You are on page 1of 23

laboratorium ilmu ukur tanah dalam teknik sipil

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Ilmu Ukur Tanah adalah ilmu yang mempelajari metode atau cara pengukuran di
atas permukaan bumi, baik sebahagian kecil maupun besar. Ilmu ukur tanah adalah
sebagian dari ilmu geologi yang praktisnya menghasilkan gambaran dari sebagian
maupun seluruh unsur permukaan bumi yang disebut peta.
A. Ilmu Geodesi.
Ilmu Geodesi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk permukaan bumi
(penentuan bentuk, ukuran serta medan gravitasinya). Pengukuran yang dilakukan
pada permukaan bumi memiliki bentuk yang tidak beraturan, sehingga diperlukan suatu
bidang tertentu yang dapat digunakan sebagai patokan (referensi) baik hasil ukuran
maupun bentuk hitungan, bidang tersebut dinyatakan sebagai bidang geoid.
Ilmu Geodesi dapat dibagi dalam dua cara, yaitu:
-

Cara ilmiah adalah untuk mempelajari bentuk dan besarnya bulatan bumi.

Cara praktis adalah ilmu yang mempelajari penggambaran dari sebagian besar
maupun kecil dari permukaan yang dinamakan peta.
Untuk Teknik Sipil dipakai cara praktis yang mana kebutuhannya adalah
perencanaan pengairan, jalan raya, jaringan transmisi dan sebagainya.
B. Peta
Peta adalah gambaran dari permukaan bumi, dilihat secara vertikal dari atas bidang
datar.
Hal yang menunjang pembuatan peta terdiri atas dua bagian:
1. Posisi Vertikal
Kedudukan dari suatu titik yang dinyatakan dengan relatif terhadap titik lain dalam
suatu bidang vertikal.
2. Posisi Horizontal
Kedudukan suatu titik yang dinyatakan dengan relatif terhadap titik lain dalam suatu
bidang horizontal.
Adapun proses untuk penggambaran suatu peta adalah:
1. Pengukuran di lapangan (Pengambilan data)
2. Pengolahan hasil ukuran (proses hitungan)

3. Proses penggambaran.
Pada saat sekarang ini telah ditemukan beragai macam alat ukur mulai dari alat
ukur untuk mengukur jarak, tinggi, kecepatan, dan sudut . biasanya ,kita menggunakan
alat ukur yang berupa mistar atau meteran untuk mengukur panjang pendeknya , tinggi
rendahnya suatu benda. Mempunyai permukaan yang tidak ata dan alat apakah harus
kita gunakan dalam pengukuran.
Tidak seperti pengukuran lainnya, pengukuran tanah ini betujuan agar kita dapat
mengetahui keadaan permukaan tanah yang berada disekitar daerah yang diukur.
Karena biasanya dalam pembuatan perencanaan jalan raya baik itu poligon terbuka
maupuan tertutup terlebih dahulu harus melakukan pengukuran tanah . bertujuan untuk
mengetahui berapa banyak timbunan atau galian yang dibutuhlan agar permukaan
tanah itu menjadi ideal untuk pembuatan jalan. Ataupun pembuatan perencanaan
bangunan dan juga khususnya jalan raya berapakan kemiringan yang dibutuhkan
antara jalan dengan bahu jalan.
I.2. Maksud dan Tujuan Penulisan
Maksud
Tujuan instruksional umum:
Setelah mempelajari bagian ini diharapkan para pembaca akan mempunyai
wawasan yang luas dan pengertian yang mendalam mengenai pemakaian teknik
pemetaan dan pengukuran tanah dalam pekerjaan konstruksi.
Tujuan Instruksional khusus:
1. Pembaca mampu mengidentifikasi pekerjaan dan perhitungan luas dan isi dalam
kaitannya dengan pekerjaan sipat datar/lengkap dengan perhitungannya.
2. Agar

memiliki

kemampuan

membedakan

jenis

lingkungan

dan

pelaksanaan

perencanaan lingkungan dalam kaitannya dengan belokan dan tanjakan serta turunan
3. Agar mampu mengidentifikasikan pekerjaan pemasokan yang berkaitan dengan
pekerjaan yang bersifat linear ataupun lingkungan.
Tujuan
Sedangkan tujuan dari pengukuran tanah adalah untuk memperoleh gambaran
bagian permukaan bumi melalui pengukuran yang relavan sehinggga dari hasil
pengukuran ini dapat kita transformasikan dalam bentuk peta. Selain itu kita dapat
mengetahui bentuk permukaan bumi dan apa yang kita buat dari bentuk permukaan
bumi seperti yang kita dapat atau telah diketahui.

I.3. Metodologi Penulisan


Metode yang dipakai dalam menyusun laporan adalah :
1. Kajian pustaka ( library research ) adalah metode yang dipakai untuk

mengumpulkan

data data yang diperlukan dengan melalui bahan bacaan, seperti buku buku dan bahan
kuliah sebagai bahan masukan atau ilmu yang sangat bermanfaat dalam penyusunan
laporan ini.
2. Pengambialan data ( field research ) adalah metode dimana data diperoleh dengan
terjun langsung dilapangan untuk mengamati objek penelitian dengan mengumpulkan
data actual melalui pengamatan langsung.
3. Pengolahan data ( deskriletif ) adalah merupakan metode untuk

menganalisis

data data yang didapatkan dilapangan dengan menjadikan kajian pustaka sebagai
reffrensi dalam menganalisa.
I.4. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini, Penulis memformat penulisan dalam sebuah kerangka yang
sistematis atau terdiri beberapa bab dan dibagi beberapa sub bab, sebagai berikut :
BAB I

: Menjelaskan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan serta sistematika


penulisan.

BAB II

: Membahas tentang teori dasar termasuk didalamnya polygon, serta kantor segala
yang berkenaan dengan alat penyipat datar (waterpass) dan alat ukur theodolit serta
rumus-rumus dasar yang dipakai.

BAB III

: Pelaksanaan praktikum menyangkut praktikum alat penyipat dasar (waterpass) dan


Theodolit.

BAB IV

: Menganalisa data serta pemecahan yang berkaitan dengan pengolahan data hasil
pengukuran.

BAB V

: Memberikan kesimpulan berdasarkan pembahasan pembahasan serta saran-saran


permasalahan.

BAB II
TINJAUAN TEORI
Gambaran Umum
Sejarah dan Cabang Keilmuan

Perkembangan ilmu pengukuran tanah berasal dari bangsa romawi, ditandai


dengan pekerjaan konstruksi diseluruh wilayah kekaisaran dan ilmu ini dilestarikan oleh
bangsa arab yang disebut ilmu geometri praktis.Abad ke 13, van piso dalam karyanya
Practica Geometria menguraikan bahwa pengukuran tanah dan dilanjutkan oleh liber
quadratorium dengan konsep.
Dari segi peralatan, astrolabe adalah istrumen yang dipakai pada alat ini
berbentuk lingkaran logam dan petunjuk berputar dipusatnya di pegang oleh cicin
diatasnya dan batang silung ( cross staff ) panjang batang menyebabkan jaraknya bisa
diukur dengan perbandingan sudut.
Sinergis dengan perkembangan zaman dan komplesitas perkembangan bidang
konstruksi, maka ilmu ini mengalami perkembangan pula sebagai konsekwensi atas
tuntutan kebutuhan akan profesionalismenya dalam perencanaan pekerjaan konstruksi.
Pada perkembangannya ilmu geodasi ini mengalami proses spesifikasi keilmuan
diantaranya, ilmu ukur tanah, survey survey pemetaan, engejinering, agrokuntur, dan
lain lain. Dari spesifikasi kita memperlihatkan adanya kecenderungan dimana ilmu
geodasi menjadi dasar urugen pada bidang keilmuan lainnya, selain itu dari bidang
konstruksi, seperti pertanahan, perhutanan, ilmu kelautan, pertanian, perikanan,
pertambangan dan lain lain. Walaupun ada spesifikasi tersebut, itu tidak
mempengaruhi tingkat substansinya dan hal ini juga memiliki kesamaan pendekatan,
baik proses pengambilan data sampai pada proses pengolahan yang membedakan
adalah tingkat aplikasinya.
Tujuan dan aplikasi ilmu ukur tanah
Perencanaan yang dilandaskan oleh perhitungan yang teliti bagi pembangunan
tersebut, akan mengantarkan manuasia mendapatkan hasil yang optimal sebagai
imbalan dari jerih payah tersebut.
Adapun maksud dari pngukuran tanah merupakan salah satu langkah yang
sangat penting dalam bidang rekayasa terutama dalam bidang teknik sipil. Pengukuran
ini diperlukan untuk merencanakan antara lain: jalan raya, jembatan, terowongan,
saluran irigasi, bendungan, bangunan gedung, serta pengaplingan tanah. Para
perencana pada bidang teknik sipil yang merencanakan pengukuran harus mengerti
metode dan instrument yang dipakai termasu kemampuan alat dan keterbatasnya
Aplikasi pemetaan yang dimaksud dalam bagian ini adalah pemetaan yang
pekerjaan ukurnya dilakukan setelah peta yang pertama dipakai oleh para perancang

dan perencana dalam merencanakan pembangunan atau pekerjaan konstruksi yang


mereka maksud. Selanjutnya hasil desain dan perencanaan yang mereka maksud,
dituangkan di atas peta tersebut Pada pemetaan jenis kedua ini, pekerjaan yang
dilakukan misalnya, stakeOut (Pematokan). Hal ini dilakukan dari atas peta yang
menyiratkan pola dua dimensi dan ditransformasikan kepermukaan bumi yang berarti
tiga dimensi.
Pengukuran Jarak
Yang dimaksud dengan pengukuran jarak adalah pengukuran panjang antara
dua buah titik baik secara langsung maupun tidak langsung, dan bisa dilaksanakan
bertahap atau menjadi beberapa bagian ataupun tidak.
Pengukuran jarak langsung biasanya menggunakan instrument atau alat ukur
seperti pita ukur, langkah alat ukur jarak elektronik, distance meter (EDM) yang
disebutkan dengan EDM (Elektronic Distance Meter), adalah alat ukur jarak yang
memanfaatkan gelombang elektromagnetik sebagai unsur jarang yang diukur.
Penguburan jarak tidak langsung, pada umumnya menggunakan instrument ukur jarak
yang mendasarkan pada metode techimetri, metode optik, dsb. Dan pengukuran jarak
optis dapat dilakukan pengukuran jarak menurut dua cara yaitu penggunaan bagi optis
Richard (sudut patalaktis tetap) atau dengan menggunakan garis bidik horizontal
dengan ukuran tertentu pada sasaran.
Pengukuran Elevasi dan Penyipat Datar
Yang dimaksud dengan sifat datar adalah suatu cara pengukuran tinggi, di mana
selisih-selisih tinggi antara titik yang berdekatan ditentukan dengan garis-garis vizir
horizontal yang ditujukan ke rambu-rambu yang vertikal, dan adapun peralatan ukur
sifat datar dan paling tidak memerlukan dua alat utama yaitu alat ukur sifat datar
(waterpas atau level) dan rambu ukurnya kedua alat ini umumnya di lengkapi dengan
nivo yang berfungsi untuk mendapatkan sipatan mendatar dari kedudukan alat-alat
tersebut serta unting-unting untuk menempatkan kedudukan alat di atas titik yang
bersangkutan dan adapun jenis-jenis pengukuran sifat datar.
A. Sifat datar memanjang
Tujuan Pengukuran ini umumnya untuk mengetahui ketinggian dari titik-titik
yang dilewatinya dan biasanya diperlukan sebagai kerangka vertikal bagi suatu daerah
pemetaan.

B. Sifat datar resiprokal


Ke lainan pada sifat ini adalah pemanfaatan konstruksi serta tugas nivo yang
dilengkapi dengan skala pembaca bagi pengungkitan yang dilakukan terhadap nivo
tersebut.
C. Sifat datar profil
Tujuan pengukuran ini umumnya adalah untuk mengetahui profil dari suatu
trace baik jalan ataupun saluran, sehingga selanjutnya dapat diperhitungkan banyaknya
galian dan timbunan yang perlu dilakukan pada pekerjaan konstruksi.
D. Sifat datar luas
Pada jenis pengukuran sifat datar ini yang paling diperlukan adalah
penggambaran profil dari suatu daerah pemetaan yang dilakukan dengan mengambil
ketinggian titik-titik detail di daerah tersebut dan dinyatakan sebagai wakil dari
ketinggiannya.
Pengukuran Sudut
Sudut adalah selisih dua buah arah dari dan buah target di titik pengamatan
pada pekerjaan ini diukur arah dan dua titik atau lebih yang dibidik dari satu titik control
(a) Satuan sudut
Dasar untuk menyatakan besarnya sudut ialah lingkaran yang dalam empat bagian
yang dinamakan kuadran.
(b) Sudut arah: Azmiuth dan kuadran
Pengukuran sudut arah merupakan suatu sistem penentuan arah garis dengan
memakai sebuah sudut dan huruf-huruf kuadran.
(c) Pengertian sudut horizontal dan vertikal
Sudut horizontal adalah pengukuran dasar yang diperlukan untuk penentuan sudut arah
dan azimuth sudut vertikal adalah selisih arah antara dua garis perpotongan di bidang
vertikal.
Penentuan Titik Koordinat
Pengertian Koordinat adalah transformasi argument yang dilakukan diantara
kedua sistem kuordinat yang berlaku di atas yaitu diantara sistem koordinat siku-siku
dan sistem koordinat polar atau sebaliknya dan pemilihan titik fundamental bagi suatu

pekerjaan pemetaan dapat dilakukan sesuai dengan pendefinisian yang dipilih


sebelumnya misalnya:
a.

Sistem koordinat lokal artinya titik fundamental bagi daerah pemetaan yang
bersangkutan dipilih sembarang disekitarnya.

b. Sistem koordinat regional, misalnya suatu pengukuran dengan koordinat awalnya


dinyatakan dalam sistem koordinat yang ada (misalnya sistem koordinat DKI).
c.

Sistem koordinat nasional artinya: titik fundamental bagi daerah pemetaan yang
bersangkutan di ikatkan kepada sistem koordinat nasional.

d. Sistem koordinat dunia.


Luasan dan Volume
Luas adalah jumlah areal yang menproyeksi pada :
-

Metode pengukuran luas ada 2 cara:

a.

Diukur pada gambar situasi (pengukuran tidak langsung)

b. Dihitung dengan menggunakan data jarak dan sudut yang langsung diperoleh dari
pengukuran di lapangan pengukuran langsung, metode ini menghasilkan perhitungan
yang lebih akurat.
Volume adalah isi dari suatu benda pengukuran volume secara langsung jarang
dikerjakan dalam pengukuran tanah, karena sulit untuk menerapkan dengan
sebenarnya sebuah satuan terhadap material yang terlihat sebagai gantinya.
-

Metoda diagonal dan tegak lurus


Apabila suatu segitiga dasarnya: (tingginya: h dan luasnya = S maka
S =

Apabila sudut antara B sisi B dan C diketahui


Maka
S

b c d sin

Cara perhitungan volume


Pekerjaan konstruksi di lapangan memerlukan pekerjaan galian dan timbunan,
baik konstruksi jalan ataupun pembangunan besar lainnya: pekerjaan konstruksi dapat
dibedakan menjadi dua yaitu (sinaga, indra; 1994).
a.

Bentuk sempit dan memanjang yaitu yang menyangkut galian dan timbunan seperti
jalan raya dan saluran pengairan.

b. Bentuk lebar misalnya bendungan, lapangan parker, lapangan olah raga, dll.
Rumus-Rumus Perhitungan
Water Pass
1. Perhitungan Jarak Optis
Rumus : D = ( BA BB ) x 100 =
Dimana : D = Jarak Optis
BA = Bidang Atas
BB = Bidang Bawah
2. Perhitungan Jarak Optis Rata-rata
Rumus :

3. Perhitungan Beda Tinggi Patok Utama


Rumus :
H = BTBLK BTMK
Perhitungan Beda Tinggi Rata Rata
Rumus :
5. Perhitungan Beda Tinggi Patok Detail
Rumus : Hd = BT. Patok Utama BT. Patok Detail
Dimana : Hd = Beda Tinggi Detail
BT = Benang Tengah
6. Perhitungan Koreksi
Rumus :
7. Perhitungan Beda Tinggi Setelah Koreksi
Rumus
H = H rata-rata H koreksi
8. Perhitungan Tinggi Titik Patok Utama
Rumus : HP = Tinggi Titik Diketahui H Koreksi
Dimana : H = Beda Tinggi Rata-rata
9. Perhitungan Tinggi Titik Patok Detail
Rumus : HD = TT Patok Utama Beda Tinggi Detail
Dimana : HD = Tinggi Titik Detail
TT = Tinggi Titik
10. Perhitungan Kemiringan Profil Memanjang
Rumus :
11. Perhitungan Kemiringan Profil Melintang
Rumus :
12. Perhitungan Masa Galian

13. Perhitungan Masa Timbunan


Theodolit
1. Perhitungan Sudut Jurusan
Rumus : = Sudut muka Sudut belakang 360
Dimana :
= Sudut Jurusan (Sudut Patok Utama)
muka = Sudut Muka
blk
= Sudut Belakang
2. Perhitungan Koreksi Sudut Horisontal ( )
Rumus
: = (n + 2) . 180 -
3. Perhitungan Koreksi Untuk Tiap Patok
Rumus
:
4. Perhitungan Sudut Horisontal Setelah Koreksi
Rumus
: =
5. Perhitungan Sudut Horisontal Patok Detail
Rumus : d = L detail LBlk Patok Utama 360
Dimana : d = Sudut Patok Detail
6. Perhitungan Azimut Benar Patok Utama
Rumus
: = diketahui + - 180 360
Dimana : = Sudut Patok Utama
= Azimut diketahui
= Azimut Benar Patok Utama
7. Perhitungan Azimut Benar Patok Detail
Rumus
: detail = d - 180 360
Dimana : detail = Azimut Benar Patok Detail

= Azimut Benar Patok Utama


d
= Sudut detail
8. Perhitungan Besar Sudut Lereng Patok Utama
Rumus
:
= 90 - V Patok Utama
Dimana

= Sudut lereng

V = Sudut Vertikal Patok Utama


9. Perhitungan Besar Sudut Lereng Patok Detail
Rumus :
detail = 90 - V detail
Dimana :

detail = Sudut lereng

Vdetail = Sudut Vertikal detail


10. Perhitungan Jarak Proyeksi Patok Utama

Rumus

: DP = (BA BB) x 100 Cos

Dimana : DP = Jarak Proyeksi Patok Utama


D = (BA BB) x 100 / Jarak Optik
= Sudut Lereng Patok Utama
11. Perhitungan Jarak Proyeksi Patok Detail
Rumus
: Dd = Dd Cos
d
Dimana

: Dd = Jarak Proyeksi Patok Detail


D = Jarak Ptik (BA BB) x 100
d = Sudut Lereng Detail

12. Perhitungan Titik Absis dan Ordinat Patok Utama


Rumus
: Fx = Dp Sin .
Fy = Dp Cos .
Dimana
: Fx = Absis
Fy = Ordinat
Dp = Jarak Proyeksi
= Sudut Azimut Benar Patok Utama
13. Perhitungan Koreksi Titik Absis dan Ordinat Patok Utama
Koreksi Absis
Rumus
:

Dimana

: Kx
Dp

= Koreksi Absis
= Jarak Proyeksi Patok Utama
= Jumlah Jarak Proyeksi Patok Utama
= Jumlah Absis

Koreksi Ordinat
Rumus
:

Dimana
: Ky
= Koreksi Ordinat
Dp
= Jarak Proyeksi Patok Utama
= Jumlah Jarak Proyeksi Patok Utama
= Jumlah Ordinat
14. Perhitungan Koordinat Patok Utama
Rumus : x = xdik Fx Kx
15. Perhitungan Selisih Absis Detail

Rumus : X = Dd Sin d
Dimana : X = Selisih Absis Detail
Dd = Jarak Proyeksi Detail
d = Azimut Benar Detail
16. Perhitungan Selisih Ordinat Detail
Rumus : Y = Dd Cos d
Dimana : Y = Selisih Ordinat Detail
Dd = Jarak Proyeksi Detail
d = Azimut Benar Detail
17. Perhitungan Koordinat Detail
Rumus : Xdetail = Xpatok utama Xdetail
Ydetail = Ypatok utama Ydetail
Dimana
: Xdetail = Absis Detail
Ydetail = Ordinat Detail
18. Perhitungan Beda Tinggi Patok Utama
Rumus : H = D . Sin . 2 + (TP BT).
Dimana : H = Beda Tinggi
D = Jarak Optis

= Sudut Lereng Patok Utama


19. Perhitungan Koreksi Tiap Patok / Koreksi Beda Tinggi
Rumus :

Dimana : K = Koreksi Tiap Patok / Koreksi Beda Tinggi


BT = Jumlah Beda Tinggi Patok
n
= Jumlah Patok
20. Perhitungan Jarak Optis
Rumus : D = ( BA BB ) x 100
Dimana
: D = Jarak Optis
BA = Benang Atas
BB = Benang Bawah
21. Perhitungan Jarak Optis Detail
Rumus : D detail = (BA BB) detail x 100
Dimana : D detail = Jarak Optis Detail
BA
= Benang Atas
BB
= Benang Bawah
22. Perhitungan Jarak Optis Detail
Rumus : D detail = (BA BB) detail x 100
Dimana : D detail = Jarak Optis Detail
BA
= Benang Atas
BB
= Benang Bawah
23. Perhitungan Tinggi Titik Patok Utama
Rumus : Hpu = Hdiketahui Bt k

Dimana

Hpu = Tinggi Titik Patok Utama


Hdik = Tinggi Titik Diketahui
Bt = Beda Tinggi
k
= Koreksi
24. Perhitungan Tinggi Titik Detail
Rumus : Hdetail = Hpu Hdetail
Dimana : Hdetail = Tinggi Titik Detail
Hpu
= Tinggi Titik Patok Utama
Hdetail = Beda Tinggi Detail
Dasar-dasar Perencanaan
Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang
dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar
dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas dan sebagai
akses ke rumah-rumah.
Jalan raya
Penampang melintang jalan merupakan potongan melintang tegak lurus sumbu jalan.
Pada potongan melintang jalan dapat terlihat bagian-bagian jalan. Bagian-bagian jalan
yang utama dapat dikelompokkan sebagai berikut :
A. Bagian yang langsung berguna untuk lalu lintas
1. Jarul lalu lintar
2. Lajur lalu lintas
3. Bahu jalan
4. Trotoar
5. Median
B. Bagian yang berguna untuk drainase jalan
1. Saluran samping
2. Kemiringan melintang jalur lalu lintas
3. Kemiringan melintang bahu
4. Kemiringan lereng.
C. Bagian pelengkap jalan
1.

Kereb

2.

Pengaman tepi

D. Bagian konstruksi jalan


1.

Lapisan perkerasan jalan

2.

Lapisan pondasi atas

3.

Lapisan pondasi bawah

4.

Lapisan tanah dasar

E. Daerah manfaat jalan (damaja)


F. Daerah milik jalan (damija)
G. Daerah pengawasan jalan (dawasja)
Jalur lalu lintas (traveled way = carriage way) adalah keseluruhan bagian
perkerasan jalan yang diperuntukkan untuk lalu lintas kendaraan. Lebar kendaraan
penumpang pada umumnya vervariasi antara 1,50 m 1,75m. Bina Marga mengambil
lebar kendaraan rencana untuk mobil penumpang adalah 1,70 m, dan 2,50 m untuk
kendaraan rencana truk/bis/semitrailer.
Pada jalan lokal (kecepatan rendah) lebar jalan minimum 5,50 m (2 x 2,75 m)
cukup memadai untuk jalan 2 lajur dengan 2 arah. Dengan pertimbangan biaya yang
tersedia, lebar 5 m pun masih diperkenankan. Jalan arteri yang direncanakan untuk
kecepatan tinggi, mempunyai lebar laju lalu lintas lebih besar dari 3,25 m, sebaiknya
3,50 m.
Kemiringan melintang jalur lalu lintas di jalan lurus diperuntukkan terutama untuk
kebutuhan drainase jalan. Air yang jatuh di atas permukaan jalan supaya cepat dialirkan
ke saluran-saluran pembuangan. Kemiringan melintang bervariasi antara 2% - 4%,
untuk jenis lapisan permukaan dengan mempergunakan bahan pengikat seperti aspal
atau semen.
Sedangkan untuk jalan dengan lapisan permukaan belum mempergunakan
bahan pengikat seperti jalan berkerikil, kemiringan melintang dibuat sebesar 5%.
Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang
berfungsi sebagai:
1. Ruangan untuk tempat berhenti sementara kendaraan yang mogok atau yang sekedar
berhenti karena pengemudi ingin berorientasi mengenai jurusan yang akan ditempuh,
atau untuk beristirahat.
2. Ruangan untuk menghindarkan diri dari saat-saat darurat, sehingga dapat mencegah
terjadinya kecelakaan.
3. Memberikan kelegaan pada pengemudi, dengan demikian dapat meningkatkan
kapasitas jalan yang bersangkutan.
4. Memberikan sokongan pada konstruksi perkerasan jalan dari arah samping.

5. Ruangan pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan


jalan (untuk tempat penempatan alat-alat, dan penimbunan bahan material).
6. ruangan untuk lintasan kendaraan-kendaraan patroli, ambulans, yang sangat
dibutuhkan pada keadaan darurat seperti terjadinya kecelakaan.
Jenis Bahu
Berdasarkan tipe perkerasannya, bahu jalan dapat dibedakan
Bahu yang tidak diperkeras, yaitu bahu yang hanya dibuat dari material perkerasan jalan
tanpa bahan pengikat. Biasanya digunakan material agregat bercampur sedikit
lempung. Bahu yang tidak diperkeras ini dipergunakan untuk daerah-daerah yang tidak
begitu penting, di mana kendaraan yang berhenti dan mempergunakan bahu tidak
begitu banyak jumlahnya.
Bahu yang diperkeras, yaitu bahu yang dibuat dengan mempergunakan bahan pengikat
sehingga lapisan tersebut lebih kedap air dibandingkan dengan bahu yang tidak
diperkeras. Bahu jenis ini dipergunakan: untuk jalan-jalan di mana kendaraan yang
akan berhenti dan memakai bagian tersebut besar jumlahnya, seperti di sepanjang
jalan tol, di sepanjang jalan arteri yang melintasi kota, dan di tikungan-tikungan yang
tajam.
Besarnya lebar bahu jalan sangat dipengaruhi oleh:
fungsi Jalan-Jalan arteri direncanakan untuk kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan jalan lokal. Dengan demikian jalan arteri membutuhkan kebebasan samping,
keamanan, dan kenyamanan yang lebih besar, atau menuntut lebar bahu yang lebih
lebar dari jalan lokal.

Volume lalu lintas


Volume lalu lintas yang tinggi membutuhkan lebar bahu yang lebih lebar dibandingkan
dengan volume lalu lintas yang lebih rendah.

Kegiatan disekitar jalan


Jalan yang melintasi daerah perkotaan, pasar, sekolah, membutuhkan lebar bahu jalan
yang lebih lebar daripada jalan yang melintasi daerah rural, karena bahu jalan tersebut
akan dipergunakan pula sebagai tempat parker dan pejalan kaki.
Ada atau tidaknya trotoar.

Biaya yang tersedia sehubungan dengan biaya pembebasan tanah, dan biaya untuk
konstruksi.
Trotoar (Jalur Pejalan Kaki/Side Walk)
Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang
khusus dipergunakan untuk pejalan kaki (pedestrian).

Lebar trotoar
Lebar trotoar yang dibutuhkan ditentukan oleh volume pejalan kaki, tingkat
pelayanan pejalan kaki yang diinginkan, dan fungsi jalan. Untuk itu lebar 1,5 3,0 m
merupakan nilai yang umum dipergunakan.
Saluran Samping
Saluran samping terutama berguna untuk:

Mengalirkan air dari permukaan perkerasan jalan ataupun dari bagian luar jalan.

Menjaga supaya konstruksi jalan selalu berada dalam keadaan kering tidak terendam
air.
Drainase
Drainase adalah tempat saluran air yang terdapat pada pinggir jalan atau rumah
dan sekitarnya (parit)
Saluran drainase sisi jalan
Untuk tujuan pedoman ini, saluran drainase sisi jalan termasukterjunandan saluran
terbuka, saluran alami yang berhubungan dengan gorong gorong dan jembatan tidak
dimasukkan walaupun beberapa komentar berikut.
Kadang kadang dapat diterapkan untuk saluran tersebut, dan adapun banyak prinsip
hidrolik dan morfologi yang dibahas dalam seksi 6dan

pedoman ini diterapkan

kerancangan saluran drainase sisi jalan yaitu adalah :


1. Keamanan dan estetika
saluran yang aman untuk kendaran yang secara kebetulan keluar dari jalan kendaraan,
umumnya memenuhi efisiensi hidrolik saluran.
2. Bentuk.
Bentuk saluran umumnya ditentukan untuk lokasi tertentu oleh pertimbanga lahan,
rezimaliran dan banyaknya aliran yang disaluran.
3. Batas arus
Pembatasan arus mungkin diharapkan atau diperlukan untuk :
a.

memperkecil pemeliharaan

b. melawan gaya erosi air yang mengalir.


c.

Menaikkan kecepatan atau pemindahan untuk memperbaiki efisiensi hidrolik, atau

d. Membatasi ukuran saluran untuk pertimbangan tanah jalan atau keamanan.


4. Superelevasi.

Gaya momentum yang terkandung dalam air mengalir mengakitbatkan superelevasi


aliran dan konsentrasi pada bengkokan yang dapat mengakibatkan erosi dalam saluran
berbatas tidak keras.
5. Aliran superkritis.
Aliran superkritis sekitar bengkokan sangat sulit dianalisis karena karakteristik pola
gangguan gelombang melintang.
6. Aliran subkritis
Saluran yang menyalurkan aliran subkritis biasanya tidak menjupai masalah yang
berkaitan dengan superelevasi.
Terjunan dan selokan terbuka
Kata kata terjunan ( chute ) dan selokan terbuka ( flume ) sering digunakan secara
sinonim dalam mengartikan saluran terjali terbuka yang digunakan untuk menyalurkan
air menuruni kemiringan (lereng)
Konstruksi kendali gradasi
Dimana kondisi diperlukan untuk menyalurkan air dari elevasi tinggi ke elevasi rendah
dan penggunaan terjunan atau selokan tidak praktis, gradasi saluran dapat dibangun
dengan kemiringan yang lebih datar dan cek selokan atau bangunan terjun
digunakan untuk menyelesaikan perubahan elevasi total.
Bengkokan dan lengkungan.
Bengkokan ( bend ) dan lengkungan ( curvel ) dalam pembatas saluran sisi jalan
kadang kadang diperlukan untuk memantapkan lahan alami dan geometri jalan. Dan
kalau dirancang dan dibangun dengan tapat, ganguan negatif yang disebabkan oleh
luas transisi akan dihilangkan oleh lengkungan utama ( 7, 10 , 17 ).
Pertimbangan konstruksi
Penampilan yang memuaskan setiap salurang terbuka sangat tergantung pada
rancangan konstrusi maupun rancangan hidrolik. Dalam merencanakan semua jenis
saluran, persyaratan pondasi dan kemampuan bahan menahan tekanan yang diberikan
padanya harus dipertimbangkan.
1.

Penyelidikan subpermukaan.

Saluran terbuka buatan manusia yang dirancang untuk arus utama atau selokan sisi
jalan harus menyertakan perlengkapan sebelah bawah, dan erosi dasar dan tebing.
2.

Penulangan untuk batas keras.

Saluran dengan penulangan konstruksi namun, saluran beton yang lebih kecil, selokan
dan saluran terbuka mungkin memerlukan suatu jenis penulangan untuk berfungsi tepat
dan stabilitas konstruksi.

BAB III
PELAKSANAAN PRKATIKUM
3.1 Pendahuluan
Sebelum melakukan Praktikum di lapangan yaitu pengukuran di atas permukaan
bumi, sebaiknya kita harus memahami teori-teori serta alat dan bagian-bagiannya
dimana alat tersebut ada dua macam yaitu theodolit dan waterpass karena apabila kita
langsung turun di lapangan tanpa memahami betul cara kerja, maka biasanya kita akan
sulit serta bisa mendapat data yang salah karena disebabkan kurangnya pemahaman
kita dalam pengukuran di lapangan.
Adapun dua cara pengukuran di lapangan yaitu :
1. Pulang Pergi
2. Double Stand
3.2 Prosedur Pengukuran
3.2.1. Penyipat datar (Waterpass)
Pelaksanaan Praktikum Ilmu Ukur Tanah Pada Laboratorium Jurusan Teknik
Sipil UMI, dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu :
A. Materi praktikum
Dalam ilmu ukur tanah, materi praktikum yang disampaikan pada mahasiswa terdiri :
1. Menentukan lokasi
2. Pemasangan patok kayu dalam jalur tertutup atau terbuka sebanyak 10 buah setiap
jarak 30 M, patok kayu sebagai patok utama yang menunjukkan sumbu jalur,
sedangkan patok lain yang lebih kecil sebagai titik detail.
3. penempatan lokasi patok harus aman berada pada daerah stabi serta mudah
ditemukan kembali, khususnya pada patok terakhir ( bila polygon terbuka ).
4. Letak statik diusahakan diantara dua patok yang sama jauh.
5. Menyetel nivo agar berada di tengah tengah lingkaran kecil.
6. Mengarahkan teropon ke patok belakang.
7. Pembacaan benang tengah ( BT ), benang atas ( BA ), dan benang bawah ( BB ).
8. Kemudian alat mengarah ke patok depan.
9. Menentukan situasi/detail ( lihat cara pada sket detail waterpas ).
10. Melakukan berulang ulang sampai selesai.
11. Melakukan cara diatas untuk mengambil data pulang.
12. Cara pengambilan data ada dua cara yaitu :

Pulang pergi

Double stand

13. Pengukuran sifat datar untuk mendapatkan beda tinggi titik dengan membaca ketiga
benang diafragma alat waterpas baik pato utama maupun pato detail.
B. Pelaksanaan Asistensi
Pelaksanaan asistensi dilakukan diruang laboratorium ilmu ukur tanah atau sesuai
dengan persetujuan dari asisten.
C. Pembuatan laporan praktikum
Pembuatan laporan dibuat perorangan oleh peserta praktikum, dan disetujui sertya
diberi nilai oleh asisten. Isi laporan mulai dari pendahuluan teori dasar waterpas,
pelaksanaan praktikum serta pengungkapan kesimpulan dan saran saran. Disamping
itu terlampir gambar situasi profil memanjang dan melintang .
3.2.1

Theodolit
Pelaksanaan praktikum ilmu ukur tanah pada laboratorium jurusan teknik sipil

dapat diberi tiga aspek :


A. Materi praktikum.
1.

Menentukan lokasi pengukuran.

2.

Sistem pemasangan patok sama dengan waterpas.

3.

Pemasangan static diletakkan ditengah pada patok.

4.

Pengaturan nivo tabung dengan menggunakan sekrum penyetel pada alat.

5.

Kemudian mengarahkan teropong pada patok belakang dengan membidik rambu ukur
yang berada diatas patok.

6.

Kunci horizontal dikencangkan dengan menyetel teropong sedapat mungkin, kemudian


mengerakkan pengunci halus hal umtuk mencari angka yang bulat pada benang
tangah lalu kunci vertical dikencangkan.

7.

Menyetel lensa okuler teropong dan medium menjadi jelas.


8.

Memutar tombol pemilihan sudut vertical dan dibaca.

9.

Membaca benang tengah, benang atas dan benang bawah.

10. Memutsr tombol pemelihan sudut vertical yang dibaca.


11. Kemudian membuka kunci horizontal.
12. Mengukur tinggi alat untuk semua stadium.
13. Kemudian melanjutkan dengan pembidikan kesituasi/detail di sekitar patok dianggap
perlu.

14. Semua hasil pengukuran ditulis di table data yang telah disiapkan.
15. Semua data ditulis dengan data hitam.
16. Pengukuran polygon untuk mendapatkan koordinat patok dalam seistem koordinat
kartecius melalui pengukuran harisontal dan jarak horizontal.
17. Pengukuran Techimetri untuk mendapat koordinat detail dalam sietem koordinat polar
( D, ) atau ( D, ).
18. Dalam pelaksanaan praktikum ilmu ukur tanah ini pengukuran polygon dilakukan
serentak bersama pengukuran techimetri.
B.

Alat alat yang digunakan.

1. Alat ukur utama.


a.
b.

Theodolit/waterpas dan perlengkapannya.

Rambu ukur
c.

Rol meter.

2. Alat penunjang.
a.

Payung.

Digunakan untuk melindungi pesawat dari panas matahari dan air hujan.
b.

Patok.

Digunakan untuk memberikan tanda as pada titik yang akan diukur, supaya titik yang
dan yang lain saling terikat dengan baik.
c.

Spidol.

Digunakan untuk memberi nomor pada patok diatasnya agar mudah dikontrol apabila
ada kesalahan.
d. Papan tulis.
Sebagai alat Bantu yang dapat digunakan sebagai landasan menulis data pengukuran
pada saat pengukuran berlangsung.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengukuran dan pengelolaan data maka kami memperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Luas polygon

= 1,46015171 Ha

1. Pekerjaan galian

= 3855,9665

m3

2. Pekerjaan Timbunan

= 550,2845

m3

5.2 Saran-Saran
1.

Sebaiknya sebelum melakukan praktek, perlengkapan alat serta keadaan dari

pesawat itu harus diteliti, agar data yang kita dapatkan memenuhi kriterian
2.

Praktikan yang menggunakan alat secara langsung dilapangan sebaiknya

dilakukan lebih dari 1 kali agar praktikan betul-betul mengetahui secara intensif
(mandalam) pengoperasian pesawat.
3.

Asisten sebaiknya pada saat asistensi harusnya lebih betul meneliti pengolahan

data yang ada.

1.

DAFTAR PUSTAKA
Sinegar.I,1997, Dasar dasar pengukuran(Surveying),Jakarta:Erlangga.

2. LAB IUT FT.UMI,( Pedoman ),Makassar:Lab Iut.FT.UMI.

You might also like