta di UPTD
Puskesmas Kecamatan Wanakerta

Penanggung jawab
program
dr.H Endang Brata

Petugas Laboratorium
Titin Widiawati.Amk

Petugas P2PL
Ace Sasnita

Penanggung jawab program yaitu Kepala Puskesmas Kecamatan Cikampek


dr.H. Endang Brata Zatnika melakukan pengawasan langsung setiap 3 bulan
sekali. Koordinator pencacatan dan pelaporan program kusta oleh Ibu Hj
Eneng Resmiati. Petugas Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
dan petugas Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) dan
sekaligus sebagai petugas pencatatan dan pelaporan adalah Bapak Ace Sasnita.
Petugas yang bertugas dibagian laboratorium adalah Ibu Titin Widiawati yang
bekerja untuk melakukan pemeriksaan laboratorium.

4.4.3.

Pelaksanaan

4.4.3.1.
Penemuan Tersangka Penderita Kusta
Setiap hari Senin Sabtu pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas
Kecamatan Wanakerta oleh dokter umum atau perawat dan bidan secara
passive case finding berdasarkan gejala bercak/kelainan kulit yang merah
atau putih di bagian tubuh, kulit mengkilap, bercak yang tidak gatal,

20

adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut,


lepuh tidak nyeri, rasa kesemutan dan nyeri pada anggota badan atau
muka, gangguan gerak anggota badan atau bagian muka, adanya cacat,
ulkus yang tidak mau sembuh.
4.4.3.2.
Diagnosis Penderita Kusta
Setiap hari Senin - Sabtu pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas Wanakerta
oleh dokter, perawat dan bidan berdasarkan gejala yang ada pada
penderita, dengan melakukan pemeriksaan fisik dan ditentukan tipe kusta:
Paucibacillary (PB) : bercak kusta berjumlah 1-5, penebalan saraf tepi
yang disertai gangguan fungsi hanya pada satu saraf, Multibacillary
(MB) : bercak kusta berjumlah >5, penebalan saraf tepi yang disertai
gangguan fungsi pada lebih dari satu saraf.
4.4.3.3.
Penentuan Regimen dan Mulai Pengobatan
Setiap hari Senin - Sabtu pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas Wanakerta
yang dilakukan oleh P2Kusta dengan menggunakan strategi MDT sesuai
dengan klasifikasi/tipe kusta.
4.4.3.4.
Pemantauan Pengobatan
Setiap Senin - Sabtu pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas Wanakerta
yang dilakukan oleh petugas P2Kusta dengan memonitor tanggal
pengambilan obat, melakukan pelacakan jika penderita terlambat
mengambil obat minimal 1 bulan, menyatakan RFT, default atau relaps.
4.4.3.5.
Pemeriksaan Kontak
Dilakukan secepatnya saat ada penderita baru oleh petugas P2Kusta
dengan mendatangi rumah penderita dan memeriksa anggota keluarga atau
tetangga yang sering kontak dengan penderita. Jika ditemukan penderita
baru, maka dibuatkan kartu penderita baru dan diberikan MDT dosis
pertama.
4.4.3.6.
Prevention of Disability dan Perawatan Diri
Dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Senin - pukul 08.00-14.00
WIB di Puskesmas Wanakerta dengan penemuan dini penderita sebelum
cacat, pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT, deteksi dini
adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin,
penanganan reaksi, penyuluhan perawatan diri, penggunaan alat bantu,
dan rehabilitasi medis.
21

4.4.3.7. Penyuluhan
4.4.3.7.1.
Perorangan: dilakukan oleh petugas P2Kusta setiap hari Senin
Sabtu pukul 08.00-14.00 WIB di Puskesmas Wanakerta dengan cara tanya
jawab yang berisi semua informasi tentang kusta.
4.4.3.7.2. Kelompok: tidak dilaksanakan.
4.4.3.8.
Pencatatan dan Pelaporan
4.4.3.8.1. Pencatatan : Setiap hari kerja pukul 08.00-14.00 WIB di
Puskesmas Wanakerta dengan menggunakan formulir yang ada di
Puskesmas. Dilakukan oleh petugas P2Kusta.
4.4.3.8.2. Pelaporan : dilaporkan bulanan dan tribulan ke Dinas
Kesehatan Karawang. Dilakukan oleh petugas P2Kusta.
4.4.3.9Pengawasan
Pencatatan dan Pelaporan dilaksanakan 12x/tahun
Rapat Kerja Bulanan dilaksanakan 12x/tahun
Dari Kabupaten Karawang : 4x/tahun
Dari Propinsi Jawa Barat : 1x/tahun
Dari Kepala Puskesmas : 1x/bulan
4.5.

Keluaran
4.5.1.
Angka Penemuan Penderita Baru Kusta (CDR= Case Detection
Rate)
Merupakan penderita yang baru ditemukan pada periode satu tahun per
100.000 penduduk

Rumus : Jumlah penderita baru yang ditemukan pada periode satu tahun
Jumlah penduduk pada tahun yang sama
=

X 100.000

3
X 100.000

50.431
= 5.95
per 100.000 penduduk (Target <5 per 100.000 penduduk)
4.5.2.
Angka Kesembuhan (RFT= Release From Treatment)
Menunjukkan keberhasilan pengobatan dan kualitas pelaksanaan program
MDT.
a

RFT Rate MB
Jumlah penderita baru MB dari periode 1 tahun yang sama yang

menyelesaikan pengobatan tepat waktu (12 dosis dalam 12-18 bulan)


22

dinyatakan dalam persentase


Rumus:
Jumlah penderita baru MB yang menyelesaikan 12 dosis dalam 12-18
bulan

X 100%

Jumlah penderita MB yang mulai pengobatan pada periode yang


sama
=

X 100 % = 66 %

(target > 90%)

3
b RFT Rate PB
Jumlah penderita baru PB dari periode 1 tahun yang sama yang
menyelesaikan pengobatan tepat waktu (6 dosis dalam 6-9 bulan)
dinyatakan dalam persentase.
Rumus:
Jumlah penderita baru PB yang menyelesaikan 6 dosis dalam 6-9
X 100%
blbulan
Jumlah penderita PB yang mulai pengobatan pada periode yang sama
=

tidak ada data (target >90%)belum dapat dinilai

4.5.3.
Prevalensi dan Angka Prevalensi (PR = Prevalence Rate)
Menunjukkan besar masalah, menentukan beban kerja sebagai dasar
perencanaan, sebagai alat evaluasi.
Prevalensi adalah jumlah penderita terdaftar pada suatu saat tertentu
Angka prevalensi adalah jumlah penderita kusta terdaftar PB dan MB pada
suatu saat tertentu per 10.000 penduduk
Rumus:
Jumlah penderita kusta tercatat pada waktu tertentu
=

X 10.000

Jumlah penduduk pada waktu tertentu


3
X 10.000

50.431

= 0, 60 per 10.000 penduduk (target <1 per 10.000 penduduk)


4.5.4.

Proporsi Cacat Tingkat 2

23

Menunjukkan keterlambatan penemuan yang merupakan bagian dari


penampilan kerja (kinerja) dari petugas/efektifitas program kusta serta
pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kusta.
Jumlah penderita yang ditemukan telah mengalami cacat tingkat 2 diantara
penderita yang baru ditemukan pada periode satu tahun
Rumus:
Jumlah kasus baru dengan cacat tingkat 2 dalam periode waktu tertentu

X 100%

=Jumlah penderita baru dalam periode waktu tersebut

1
=
4.5.5.

25 %

X 75 %

(Target < 3,75%)

Proporsi Penderita Anak (0-14 tahun)


Menggambarkan tingginya penularan di daerah tersebut mengingat masa
inkubasinya yang lama.
Jumlah penderita anak (0-14 tahun) diantara penderita yang baru
ditemukan pada periode satu tahun.
Rumus:

Jumlah penderita anak (0-14 tahun) yang baru ditemukan dalam periode tertentu

X 100%

Jumlah
= penderita baru yang ditemukan dalam periode waktu yang sama

X 75%

=
4.5.6.

253 % (Target <3,75 %)

Proporsi MB
Menggambarkan prosentase penderita kusta tipe MB diantara kasus baru.
Hal ini menunjukkan tingginya penularan dimasyarakat.
Jumlah penderita MB yang ditemukan diantara penderita yang baru
ditemukan pada periode satu tahun
Rumus:
Jumlah penderita baru tipe MB dalam periode tertentu

X 100%

Jumlah penderita baru dalam periode tersebut

3
=

1003 %

X 100%
(Target
< 45%)
24

4.5.7.

Penyuluhan
Penyuluhan perorangan = 100% (target 100%).
Penyuluhan kelompok = 0% (target 100%).

4.5.8.

Pencatatan dan Pelaporan


100 % dilakukan pencatatan kegiatan program.
100 % dilakukan pelaporan kegiatan program.

4.6 Umpan Balik

Rapat

kerja

kegiatan

yang
setiap

mengevaluasi

membahas

laporan

bulannya

untuk

program

yang

telah

Ada

dijalankan
4.7 Lingkungan
4.4.2.

Fisik
4.7.2.1. Lokasi Puskesmas: Mudah dijangkau oleh masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Wanakerta
4.7.2.2. Transportasi: Mudah didapat dan tersedia
4.7.2.3. Perumahan : sebagian besar lingkungan tempat tinggal warga
sedikit padat serta jarak antar rumah cukup dekat dan sedikit kumuh.
Sebagian besar rumah memiliki ventilasi dan pencahayaan yang
kurang baik, namun sanitasi yang kurang.
4.7.2.4. Fasilitas kesehatan lain: terdapat fasilitas kesehatan lain seperti
klinik dokter umum, rumah sakit umum yang dapat bekerjasama
dengan baik namun berlokasi sangat jauh.

4.5.2.
Non fisik
4.7.2.1.
Tingkat pendidikan : pendidikan

mayoritas adalah

tingkat pendidikan rendah yaitu sebesar 19.907 orang (86,7%)


4.7.2.2.
Sosial ekonomi : sebagian besar penduduk bekerja
sebagai serabutan yaitu sebesar 25.101 orang (67 %). dan sebagian
besar penduduk miskin sebanyak 33.016 penduduk (65,46%)
4.7.2.3.
Sosial budaya : tidak menghambat keberhasilan
program

25

4.7.2.4.

Peran

masyarakat

serta

berperan

perilaku
aktif

dan

masyarakat:
saling

tidak

semua

mendukung

dalam

pemberantasan penyakit kusta.


4.8.
Dampak
4.8.1 Langsung
4.8.1.1 Menurunkan jumlah penderita kusta : belum dapat dinilai
4.8.1.2 Terputusnya rantai penularan penyakit kusta : belum dapat dinilai
4.8.2 Tidak langsung
4.8.2.1. Kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat : belum dapat
dinilai
Indikator : Prevalence Rate < 1 : 10.000 penduduk.
4.8.2.2. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara optimal : belum
dapat dinilai

26

Bab V
Pembahasan
Masalah menurut variabel keluaran:
No

Variabel

Tolok Ukur

Pencapaian

Masalah

5.95 :100.000

(+)

.
1.

Angka penemuan penderita < 5:100.000


baru

2.

Angka kesembuhan (RFT) > 90%

66 %

(+)

3.

MB
> 90%
Angka kesembuhan (RFT)

Tidak ada data

(+)

PB
Prevalence rate

< 1:10.000

0,60 :10.000

(-)

Proporsi cacat tingkat 2

< 3,75%

25 %

(+)

Proporsi penderita anak

< 3,75%

25 %

(+)

Proporsi penderita MB

< 45%

100 %

(+)

Penyuluhan kelompok

Dilakukan

Tidak dilakukan

(+)

4.
5.
6.
7.
8.

Masalah menurut variabel masukan:

No Variabel

Tolok ukur

Pencapaian

Masalah

27

Alat penyuluhan brosur

Ada

Ada

(-)

Alat penyuluhan poster

Ada

Tidak ada

(+)

Masalah menurut variabel proses

No

Variabel

Tolok ukur

Pencapaian

Penyuluhan

Penyuluhan

perorangan Penyuluhan

dan kelompok dilakukan

Masalah
kelompok

tidak

(+)

dilakukan

Masalah menurut variabel lingkungan

No

Variabel

Tolok ukur

Pencapaian

Masalah

Perumahan

Tidak kumuh, ventilasi

Kumuh, ventilasi rumah dan

(+)

rumah dan pencahayaan pencahayaan kurang, sanitasi

Pendidikan

baik, sanitasi baik

tidak baik

Tidak menjadi

Mayoritas penduduk

hambatan dalam

berpendidikan rendah

(+)

pelaksanaan program
P2 kusta
3

Peran serta

Tidak menjadi

Tidak semua masyarakat

perilaku

hambatan dalam

berperan aktif dan saling

masyarakat

pelaksanaan program

mendukung dalam

(+)

28

P2 kusta

pemberantasan penyakit kusta

Bab VI
Perumusan Masalah
Dari pembahasan hasil evaluasi program kerja di Puskesmas Wanakerta terdapat
beberapa masalah:
6.1 Masalah Menurut Keluaran
1
2
3
4
5
6
7

Penemuan penderita baru kusta yang tercapai 5,95 : 100.000


Angka kesembuhan MB sebesar 66 %
Angka kesembuhan PB tidak diketahui data
Proporsi penderita cacat tingkat 2 sebesar 25 %
Proporsi penderita anak yang tercatat 25%
Proporsi penderita MB sebesar 100%
Tidak adanya penyuluhan kelompok dengan besar masalah 100%

29

Masalah Menurut Sistem lainnya


1 Masukan
Tidak adanya alat penyuluhan

berupa

poster

mengenai

program

pemberantasan kusta.
2

Proses
Penyuluhan kelompok tidak dilakukan, sehingga masyarakat kurang
mengetahui tentang penyakit kusta. Akibatnya jika ada penderita sekitar yang
terkena kusta dan tidak diobati dapat menjadi sumber penularan di lingkungan
tempat tinggal setempat.

Lingkungan
a Fisik : Perumahan tempat tinggal warga termasuk padat dengan jarak antar
rumah yang dekat dan lingkungan yang kumuh. Sebagian besar
lingkungan tempat tinggal warga memiliki ventilasi dan pencahayaan,
sanitasi yang kurang.
b Non fisik :
- Mayoritas penduduk berpendidikan rendah, rendahnyanya pengetahuan
mengenai pentingnya pencegahan terhadap penyakit kusta dan menjadi
-

hambatan dalam program penanggulangan penyakit kusta.


Tidak semua masyarakat berperan aktif dan mendukung sehingga
menghambat pengendalian kusta dan program penanggulangan
penyakit kusta.

30

Bab VII
Prioritas Masalah
A
B
C
D
E
F

Penemuan penderita baru kusta yang tercapai 5,95 : 100.000


Angka kesembuhan MB sebesar 66 %
Proporsi penderita cacat tingkat 2 sebesar 25 %
Proporsi penderita anak yang tercatat 25 %
Proporsi penderita MB sebesar 100%
Tidak adanya penyuluhan kelompok dengan besar masalah 100%

Keterangan derajat masalah:


5 = Sangat penting
4 = Penting
3 = Cukup penting

31

2 = Kurang penting
1 = Sangat kurang penting
Yang menjadi prioritas masalah adalah:
1
2

Proporsi penderita cacat tingkat 2 sebesar 25%


Proporsi penderita anak yang tercatat sebesar 25%

Bab VIII
Penyelesaian Masalah
Masalah I
Proporsi penderita cacat tingkat 2 sebesar 25%

Penyebab
a Kurangnya pemberian informasi mengenai penyakit kusta kepada masyarakat
b

oleh petugas puskermas.


Kurangnya penjaringan penyakit kusta secara dini oleh petugas puskesmas
kepada di masyarakat sehingga banyak kasus yang baru ditemukan namun
sudah dalam komplikasi.

Penyelesaian Masalah
a Melakukan upaya pencarian kasus dengan active case finding agar
penanganan kasus kusta menjadi lebih cepat dan tidak terlambat hingga
timbul komplikasi.
1 Melakukan pengamatan kontak kepada pasien baru
2 Melakukan rapid village survey di daerah yang ditemukan pasien
3

kusta baru
Melakukan lepra elimination campaign dengan bekerja sama dengan
bupati dan instansi diluar instansi kesehatan agar penyuluhan

penyakit kusta dapat tersebar luas


Melakukan rehabilitasi dan konseling kepada pasien kusta dengan cacat
tingkat 2 agar pasien tidak merasa rendah diri dalam aktivitasi sehari hari
dan dalam pengobatan tetap percaya diri akan dapat sembuh secara

maksimal.
Memotivasi penderita yang telah terdiagnosa penyakit kusta untuk dapat
melakukan kegiatan kegiatan yang dapat membantu proses kesembuhan
dengan makan makanan sehat dan berperilaku hidup sehat.

32

Masalah II
Proporsi penderita anak yang tercatat sebesar 25%

Penyebab
a Tidak adanya penyuluhan tentang penyakit kusta kepada masyarakat
sehingga masyarakat kurang mengetahui cara mencegah penularan penyakit
b

kusta.
Masih banyak penderita kusta (khususnya tipe MB) yang belum terjaring
sehingga menjadi sumber penularan ditengah masyarakat karena penemuan

penderita masih dilakukan secara pasif.


Kurangnya penjaringan penyakit kusta di sekolah

Penyelesaian masalah
Mengoptimalkan kegiatan pencarian pasien dengan cara active case finding agar
penemuan pasien dapat dilakukan secara maksimal.
o Melakukan pemeriksaan anak sd dan setingkat pada sekolah pasien baru
dengan melakukan penyeluruhan dan pemeriksaan.
o Melakukan pengamatan kontak kepada keluarga pasien, tetangga dan orang

orang yang berada di wilayah tempat tinggal pasien baru.


Memotivasi penderita yang telah terdiagnosa penyakit kusta untuk dapat melakukan
kegiatan kegiatan yang dapat membantu proses kesembuhan dengan makan

makanan sehat dan berperilaku hidup sehat.


Memberitahukan keluarganya agar melakukan pengawasan dalam minum obat kepada

pasien sehingga kepatuhan pasien dalam minum obat menjadi teratur.


Bekerja sama dengan instansi pemerintah lain dan pihak swasta untuk mepromosikan
tentang penyakit kusta agar informasi dapat sampai di masyarakat secara luas.

33

Bab IX
Kesimpulan dan Saran
9.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi program Pemberantasan Penyakit Kusta di Puskesmas
Wanakerta Periode Januari 2014 hingga September 2014 belum berhasil, hal ini dapat dilihat
dari unsur keluaran yang belum seluruhnya mencapai target yang ditentukan.
1

Berdasarkan hasil evaluasi program Pemberantasan Penyakit Kusta di Puskesmas


Wanakerta Periode Januari 2014 hingga September 2014 dapat disimpulkan bahwa
angka penemuan penderita baru Kusta di Puskesmas Wanakerta Periode Januari 2014
hingga Desember 2014 adalah 5,95 : 100.000, sudah melebihi tolok ukur yang ditetapkan

yaitu < 5:100.000, oleh karena itu pemberantasan penyakit kusta harus lebih agresif.
Proporsi angka kesembuhan (RFT = Release from Treatment) tipe MB di Puskesmas
Wanakerta Periode Januari 2014 hingga September 2014 adalah 66 %, hal ini masih

dibawah tolok ukur yaitu > 90%.


Proporsi cacat tingkat 2 di Puskesmas Wanakerta Periode Januari 2012 hingga Desember
2012 adalah 25 %, melebihi tolak ukur yang ditetapkan yaitu < 3,75% sesuai dengan

tolok ukur.
Proporsi MB di Puskesmas Wanakerta Periode Januari 2014 hingga September 2014
adalah 100%, dimana hasil ini belum sesuai dengan tolok ukur yang ditetapkan yaitu <

45%.
Cakupan penyuluhan kelompok Puskesmas Wanakerta Periode Januari 2014 hingga
September 2014 tidak dilakukan. Hal ini menjadi masalah besar karena rendahnya
tingkat pengetahuan penduduk tentang penyakit kusta dan stigma sosial negatif tentang
penyakit kusta.
Dipilih dua prioritas masalah, yaitu:
1 Proporsi penderita cacat tingkat 2 sebesar 25%.
2 Proporsi penderita anak yang tercatat sebesar 25%.
2 Saran
Saran untuk Puskesmas:

Mengadakan program child survey untuk menjaring penderita kusta usia 0-14 tahun

di sekolah-sekolah demi mengurangi kecacatan pada penderita tingkat lanjut.


Meningkatkan kegiatan penyuluhan kelompok untuk menambah pengetahuan
masyarakat oleh petugas promosi kesehatan puskesmas mengenai penyakit kusta dan

34

disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat, serta dilakukannya pencatatan


yang jelas pada setiap kegiatan penyuluhan yang dilakukan dan pentingnya untuk

merubah stigma masyarakat mengenai penyakit kusta.


Meningkatkan kerja sama dengan pihak-pihak luar, seperti pemuka desa, tokoh
agama, organisasi sosial, organisasi kesehatan lain dalam hal penyuluhan sehingga

dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit kusta.


Melakukan Rapid Village Survey untuk secara cepat dan menyeluruh dapat

menjaring penderita kusta.


Pelatihan kader kusta di masyarakat dalam hal pengawasan minum obat penderita
kusta sehingga dapat meningkatkan kesadaran penderita akan pentingnya menjalani

pengobatan kusta hingga tuntas .


Memberdayakan perilaku hidup bersih dan sehat kepada masyarakat baik melalui
penyuluhan perorangan ataupun penyuluhan kelompok

Saran untuk Masyarakat:


Menjalankan program pengobatan sesuai dengan waktu yang ditentukan
Mengikuti penyuluhan yang akan diberikan oleh Puskesmas
Memberdayakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Ikut berpartisipasi dalam program pemberantasan penyakit kusta oleh puskesmas.
Diharapkan dengan dilaksanakannya saran tersebut diatas maka permasalahan yang ada dapat
terselesaikan sehingga dengan demikian pada evaluasi yang akan datang tidak lagi ditemukan
permasalahan yang sama.

Daftar Pustaka
1. Program

pemberantasan

penyakit

kusta.

2011.

Diunduh

dari:

http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1188
2. Kandun IN. Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta. Departemen
Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. 2007.
3. Kosasih, Wisnu, Emmy, Menaldi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Kusta. Jakarta:
FKUI ; 2007 .h. 73-88.
4. Smith,
Darvin
Scott

Leprosy.

2013.

Diunduh

dari

http://emedicine.medscape.com/article/220455-overview .
35

5. Penderita kusta di dunia. Diunduh dari http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1 /


134/jtptunimus-gdl-andrifirma-6653-2-babi.pdf, 12 April 2013.
6. Penderita kusta di Jawa Barat. 2013. Diunduh dari

http://www.pikiran-

rakyat.com/node/163683
7. Karawang endemis kusta. 2013. Diunduh dari
http://www.jpnn.com/read/2013/04/03/165623/Karawang-Endemis-Penyakit-Kusta8. Buku Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Wanakerta Tahun 2013
9. Profil Puskesmas Wanakerta Tahun 2013

36

You might also like