You are on page 1of 8

Abstrak

Dalam tubuh, kerapatan juga dapat diaplikasikan untuk mencari sifat fisik dari
kerapatan bagian tubuh. Beberapa metode yang digunakan untuk menentukan
massa dan kerapatan tubuh manusia yaitu Volume displacement method, CT
scan, dan MRI scan. Volume displacement method merupakan metode tertua
untuk mengukur berat jenis tubuh manusia. CT scan adalah prosedur x-ray yang
mengombinasikan banyak gambar x-ray untuk memperoleh gambaran melintang
serta gambar tiga dimensi dari struktur-struktur dalam tubuh (Stoppler, 2010).
CT scan dapat dilakukan untuk mengukur kerapatan tulang, dalam evaluasi
osteoporosis, karena kemampuannya untuk memberikan gambaran anatomis
secara akurat. MRI scan adalah teknik radiologi yang menggunakan medan
magnet, gelombang radio, dan komputer untuk menghasilkan gambaran struktur
tubuh (Shiel, 2010) Gambar yang dihasilkan sangat detail dan beresolusi tinggi;
dari gambar tersebut dapat diperoleh nilai kerapatan tulang.
I.

PENDAHULUAN

Sebelum mempelajari lebih dalam tentang penentuan massa dan kerapatan, kita
perlu mengetahui arti dari massa dan kerapatan itu sendiri.
Massa
Massa (berasal dari bahasa Yunani ), adalah suatu sifat fisika dari suatu
benda yang digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku objek yang
terpantau. Dalam kegunaannya sehari-hari, massa biasanya disamaartikan
dengan berat. Namun menurut pemahaman ilmiah modern, berat suatu objek
diakibatkan oleh interaksi massa dengan medan gravitasi.
Konsep modern massa diperkenalkan oleh Isaac Newton dalam penjelasan
gravitasi dan inersia yang dikembangkannya. Sebelumnya, berbagai fenomena
gravitasi dan inersia dipandang sebagai dua hal yang berbeda dan tidak
berhubungan. Namun, Isaac Newton menggabungkan fenomena-fenomena ini
dan berargumen bahwa kesemuaan fenomena ini disebabkan oleh adanya
keberadaan massa.
Alat yang digunakan untuk mengukur massa biasanya adalah timbangan. Dalam
satuan SI, massa diukur dalam satuan kilogram (kg). Terdapat pula berbagai
satuan-satuan massa lainnya, misalnya:
gram: 1 g = 0,001 kg (1000 g = 1 kg)
ton: 1 ton = 1000 kg
MeV/c2 (Umumnya digunakan untuk mengalamatkan massa partikel subatom)
Kerapatan
Kerapatan atau density adalah properti fisik dari materi yang mengungkapkan
hubungan massa terhadap volume. Kerapatan massa atau kerapatan material

didefinisikan sebagai massa per satuan volume. Untuk bahan yang berbeda,
memiliki density yang berbeda pula.
Kerapatan massa material bervariasi terhadap suhu dan tekanan. Peningkatan
tekanan pada objek akan menurunkan volume objek, sehingga menurunkan nilai
densitas terhadap objek tersebut.
Hubungan kerapatan dengan massa
Konsep hubungan kerapatan dengan massa dapat dilihat ketika
mempertimbangkan dua benda dengan massa yang sama dan volume yang
sama. Secara matematis, hubungan antara kerapatan, massa dan volume suatu
material adalah :

Dimana :
= kerapatan objek yang diamati ( g/m3)
m = massa dari objek yang diamati ( g )
v = volume dari objek yang diamati (m3)
Bila dilihat dari rumus density tersebut, hubungan antara density dengan massa
adalah linear. Namun untuk hubungan antara density dan volume adalah
berbanding terbalik. Semakin besar massa material, semakin besar juga nilai
density dari material tersebut. Sedangkan untuk volume, semakin besar volume,
maka density nya akan semakin kecil.
Aplikasi Massa dan Kerapatan
Massa dan kerapatan suatu material dapat diaplikasikan pada material baik
berbentuk padat, cair maupun gas. Dalam tubuh, kerapatan juga dapat
diaplikasikan untuk mencari sifat fisik dari kerapatan bagian tubuh. Pada
makalah ini, aplikasi kerapatan tubuh, lebih diartikan pada kerapatan padatan
tulang.
II.

PEMBAHASAN

Metode Pertama Penentuan Kerapatan


Prinsip Archimedes menyatakan bahwa :
Ketika sebuah benda tercelup seluruhnya atau sebagian di dalam zat cair, zat
cair akan memberikan gaya ke atas (gaya apung) pada benda, di mana
besarnya gayake atas (gaya apung) sama dengan berat zat cair yang
dipindahkan.

Diagram menunjukkan bahwa ketika objek ditempatkan dalam ember yang berisi
air, air kemudian tumpah. Volume air yang tumpah ini disebut Overflow yang
nilainya sama dengan volume objek. Skala juga menunjukkan bahwa berat
semu dari objek dalam air adalah lebih kecil daripada berat yang sebenarnya (di
udara).
Berat di udara berat dalam air = gaya apung
Berat air yang dipindahkan = gaya apung
Volume air yang tumpah = volume benda yang tercelup dalam air tersebut. Jika
seluruh bagian benda tercelup dalam air, maka volume air yang tumpah =
volume benda tersebut. Tapi jika benda hanya tercelup sebagian, maka volume
air yang tumpah = volume dari bagian benda yang tercelup dalam air.
Besarnya gaya apung yang diberikan oleh air pada benda = berat air yang
tumpah
Dengan (berat air yang tumpah = w = mair.g = massa jenis air x volume air
yang tumpah x percepatan gravitasi).
Dan Volume air yang tumpah = volume benda yang tercelup dalam air
Berat jenis suatu benda merupakan perbandingan antara berat benda tersebut di
udara dengan berat air yang memiliki volume yang sama dengan volume benda.
Secara matematis ditulis :

Menurut Archimedes, berat air yang memiliki volume yang sama dengan volume
benda = besarnya gaya apung ketika benda tenggelam (seluruh bagan benda
tercelup dalam air). Hal ini sama saja dengan berat benda yang hilang ketika
ditimbang dalam air. Dengan demikian :

Contoh:

Untuk menentukan berat jenis mahkota, maka terlebih dahulu mahkota


ditimbang di udara (Berat Mahkota di Udara). Selanjutnya mahkota dimasukan ke
dalam air lalu ditimbang lagi untuk memperoleh Berat Mahkota Yang Hilang.
Sehingga :

Metode Kedua Penentuan Kerapatan


Pada metode pertama massa ditentukan dengan berat objek di udara. Dengan
merendahkan objek ke dalam air dan berat air yang di pindahkan maka volume
objek dapat di tentukan (setelah melakukan koreksi untuk perbedaan
temperatur). Massa dan volume digunakan untuk menentukan kerapatan.

Pada metode kedua ini, objek diukur beratnya di udara dan di air. Kerapatan
dapat ditentukan dengan menggunakan:

Dimana :
= kerapatan dari objek yang di teliti (g/m3)

Wudara = berat objek di udara (kg m s-2)


Wair = berat objek di air (kg m s-2)
V = volume benda yang di teliti /(m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Metode perpindahan volume digunakan untuk menentukan volume segmen dari
manusia hidup (Dempster, 1955;Clauser et al,1969). Subjek memasukkan tubuh
kedalam tangki pengukuran, lalu air yang di pindahkan diukur. Metode
perubahan volume terbukti kurang dapat diandalkan pada manusia hidup
daripada cadaver, dengan variasi pengulangan pengukuran mencapai 3 hingga 5
%.
Kerapatan yang ditentukan dengan metode diatas memberikan kerapatan ratarata dari keseluruhan segmen. Bagaimanapun, jaringan individual yang
menyusun segmen manusia mempunyai kerapatan yang berbeda-beda. Segmen
cadaver telah dibedah untuk menentukan kerapatan tulang, otot dan lemak.
Volume dari jaringan individu dapat ditentukan melalui penggunaan metode
seperti tomography aksial terkomputerisasi atau pencitraan resonansi
magnetik. Volume ini dapat digunakan untuk menentukan masa segmen secara
keseluruhan.
Volume Displacement Method
Volume displacement method adalah salah satu metode yang digunakan untuk
mengukur berat jenis tubuh manusia. Metode ini adalah yang tertua dan
mungkin yang paling akurat. Behnke yang pertama kali menggunakan metode
ini, menunjukkan bahwa kelebihan berat badan dari pemain American football
bukan hasil dari kelebihan lemak tetapi pembesaran massa otot.
Dalam metode ini, subjek pertama diukur di udara dan kemudian membenamkan
seluruhnya kedalam air. Perbedaan antara berat di udara dan berat dalam air
adalah gaya ke atas, yang mana sama dengan berat dari air yang pindah (hukum
Archimedes). Namun harus ada koreksi untuk volume paru residual dan udara
dalam perut. Berat (W) tubuh dalam air (uw) direkam dan berat jenis (D) tubuh
dihitung dengan rumus:

D body = Wuw / (Wair Wuw)


Namun hal ini memiliki hasil yang berbeda antara manusia hidup dan kadaver.
(Daurenberg,Paul. 2009.)
CT scan (Computerized Axial Tomography Scan)

CT (CAT) scan atau Computerized Axial Tomography Scan adalah prosedur x-ray
yang mengombinasikan banyak gambar x-ray untuk memperoleh gambaran
melintang serta gambar tiga dimensi dari struktur-struktur dalam tubuh
(Stoppler, 2010). Scan ini dilakukan dengan pengambilan gambar x-ray tubuh
dari berbagai sudut pandang tubuh. Gambar-gambar ini kemudian diproses
komputer untuk menghasilkan gambar-gambar penampang melintang tubuh dua
dimensi, dan dapat digabungkan menjadi suatu gambar tiga dimensi bila
diperlukan.
CT scan dilakukan untuk menganalisa struktur dalam tubuh, seperti halnya
mengidentifikasi infeksi serta tumor pada kepala. CT juga dapat dilakukan untuk
mengukur kerapatan tulang, khususnya bagian vertebral, dalam evaluasi
osteoporosis, karena kemampuannya untuk memberikan gambaran anatomis
secara akurat. Akan tapi, metode ini jarang dilakukan untuk pengukuran
kerapatan tulang, karena biayanya yang mahal, serta menggunakan radiasi yang
cukup banyak (Jathar, 2009). Adapun nilai kerapatan dihitung melalui gambar
yang diperoleh.

Gambar 1. Penampang melintang menunjukkan pengukuran CT terhadap


kerapatan tulang untuk kemudian dibandingkan dengan data empiris kerapatan
tulang (historis), agar dapat ditentukan apakah seseorang menderita
osteroporosis atau tidak.
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Cara serupa juga dapat dilakukan dengan MRI (Magnetic Resonance
Imaging). MRI scan adalah teknik radiologi yang menggunakan medan magnet,
gelombang radio, dan komputer untuk menghasilkan gambaran struktur tubuh
(Shiel, 2010). MRI menggunakan scanner khusus berupa tabung yang dilingkari
oleh magnet. Pasien yang diperiksa, dimasukkan ke dalam tabung. Magnet
menghasilkan medan magnet kuat yang menyearahkan proton-proton hidrogen,
kemudian dipaparkan gelombang radio. Hal ini akan membuat proton-proton di
dalam tubuh menghasilkan suatu sinyal , yang dideteksi oleh receiver dan
diproses oleh komputer untuk menghasilkan gambar. Gambar yang dihasilkan
sangat detail dan beresolusi tinggi; dari gambar tersebut dapat diperoleh nilai
kerapatan tulang, selayaknya pada CT scan.

Table 1. Relative mass and density for arm, forearm, leg, and foot based on data
from six embalmed cadavers (from Clarys & Marfeel-Jones,1986)
BODY SEGMENT

TISSUE

RELATIVE MASS
[%]

DENSITY [gcm-3]

ARM

Skin

6.90

1.050

Adipose

36.45

0.945

Muscle

41.85

1.049

Bone

14.80

1.224

Skin

8.35

1.051

Adipose

23.55

0.961

Muscle

51.50

1.054

Bone

16.60

1.308

Skin

6.00

1.055

Adipose

28.95

0.958

Muscle

42.70

1.042

Bone

22.35

1.2075

Skin

13.25

1.0586

Adipose

30.95

0.992

Muscle

24.70

1.037

Bone

31.10

1.1525

FOREARM

LEG

FOOT

III.

KESIMPULAN

Beberapa metode yang digunakan untuk menentukan massa dan


kerapatan tubuh manusia yaitu Volume displacement method, CT scan, dan MRI
scan. Volume displacement method merupakan metode tertua untuk mengukur
berat jenis tubuh manusia. CT scan adalah prosedur x-ray yang
mengombinasikan banyak gambar x-ray untuk memperoleh gambaran melintang

serta gambar tiga dimensi dari struktur-struktur dalam tubuh (Stoppler, 2010).
CT scan dapat dilakukan untuk mengukur kerapatan tulang, dalam evaluasi
osteoporosis, karena kemampuannya untuk memberikan gambaran anatomis
secara akurat. MRI scan adalah teknik radiologi yang menggunakan medan
magnet, gelombang radio, dan komputer untuk menghasilkan gambaran struktur
tubuh (Shiel, 2010) Gambar yang dihasilkan sangat detail dan beresolusi tinggi;
dari gambar tersebut dapat diperoleh nilai kerapatan tulang.

You might also like