You are on page 1of 34

1

PENDAHULUAN
Ada banyak penelitian yang menguji pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai

perusahaan diantaranya yang dilakukan oleh Makaryawati (2002), Carlson dan Bathala
(1997) dalam Rahayu (2010). Teori yang mendasari penelitian yang menguji pengaruh
kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan adalah semakin tinggi kinerja keuangan,
yang biasanya diproksikan dengan rasio keuangan, maka semakin tinggi pula nilai
perusahaan. Melalui rasio-rasio keuangan tersebut dapat dilihat seberapa berhasilnya
manajemen perusahaan mengelola aset dan modal yang dimilikinya, hal ini bisa dilihat
dari pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Menurut Fakhruddin (2008:4)
peningkatan laba merupakan salah satu faktor penting bagi terciptanya keunggulan daya
saing perusahaan secara berkelanjutan dan pada akhirnya akan berdampak pada
peningkatan harga saham. Peningkatan harga saham merupakan wujud apresiasi
investor terhadap kinerja perusahaan serta keyakinan akan peningkatan kinerja ke
depan. Perusahaan-perusahaan di Indonesia saat ini tidak hanya dituntut untuk mencari
keuntungan laba semata, tetapi perusahaan saat ini dituntut pula untuk memperhatikan
tanggung jawab sosial di masyarakat seperti yang tertera pada UU Perseroan Terbatas
No. 40 Tahun 2007. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan melalui program
Corporate Social Responsibility (CSR) yang dapat digambarkan sebagai tindakan yang
dilakukan perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial atau
lingkungan sekitar perusahaan berada. Pengembangan program-program sosial
perusahaan dapat berupa bantuan fisik, pelayanan kesehatan, beasiswa, dan sebagainya
(Nugroho, 2007 dalam Dahli dan Siregar, 2008).
Kepedulian perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial secara
berkelanjutan diharapkan akan mendapat respons positif dari para investor pasar modal

terhadap nilai pasar ekuitas perusahaan. Pelaku pasar menilai bahwa perusahaanperusahaan yang memiliki kepedulian sosial secara berkelanjutan memiliki reputasi
bagus dan peluang bertumbuh akan lebih baik dibanding perusahaan-perusahaan lain
yang tidak memilikinya. Kesediaan dan komitmen perusahaan untuk menjadi
perusahaan sosial secara berkelanjutan akan meningkatkan reputasi atau citra
perusahaan. Semakin besar kepedulian perusahaan pada CSR dan mengungkapkannya
dalam pelaporan perusahaan, semakin besar pengaruh positifnya terhadap kinerja
keuangan dan nilai perusahaan (Lako, 2010: 85 dan 221)
Menurut Kusumadilaga (2010) semakin banyak bentuk pertanggung jawaban
yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungan disekitarnya, maka image dan citra
perusahaan akan dipandang baik di mata para stakeholder (pelanggan, pegawai,
masyarakat luas). Para investor lebih berminat pada perusahaan yang memiliki citra
yang baik, karena semakin baik perusahaan maka loyalitas konsumen untuk membeli
produk-produk perusahaan akan semakin tinggi, juga akan menaikan laba perusahaan
melalui peningkatan penjualan. Menurut Rahayu (2010) penilaian prestasi suatu
perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan itu untuk menghasilkan laba. Laba
perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam pencapaian nilai
perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Rahayu (2010) menyatakan bahwa ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan, penyebabnya dimungkinkan karena buruknya kondisi perekonomian
akibat adanya krisis global pada tahun 2008. Menurut Nurainun dan Sinta (2007)
profitabilitas yang diukur dengan rasio Return on Equity (ROE) dan kebijakan deviden
yang di ukur dengan Devidend per Share (DPS) secara bersama-sama mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan rasio Price to
Book Value (PBV) pada perusahaan perdagangan, jasa, dan investasi yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta. Hanafi dan Halim (1996) dalam Yuniasih dan Wirakusuma (2007)
menyatakan bahwa ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang
saham. Salah satu alasan utama perusahaan beroperasi adalah menghasilkan laba yang
bermanfaat bagi para pemegang saham. Semakin besar ROE mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang
saham. Hal ini berdampak terhadap peningkatan nilai perusahaan. Penelitian yang
dilakukan oleh Ulupui (2007), Makaryawati (2002), Carlson dan Bathala (1997) dalam
Rahayu (2010) menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap
return saham satu periode ke depan. Oleh karena itu, ROA merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun, hasil yang berbeda diperoleh oleh
Kaaro (2002) dalam Suranta dan Pratana (2004) dalam penelitiannya menemukan
bahwa ROA justru berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Namun, hasil yang
berbeda diperoleh oleh Sasongko dan Wulandari (2006) dalam Yuniasih dan
Wirakusuma (2007) yang memeriksa pengaruh EVA dan rasio profitabilitas antara lain;
ROA, ROE, ROS, EPS, BEP terhadap harga saham. Hasil penelitian mengindikasikan
bahwa hanya EPS yang berpengaruh terhadap harga saham.
Menurut Rahayu (2010) disamping kinerja keuangan yang akan dilihat investor
sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam suatu perusahaan, adanya pengungkapan
item CSR dalam laporan keuangan diharapkan akan menjadi nilai plus yang akan
menambah kepercayaan para investor, bahwa perusahaan tersebut akan terus
berkembang dan berkelanjutan. Para konsumen akan lebih mengapresiasi perusahaan
yang mengungkapkan CSR dibanding dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan

CSR. Selain membangun image yang baik di mata para stakeholder karena kepedulian
perusahaan terhadap sosial lingkungan, maka loyalitas konsumen untuk membeli
produk-produk perusahaan akan semakin tinggi dan juga akan menaikkan laba
perusahaan melalui peningkatan penjualan. Dengan demikian diharapkan tingkat
profitabilitas terutama nilai ROE akan ikut meningkat, hal ini akan berdampak positif
terhadap nilai perusahaan.
Di dalam penelitian Yuniasih dan Wirakusuma menggunakan sampel sebanyak
27 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005
sampai dengan tahun 2006. Yuniasih dan Wirakusuma menggunakan ROA sebagai
proksi dari variabel kinerja keuangan, 78 item pengungkapan CSR sebagai proksi dari
variabel CSR. Hasil penelitian menunjukan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan, demikian juga dengan pengungkapan CSR sebagai variabel
pemoderasi terbukti berpengaruh positif pada hubungan antara ROA dan nilai
perusahaan yang berarti bahwa selain melihat kinerja keuangan, pasar juga memberikan
respon terhadap pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan.
Bursa Efek Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati
(KEHATI) pada tanggal 8 Juni 2009 meluncurkan sebuah indeks saham baru yang
dinamakan Indeks SRIKEHATI yang berisikan saham-saham perusahaan setelah
memenuhi kriteria dan tahapan seleksi dan dinyatakan peduli terhadap lingkungan hidup
dan sosial.
http://bisnis.vivanews.com/news/read/63858-bei_luncurkan_indeks_sri_kehati.

Kedua

hal tersebut juga merupakan faktor yang perlu diungkap terkait dengan tanggung jawab
sosial perusahaan (CSR). Peran serta dan kepedulian perusahaan terhadap aspek sosial
dan lingkungan, seperti pengolahan limbah, pelestarian lingkungan hidup, pemberian

beasiswa pendidikan, memberi bantuan kepada masyarakat yang terkena bencana alam,
dan lain-lain merupakan hal-hal yang perlu diungkapkan kepada masyarakat luas.
Dengan adanya pengungkapan aspek tanggung jawab sosial perusahaan tersebut
diharapkan akan mempengaruhi penilaian masyarakat termasuk investor terhadap
perusahaan. Maka penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan yang sahamnya terpilih
menjadi anggota indeks SRIKEHATI.
Penelitian ini mereplikasi penelitian yang di lakukan oleh Yuniasih dan
Wirakusuma (2007), akan tetapi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah variabel
ROE sebagai proksi dari kinerja keuangan. Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan tersebut, maka permasalahan yang akan dirumuskan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: (1) Apakah kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan yang terpilih menjadi anggota indeks SRIKEHATI? (2) Apakah
pengungkapan Corporate Social Responsibility dapat memoderasi hubungan kinerja
keuangan terhadap nilai perusahaan?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengungkapan Corporate
Social Responsibility nantinya dapat memoderasi hubungan kinerja keuangan terhadap
nilai perusahaan yang terpilih menjadi anggota indeks SRIKEHATI. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pembaca khususnya
investor dan calon investor mengenai relevansi dari pengungkapan informasi CSR
sebagai variabel pemoderasi antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.

KAJIAN PUSTAKA

2.1

Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan

dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan Munawir (1998) dalam Rahayu (2010).
Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan analisis rasio keuangan dapat
dikelompokkan menjadi 5 jenis, yaitu: (Rita, dkk. 2009:49)
1. Rasio Likuiditas
Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya
dalam jangka pendek. Rasio likuiditas terdiri dari: Current ratio, Quick Ratio,
dan Net Working Capital.
2. Rasio Solvabilitas
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka panjang. Rasio solvabilitas terdiri dari: Debt Rasio, debt to Equity Rasio,
Long Term Debt to equity Rasio, long Term Debt to Capitalization Ratio, Times
Interest Earned, Cash Flow Interest Coverage, Cash Flow to Net Income, dan
Cash Return on Sales.
3. Rasio Aktivitas
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan harta
yang dimilikinya. Rasio Aktivitas terdiri dari: Total Asset Turnover, Fixed Asset
Turover, Account Raceivable Turnover, inventory Turnover, Average Collection
Period, dan Days Sales in Inventory.

4. Rasio Profitabilitas
Rasio ini menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan. Rasio Profitabilitas terdiri dari: Gross Profit Margin, Net Profit
Margin, Return on Assets, Return on Equity, dan Operating Ratio.
5. Rasio Pasar
Rassio ini menunjukkan informasi penting perusahaan dan diungkapkan dalam
basis per saham. Rasio pasar terdiri dari: Devidend Yield, Deviden Per Share,
Deviden Payout Ratio, Price earning Ratio, Earning Per Share, Book Value Per
Share, dan Price to Book Value.
Dari kelima rasio tersebut, ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut
pandang pemegang saham. Salah satu alasan utama perusahaan beroperasi adalah
menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para pemegang saham. Semakin besar ROE
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi
bagi pemegang saham. Hal ini berdampak terhadap peningkatan nilai perusahaan.
Return on Equity (ROE) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih
dari modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan. Return on Equity (ROE) rasio
profitabilitas yang penting bagi para investor, karena Return on Equity (ROE)
merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam rangka
melakukan tugasnya yakni menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi para pemilik
modal (Husnan dan Pudjiastuti, 2007:74).
Menurut (Rita, dkk. 2009:49), Return on Equity (ROE) diperoleh dengan cara
membandingkan laba bersih setelah pajak terhadap total modal sendiri.

Dari rumus di atas maka dapat dikatakan bahwa faktor yang menentukan tingkat
Return on Equity (ROE) adalah jumlah laba bersih setelah pajak dan jumlah total modal
sendiri. Jika jumlah laba bersih yang didapat perusahaan tinggi sementara jumlah total
modal sendiri perusahaan rendah maka tingkat Return on Equity (ROE) akan tinggi.
Namun sebaliknya apabila jumlah laba bersih yang didapat perusahaan rendah
sementara jumlah total modal sendiri perusahaan tinggi maka tingkat Return on Equity
(ROE) akan rendah.
2.2

Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar, seperti

halnya penelitian yang pernah dilakukan oleh Nurlela dan Islahuddin (2008) dalam
Kusumadilaga (2010), karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran
pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat.
Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi pula kemakmuran pemegang saham.

Menurut Weston dan Copeland (2008;244) rasio penilaian perusahaan terdiri


dari:
1. Price Earning Ratio
Rasio ini menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba.
2. Price to Book Value
Rasio ini menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham
suatu perusahaan. Semakin tinggi PBV berarti pasar percaya akan prospek
perusahaan tersebut.
8

3. Rasio Tobins Q
Rasio Tobins Q dalam penelitian ini digunakan sebagai indikator
penilaian nilai perusahaan. Rasio ini dikembangkan oleh Profesor James Tobin
(1967). Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan
estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap
dolar investasi inkremental. Tobins Q dihitung dengan membandingkan rasio
nilai pasar saham (MVE) perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan
(BVE) Smithers dan Wright (2007:37) dalam Zuraedah (2010).
Market Value Equity (MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga saham
penutupan akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun.
Book Value Equity (BVE) diperoleh dari selisih total assets perusahaan dengan
total kewajibannya.
Tobins Q di gunakan dalam penelitian ini karena dapat mengukur nilai
pasar saham sebuah perusahaan. Jika q>1 investasi tambahan dalam
perusahaan akan masuk akal karena keuntungan yang dihasilkan akan melebihi
harga perolehan aktiva perusahaan. Apabila nilai q<1 perusahaan lebih baik
menjual asetnya, karena investasi dalam aktiva tidaklah menarik sehingga
dapat merugikan para pemegang saham Weston dan Copeland (2008:245)
dalam Zuraedah (2010).
2.3

Corporate Social Responsibility


Ada banyak pengertian CSR, salah satunya adalah CSR (Corporate Social

Responsibility) sebagai suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan

sebagai bentuk tanggung jawab mereka

terhadap sosial atau lingkungan sekitar

perusahaan berada. Perusahaan tidak hanya memandang laba sebagai satu-satunya


tujuan dari perusahaan tetapi ada tujuan yang lainnya yaitu kepedulian perusahaan
terhadap lingkungan, karena perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas
dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Rachman, Efendi dan
Wicaksana 2011:17).
Pengungkapan tanggung jawab sosial atau sering disebut sebagai Corporate
social Responsibility adalah proses pengkomunikasian efek-efek sosial dan lingkungan
atas tindakan-tindakan ekonomi perusahaan pada kelompok-kelompok tertentu dalam
masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan. Kontribusi negatif perusahaan
terhadap lingkungan sekitarnya telah menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat
adalah dengan mengungkapkan informasi-informasi mengenai operasi perusahaan
sehubungan dengan lingkungan sebagai tanggung jawab perusahaan (Gray et. Al., 1987)
dalam Rosmasita (2007).
2.4

Perumusan Hipotesis
Investor akan melakukan peninjauan secara luas suatu perusahaan dengan

melihat rasio keuangan sebagai alat evaluasi investasi, jika kinerja tinggi maka para
investor akan menilai baik perusahaan. Apabila para investor ingin melihat seberapa
besar perusahaan menghasilkan return atas investasi yang mereka tanamkan, yang akan
dilihat pertama kali oleh para investor yaitu rasio profitabilitas terutama ROE. Menurut
Lumban (2010) ROE merupakan rasio yang digunakan para investor untuk melihat
sejauh mana perusahaan dapat memberikan keuntungan di masa yang akan datang. Atau
dengan kata lain, dengan ROE yang tinggi, perusahaan memiliki peluang untuk

10

memberikan pendapatan yang besar bagi para pemegang saham. Dalam hal ini akan
berdampak pada peningkatan harga saham,semakin tinggi harga saham yang diperoleh
maka semakin baik pula nilai perusahaan di mata para investor.
Harga dan jumlah saham yang beredar akan mempengaruhi nilai Tobins-Q
sebagai proksi dari nilai perusahaan, jika harga dan jumlah saham naik, maka nilai
Tobins-Q akan naik. Tobins-Q yang lebih dari satu, menggambarkan bahwa perusahaan
menghasilkan earning dengan tingkat return yang sesuai dengan harga perolehan asetasetnya Tobins dan Brainad (1997) dalam Rahayu (2010). Penelitaian yang dilakukan
Sparta dan Februwaty (2005) menyatakan bahwa ROE memiliki hubungan yang positif
terhadap return saham pada tingkat alpha 5%. Penelitian yang dilakukan oleh Ayuk
(2006) dalam Handoko (2010) menemukan bahwa kinerja keuangan yang diukur
dengan Return On Equity (ROE) berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang akan di ajukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
H1: ROE berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
Penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan
menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Hal ini menunjukkan ada faktor lain yang turut
mempengaruhi hubungan kinerja keuangan (ROE) terhadap nilai perusahaan. Hasil
tersebut mendorong peneliti untuk memasukkan pengungkapan CSR sebagai variabel
pemoderasi. Disamping kinerja keuangan yang akan dilihat investor sebelum
memutuskan untuk berinvestasi dalam suatu perusahaan, adanya pengungkapan item
CSR dalam laporan keuangan diharapkan akan menjadi nilai plus yang akan menambah
kepercayaan para investor, bahwa perusahaan tersebut akan terus berkembang dan
berkelanjutan. Para investor akan lebih mengapresiasi perusahaan yang mengungkapkan

11

CSR dibanding dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan CSR. Selain


membangun image yang baik di mata para stakeholder karena kepedulian perusahaan
terhadap sosial lingkungan, maka loyalitas konsumen untuk membeli produk-produk
perusahaan akan semakin tinggi dan juga akan menaikkan laba perusahaan melalui
peningkatan penjualan. Dengan demikian diharapkan tingkat profitabilitas terutama nilai
ROE akan ikut meningkat, hal ini akan berdampak positif terhadap nilai perusahaan
Rahayu (2010). Penelitian ini menggunakan pengungkapan CSR sebagai variabel
pemoderasi dengan pemikiran bahwa pasar akan memberikan apresiasi positif yang
ditunjukkan dengan peningkatan harga saham perusahaan. Peningkatan ini akan
menyebabkan nilai perusahaan juga meningkat. Berdasarkan uraian tersebut maka
hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.
H2: Pengungkapan CSR memoderasi pengaruh ROE terhadap nilai perusahaan.

12

METODE PENELITIAN

3.1

Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terpilih

menjadi anggota indeks SRIKEHATI. Pemilihan sampel penelitian ini didasarkan pada
saham yang termasuk Indeks SRIKEHATI periode Mei 2010-Oktober 2010 dan
November 2010-April 2011 yaitu:
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Sumber:

NAMA PERUSAHAAN
PT Astra Argo Lestari Tbk
PT Adhi Karya Tbk
PT Aneka Tambang Tbk
PT Astra International Tbk
PT Bank Central Asia Tbk
PT Bank Negara Indonesia Tbk
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
PT Bank Danamon Tbk
PT Berlian Laju Tanker Tbk
PT Bank Mandiri Tbk
PT Global Medicom Tbk
PT XL Axiata Tbk
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk
PT Indosat Tbk
PT Jasa Marga Tbk
PT Kalbe Farma Tbk
PT Lippo Karawaci Tbk
PT PP London Sumatera Indonesia Tbk
PT Medco Energi International Tbk
Merck Tbk
PT Perusahaan Gas Negara Tbk
PT Bank Pan Indonesia Tbk
PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
PT Holcim Indonesia Tbk
PT Semen Gresik (Persero) Tbk
PT Timah Tbk
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
PT United Tracktors Tbk
PT Unilever Indonesia Tbk

KODE
(AALI)
(ADHI)
(ANTM)
(ASII)
(BBCA)
(BBNI)
(BBRI)
(BDMN)
(BLTA)
(BMRI)
(BMTR)
(EXCL)
(INDF)
(INTP)
(ISAT)
(JSMR)
(KLBF)
(LPKR)
(LSIP)
(MEDC)
(MERK)
(PGAS)
(PNBN)
(PTBA)
(SMCB)
(SMGR)
(TINS)
(TLKM)
(UNTR)
(UNVR)

http://economy.okezone.com/read/2011/05/11/278/455727/inilah-25-saham-

indeks-sri-kehati

13

3.2

Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data

yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara yang berupa
laporan keuangan tahunan perusahaan yang terpilih menjadi anggota indeks
SRIKEHATI di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 yang diperoleh dari pusat data
Universitas Kristen Satya Wacana.
3.3

Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang

diproksikan dengan return on equity (ROE). Untuk memperoleh nilai ROE tahun 2010,
dihitung dengan rumus:

x 100 %
Dalam penelitian ini nilai ROE diperoleh langsung dari laporan tahunan
perusahaan yang terdapat dalam ICMD (Indonesian Capital Market Directory).
3.4

Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Tobins Q

dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham perusahaan dengan nilai buku
ekuitas perusahaan.
Tobins Q diukur dengan rumus:

Dimana :
Tobins Q

= Nilai perusahaan

MVE

= Nilai Ekuitas Pasar (MVE=Closing price x jumlah saham beredar)

= Nilai buku dari total hutang

BVE

= Nilai buku dari total aktiva


14

Market Value Equity (MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga saham
penutupan akhir tahun 2010 dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun yang
sama. Book Value Equity (BVE) diperoleh dari selisih total assets perusahaan dengan
total kewajibannya.
3.5

Variabel Pemoderasi
Variabel pemoderasi dalam penelitian ini adalah pengungkapan CSR.

Pengungkapan CSR adalah pengungkapan informasi yang berkaitan dengan tanggung


jawab perusahaan di dalam laporan tahunan tahun 2010. Pengukuran CSR mengacu
pada 78 item pengungkapan yang digunakan oleh Siregar (2008). Pengukuran variabel
ini dengan indeks pengungkapan sosial, pengungkapan sosial merupakan data yang
diungkap oleh perusahaan berkaitan dengan aktifitas sosialnya yang meliputi 13 item
lingkungan, 7 item energi, 8 item kesehatan dan keselamatan kerja, 29 item lain-lain
tenaga kerja, 10 item produk, 9 item keterlibatan masyarakat, dan 2 item umum. CSR
diukur melalui laporan kegiatannya, yakni dengan metode content analysis yang
merupakan suatu cara pemberian skor pada pengukuran pengungkapan sosial laporan
tahunan yang dilakukan dengan pengamatan mengenai ada tidaknya suatu item
informasi yang ditentukan dalam laporan tahunan, apabila item informasi tidak ada
dalam laporan keuangan maka diberi skor 0, dan jika item informasi yang ditentukan
ada dalam laporan tahunan maka diberi skor 1.
3.6

Teknik Analisis
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ROE berpengaruh terhadap nilai

perusahaan, serta menguji apakah pengungkapan CSR mempunyai pengaruh terhadap


hubungan ROE dan nilai perusahaan. Untuk itu akan digunakan teknik analisis regresi
linear.

15

Model persamaan regresi yang akan diuji adalah sebagai berikut:


Tobins Q = a + b1 ROE + e
Tobins Q = a + b1ROE + b2CSR + b3 ROE.CSR + e
Keterangan :
Tobins Q

: Nilai Perusahaan

: Konstanta

b1, b2, b3

: Koefisien regresi

ROE

: Persentase ROE

CSR

: Persentase pengungkapan CSR

: Error

Menurut Ghozali (2005) ketepatan fungsi regresi tersebut dalam menaksir nilai aktual
dapat diukur dari goodness of fit-nya, yang secara statistik dapat diukur dari koefisien
determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik t.
Sebelum analisis ini dilaksanakan, terlebih dahulu perlu dilakukan uji asumsi
klasik untuk menghasilkan nilai parameter model penduga yang sah. Nilai tersebut akan
terpenuhi jika hasil uji asumsi klasiknya memenuhi asumsi normalitas, serta tidak
terjadi heteroskedastisitas dan autokorelasi.
3.6.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi
apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji
statistik. Karena dalam analisis grafik dapat menyesatkan, maka dalam penelitian ini
dipilih uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan melihat tingkat signifikansinya.

16

Residual dinyatakan terdistribusi normal jika nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov


>0,05 Ghozali (2005).
3.6.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan
jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas Ghozali (2005).
Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji grafik Plot dan uji statistik
Glejser. Uji statistik Glejser dipilih karena lebih dapat menjamin keakuratan hasil
dibandingkan dengan uji grafik plot yang dapat menimbulkan bias. Uji Glejser
mengusulkan meregrasi nilai absolute residual terhadap variabel independen Gujarati
(2003) dalam Ghozali (2005).
Interpretasi heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat signifikansi ROE
terhadap nilai absolute residual. Gangguan heteroskedastisitas terjadi jika terdapat
pengaruh yang signifikan antara ROE terhadap absolute residualnya. Apabila tingkat
probabilitas

signifikansi

ROE

<

0.05,

maka

dapat

dikatakan mengandung

heteroskedastisitas.
3.6.3 Uji Autokorelasi
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah didalam suatu model regresi linier
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1. Pendeteksian ada atau tidaknya autokorelasi
menggunakan uji Durbin-Watson. Pengambilan keputusan dapat dilihat melalui tabel
autokorelasi berikut ini (Ghozali, 2005).

17

Tabel 3.2
Tabel Autokorelasi
Hipotesis nol

Keputusan

Jika

Tidak ada autokorelasi positif

Tolak

0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi positif

Tidak ada keputusan

dl

Tidak ada korelasi negatif

Tolak

4 dl < d < 4

Tidak ada korelasi negatif

Tidak ada keputusan

4 du

Tidak ada autokorelasi positif atau negatif

Tidak ditolak

du < d < 4 - du

du
d

4 - dl

Sumber: Ghozali, 2005.


3.6.4 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R berkisar antara 0-1. Nilai
R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005).
3.6.5 Uji Signifikansi/Pengaruh Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F menunjukkan apakah variabel independen yang dimasukkan
dalam model mempunyai pengaruh terhadap variabel dependennya (Ghozali, 2005).
Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu:
a. Bila F

hitung

>F

tabel

atau probabilitas < nilai signifikan ( Sig

0,05), maka hipotesis

tidak dapat ditolak, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen memiliki
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
b. Bila F

hitung

<F

tabel

atau probabilitas > nilai signifikan ( Sig

0,05), maka hipotesis

diterima, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen tidak mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

18

3.6.6 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)


Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel
independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,
2005). Pada uji statistik t, nilai t hitung akan dibandingkan dengan nilai t tabel,
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Bila t

hitung

> t

tabel

atau probabilitas < tingkat signifikansi (Sig < 0,05), maka Ha

diterima dan H0 ditolak, variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.


b. Bila t

hitung

< t

tabel

atau probabilitas > tingkat signifikansi (Sig > 0,05), maka Ha

ditolak dan H0 diterima, variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel


dependen.
3.6.7 Analisis Regresi Moderasi (Moderated Regression Analysis)
Tujuan analisis ini untuk mengetahui apakah variabel moderating akan
memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen. Terdapat tiga model pengujian regresi dengan variabel moderating, yaitu uji
interaksi (MRA), uji nilai selisih mutlak, dan uji residual (Ghozali, 2005). Dalam
penelitian ini akan digunakan uji MRA, hipotesis moderating diterima jika variabel
Moderasi CSR (ROE-CSR) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Tobins Q.

19

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Analisis Statistik Deskriptif


Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 perusahaan

yang terpilih menjadi anggota Indeks SRI-KEHATI yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode Mei 2010-Oktober 2010 dan November 2010-April 2011.
Hasil dari pengujian statistik deskriptif dari variabel Tobins-Q, ROE, dan CSR
tahun 2010 disajikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Tobins-Q

30

.2

5.1

1.517

1.4360

ROE

30

-22.39

81.78

25.4560

17.44273

CSR

30

.23

.59

.3687

.10753

Valid N (listwise)

30

Sumber: Lampiran 4

Dari hasil uji statistik deskriptif pada tabel diatas, didapat informasi sebagai
berikut:
Variabel Tobins-Q memiliki rentang nilai dari 0,2 hingga 5,1. Niali terendah
dimiliki oleh PT. Astra Argo Lestari Tbk, PT. Aneka Tambang Tbk dan PT. PP London
Sumatera Indonesia Tbk. Sedangkan nilai tertinggi dimiliki oleh PT. Merck Tbk. Nilai
rata-rata Tobins-Q 1,517 dan deviasi standarnya bernilai 1,4360. Tobins-Q yang bernilai
lebih dari satu mempunyai arti nilai pasar lebih beasar dari nilai buku sehingga
perusahaan menghasilkan earning dengan tingkat return yang sesuai dengan harga
perolehan aset-asetnya. Perusahaan yang mempunyai nilai tobins q yang lebih dari satu
berjumlah 13 perusahaan dan 17 perusahaan nilai tobins q nya kurang dari satu.
Nilai rata-rata ROE menunjukkan nilai 25,4560, sedangkan standar deviasi
menunjukkan nilai 17,44273. Variabel ROE memiliki rentang nilai dari -22,39 hingga
81,78. Nilai terendah dimiliki oleh PT. Lippo Karawaci Tbk, sedangkan nilai tertinggi

20

dimiliki oleh PT Medco Energi International Tbk. Nilai ROE sebesar -22,39 yang
dimiliki oleh PT. Berlian Laju Tanker Tbk artinya pada tahun 2010 perusahaan tersebut
belum bisa menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi para pemilik modal.
Sedangkan ROE yang tertinggi sebesar 81,78 yang dimiliki oleh PT. Medco Energi
International Tbk artinya perusahaan telah berhasil memberikan keuntungan yang
maksimal bagi para pemilik modal.
Variabel pengungkapan CSR memiliki rentang nilai dari 0,23 hingga 0,59.
Rentang nilai terendah dimiliki oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dan PT. Berlian
Laju Tanker Tbk. Rentang nilai tertinggi dimiliki oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
Nilai rata-rata dari variabel CSR 0,3687 dan standar deviasinya bernilai 0,10753. Jika di
lihat dari rata-rata variabel CSR, dapat diperoleh informasi bahwa rata-rata jumlah item
yang diungkapkan oleh para emiten kurang lebih hanya 29 dari 78 item pengungkapan.
4.2

Analisis Data

4.2.1 Pengaruh ROE Terhadap Nilai Perusahaan


Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan
dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat untuk
dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi:
uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
Pengujian normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji
normalitas pada tabel 4.2 terlihat bahwa nilai Kologorov-Smirnov 1,395 dan signifikansi
pada 0,051 hal ini berarti data residul terdistribusi normal dan sudah memenuhi asumsi.

21

Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas Data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual
30
,0000000
1,43397387
,255
,255
-,173
1,395
,051

N
Normal Parameters(a,b)
Most Extreme
Differences

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Sumber: Lampiran 4

Dari hasil uji Glejser pada tabel 4.3 diperoleh nilai signifikansi dari ROE yaitu
0,535 di atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa data residual tidak
mengandung adanya heteroskedastisitas atau sudah memenuhi asumsi.
Tabel 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficients(a)

Unstandardized
Coefficients
Model
1

B
(Constant)

Std. Error
1,017

,270

,006

,009

ROE

Standardized
Coefficients

Beta

B
,118

Sig.
Std. Error
3,759

,001

,627

,535

a Dependent Variable: AbsUt


Sumber: Lampiran 4

Pengujian menggunakan uji Durbin Watson yang hasilnya ditunjukkan pada


tabel 4.4 sebagai berikut. Nilai DW sebesar 1,651, nilai ini akan dibandingkan dengan
nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5 %. Didapat nilai dl 1,214 dan du 1,650
untuk n=30 dan k=3. Oleh karena DW hitung > du dan < 4-du, berarti tidak ada
autokorelasi antar residual atau sudah memenuhi asumsi.

22

Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary(b)

Model
1

R Square
,053(a)

Adjusted R
Square

,003

-,033

Std. Error of
the Estimate

Durbin-Watson

1,45936

1,651

a Predictors: (Constant), ROE


b Dependent Variable: TobinsQ
Sumber: Lampiran 4

Dari hasil uji menggunakan SPSS pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa koefisien
determinasi nilai R2 sebesar 0,003. Hal ini berarti 0,3% variasi Tobins Q yang dapat
dijelaskan oleh variasi variabel independen ROE. Dengan kata lain variasi variabel
dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel independennya. Nilai standard Error of
The Estimate (SEE) yang kecil yaitu sebesar 1,4594, membuat model regresi ini tidak
tepat digunakan dalam memprediksi variabel dependen atau sudah memenuhi asumsi.
Tabel 4.5
Hasil Uji Goodness Fit of Test ROE Terhadap Tobins Q
Model Summary(b)

Adjusted R
Model
R
R Square
Square
1
,053(a)
,003
-,033
a Predictors: (Constant), ROE
b Dependent Variable: TobinsQ
Sumber: Lampiran 4

Std. Error of
the Estimate
1,45936

Dari hasil output uji statistik F yang terdapat dalam tabel 4.6 dapat diperoleh
nilai (F hitung) sebesar 0,080 dan signifikansi pada 0,780. Jadi dapat disimpulkan
bahwa secara silmultan variabel independen tidak mempunyai pengaruh signifikan
terhadap variabel dependennya yaitu Tobins Q atau sudah memenuhi asumsi.
Tabel 4.6
Hasil Uji ROE Terhadap Tobins Q
ANOVA(b)
Model
1

Regression
Residual
Total

Sum of
Squares
Df
,170
59,632
59,802

a Predictors: (Constant), ROE


b Dependent Variable: Tobins-Q

23

1
28
29

Mean Square
F
,170
2,130

Sig.
,080

,780(a)

Sumber: Lampiran 4

Dari tabel 4.7 terlihat hasil nilai t (t-hitung) dalam regresi menunjukkan
pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. ROE memiliki
t hitung sebesar 0,282 dengan signifikansi 0,780, berarti tidak terdapat pengaruh yang
signifikan ROE terhadap Tobins Q atau sudah memenuhi asumsi.
Tabel 4.7
Hasil Uji t ROE terhadap Tobins Q
Coefficients(a)

Model
1

Unstandardized
Coefficients

Standardized
Coefficients

Beta

(Constant)
ROE

1,405

Std. Error
,477

,004

,016

a Dependent Variable: Tobins-Q


Sumber: Lampiran 4

4.2.2 Pengungkapan

CSR

Memoderasi

,053

Pengaruh

ROE

Sig.

2,946

Std. Error
,006

,282

,780

terhadap

Nilai

Perusahaan
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan
dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat untuk
dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi:
uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
Pengujian normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji
normalitas pada tabel 4.8 terlihat bahwa nilai Kologorov-Smirnov 0,897 dan signifikan
pada 0,397 hal ini berarti data residul terdistribusi normal atau sudah memenuhi asumsi.

24

Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas Data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize
d Residual
N

30

Normal Parameters(a,b)
Most Extreme
Differences

Mean

,0000000

Std. Deviation

1,40700248

Absolute

,164

Positive

,164

Negative

-,102

Kolmogorov-Smirnov Z

,897

Asymp. Sig. (2-tailed)

,397

a Test distribution is Normal.


b Calculated from data.
Sumber: Lampiran 4

Dari hasil uji Glejser pada tabel 4.9 diperoleh nilai signifikansi dari ROE yaitu
0,342 dan moderasi CSR 0,361. Hal ini terlihat dari profitabilitas signifikansinya di atas
tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa data residual tidak mengandung
adanya heteroskedastisitas atau sudah memenuhi asumsi.
Tabel 4.9
Hasil Uji Heteroskedastisitas

Model
1

(Constant)
ROE
CSR
MODERASI

Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients

Standardized
Coefficients

Beta

-,663
,027
4,719
-,071
a Dependent Variable: ABSOLUT
Sumber: Lampiran 4

Std. Error
,892
,028
2,510
,077

,546
,578
-,608

Sig.
-,744
,969
1,880
-,930

Std. Error
,464
,342
,071
,361

Pengujian menggunakan uji Durbin Watson yang hasilnya ditunjukkan pada


tabel 4.10 sebagai berikut. Nilai DW sebesar 1,699, nilai ini akan dibandingkan dengan
nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5 %. Didapat nilai dl 1,214 dan du 1,650
untuk n=30 dan k=3. Oleh karena DW hitung > du dan < 4-du, berarti tidak ada
autokorelasi antar residual atau sudah memenuhi asumsi.

25

Tabel 4.10
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary(b)

Model
1

R Square

Adjusted R
Square

Std. Error of
the Estimate

,200(a)
,040
-,071
a Predictors: (Constant), MODERASI, CSR, ROE
b Dependent Variable: Tobins Q
Sumber: Lampiran 4

Durbin-Watson

1,48596

1,699

Tabel 4.11 menunjukkan besaran R2 sebesar 0,040, hal ini berarti 4% variasi
Tobins Q yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen ROE, CSR dan
Moderasi CSR. Ketika menjelaskan variasi variabel independen ROE menghasilkan R2
sebesar 0,003, dengan menambah variabel CSR menghasilkan R2 sebesar 0,040 yang
meningkat sedikit sebesar 0,397. Dengan kata lain variasi variabel dependen tidak
dapat dijelaskan oleh variabel independennya atau sudah memenuhi asumsi.
Tabel 4.11
Hasil Uji Koefisien Determinasi ROE, CSR dan Moderasi CSR
Model Summary

Model
1

R Square
,200(a)

,040

Adjusted R
Square

Std. Error of
the Estimate

-,071

1,48596

a Predictors: (Constant), MODERASI, CSR, ROE


b Dependent Variable: Tobins Q
Sumber: Lampiran 4

Uji statistik F pada tabel 4.12 menghasilkan F hitung sebesar 0,361 dengan
tingkat signifikansi 0,782. Karena profitabilitas signifikansi >0,05, maka model regresi
tidak dapat digunakan untuk memprediksi Tobins Q atau dapat dikatakan bahwa ROE,
CSR dan Moderasi CSR secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap Tobins Q
atau sudah memenuhi asumsi.

26

Tabel 4.12
Hasil Uji Statistik F ROE, CSR, dan Moderasi CSR
ANOVA(b)

Sum of
Squares
Df
Mean Square
Regression
2,392
3
,797
Residual
57,410
26
2,208
Total
59,802
29
a Predictors: (Constant), MODERASI, CSR, ROE
b Dependent Variable: Tobins-Q
Sumber: Lampiran 4

Model
1

Sig.
,361

,782(a)

Dari ketiga variabel yang dimasukkan dalam model regresi yang tampak pada
tabel 4.13, tidak ada satupun yang berpengaruh secara signifikan terhadap Tobins Q.
Variabel ROE memberikan koefisien parameter 0,011 dengan tingkat signifikansi 0,829,
variabel CSR memberikan koefisien parameter 3,275 dengan tingkat signifikan 0,462.
Variabel moderasi CSR yang memiliki koefisien parameter -0,027 ternyata tidak
signifikan karena nilai Sig. 0,843 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
Moderasi CSR tidak mampu mempengaruhi hubungan antara ROE terhadap Tobins Q
atau sudah memenuhi asumsi.
Tabel 4.13
Hasil Uji Statistik t ROE, CSR, dan Moderasi CSR
Coefficients(a)

Unstandardized
Coefficients
Model
1

B
(Constant)

Std. Error
,297

Standardized
Coefficients

Beta

1,558

Sig.
Std. Error
,190

,850

ROE

,011

,050

,131

,218

,829

CSR

3,275

4,385

,245

,747

,462

-,027
a Dependent Variable: Tobins-Q
Sumber: Lampiran 4

,134

-,140

-,201

,843

MODERASI

4.2.3 Analisis Hubungan


Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005:83). Model
regresi yang dilakukan menghasilkan R2 yang kecil, artinya bahwa kemampuan
27

variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen amat

terbatas. Oleh sebab itu di cek keeratan hubungan antara variabel ROE terhadap Tobins
Q dan Pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi ROE terhadap Tobins Q, yaitu
dengan analisis korelasi. Hasil analisis korelasi sebagai berikut:
Tabel 4.14
Hasil Uji Analisis Korelasi

"#

#
!

"#
#

!
Sumber: Lampiran 4

Nilai R sebesar 0,053 menunjukkan adanya korelasi yang sangat lemah antara
variabel Kinerja Keuangan (ROE) dengan Nilai Perusahaan (Tobins Q). Sehingga wajar
kalau hasil regresi antara variabel ROE terhadap Tobins Q menghasilkan R2 yang kecil
sebesar 0,003 atau 0,3%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
Nilai R sebesar 0,196 menunjukkan adanya korelasi yang sangat lemah antara
variabel Pengungkapan CSR dengan Nilai Perusahaan (Tobins Q). Sehingga wajar
kalau hasil regresi antara pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi antara
variabel ROE terhadap Tobins Q menghasilkan R2 yang kecil sebesar 0,040 atau 4%,
sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian
ini.

28

4.2.4 Pembahasan
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap Tobins Q. Meskipun
ROE yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih
mengalami penurunan, ternyata investor tetap mau melakukan investasi pada
perusahaan tersebut. Sayekti dan Wondabio (2007) dalam Cheng dan Christiawan
(2011) menyatakan bahwa informasi mengenai laba digunakan oleh investor, tetapi
kegunaan informasi laba tersebut bagi investor sangat terbatas sehingga investor juga
mempertimbangkan informasi lainnya. Semakin tinggi pengungkapan suatu perusahaan,
semakin kecil tingkat ketergantungan investor pada informasi laba perusahaan. Investor
dapat memprediksi kinerja perusahaan melalui informasi-informasi yang diungkapkan,
tidak hanya tergantung pada nilai laba.
Dari hasil pengujian diketahui bahwa pengungkapan CSR tidak mempengaruhi
hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Pengungkapan CSR seharusnya
dapat menjadi pertimbangan investor sebelum berinvestasi, karena didalamnya
mengandung informasi sosial yang telah dilakukan perusahaan. Hal ini dapat digunakan
sebagai salah satu pertimbangan bagi para investor untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan yang memiliki komitmen CSR dan mengurangi anggapan bahwa penerapan
CSR yang berbiaya besar justru mengurangi return yang diharapkan investor.
Terdapat indikasi bahwa para investor tidak perlu melihat pengungkapan CSR
yang telah dilakukan oleh perusahaan, karena terdapat jaminan yang tertera pada UU
Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007, bahwa perusahaan pasti melaksanakan CSR dan
mengungkapkannya, karena apabila perusahaan tidak melaksanakan CSR, maka
perusahaan akan terkena sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Sehingga dalam UU Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007 mengenai
29

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan disebutkan bahwa perseroan yang menjalan
kan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

30

PENUTUP
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Return on Equity (ROE) tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan (Tobins-Q) dan (2) Pengungkapan informasi CSR
tidak dapat memoderasi pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.
Implikasinya adalah sebaiknya para investor mempertimbangkan faktor selain
ROE dan pengungkapn CSR seperti citra perusahaan, ukuran perusahaan, kinerja
manajemen, situasi perekonomian, atau situasi politik.
Keterbatasan dalam penelitian ini pemilihan sampel atau objek penelitian adalah
kelompok yang masuk indeks SRIKEHATI yang merupakan perusahaan-perusahaan
yang memiliki kepedulian sosial dan lingkungan, sehingga variasi pengungkapan CSR
tidak terlalu bervariasi dan terlalu kuatnya unsur subyektifitas dalam mengungkap CSR
yang ada di laporan tahunan perusahaan. Seharusnya penyususnan indikator
pengungkapan CSR lebih detail.

31

DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robert, 2007, Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to
Indonesian Capital Market), Penerbit Mediasoft Indonesia, Jakarta.
Dahli, L. Dan Siregar, V. S. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility
terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang
Tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2005 dan 2006). Simposium
Nasional Akuntansi X1. Pontianak.
Fakhruddin, Hendy M. 2008, Go Public, Strategi Pendanaan dan Peningkatan Nilai
Perusahaan, Bogor.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Handoko, Yuanita. Skripsi S1. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai
Perusahaan
Responsibility

dengan
dan

Menggunakan
Good

Pengungkapan

Corporate

Governance

Corporate
sebagai

Social

Variabel

Pemoderasi. Universitas Gunadarma, (2010).


http://finance.detik.com/read/2011/05/11/162319/1637483/6/pertumbuhan-indeks-srikehati-capai-25-per-tahun?nd9911043.diunduh 20 Maret 2012
http://jbptunikompp-gdl-noviliales-26532-5-unikom_n-i.pdf.diunduh 28 Februari 2012
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16453/4/Chapter%20II.pdf.diunduh 22
Maret 2012
Isnaeni, Ken Zuraedah. Skripsi S1. Pengaruh Kinerja Keuanagan Terhadap Nialai
Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility sebagai
Variabel Pemoderasi. Universitas Pembangunan Nasional UPN Veteran
Jakarta, 2010.

32

Kusumadilaga, Rimba. Skripsi S1. Pengaruh Corporate Social Responsibility


Terhadap

Nilai

Perusahaan

dengan

Profitabilitas

sebagai

Variabel

Moderating pada Perusahaan Manufaktur di BEI, Universitas Diponegoro


Semarang, (2010).
Lako, Andreas. 2010, Dekonstruksi CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis dan
Akuntansi, Semarang.
Cheng, Megawati dan Yulius Jogi Christiawan. 2011. Pengaruh Pengungkapan
Corporate Social Responsibility Terhadap Abnormal Return. Jurnal Akuntansi
Dan Keuangan, Vol.13, No.1 Mei: 24-36.
Nurainun, Bangun dan Sinta Wati, 2007, Analisis Pengaruh Profitabilitas dan
Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan Perdagangan, Jasa, dan
Investasi yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Ekonomi Universitas
Tarumanegara Jakarta, No. 2 Mei: 107-120.
Rachman, Efendi dan Wicaksana, 2011, Panduan Lengkap Perencanaan Corporate
Social Responsibility (CSR), PS-Penebar Swadaya, Jakarta.
Rahayu, Sri. Skripsi S1. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan
dengan Menggunakan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan
Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan
Manufaktur di BEI. Universitas Diponegoro Semarang, (2010).
Rosmasita, 2007. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Sosial
Disclosure) dalam Laporan Keuangan Tahunana Perusahaan Manufaktur Di
BEJ. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Siregar, Baldric, 2008, Seminar Peran Akuntan dalam Pengukuran CSR, Ina
Garuda
Yogyakarta, 11 Desember 2008.
Sparta, Februwaty, 2005, Pengaruh ROE, EPS, dan OCF Terhadap Harga Saham
Industri Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Ekonomi Universitas
Tarumanegara Jakarta, No. 1 Januari.

33

Suranta, Eddy dan Pratana Puspita Merdistusi, 2004, Income Smoothing, Tobins Q,
Agency Problems dan Kinerja Perusahaan. Makalah Disampaikan dalam
Simposium Nasional Akuntansi VII, Bali, 2-3 Desember.
Weston, J. Fred dan Copeland, Thomas E, 2008, Manajemen Keuangan Edisi
Kesembilan, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.
Widayanti, Rita, dkk, 2006. Manajemen Keuangan. Badan Penerbit Universitas
Kristen Satya Wacana, Salatiga.
Yuniasih dan Wirakusuma, Made Gede, 2007, Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Nialai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social
Responsibility

Dan

Good

Corporate

Pemoderasi, Universitas Undayana, Bali.

34

Governance

Sebagai

Variabel

You might also like