You are on page 1of 18

PEMANFAATAN AMPAS TEH SEBAGAI PENAMBAH

NUTRISI PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL


TANAMAN CABAI MERAH
( Capsicum annum L.)
PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:
AHMAD RIZKY YUDA PRATAMA
115040201111083
MINAT BUDIDAYA PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
MALANG

2014

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL

JUDUL :
PEMANFAATAN AMPAS TEH SEBAGAI PENAMBAH NUTRISI PADA
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum
annum L.)
Oleh :
Nama : Ahmad Rizky Yuda Pratama
NIM : 115040201111083
Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui Oleh:
Pembimbing Utama

Pembimbing Pendamping

Dr.Ir., Didik Hariyono, MS


NIP. 195610101984031004

Wiwin Sumiya Dwi Yamika, SP., MP


NIP. 197906062006042003

Mengetahui,
Ketua Jurusan Budidaya Pertanian

Dr.Ir., Nurul Aini, MS


NIP. 196010121986012001

KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikann proposal dengan judul
PEMANFAATAN AMPAS TEH SEBAGAI PENAMBAH NUTRISI PADA
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum
annum L.) .
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan proposal ini,
terutama kepada Dr.Ir.Didik Hariyono, MS. dan Wiwin Suniya Dwi Yanika SP.,
MP selaku dosen pembimbing pertama dan kedua atas segala kesabaran, nasihat,
arahan dan bimbingannya kepada penulis. Penulis juga mengucakan terimakasih
kepada Ketua Jurusan Dr. Ir. Nurul Aini, MS beserta seluruh dosen atas
bimbingan dan arahan yang selama ini diberikan serta kepada karyawan Jurusan
Budidaya Pertanian, Universitas Brawijaya atas fasilitas dan bantuan yang
diberikan. Penghargaan yang tulus penulis berikan kepada kedua orang tua dan
adik atas doa, cinta, kasih sayang, pengertian dan dukungan yang diberikan
kepada penulis. Juga kepada rekan-rekan Jurusan Budidaya Pertanian khususnya
angkatan 2011 atas bantun, dukungan dan kebersamaan selama ini.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena
itu penulis harapkan untuk perbaikan dalam penyusunan. Akhir kata penulis
berharapsemoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, dan
memberikan sumbangan pemikiran dalam kemajuan ilmu pengetahuan.

Malang, Mei 2014

Penulis,
Ahmad Rizky Yuda Pratama
2

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL............................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
1.

2.

PENDAHULUAN................................................................................1
1.1

Latar Belakang............................................................................... 1

1.2

Tujuan Penelitian............................................................................2

1.3

Hipotesis...................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
2.1

Cabai Merah (Capsicum annum L.)......................................................3

2.1.1 Varietas Cabai............................................................................... 3


2.2
3.

Ampas Teh.................................................................................... 5

METODE........................................................................................... 8
3.1

Tempat dan Waktu...........................................................................8

3.2

Alat dan Bahan...............................................................................8

3.3

Metode Penelitian...........................................................................8

3.4

Pelaksanaan Percobaan.....................................................................8

3.4.1

Persiapan Lahan..........................................................................................8

3.4.2

Penanaman.................................................................................................8

3.4.3

Penyulaman dan Penjarangan.....................................................................8

3.4.4

Penyiangan.................................................................................................8

3.4.5

Penyiraman.................................................................................................9

3.4.6

Pengendalian Hama dan Penyakit...............................................................9

3.4.7

Panen..........................................................................................................9

3.5

Pengamatan...................................................................................9

3.5.1

Pengamatan Pertumbuhan..........................................................................9

3.5.2

Pengamatan Panen......................................................................................9

3.5.3

Analisis Data..............................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................10
LAMPIRAN............................................................................................ 11

1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabai merah (Capsicum annum L.) ialah salah satu jenis tanaman
hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial,

hal ini

disebabkan selain cabai memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap


juga memiliki nilai ekonomis tinggi yang banyak digunakan baik untuk
konsumsi rumah tangga maupun untuk keperluan industri makanan.
Menurut Rans (2005) daerah sentra penanaman cabai di Indonesia
tersebar di beberapa daerah mulai dari Sumatera Utara sampai Sulawesi
Selatan.
Produksi cabai merah yang dihasilkan rata-rata 841,015 ton per
tahun. Pulau Jawa memasok cabai merah sebesar 484,36 ton sedangkan
sisanya dari luar Jawa. Secara skala nasional rata-rata hasil per hektar
masih tergolong rendah yaitu 48,93 kuintal per hektar dengan luas panen
sebesar 171,895 ha. Cabai merah ialah jenis tanaman yang dapat ditanam
dengan kisaran suhu antara 21oC 27oC (Setiadi, 2003)
Bagi masyarakat Indonesia, teh ialah minuman yang sangat
digemari. Teh memiliki rasa yang enak dan bau yang harum, selain itu
teh dapat menghangatkan tubuh atau bisa juga disajikan dalam keadaan
dingin. Setelah disajikan, ampas teh biasanya langsung dibuang.Tapi
sebetulnya ampas teh dapat di manfaatkan untuk tumbuhan yaitu dapat
meperbaiki kesuburan tanah, merangsang pertumbuhan akar, batang dan
daun.Limbah rumah tangga ini bisa digunakan langsung tanpa diolah
lagi.
Menurut Djuarni, dkk., (2006) kompos ialah sisa bahan organik
yang berasal dari tanaman, hewan, dan limbah organik yang telah
mengalami proses dekomposisi atau fermentasi. Jenis tanaman yang
sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami, sekam padi,
tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan
sabut kelapa.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka
akan dilakukan penelitian dengan judul "PEMANFAATAN AMPAS
TEH

SEBAGAI PENAMBAH NUTRISI PADA PERTUMBUHAN

DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum L.).


1.2 Pentingnya Penelitian Ini
1

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini ialah mengetahui


pemanfaatan ampas teh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai
merah (Capsicum annum L.)?
1.3 Hipotesis
Pertumbuhan dan produktifitas tanaman cabai merah akan lebih bagus
dengan penambahan ampas teh.

2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cabai Merah (Capsicum annum L.)
Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) ialah tanaman perdu
dengan rasa buah pedas yang disebabkan oleh kandungan capsaicin.
Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin,
diantaranya kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vitamin A,
B1, dan vitamin C ( sherly,2010). Tanaman cabai (Capsicum annum
L.) ialah tanaman perdu yang berasal dari daratan Amerika dan
Amerika Tengah, termasuk Meksiko, kira-kira sejak 2500 tahun
sebelum Masehi. Masyarakat yang pertama kali memanfaatkan dan
mengembangkan cabai ialah orang Inca di Amerika Selatan, orang
Maya di Amerika Tengah, dan orang Aztek di Meksiko. Mereka
memanfaatkan buah ini sebagai penyedap masakan (Wiryanta 2006).
Cabai ialah komoditas yang bernilai ekonomi tinggi, nilai jualnya
sangat dipengaruhi oleh kualitas buahnya, khususnya penampilan
produknya. Komoditas buah cabai banyak ditanam baik di kawasan
dataran tinggi, pertengahan, bahkan yang terbanyak di dataran rendah.
Pemasaran buah cabai merah cukup baik karena buah cabai merah
dapat dijual, baik sebagai buah muda (cabai hijau) maupun tua (cabai
merah), baik dalam bentuk segar, bahan industri (giling, kering,
tepung), olahan (sambal, variasi bumbu, dan lainlain), maupun hasil
industri pewarna, bumbu, rempah, dan lain-lain (Rukmana 2005).
Masa panen cabai berkisar antara 2 - 3 bulan setelah pemanenan
perdana. Lamanya panen cabai berbeda-beda tergantung varietas cabai
yang ditanam dan kondisi tanamannya. Pemanenan cabai sebaiknya
dilakukan secara serentak dalam satu hamparan dan dilakukan pada
kondisi buah cabai sudah tidak basah karena embun (Sherly, 2010)

2.1.1 Varietas Cabai


Menurut sherly (2010) Varietas cabai hibrida maupun non hibrida
yang telah dikembangkan

di Indonesia sudah banyak. Berikut

beberapa varietas cabai hibrida dan non hibrida dengan ciri dan potensi
yang dihasilkan.
a. Cabai Merah Keriting Varietas TM 999

Cabai ini ialah cabai jenis hibrida. Potensi hasil mencapai 14 t/ha
dan dapat dipanen pertama umur 80 85 hari setelah tanam (hst).
Tinggi tanaman 65 cm, diameter buah 1,3 cm dan panjang buah
12 cm. Bentuk buah bulat panjang ramping, kulit buah tidak rata,
kadang-kadang melengkung. Ditanam di dataran rendah maupun
tinggi, rata-rata per batang menghasilkan 0,8 - 1,2 kg. Secara normal
panen dapat dilakukan 12 - 20 kali.
b. Cabai Merah Teropong Inko hot
Cabai ini ialah varietas hibrida yang mempunyai potensi hasil
tinggi (15 - 18 t/ha), penampilan buah menarik, besar dan lurus dengan
kulit buah agak tebal. Varietas ini dapat dipanen pertama pada umur 85
hst. Diameter buah 2,1 cm dan panjang buah 11 cm. Varietas ini
mempunyai tinggi tanaman 55 cm, agak toleran terhadap penyakit
Antraknose dan dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran
tinggi. Hasil panen enam kali petik, 75 batang mendapatkan 31, 85 kg,
sehingga per batang menghasilkan 0,91 kg. Secara normal panen
dilakukan 12 20 kali.
c. Cabai Merah Biola
Cabai ini ialah varietas hibrida dengan tinggi tanaman 95 - 100 cm,
umur mulai berbunga 44 hari hst, umur mulai panen 66 hst, ukuran
buah panjang 14,4 cm, diameter 1,5 cm, berat perbuah 12 g, hasil
cabai segar per ha 20 22 t/ha.
d. Cabai Merah Varietas Hot Beauty
Cabai ini ialah varietas hibrida dengan tinggi tanaman 87 - 95 cm,
umur mulai berbunga 44 - 50 hst, umur mulai panen 87 - 90 hst.
Ukuran buah : panjang 11,5 - 14,1 cm, diameter 0,78 - 0,85 cm,
permukaan kulit buah halus, berat per buah 17 - 18 g. Hasil panen
mencapai 16 - 18 t/ha. Beradaptasi dengan baik di dataran rendahsedang dengan ketinggian 1 - 600 m dpl.
e. Cabai Merah Varietas Hot Chili
Cabai ini ialah cabai merah hibrida. Umur mulai berbunga 45
hst,mulai panen pada umur 10 hst, tinggi tanaman 120 cm, berat
per buah 18 g, rasa buah kurang pedas, hasil buah 30 t/ha. Varietas
ini dapat beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai tinggi.
f. Cabai Merah Varietas Premium

Cabai ini ialah varietas hibrida. Tinggi tanaman 110 cm, umur
mulai berbunga 32 hst. Umur mulai panen 95 hst, ukuran buah
panjang 13 cm, berat per buah 13 g, rasa pedas, hasil segar 13
t/ha. Beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai sedang dengan
ketingggian 200 500 m dpl.
g. Cabai Merah Keriting Varietas Lembang - 1
Cabai ini ialah jenis non hibrida yang dilepas oleh Departemen
Pertanian. Potensi hasil 9 t/ha, agak tahan penyakit Antraknose dan
cocok ditanam di dataran rendah maupun tinggi.
h. Cabai Merah Keriting Varietas Tanjung - 2
Cabai ini ialah jenis non hibrida yang dilepas oleh Departemen
Pertanian. Potensi hasil 12 t/ha, toleran antraknose, dan cocok dataran
rendah dan tinggi. Tinggi tanaman 55 cm, umur berbunga 40 hst, umur
panen 93 hst, berat buah 10 g/buah.
2.2 Ampas Teh
Tanaman teh dapat tumbuh mulai dari pantai sampai pegunungan.
Perkebunan teh umumnya dikembangan di daerah pegunungan yang
beriklim sejuk, meskipun dapat sumbuh subur di dataran rendah,
tanaman teh memberikan hasil dengan mutu baik. Semakin tinggi
daerah penanaman teh semakin tinggi mutunya. Mutu teh dinilai
berdasarkan rasa (taste), aroma dan warna seduhan (liquor). Penilaian
mutu ditentukan oleh seorang ahli pencicip berdasarkan analisis
organoleptik yaitu kemampuan mengukur mutu dengan indera
penglihatan, penciuman dan rasa. Parameter lain seperti kadar air dan
berat jenis hanya sebagai pendukung.
Teh mengandung senyawa-senyawa bermanfaat seperti poliefenol,
tehofilin, flavonoid, tanin, vitamin C dan vitamin E serta sejumlah
mineral Zn, Se, Mo, Ge dan Mg. Kandungan teh yang berupa mineral
tersebut ialah unsur-unsur essensial yang sangat dibutuhkan oleh
tanaman. Kandungan teh yang berupa mineral tersebut ialah unsurunsur essensial yang sangat dibutuhkan oleh tanaman apabila
kekurangan salah satu dari unsur-unsur tersebut maka pertumbuhan
akan terganggu atau mengalami defisiensi (Ningrum, 2010).
Sisa teh atau ampas teh ternyata dapat bermanfaat bagi tanaman,
yaitu dapat memperbaiki kesuburan tanah, merangsang pertumbuhan
akar, batang dan daun, limbah rumah tangga ini dapat digunakan
5

langsung tanpa harus diolah lagi. Menurut Nurmayanti (2008), bahwa


tanin juga ialah kandungan yang terdapat dalam ampas teh, yang
berfungsi mengusir kehadiran semut pada tanaman dan juga untuk
menumbuhkan tunas yang masih muda. Ampas teh tidak hanya dapat
berfungsi sebagai pupuk, ternyata dapat dijadikan sebagai pestisida
yang bersifat toksik bagi serangga tanaman, jika ampas teh ini
dijadikan sebagai kompos. Ampas teh banyak mengandung unsur hara
yang bagus untuk tanah. Mikroba yang dihasilkan oleh ampas teh ini
hanya bersifat toksik pada serangga, tidak pada tanaman. Sehingga
tidak perlu khawatir tanaman berbahaya untuk dikonsumsi oleh
manusia (Rodiana, 2007 dalam Yuniebio, 2009).
Teh mengandung kira-kira sepuluh kali polifenol yang dapat
ditemukan

dalam

satu

buah-buahan

dan

sayuran.Ampas

teh

mengandung unsure-unsur antioksidan yang sangat ampuh membantu


memerangi kerusakan radikal bebas pada sel-sel tanaman. Menurut
Stephen (2004) dalam Nurmayanti (2008), teh mengandung senyawasenyawa bermanfaat seperti poliefenol, tehofilin, flavonoid, tanin,
vitamin C dan vitamin E serta sejumlah mineral Zn, Se, Mo, Ge dan
Mg. Sebelum ditaburkan pada tanaman ampas teh bisa digiling terlebih
dahulu untuk memecah daun sehinga nutrisi yang terkandung bisa
keluar lebih cepat.
Dalam penggunaan bekas teh celup sebagai pupuk, maka bungkus
teh harus dibuka dan disebar atau ditimbun ke dalam pot. Ampas teh
tersebut akan menjadi penyedia hara melalui proses dekomposisi. Teh
cukup banyak mengandung mineral, baik makro maupun mikro
(Setiamidjaya, 2000). Menurut Lunardi (2011) penggunaan teh yang
sudah diseduh untuk menyirami tanaman rumah dapat menyuburkan
tanaman hias . Caranya dengan menyebarkan daun teh yang sudah tak
terpakai di sekitar semak bunga mawar, lalu menambahkan pupuk dan
air. Asam tannic dan nutrisi lainnya pada teh akan menyehatkan
tanaman. Meletakkan beberapa kantong teh yang sudah tak terpakai di
dasar pot juga dapat membantu mempertahankan air pada tanah, dan
menambahkan nutrisi.

Percobaan

3.
METODE
3.1 Tempat dan Waktu
dilakukan di kebun percobaan Jatikerto FP-UB

Kabupaten malang, Kecamatan Kromengan ketinggian 303 mdpl, suhu


rata-rata 27-29 oC dan RH 70-87% pada bulan Februari - Mei 2015
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ialah cangkul untuk
mengolah tanah, ajir untuk menopang pertumbuhan tanaman, tali
untuk mengikat tanaman pada ajir, timbangan analitik. Bahan yang
digunakan ialah ampas teh sebagai bahan penelitian, benih cabai
dengan 6 varietas yang berbeda, 4 diantaranya hibrida yaitu varietas
TM 999, Inko Hot, Premium, dan Hot Beauty. Sedengkan untuk 2
sisanya varietas lokal, yaitu varietas Lembang-1 dan Tanjung.
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian menggunakan
Rancangan Acak Kelompok sederhana (RAK) yang terdiri dari 6
perlakuan varietas (4 Hibrida, 2 Lokal) dan 4 ulangan. Penggunaan
konsentrasi ampas teh diberikan secara merata pada setiap varietas
dengan memebandingkan perlakuan kontrol yang tidak diberikan
ampas teh
3.4 Pelaksanaan Percobaan
3.4.1 Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan pengolahan lahan dan pembuatan
bedengan. Pengolahan lahan dilakukan dengan pembersihan gulma dan
sisa tanaman sebelumnya. Selanjutnya tanah diolah bersamaan dengan
penambahan ampas teh.
3.4.2 Penanaman
Sebelum penanaman, dilakukan pembuatan lubang tanam dengan
jarak 30 cm x 25 cm. Proses penanaman dilakukan pada pagi hari,
selanjutnya bibit disiram dengan air secukupnya.
3.4.3 Penyulaman dan Penjarangan
Penjarangan dan penyulaman dilakukan ketika tanaman berumur 12 minggu setelah tanam. Jumlah tanaman yang disisakan setelah
penjarangan ialah dua batang per rumpun. Tanaman yang disisakan
ialah yang paling baik pertumbuhannya
3.4.4 Penyiangan
Penyiangan dilakukan saat populasi gulma muncul atau tergantung
dengan kondisi lingkungan.
8

3.4.5 Penyiraman
Bila tidak terjadi hujan, penyiraman dilakukan setiap hari pada saat
pagi dan sore hari.
3.4.6 Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hanya dilakukan bila tanaman terserang hama dan
penyakit
3.4.7 Panen
Pemanenan dilakukan dengan memetik buah yang telah 75 %
berwarna merah beserta tangkainya. Hal ini dilakukan agar buah dapat
disimpan lebih lama. Pemanenan dilakukan setiap interval 5 hari sekali
hingga 10 kali waktu panen
3.5 Pengamatan
3.5.1 Pengamatan Pertumbuhan
Pengamatan pertumbuhan dilakukan secara destruktif dan non
destruktif.. Variabel pengamatan non-destruktif ialah: 1. Tinggi
tanaman, dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman dari tanah
hingga titik tumbuh tertinggi 2. Jumlah daun, dilakukan dengan
menghitung menghitung jumlah daun yang terbentuk. Variabel
pengamatan destruktif ialah:

1. Bobot segar, dilakukan dengan

menimbang bobot tanaman sebelum dikeringkan dalam oven 2. Luas


daun, dilakukan dengan menghitung luas daun tanaman sampel dengan
menggunakan alat pengukur luas daun yaitu LAM (Luas Area Meter)
3. Bobot kering, dilakukan dengan menimbang tanaman sampel yang
telah di keringkan dalam oven selama 1 x 24 jam
3.5.2 Pengamatan Panen
Pengamatan panen dilakukan pada saat tanaman berumur 80 hst.
Pengamatan pada saat panen yang dilakukan yaitu :
a. Jumlah buah total per tanaman contoh
b. Bobot buah total per tanaman contoh
c. Bobot tanaman contoh.
d. Hasil panen per hektar
3.5.3 Analisis Data
Data pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan
analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Bila hasil pengujian diperoleh
perbedaaan yang nyata antar peerlakuan maka dilanjutkan dengan uji
perbandingan antar perlakuan dengan menggunakan Beda Nyata
Terkecil (BNT) pada taraf 5 %. Selain itu juga digunakan RGR, NAR,
dan HI
9

10

3.6 Bagan Alir

Penyiapan
Lahan

Penanaman
Penyulaman
dan
penjarangan
Penyiangan

Penyiraman
Pengendalian
Hama dan
Penyakit
Panen

11

DAFTAR PUSTAKA
Lunardi, S.. 2011. 15 Manfaat Teh, Harian Kompas. com, Kamis, 13 Oktober
2011, diakses 19 Januari 2012
Ningrum, F.G.K.. 2010. Efektivitas Air Kelapa dan Ampas Teh Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Pada
Media Tanam yang Berbeda, Skripsi program studi pendidikan
biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah. Surakarta
Nurmayanti, T.R.. 2008. Efektivitas Air Kelapa dan Ampas Teh Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Sri Rejeki (Aglonema donna carmen) Pada
Media Tanam yang Berbeda. Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Muhammadiyah. Surakarta
Rukmana, H. R. 2005. Bertanam Sayuran di Pekarangan. Kanisius. Yogyakarta.
Setiamidjaya, D.. 2000. Pupuk dan Pemupukan, Simplex, Jakarta
Sherly,sisca, 2010. Budidaya dan Pascapanen Cabai Merah (Capsicum annuum
L.). Ungaran, BPTP Jawa Tengah Rukmana, H. R. 2005. Bertanam
Sayuran di Pekarangan. Kanisius. Yogyakarta.
Wiryanta. 2006. Bertanam Cabe pada Musim Hujan. Agromedia Pustaka. Jakarta

12

LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah Percobaan

V1

V3

V4

V7

V5

V2

V6

V2

V6

V5

V1

V7

V4

V3

V3

V4

V7

V2

V1

V6

V5
L= 210cm

V4

V2

V1

V5

V6

V3

V7

V5

V7

V3

V6

V4

V1

V2

V6

V5

V2

V4

V3

V7

V1

V1

V6

V3

V2

V5

cm
V4

30 cm

V7

15 cm

25 cm

Keterangan:
V1
V2
V3
V4
V5
V6
V7
Luas Lahan

12,5

P=
200cm

: Varietas TM 999
: Varietas Inko Hot
: Varietas Premium
: Varietas Hot Beauty
: Varietas Hot Chili
: Varietas Lembang-1
: Varietas Tanjung
: 200 cm x 210 cm = 42000 cm2 = 420m2

13

Lampiran 2. Denah pengambilan tanaman contoh

V1

V3

V4

V7

V5

V2

V6

V2

V6

V5

V1

V7

V4

V3

V1

V6

V5

Panen

V3

V4

V7

V2

D1

D2

V4

V2

V1

V5

V6

V3

V7

V5

V7

V3

V6

V4

V1

V2

V7

V1

V5

V4

D3

V6

V5

V2

V4

V3

V7

V1

V6

V3

V2

D
4

Keterangan
: Daerah pengambilan sampel panen
Panen

: Daerah pengambilan sampel destruktif setelah melakukan


pengambilan sampel non-destruktif
D

14

You might also like