You are on page 1of 3

Eksplorasi Panas Bumi

Mengusukan alternative pengembangan dan kapasitas instalasi pembangkit


listrik.

Melakukan analisa keekonomian untuk semua alternative yang diusulkan.

1.

PERENCANAAN

Apabila dari hasil studi kelayakan disimpulkan bahwa daerah panas bumi tersebut
menarik untuk dikembangkan, baik ditinjau dari aspek teknis maupun ekonomis, maka
tahap selanjutnya adalah membuat perencanaan secara detail.
Rencana pengembangan lapangan dan pembangkit listrik mencangkup usulan
secara rinci mengenai fasilitas kepala sumur, fasilitas produksi dan injeksi di
permukaan, sistem pipa alir dipermukaan, fasilitas pusat pembangkit listrik. Pada tahap
ini gambar teknik perlu dibuat secara rinci, mencangkup ukuran pipa alir uap, pipa alir
dua fasa, penempatan valve, perangkat pembuang kondensat dan lain-lain.
1.

PEMBORAN SUMUR PRODUKSI, INJEKSI DAN PEMBANGUNAN PUSAT


LISTRIK TENAGA PANAS BUMI
Untuk menjamin tersedia uap sebanyak yang dibutuhkan oleh pembangkit listrik

yang dibutuhkan oleh pembangkit listrik diperlukan sejumlah sumur produksi. Selain itu
juga diperlukan sumur untuk menginjeksikan kembali air limbah. Pemboran sumur
dapat dilakukan secara bersamaan dengan tahap perencanaan pembangunan PLTP.
1.

PRODUKSI UAP, PRODUKSI LISTRIK DAN PERAWATAN


Pada tahap ini PLTP telah beroperasi sehingga kegiatan utama adalah menjaga

kelangsungan:
1.

Produksi uap dari sumur-sumur produksi.

2.

Produksi listrik dari PLTP.

3.

Distribusi listrik ke konsumen.

1.

CONTOH KEGIATAN EKSPLORASI DAN PENGEMBANGAN LAPANGAN


PANASBUMI

1.

Lapangan Panas Bumi Kamojang


Usaha pencarian panas bumi Indonesia pertama kali dilakukan di daerah kawah
Kamojang pada tahun 1918. Pada tahun 1962-1929, lima sumur eksplorasi dibor
sampai kedalaman 66-128 meter. Sehingga sumur KMJ-3 masih memproduksikan
uap panas kering dan dry system. Karena pada saat itu terjadi perang, maka
kegiatan pemboran tersebut dihentikan.
Pada tahun 1972, direktorat vulkanologi dan pertamina, dengan bantuan
pemerintah Perancis dan New Zeland, melakukan survey pendahuluan di seluruh
wilayah Indonesia, Kamojang mendapat prioritas untuk survei lebih rinci. Pada
bulan September 1972 ditandatangani kontrak kerjasama bilateral antara Indonesia
dan New Zeland untuk pelaksanaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di daerah
tersebut. Survey geologi, geokomia, dan geofisika dilakukan pada daerah tersebut.
Area seluas 14 km2 diduga mengandung fluida panas bumi. Lima sumur eksplorasi
(KMJ6-10) kemudian dibor dengan kedalaman 535-761 meter dan menghasilkan
uap kering dengan temperatur tinggi (240 0C). uap tersebut kemudian dimanfaatkan
sebagai pembangkit listrik Mono Blok sebesar 0.5 MW yang dimulai beroperasi

You might also like