You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan kesehatan jasmaniah saja,
tapi juga permasalahan gangguan mental dalam menghadapi usia senja. Sejalan dengan
semakin baiknya status kesehatan masyarakat, usia harapan hidup masyarakat Indonesia juga
semakin tinggi, sehingga mengakibatkan jumlah lansia juga semakin bertambah.
Saat ini, jumlah lansia yang ada di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik
mencapai 18,7 juta orang (8,5%) dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah ini akan
menjadikan Indonesia menempati urutan ke-4 terbanyak negara berpolulasi lansia setelah
Cina, India dan Amerika. Berdasarkan Survei Kesehatan Depkes RI, menyatakan, gangguan
mental pada usia 55-64 tahun mencapai 7,9%, sedangkan yang berusia di atas 65 tahun
12,3%. Angka ini diperkirakan akan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya.
Karenanya pengenalan masalah mental sejak dini merupakan hal yang penting, sehingga
beberapa gangguan masalah mental pada lansia dapat dicegah, dihilangkan atau dipulihkan.
Jika tidak didiagnosis dan diobati tepat waktu kondisi tersebut dapat mengalami
perburukan dan membutuhkan penanganan yang kompleks. Kepandaian menyiasati dapat
menjadikan masa tua yang menyenangkan, produktif dan energik tanpa harus merasa tua dan
tidak berdaya.
Dengan penjelasan di atas, kami tertarik untuk membahas gangguan fungsi mental
pada lansia lebih lanjut. Kami sebagai calon perawat tertarik untuk membahas tentang asuhan
keperawatan gangguan fungsi mental pada lansia.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam tulisan ini kami merumuskan masalah sebagai berikut ;
1. Apa pengertian mental ?
2. Aspek-aspek apa saja yang ada di Mental ?
3. Aspek-aspek apa saja Yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Mental Pada Lansia ?

Kesehatan Mental Usia Lanjut

4. Masalah apa saja Di Bidang Psikogeratri ?


5. Apa Factor-faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Mental ?
1.3 Tujuan Dari Permasalahan
Setelah selesai membaca bab ini pembaca diharapkan mengetahui serta dapat memahami
tentang perubahan fungsi mental pada lanjut usia.
1.4 Metodelogi Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan
menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan mencari sumber dari berbagai literature baik
itu buku maupun dari berbagai media elektronik.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dari penulisan makalah ini terdiri dari:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5

Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Metodologi Penulisan
Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
3.1

Kesimpulan

3.2

Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

Kesehatan Mental Usia Lanjut

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mental


Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur (usia 60 tahun ke atas) pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada kelompok yang
dikategorikan lansi ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging proses.
Mental berasal dari kata latin yaitu mens, mentis yang artinya: jiwa, nyawa, sukma,
roh, semangat (Kartini Kartono, 1987:3). Sedangkan dalam kamus psikologi Kartini Kartono,
(1987:278) mengemukakan: mental adalah yang berkenaan dengan jiwa, batin ruhaniah.
Dalam pengertian aslinya menyinggung masalah: pikiran, akal atau ingatan. Sedangkan
sekarang ini digunakan untuk menunjukkan penyesuaian organisme terhadap lingkungan dan
secara khusus menunjuk penyesuaian yang mencakup fungsi-fungsi simbolis yang disadari
oleh individu.
Pengertian

mental

dalam

kamus

besar

bahasa

Indonesia,

(1991:647)

adalahBerkenaan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga,
Bukan bersifat badan atau tenaga: bukan hanya pembangunan fisik yang diperhatikan
melainkan juga pembangunan batin dan watak.
Mental secara istilah dapat diartikan dengan semangat jiwa yang tegar, yang aktif,
yang mempengaruhi perilaku hidup dan kehidupan manusia (Mawardi Labay El- Sulthani,
2001:2).
Melihat dari pernyataan diatas, maka mental bisa diartikan sesuatu yang berada dalam
tubuh (fisik) manusia yang dapat mempengaruhi perilaku, watak dan sifat manusia di dalam
kehidupan pribadi dan lingkungannya.
Teori Ericson Usia Lanjut
Tahap Erikson

: Integrity vs Despair (Integritas dan Kekecewaan)

Periode Perkembangan

: masa akhir dewasa (60 tahunan)

Karakteristik :

Masa untuk melihat kembali apa yang telah kita lakukan dalam kehidupan kita, harapan
positif.
Kesehatan Mental Usia Lanjut

1.

Kehidupan baik

: merasa puas / integritas.

2.

Masa lalu negatif

: keputusasaan.

3.

Memaknai yang terjadi, merevisi dan memperluas pemahaman. Pada tahap ini, memiliki

tiga makna biologis, emosional dan terpencil.


Masa ini dimulai sekitar usia 60, ketika seseorang mulai meninggalkan masa-masa aktif di
masyarakat dan bersiap untuk hidup lebih menyendiri. Sangat berbeda dengan rata-rata
orang yang ketakutan dengan datangnya usia tua, maka bagi Erikson, ini adalah masa yang
sama pentingnya dengan fase-fase sebelumnya. Bahkan, masa ini merupakan masa yang
paling penting karena ini adalah masa terakhir di mana kita harus bersiap untuk
meninggalkan dunia ini. Tugas kita saat ini adalah mengembangkan "ego integrity", Integritas
Diri, suatu rasa harga diri untuk tidak takut mati karena telah melalui hidup.
Lawan dari rasa integritas diri ini adalah Despair atau rasa putus asa. Orang-orang yang putus
asa pada masa usia lanjut ini ditandai dengan :
1.

meluapnya rasa jijik pada diri mereka sendiri,

2.

jijik terhadap kegagalan mereka,

3.

jijik dengan cara mereka menyia-nyiakan hidup.

4.

Orang-orang ini seringkali penuh amarah pada mereka yang juga gagal, menganggap itu

hasil kebodohan Orang-orang itu sendiri.


5.

Namun juga marah dan iri pada yang berhasil.

Intinya, sebagian besar Orang-orang ini putus asa dan memandang hidup dengan
negatif. Kenapa putus asa? karena masa-masa ini memang penuh dengan hal-hal yang
membuat kita bisa sengsara secara emosional. Fisik yang makin melemah membuat banyak
orang lanjut usia makin tergantung pada orang lain. Celakanya ketergantungan ini dibarengi
oleh berkurangnya kemampuan cari uang dan menurunnya manfaat bagi orang lain.
Wanita mengalami hal khusus dengan datangnya menopause dan banyak yang melihat
datangnya menopause ini sebagai masa pintu gerbang menuju masa tua yang dipenuhi oleh
penyakit-penyakit seperti kanker payudara, kanker rahim, dan osteoporosis. Lelaki yang
hidup dari kepedulian dan kepekaan orang sekeliling sebagai pencari uang kini hilang
kemampuan cari uangnya padahal keinginan diperdulikan semakin besar. Kemudian, teman
dan saudara mulai menghilang, ada yang meninggal, ada yang pindah diboyong keluarganya
ke tempat lain dan ada yang levelnya sudah ganti (jadi jauh lebih kaya atau jauh lebih miskin)
sehingga menjadi sulit berhubungan lagi.

Kesehatan Mental Usia Lanjut

Paling berat adalah memory dan regret. Sangat jarang ada orang tua yang tidak
menyesali masa lalunya, masa di mana mereka seharusnya melakukan hal yang seharusnya.
Rata-rata mereka berharap melakukan hal-hal yang kini akhirnya berdampak buruk seperti:
1.

bersekolah lebih giat,

2.

tidak berteman dengan si A,

3.

lebih sayang pada anak atau menantunya, dll.


Yang unik dari kenangan ini adalah bahwa mereka tidak punya kesempatan untuk

memperbaiki sehingga ada penyesalan tapi tidak ada pengobatan. Mereka yang berhasil
mengembangkan Ego Integrity, masih memiliki penyesalan tetapi mereka telah berdamai
dengan masa lalu, menerima bahwa ada hal yang bisa mereka lakukan dengan lebih baik, dan
ada hal yang mereka telah lakukan sebaik mungkin, dilihat dari konteks saat itu.

Dan

mereka ini siap apabila harus meninggal. Kalau mereka yang "Despair" atau putus asa ini
memiliki rasa "Disdain" atau jijik pada hidup, maka mereka yang putus asa ini menginginkan
keluarganya berhasil supaya tidak seperti dia. Tetapi caranya agak cenderung memaksa,
memarahi dan menyesali sehingga membuat orang-orang di dekatnya kebingungan
melayaninya karena melakukan kesalahan terus.

2.2 Aspek-aspek Mental


Manusia adalah makhluk yang pada dasarnya baik dan selalu ingin kembali pada
kebenaran yang sejati, karena pada diri manusia mempunyai. Aspek-aspek jiwa yang bisa
mempengaruhi segala sikap dan tingkah laku manusia. Bertolak dari pernyataan maka aspekaspek manusia dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Kartini Kartono (2000:6) mengemukakan bahwa aspek mental yang ada dalam diri
manusia adalah keinginan, tindakan, tujuan, usaha-usaha, dan perasaan.

Keinginan
Tindakan

: perihal yang diinginkan.


: perbuatan; sesuatu yang dilakukan. Sesuatu yang dilaksanakan untuk

mengatasi sesuatu.
Tujuan
: arah yang dituju, maksud atau tuntutan.
Usaha
: kegiatan untuk mengarahkan tenaga, pikiran atau badan
untuk mencapai suata maksud.
Perasaan
: hasil/ perbuatan merasa dengan panca indera. Rasa/keadaan batin
dalam menghadapi sesuatu.

Kesehatan Mental Usia Lanjut

2. Zakiah Darajat (1990:32) berpendapat bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia
adalah kehendak, sikap, dan tindakan.

Kehendak
Sikap
Tindakan

: kemauan, keinginan dan harapan yang keras.


: posisi mental (perasaan terhadap bahasa sendiri/bahasa orang lain).
: perbuatan; sesuatu yang dilakukan. Sesuatu yang Dilaksanakan untuk

mengatasi sesuatu.
3. Mawardi Labay El-Shuthani (2001:3) memandang bahwa aspek mental yang ada dalam
diri manusia adalah segala sesuatu yang menentukan sifat dan karakter manusia.

Sifat
: rupa/keadaan yang nampak pada suatu benda/lahiriah
Karakter
: sifat-sifat kejiwaan, akhlak/budi pekerti yang membedakan
seseorang dari yang lain, tabiat, watak, dan mempunyai kepribadian.

4. Ibnu Sina (1996:116) berpendapt bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah
kesadaran diri, amarah, dan keinginan.

Kesadaran diri
Amarah
Keinginan

: kesadaran seseorang/keadaan dirinya sendiri.


: sangat tidak senang.
: perihal yang diinginkan.

5. Al Ghazali (1989:7) mengemukakan bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia
adalah yang merasa, yang mengetahui dan yang mengenal.

Merasa

: mengalami rangsangan yang mengenai (menyentuh) indra


(seperti yang dialamu lidah, kulit/badan).

6. Hanna Djuhamham Bastaman (2001:64) memandang bahwa aspek mental yang ada
dalam diri manusia adalah berpikir, berkehendak, merasa, dan berangan-angan.

Berpikir
: menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan
dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang.
Berkehendak : kemauan, keinginan dan harapan yang keras.
Merasa
: mengalami rangsangan yang mengenai (menyentuh)
indra (seperti yang dialamu lidah, kulit/badan).
Berangan-angan : mempunyai angan-angan (pikiran/ingatan).

2.3 Aspek-aspek Yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Mental Pada Lansia


Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari 4 aspek yaitu fisik,
psikologik, sosial dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa emosi labil, mudah
Kesehatan Mental Usia Lanjut

tersinggung, gampang merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan kehilangan, dan
tidak berguna. Lansia dengan problem tersebut menjadi rentan mengalami gangguan
psikiatrik seperti depresi, ansietas (kecemasan), psikosis (kegilaan) atau kecanduan obat.
Pada umumnya masalah kesehatan mental lansia adalah masalah penyesuaian. Penyesuaian
tersebut karena adanya perubahan dari keadaan sebelumnya (fisik masih kuat, bekerja dan
berpenghasilan) menjadi kemunduran.
Aspek psikologi merupakan faktor penting dalam kehidupan seseorang dan menjadi
semakin penting dalam kehidupan seorang lansia. Aspek psikologis ini lebih menonjol
daripada aspek materiil dalam kehidupan seorang lansia. Pada umumnya, lansia
mengharapkan: panjang umur, semangat hidup, tetap berperan sosial, dihormati,
mempertahankan hak dan hartanya, tetap berwibawa, kematian dalam ketenangan dan
diterima di sisi-Nya, dan masuk surga. Keinginan untuk lebih dekat kepada Allah merupakan
kebutuhan lansia. Proses menua yang tidak sesuai dengan harapan tersebut, dirasakan sebagai
beban mental yang cukup berat.
Aspek sosial yang terjadi pada individu lanjut usia, meliputi kematian pasangan
hidupnya/teman-temannya, perubahan peran seorang ayah/ibu menjadi seorang kakek/nenek,
perubahan dalam hubungan dengan anak karena sudah harus memerhitungkan anak sebagai
individu dewasa yang dianggap sebagai teman untuk dimintai pendapat dan pertolongan,
perubahan peran dari seorang pekerja menjadi pensiunan yang sebagian besar waktunya
dihabiskan di rumah.
Aspek ekonomi berkaitan dengan status sosial dan prestise. Dalam masyarakat
sebagai seorang pensiunan, perubahan pendapatan karena hidupnya tergantung dari tunjangan
pensiunan. Kondisi-kondisi khas yang berupa penurunan kemampuan ini akan memunculkan
gejala umum pada individu lanjut usia, yaitu perasaan takut menjadi tua.
Pada umumnya, perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal
pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam
kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan
penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status, dan harga diri. Reaksi setelah orang
memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya dan sangat tergantung
pada sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada yang

Kesehatan Mental Usia Lanjut

menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan
ada juga yang seolah-olah pasrah terhadap pensiun.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa aspek mental yang ada pada diri manusia
adalah aspek-aspek yang dapat menentukan sifat dan karakteristik manusia itu sendiri.
Perbuatan dan tingkah laku manusia sangat ditentukan oleh keadaan jiwanya yang merupaka
motor penggerak suatu perbuatan. Oleh sebab itu aspek-aspek mental tersebut bisa manusia
kendalikan melalui proses pendidikan.
2.4 Factor-faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Mental
1. Perubahan fisik,
a. Sel : jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan
interseluler menurun
b. Kardiovaskuler: katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah
menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun,
serta meningkatnya retensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat
c. Persarafan: saraf pancaindera mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat
dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stres.
Berkurang atau hilangnya lapisan mielin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya
respon motorik dan reflek
d. Pendengaran: membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran.
Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan.
e. Penglihatan: respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun,
akomodasi menurun, lapang pandang menurun, katarak
f. Belajar dan memori: kemampuan belajar masih ada tetapi relatif menurun. Memori
menurun karena proses encoding menurun
g. Intelegensi: secara umum tidak berubah
2. Kesehatan umum
Keadaan fisik lemah dan tidak berdaya sehingga harus bergantung pada orang lain.
Terjadi banyak perubahan dalam penampilan lansia, seperti pada bagian kepala dengan
rambut yang menipis dan berubah menjadi putih atau abu-abu, tubuh yang membungkuk dan
tampak mengecil, bagian persendian dengan pangkal tangan menjadi kendur dan terasa berat,
sedangkan ujung tangan tampak mengerut.

Kesehatan Mental Usia Lanjut

Selain itu, fungsi pancaindera terjadi perubahan seperti ada penurunan dalam
kemampuan melihat objek, kehilangan kemampuan mendengar bunyi dengan nada yang
sangat tinggi, penurunan sensitivitas papil-papil pengecap (terutama terhadap rasa manis dan
asin), penciuman menjadi kurang tajam, dan kulit yang semakin kering dan mengeras
menyebabkan indra peraba di kulit semakin peka.
Pada kemampuan motorik, lansia mengalami penurunan kekuatan yang paling nyata,
yaitu pada kelenturan otot-otot tangan bagian depan dan otot-otot yang menopang tegaknya
tubuh, lansia pun cepat merasa lelah. Terdapat juga penurunan kecepatan dalam bergerak dan
lansia cenderung menjadi kaku. Hal ini menyebabkan sesuatu yang dibawa dan dipegangnya
tertumpah dan jatuh.
3. Lingkungan
Berkaitan dengan lingkungan sekitar, seperti keluarga dan teman. Lansia tidak jarang
merasa

emptiness

(kesendirian,

kehampaan)

ketika

keluarganya

tidak

ada

yang

memperhatikannya. Selain itu, ketika ada lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan
pada lansia kapan ia akan meninggal.
2.5 Masalah Di Bidang Psikogeratri
1. Kecemasan
a. Pengertian
Gangguan kecemasan pada lansia adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan
obsesif kondlusif, gangguan kecemasan umum, gangguan stress akut, gangguan stress pasca
traumatik
b. Gejala kecemasan
1)
2)
3)
4)

Perasaan khawatir atau takut yang tidak rasional terhadap kejadian yang akan terjadi
Sulit tidur sepanjang malam
Rasa tegang dan cepat marah
Sering mengeluh akan gejala yang ringan atau takut/khawatir terhadap penyakit yang

berat, misalnya kanker dan penyakit jantung yang sebenarnya tidak dideritanya
5) Sering membayangkan hal-hal yang menakutkan
6) Merasa panic terhadap masalah yang ringan
c. Tindakan untuk mengatasi kecemasan
Kesehatan Mental Usia Lanjut

1) Cobalah untuk mendapatkan dukungan keluarga dengan rasa kasih saying


2) Bicaralah tentang rasa khawatir lansia dan cobalah untuk menentukan penyebab
mendasar (dengan memandang lansia secara holistic).
3) Cobalah untuk mengalihkan penyebab dan berikan rasa aman dengan penuh empati
4) Bila penyebabnya tidak jelas dan mendasar, berikan alas an-alasan yang dapat
diterima olehnya
5) Konsultasikan dengan dokter bila penyebabnya tidak dapat ditentukan atau bila telah
dicoba dengan berbagai cara tetapi gejala menetap.
2. Depresi
a. Pengertian
Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen psikologis
seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan penyesalan atau
berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Afda Wahywlingsih dan Sukamto).
Depresi adalah kondisi umum yang terjadi pada lansia dan alasan terjadinya kondisi ini dapat
dilihat pada saat mengkaji kondisi sosial, kejadian hidup, dan masalah fisik pada lansia.
Memang, depresi sering disalahartikan sebagai demensia. Kemampuan mental klien dengan
depresi tetap utuh, sedangkan pada klien demensia, terjadi peningkatan kerusakan kognitif.
b. Tipe depresi
Terdapat 2 tipe depresi yaitu eksogen atau depresi reaktif dan deprsesi endogen.
1) Depresi endogen mungkin akan terjadi pada awitan awal dalam hidupnya. Individu
dengan depresi endogen betul-betul dapat mengalami gangguan mental bahkan
mengalami delusi, dan sering kali mencoba bunuh diri. Bunuh diri adalah pengalaman
yang biasa pada lansia, terutama laki-laki. Oleh karena itu, semua ancaman ini harus
ditangani dengan serius.
2) Klien dengan depresi eksogen biasanya mendapat dukungan yang cukup pada stuasi
depresi, seperti setelah berduka karena kehilangan atau selama tinggal di rumah sakit.
Kadang-kadang dapat dilakukan sesuatu terhadap penyebab depresi yang dialami
lansia yang ketakutan untuk kembali ke rumah setelah tinggal dirumah sakit. Hal yang
dapat dilakukan adalah dengan memastikan bahwa mereka mendapat cukup dukungan
di rumah.
c. Penyebab depresi pada lansia:
Kesehatan Mental Usia Lanjut

10

1)
2)
3)
4)
5)

Penyakit fisik
Penuaan
Kurangnya perhatian dari pihak keluarga
Gangguan pada otak (penyakit cerebrovaskular)
Faktor psikologis, berupa penyimpangan perilaku oleh karena cukup banyak lansia

yang mengalami peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan atau cukup berat.
6) Serotonin dan norepinephrine
7) Zat-zat kimia didalam otak (neurotransmitter) tidak seimbang. Neurotransmitter
sendiri adalah zat kimia yang membantu komunikasi antar sel-sel otak.
d. Factor pencetus depresi pada lansia:
1) Faktor biologic, misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak, faktor risiko
vaskular, kelemahan fisik.
2) Faktor psikologik yaitu tipe kepribadian, relasi interpersonal, peristiwa kehidupan
seperti berduka, kehilangan orang dicintai, kesulitan ekonomi dan perubahan situasi,
stres kronis dan penggunaan obat-obatan tertentu.
e. Gejala depresi pada lansia:
1) Secara umum tidak pernah merasa senang dalam hidup ini. Tantangan yang ada, proyek,
hobi, atau rekreasi tidak rnemberikan kesenangan.
2) Keluhan fisik biasanya terwujud pada perasaan fisik seperti:
a) Distorsi dalam perilaku makan. Orang yang mengalami depresi tingkat sedang cenderung
untuk makan secara berlebihan, namun berbeda jika. kondisinya telah parah seseorang
cenderung akan kehilangan gairah makan.
b) Nyeri (nyeri otot dan nyeri kepala).
c) Berat badan berubah drastic
d) Gangguan tidur. Tergantung pada tiap orang dan berbagai macam faktor penentu,
sebagian orang mengalami depresi sulit tidur. Tetapi dilain pihak banyak orang
mengalami depresi justru terlalu banyak tidur.
e) Sulit berkonsentrasi. Kapasitas menurun untuk bisa berpikir dengan jernih dan untuk
mernecahkan masalah secara efektif. Orang yang mengalami depresi merasa kesulitan
untuk memfokuskan perhatiannya pada sebuah masalah untuk jangka waktu tertentu.
f)
g)
h)
i)
j)
k)

Keluhan umum yang sering terjadi adalah, "saya tidak bisa berkonsentrasi".
Keluarnya keringat yang berlebihan.
Sesak napas.
Kejang usus atau kolik.
Muntah.
Diare.
Berdebar-debar.

Kesehatan Mental Usia Lanjut

11

l) Gangguan dalam aktivitas normal seseorang. Seseorang yang mengalami depresi


mungkin akan mencoba melakukan lebih dari kemampuannya dalam setiap usaha untuk
mengkomunikasikan idenya. Dilain pihak, seseorang lainnya yang mengalami depresi
mungkin akan gampang letih dan lemah.
m) Kurang energi. Orang yang mengalami depresi cenderung untuk mengatakan atau
merasa, "saya selalu merasah lelah" atau "saya capai".

3) Secara biologik dipacu dengan perubahan neurotransmitter, penyakit sistemik dan penyakit
degeneratif.
4) Secara psikologik gejalanya:
a) Kehilangan harga diri/ martabat.
b) Kehilangan secara fisik prang dan benda yang disayangi.
c) Perilaku merusak diri tidak langsung. contohnya: penyalahgunaan alkohol/ narkoba,
nikotin, dan obat-obat lainnya, makan berlebihan, terutama kalau seseorang
mempunyai masalah kesehatan seperti misalnya menjadi gemuk, diabetes,
hypoglycemia, atau diabetes, bisa juga diidentifikasi sebagai salah satu jenis perilaku
merusak diri sendiri secara tidak langsung.
d) Merasa putus asa dan tidak berarti. Keyakinan bahwa seseorang mempunyai hidup
yang tidak berguna, tidak efektif. orang itu tidak mempunyai rasa percaya diri.
Pemikiran seperti, "saya menyia-nyiakan hidup saya" atau saya tidak bisa rncncapai
banyak kemajuan", seringkali terjadi.
e) Mempunyai pemikiran ingin bunuh diri.
5) Gejala social ditandai oleh kesulitan ekonomi seperti tak punya tempat tinggal.
3. Insomnia
a. Pengertian
Kebiasaan atau pola tidur lansia dapat berubah, yang terkadang dapat mengganggu
kenyamanan anggota keluarga lain yang tinggal serumah. Perubahan pola tidur dapat berubah
tiak bisa tidur sepanjang malam dan sering terbangun pada malam hari, sehingga lansia
melakukan kegiatannya pada malam hari.
b. Penyebab insomnia pada lansia
Kesehatan Mental Usia Lanjut

12

1) Kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga mereka masih semangat
2)
3)
4)
5)
6)

sepanjang malam
Tertidur sebentar-sebentar sepanjang hari
Gangguan cemas dan depresi
Tempat tidur dan suasana kamar kurang nyaman
Sering berkemih pada waktu malam karena banyak minum pada malam hari
Infeksi saluran kemih

4. Paranoid
a. Pengertian
Lansia terkadang merasa bahwa ada orang yang mengancam mereka, membicarakan, serta
berkomplot ingin melukai atau mencuri barang miliknya
b. Gejala Paranoid
1) Perasaan curiga dan memusuhi anggota keluarga, teman-teman, atau orang-orang di
sekelilingnya
2) Lupa akan barang-barang yang disimpannya kemudian menuduh orang-orang di
sekelilingnya mencuri atau menyembunyikan barang miliknya
3) Paranoid dapat merupakan manifestasi dari masalah lain, seperti depresi dan rasa
marah yang ditahan
Tindakan yang dapat dilakukan pada lansia dengan paranoid adalah memberikan rasa
aman dan mengurangi rasa curiga dengan memberikan alas an yang jelas dalam setiap
kegiatan. Konsultasikan dengan dokter bila gejala bertambah berat.
5. Demensia
a. Pengertian
Demensia ialah kemunduran fungi mental umum, terutama intelegensi, disebabkan
oleh kerusakan jaringan otak yang tidak dapat kembali lagi (irreversible) (Maramis, 1995).
Demensia adalah gangguan progresif kronik yang dicirikan dengan kerusakan berat pada
proses kognitif dan disfungsi kepribadian serta perilaku (Isaac, 2004). Menurut Roger
Watson, demensia adalah suatu kondisi konfusi kronik dan kehilangan kemampuan kognitif
secara global dan progresif yang dihubungkan dengan masalah fisik.
b. Jenis demensia:
Kesehatan Mental Usia Lanjut

13

1) Demensia jenis alzheimer


a.) Patofisiologi: Otopsi menunjukkan adanya plak amiloid (plak senil atau neuritik) di
jaringan otak atau adanya kekusutan neurofibriler (akumulasi simpul filamen saran pada
neuron. Adanya plak dan kekusutan tersebut berkaitan dengan sel saraf, hilangnya
sambungan antar neuron dan akhimya atrofi serebral.
b.) Penyebab
Genetika:
Adanya gen abnormal saja tidak cukup untuk memprediksi demensia jenis alzheimer.
Penyakit alzheimer familial memiliki awitan sangat dini (usia 30-40 th) dan bertanggung
jawab atas 20% dari semua kasus demensia jenis ini. Penyakit ini berkaitan denga gengen
abnormal dikromosom 1, 14 dan 21. Adanya apolipoprotein E 4 (apo, E 4) dikromosom 19
terjadi 2 kali lebih banyak pada penderita demensia jenis alzheimer dibanding populasi
umum.
Modal toksin:
Sebagian peneliti meyakini bahwa akumulasi alumunium pada otak akibat pajanan alat-alat
dan produk alumunium dapat menyebabkan demensia jenis alzheimer. Bukti untuk teori ini
masih sedikit.
Abnormalitas neurotransmiter atau reseptor :
Kehilangan asetil kolin (neurotransmiter kolinergik mayor) berkaitan dengan gejala-gejala
gangguan kognitif (demensia). (peningkatan kadar asetin kolin merupakan dasar untuk terapi
obat yang disetujui FDA untuk demensia).
Tahap Perilaku Afek Perubahan Kognitif
Ringan Sulit menyelesaikan tugas
Penurunan aktivitas yang mengarah pada tujuan
Kurang memperhatikan penampilan pribadi dan
aktivitas sehari-hari

Kesehatan Mental Usia Lanjut

14

Menarik diri dari aktivitas social yang biasa


Sering mencari benda-benda
karena lupa meletakannya;
dapat menuduh orang lain telah mencurinya Cemas
Depresi
Frustasi
Curiga
Ketakutan Kehilangan ingatan tentang
peristiwa yang baru saja terjadi (lupa akan janji
temu dan percakapan)
Disorientasi waktu
Berkurangnya kemampuan konsentrasi
Sulit mengambil keputusan
Kemampuan penilaian buruk
Sedang Perilakunya tidak pantas secara sosial
Kurang perawatan diri (misal mandi, toileting, berpakaian, berdandan)
Berkeluyuran atau mondar-mandir
Senang menimbun barang-barang
Hiperoralitas
Mengalami
gangguan siklus tidur-bangun Mood labil Datar
Apatis
Agitasi
Kesehatan Mental Usia Lanjut

15

Katas tropi Paranoia Kehilangan ingatan tentang hal-hal yang baru atau lama (amnesia)
Konfabulasi
Disprientasi waktu, tempat dan orang
Sedikit agnosia, apraksia dan afasia
Berat Penurunan kemampuan ambulasi dan aktivitas motorik lainnya
Penurunan kemampuan menelan
Sama sekali tidak bisa mengurus diri (misalnya membutuhkan perawatan yang konstan)
Tidak mengenali lagi keberadaan pemberi asuhan Datar, apatis Reaksi Katastropik
occasional dapat berlanjut. Semua perubahan kognitif berlanjut sejalan dengan meningkatnya
amnesia, agnosia, aprasia dan afasia.
2) Demensia vaskular (multi-infark) ditandai dengan gejala-gejala demensia pada tahun
pertama terjadinya gejala neurologik fokal. Klien diketahui mengalami faktor resiko penyakit
vaskuler (misalnya hipertensi, fibrilasi atrium, diabetes).
3) Jenis demensia yang lain berkaitan dengan kondisi medis umum, seperti penyakit
parkinson, penyakit pick, koreahuntingtown dan penyakit Creutzfeldt-jakob. Demensia yang
disebabkan kondisi-kondisi tersebut dicatat sesuai penyakitnya yang spesifik.
c. Gejala demensia:
1) Afasia: kehilangan kemampuan berbahasa; kemampuan berbicara memburuk dan klien
sulit "menemukan" kata-kata.
2) Apraksia: rusaknya kemampuan melakukan aktivitas motorik sekalipun fungsi sensoriknya
tidak mengalami kerusakan.
3) Agnosia: kegagalan mengenali atau mengidentifikasi objek atau benda urnurn walaupun
fungsi sensoriknya tidak mengalami kerusakan.
4) Konfabulasi: mengisi celah-celah ingatannya dengan fantasi yang diyakini oleh individu
yang terkena.
5) Sundown sindrom: memburuknya disorientasi di malam hari.
Kesehatan Mental Usia Lanjut

16

6) Reaksi katastrofik: respon takut atau panik dengan potensi kuat inenyakiti diri sendiri atau
orang lain.
7) Perseveration phenomenon: perilaku berulang, meliputi mengulangi kata-kata orang lain.
8) Hiperoralitas: kebutuhan untuk mencicipi dan mengunyah benda-benda yang cukup kecil
untuk dimasukkan ke mulut.
9) Kehilangan memori: awalnya hanya kehilangan memori tentang hal-hal yang baru terjadi,
dan akhirnya gangguan ingatan masa lalu.
10) Disorientasi waktu, tempat dan orang.
11) Berkurangnya kemampuan berkonsentrasi atau mempelajari materi baru.
12) Sulit mengambil keputusan.
13) Penilaian buruk: individu ini mungkin tidak mempunyai kewaspadaan lingkungan tentang
keamanan dan keselamatan.
d. Etiologi demensia
Faktor-faktor yang berkaitan dengan demensia adalah:
1) Kondisi akut yang tidak diobati atau tidak dapat disembuhkan. Bila kondisi akut yang
menyebabkan delirium tidak atau tidak dapat diobati, terdapat kemungkinan bahwa kondisi
ini akan menjadi kronik dan karenanya dapat dianggap sebagai demensia.
2) Penyakit vaskuler, seperti hipertensi, arteriosklerosis, dan aterosklerosis dapat
menyebabkan stroke.
3) Penyakit parkinson: demensia menyerang 40% dari pasien-pasien ini.
4) Gangguan genetika: koreahuntington atau penyakit pick.
5) Penyakit prior (protein yang terdapat dalam proses infeksi penyakit Creutzfeldt-jakob).
6) lnfeksi Human Imunodefisiensi Virus (HIV) dapat menyerang Sistem saraf pusat (SSP),
menyebabkan ensefalopati HIV atau kompleks demensia AIDS.

Kesehatan Mental Usia Lanjut

17

7) Gangguan struktur jaringan otak, seperti tekanan normal, hidrocephalus dan cidera akibat
trauma kepala.

6. Alzheimer
Alzheimer merupakan penyakit dementia primer yang tersering. Penyakit Alzheimer (AD)
adalah penyakit yang bersifat degeneraif dan progresif pada otak yang menyebabkan cacat
spesifik pada neuron, serta mengakibatkan gangguan memori, berfikir, dan tingkah laku
(Price dan Wilson, 2006).
a. Etiologi
Penyebab penyakit Alzheimer yang pasti pada saat ini belum diketahui. Sedangkan, Usia
dan riwayat keluarga adalah faktor resiko yang sudah terbukti untuk penyakit Alzheimer. Bila
anggota keluarga ada yang menderita penyakit ini, maka diklasifikasikan sebagai familiar
atau Alzheimer Disease Familial (FAD). Penyakit Alzheimer yang timbul tanpa diketahui ada
riwayat familiarnya disebut sporadic atau Alzheimer Disease Sporadic (ADS). AD juga
digambarkan sebagai:
1.

awitan dini (gejala pertama muncul sebelum usia 65 tahun, yaitu dalam kisaran 30-60

tahun).
AD awitan dini ini jarang terjadi yaitu angka kejadiannya sekitar 5% sampai 10%. AD awitan
dini ini cenderung terjadi dalam keluarga, yang dipercayai sebagai penyebab sebenarnya
adalah karena adanya mutasi gen yang diwasirkan secara autosomal. Sejauh ini, tiga gen
awitan dini mutasi penyebab AD telah diidentifikasi pada tiga kromosom yang berbeda. Yaitu
kromosom nomer 21, 14, dan 1.
2.

awitan lambat (gejala pertama muncul pada usia lebih dari 65 tahun).

Para ahli mengemukakan bahwa lebih dari satu gen yang terlibat dalam meningkatkan risiko
seseorang untuk terkena AD awitan lambat.
Penyakit Alzheimer dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
1.

Faktor genetic

Kesehatan Mental Usia Lanjut

18

Beberapa peneliti mengungkapkan 50% prevalensi kasus alzheimer ini diturunkan melalui
gen autosomal dominant. Individu keturunan garis pertama pada keluarga penderita alzheimer
mempunyai resiko menderita demensia 6 kali lebih besar dibandingkan kelompok kontrol
normal. Pemeriksaan genetika DNA pada penderita alzheimer dengan familial early onset
terdapat kelainan lokus pada kromosom 21 diregio proximal log arm, sedangkan pada
familial late onset didapatkan kelainan lokus pada kromosom 19. Begitu pula pada penderita
down syndrome mempunyai kelainan gen kromosom 21, setelah berumur 40 tahun terdapat
neurofibrillary tangles (NFT), senile plaque dan penurunan marker kolinergik pada jaringan
otaknya yang menggambarkan kelainan histopatologi pada penderita alzheimer. Hasil
penelitian penyakit alzheimer terhadap anak kembar menunjukkan 40-50% adalah
monozygote dan 50% adalah dizygote. Keadaan ini mendukung bahwa faktor genetik
berperan dalam penyaki alzheimer. Pada sporadik non familial (50-70%), beberapa
penderitanya ditemukan kelainan lokus kromosom 6, keadaan ini menunjukkan bahwa
kemungkinan faktor lingkungan menentukan ekspresi genetika pada alzheimer.
2. Faktor infeksi
Ada hipotesa menunjukkan penyebab infeksi virus pada keluarga penderita alzheimer yang
dilakukan secara immuno blot analisis, ternyata diketemukan adanya antibodi reaktif. Infeksi
virus tersebut menyebabkan infeksi pada susunan saraf pusat yang bersipat lambat, kronik
dan remisi. Beberapa penyakit infeksi seperti Creutzfeldt-Jacob disease dan kuru, diduga
berhubungan dengan penyakit alzheimer. Hipotesa tersebut mempunyai beberapa persamaan
antara lain:
1)

manifestasi klinik yang sama

2) Tidak adanya respon imun yang spesifik


3) Adanya plak amyloid pada susunan saraf pusat
4) Timbulnya gejala mioklonus
5) Adanya gambaran spongioform
3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga dapat berperan dalam patogenesa penyakit alzheimer. Faktor
lingkungan antar alain, aluminium, silicon, mercury, zinc. Aluminium merupakan neurotoksik
Kesehatan Mental Usia Lanjut

19

potensial pada susunan saraf pusat yang ditemukan neurofibrillary tangles (NFT) dan senile
plaque (SPINALIS). Hal tersebut diatas belum dapat dijelaskan secara pasti, apakah
keberadaan aluminum adalah penyebab degenerasi neurosal primer atau sesuatu hal yang
tumpang tindih. Pada penderita alzheimer, juga ditemukan keadan ketidak seimbangan
merkuri, nitrogen, fosfor, sodium, dengan patogenesa yang belum jelas. Ada dugaan bahwa
asam amino glutamat akan menyebabkan depolarisasi melalui reseptor N-methy D-aspartat
sehingga kalsium akan masuk ke intraseluler (Cairan-influks) danmenyebabkan kerusakan
metabolisma energi seluler dengan akibat kerusakan dan kematian neuron.
4. Faktor imunologis
60% pasien yang menderita alzheimer didapatkan kelainan serum protein seperti
penurunan albumin dan peningkatan alpha protein, anti trypsin alphamarcoglobuli dan
haptoglobuli. Terdapat hubungan bermakna dan meningkat dari penderita alzheimer dengan
penderita tiroid. Tiroid Hashimoto merupakan penyakit inflamasi kronik yang sering
didapatkan pada wanita muda karena peranan faktor immunitas.
5. Faktor trauma
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan penyakit alzheimer dengan trauma
kepala. Hal ini dihubungkan dengan petinju yang menderita demensia pugilistik, dimana pada
otopsinya ditemukan banyak neurofibrillary tangles.
6.

Faktor neurotransmiter

Perubahan neurotransmitter pada jaringan otak penderita alzheimer mempunyai peranan


yang sangat penting seperti:
1) Asetilkolin
Penelitian terhadap aktivitas spesifik neurotransmiter dengan cara biopsi sterotaktik dan
otopsi jaringan otak pada penderita alzheimer didapatkan penurunan aktivitas kolinasetil
transferase, asetikolinesterase dan transport kolin serta penurunan biosintesa asetilkolin.
Adanya defisit presinaptik dan postsynaptik kolinergik ini bersifat simetris pada korteks
frontalis, temporallis superior, nukleus basalis, hipokampus. Kelainan neurottansmiter
asetilkoline merupakan kelainan yang selalu ada dibandingkan jenis neurottansmiter lainnya
pada penyakit alzheimer, dimana pada jaringan otak/biopsinya selalu didapatkan kehilangan
Kesehatan Mental Usia Lanjut

20

cholinergik Marker. Pada penelitian dengan pemberian scopolamin pada orang normal, akan
menyebabkan berkurang atau hilangnya daya ingat. Hal ini sangat mendukung hipotesa
kolinergik sebagai patogenesa penyakit alzheimer.
2) Noradrenalin
Kadar metabolisma norepinefrin dan dopimin didapatkan menurun pada jaringan otak
penderita alzheimer. Hilangnya neuron bagian dorsal lokus seruleus yang merupakan tempat
yang utama noradrenalin pada korteks serebri, berkorelasi dengan defisit kortikal
noradrenergik. Hasil biopsi dan otopsi jaringan otak penderita alzheimer menunjukkan
adanya defisit noradrenalin pada presinaptik neokorteks. Konsentrasi noradrenalin menurun
baik pada post dan ante-mortem penderita alzheimer.
3) Dopamin
Pengukuran terhadap aktivitas neurottansmiter regio hipothalamus, dimana tidak adanya
gangguan perubahan aktivitas dopamin pada penderita alzheimer. Hasil ini masih
kontroversial, kemungkinan disebabkan karena potongan histopatologi regio hipothalamus
setia penelitian berbeda-beda.
4)

Serotonin

Didapatkan penurunan kadar serotonin dan hasil metabolisme 5 hidroxi-indolacetil acid


pada biopsi korteks serebri penderita alzheimer. Penurunan juga didapatkan pada nukleus
basalis dari meynert. Penurunan serotonin pada subregio hipotalamus sangat bervariasi,
pengurangan maksimal pada anterior hipotalamus sedangkan pada posterior peraventrikuler
hipotalamus berkurang sangat minimal. Perubahan kortikal serotonergik ini berhubungan
dengan hilangnya neuron-neuron dan diisi oleh formasi NFT pada nukleus rephe dorsalis.
5)

MAO (Monoamine Oksidase)

Enzim mitokondria MAO akan mengoksidasi transmitter mono amine. Aktivitas normal
MAO terbagi 2 kelompok yaitu MAO A untuk deaminasi serotonin, norepineprin dan
sebagian kecil dopamin, sedangkan MAO B untuk deaminasi terutama dopamin. Pada
penderita alzheimer, didapatkan peningkatan MAO A pada hipothalamus dan frontais
sedangkan MAO B meningkat pada daerah temporal danmenurun pada nukleus basalis dari
meynert.
Kesehatan Mental Usia Lanjut

21

b. Tanda dan Gejala


Kejanggalan awal biasanya dirasakan oleh penderita sendiri, mereka sulit mengingat nama
atau lupa meletakkan suatu barang. Mereka juga sering kali menutup-nutupi hal itu dan
meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan
biasanya akan dirasakan oleh orang-orang di sekitar mereka yang mulai khawatir akan
penurunan daya ingat. Mereka awalnya belum mencurigai adanya problem besar di balik
kepikunan yang dialami pasien, tetapi kemudian tersadar bahwa kondisinya sudah parah.
Gejala klinis pada penyakit Alzheimer dapat terlihat sebagai berikut :
1.

Kehilangan daya ingat/memori


Pada orang tua normal, dia tidak ingat nama tetangganya, tetapi dia tahu orang itu adalah

tetangganya. Pada penderita Alzheimer, dia bukan saja lupa nama tetangganya tetapi juga
lupa bahwa orang itu adalah tetangganya.
2.

Kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa


Seperti tidak tahu bagaimana cara membuka baju atau tidak tahu urutan-urutan

menyiapkan makanan.
3.

Kesulitan berbahasa.
Umumnya pada usia lanjut didapat kesulitan untuk menemukan kata yang tepat, tetapi

penderita Alzheimer lupa akan kata-kata yang sederhana atau menggantikan suatu kata
dengan kata yang tidak biasa.
4.

Disorientasi waktu dan tempat.


Kita terkadang lupa kemana kita akan pergi atau hari apa saat ini, tetapi penderita

Alzheimer dapat tersesat pada tempat yang sudah familiar untuknya, lupa di mana dia saat
ini, tidak tahu bagaimana cara dia sampai di tempat ini, termasuk juga apakah saat ini malam
atau siang.
5.

Penurunan dalam memutuskan sesuatu atau fungsi eksekutif


Misalnya tidak dapat memutuskan menggunakan baju hangat untuk cuaca dingin atau

sebaliknya.

Kesehatan Mental Usia Lanjut

22

6.

Salah menempatkan barang.


Seseorang secara temporer dapat salah menempatkan dompet atau kunci. Penderita

Alzheimer dapat meletakkan sesuatu pada tempat yang tidak biasa, misal jam tangan pada
kotak gula.
7.

Perubahan tingkah laku.


Seseorang dapat menjadi sedih atau senang dari waktu ke waktu. Penderita Alzheimer

dapat berubah mood atau emosi secara tidak biasa tanpa alasan yang dapat diterima.
8.

Perubahan perilaku
Penderita Alzheimer akan terlihat berbeda dari biasanya, ia akan menjadi mudah curiga,

mudah tersinggung, depresi, apatis atau mudah mengamuk, terutama saat problem memori
menyebabkan dia kesulitan melakukan sesuatu.
9.

Kehilangan inisiatif
Duduk di depan TV berjam-jam, tidur lebih lama dari biasanya atau tidak menunjukan

minat pada hobi yang selama ini ditekuninya.


Awitan dari perubahan mental penderita alzheimer sangat perlahanlahan, sehingga pasien
dan keluarganya tidak mengetahui secara pasti kapan penyakit ini mulai muncul.
Terdapat beberapa stadium perkembangan penyakit alzheimer yaitu:
a. Stadium I (lama penyakit 1-3 tahun)
Memori

: ingatan terganggu

Kepribadian
Motor sistem
EEG
CT/MRI
PET

: ketidakpedulian, lekas marah sesekali


: normal

: normal
: normal
: hipometabolisme posterior bilateral

b. Stadium II (lama penyakit 3-10 tahun)


Kesehatan Mental Usia Lanjut

23

Memori

: ingatan terakhir sangat terganggu

Kepribadian

: ketidakpedulian, lekas marah sesekali

Motor sistem
EEG
CT/MRI
PET

: gelisah, mondar-mandir

: latar belakang irama lambat


: normal
: hipometabolisme frontal dan parietal bilateral

c. Stadium III (lama penyakit 8-12 tahun)


Fungsi intelektual
Motor sistem

: sangat memburuk
: anggota tubuh kaku dan postur fleksi

EEG

: difus lambat

PET

: hipometabolisme frontal dan parietal bilateral

2.6 Pendekatan Perawatan Lanjut Usia


Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lanjut usia sangat perlu ditekankan
pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik, psikologis, spiritual dan sosial. Hal tersebut
karena pendekatan dari satu aspek saja tidak akan menunjang pelayanan kesehatan pada
lanjut usia yang membutuhkan suatu pelayanan yang komprehensif. Pendekatan inilah yang
dalam bidang kesehatan jiwa (mental health) disebut pendekatan eklektik holistik, yaitu suatu
pendekatan yang tidak tertuju pada pasien semata-mata, akan tetapi juga mencakup aspek
psikososial dan lingkungan yang menyertainya. Pendekatan Holistik adalah pendekatan yang
menggunakan semua upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia, secara utuh
dan menyeluruh.
1. Pendekatan fisik
Perawat mempunyai peranan penting untuk mencegah terjadinya cedera sehingga diharapkan
melakukan pendekatan fisik, seperti berdiri disamping klien, menghilangkan sumber bahaya

Kesehatan Mental Usia Lanjut

24

dilingkungan, memberikan perhatian dan sentuhan, bantu klien menemukan hal yang salah
dalam penempatannya, memberikan label gambar atau hal yang diinginkan klien.
2. Pendekatan psikologis
Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada
klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala
sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan
waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia
merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip Tripple, yaitu sabar, simpatik dan
service.
Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan semakin
lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya
ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan
kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang,
dan pergeseran libido.
Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan
menertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa melakukan kesalahan . Harus diingat
kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. Bila perawat ingin merubah
tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bila melakukannya secara
perlahan lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah
pemuasan pribadi sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila
perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia.
3. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungan lansia
dengan Tuhan atau agama yang dianutnya dalam keadaan sakit atau mendeteksi kematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian.
Seorang dokter mengemukakan bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa
semacam ini didasari oleh berbagai macam faktor, seperti ketidakpastian akan pengalaman
selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi dengan keluarga dan lingkungan
sekitarnya. Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi
Kesehatan Mental Usia Lanjut

25

yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini. Adapun
kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga, perawat harus dapat
meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun keluarga tadi ditinggalkan , masih ada orang lain
yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia.
4. Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam
pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien usia
berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan social ini merupakan suatu pegangan
bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan
orang lain. Penyakit memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia
untuk mengadakan konunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi, nonton film, atau
hiburan lain. Tidak sedikit klien tidak tidur terasa, stress memikirkan penyakitnya, biaya
hidup, keluarga yang dirumah sehingga menimbulkan kekecewaan, ketakutan atau
kekhawatiran, dan rasa kecemasan.
Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara lanjut usia, hal ini dapat diatasi
dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian
perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap
petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut
usia di Panti Werda.

Kesehatan Mental Usia Lanjut

26

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur (usia 60 tahun ke atas) pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Mental dapat diartikan
sesuatu yang berada dalam tubuh (fisik) manusia yang dapat mempengaruhi perilaku, watak
dan sifat manusia di dalam kehidupan pribadi dan lingkungannya. Pada lansia bukan hanya
dihadapkan pada permasalahan kesehatan jasmaniah saja, tapi juga permasalahan gangguan
mental dalam menghadapi usia senja. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental
pada lansia seperti perubahan fisik, kesehatan umum dan lingkungan. Pada lansia sering
muncul masalah-masalah yang berkaitan dengan perubahan fungsi mental seperti kecemasan,
depresi, insomnia, paranoid, demensia dan alzhaimer.
Masalah-masalah tersebut dapat berdampak pada kelangsungan hidup lansia sehingga
penting bagi perawat untuk menanganinya. Berdasarkan masalah diatas dapat muncul
beberapa diagnose keperawatan seperti : gangguan pola tidur b.d ansietas; gangguan proses
pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi neuron irreversible; risiko cedera
berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis daan kognitif; perubahan persepsi sensori
berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi dan atau integrasi sensori ( defisit
neurologist); kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting berhubungan dengan
ketergantungan fisiologis dan atau psikologis.
Teori Ericson Usia Lanjut
Tahap Erikson

: Integrity vs Despair (Integritas dan Kekecewaan)

Periode Perkembangan

: masa akhir dewasa (60 tahunan)

Karakteristik :

Masa untuk melihat kembali apa yang telah kita lakukan dalam kehidupan kita, harapan
positif.
1.

Kehidupan baik

: merasa puas / integritas.

2.

Masa lalu negatif

: keputusasaan.

3.

Memaknai yang terjadi, merevisi dan memperluas pemahaman. Pada tahap ini, memiliki

tiga makna biologis, emosional dan terpencil.

Kesehatan Mental Usia Lanjut

27

You might also like