You are on page 1of 46

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN GII P1001 Ab000


KALA I FASE AKTIF DENGAN IUFD
RSUD BANGIL PASURUAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Pendidikan PraProfesi Bidan


Di Ruang Bersalin, RSUD Bangil, Pasuruan

Oleh:
Eka Saputri Aripitasari
NIM. 105070601111008

PROGRAM PENDIDIKAN PRA PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diperiksa, dievaluasi dan disetujui oleh pembimbing praktek dan pembimbing
akademik di Ruang Bersalin, RSUD Bangil, Pasuruan
.
Pasuruan,
Mahasiswa

April 2014

Eka Saputri A.
NIM 105070601111008

Pembimbing Praktik

Pembimbing Akademik

Ero Pujiati, SST


19640623 198409 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi SI Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

dr. Mukhammad Nooryanto, Sp.OG(K)


NIP. 19671103 200001 1 011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses alamiah yang terjadi pada
wanita. Walaupun proses tersebut alami, masih terdapat kemungkinan untuk
berkembang menjadi patologis. Untuk itu perlu perhatian lebih oleh ibu, keluarga
dan tenaga kesehatan.
Menurut laporan WHO tahun 2008, kematian perinatal sebesar 400 per 10.000
orang atau sekitar 200.000 orang pertahun. Ini berarti terjadi kematian perinatal
setiap 1,2-1,5 menit. Hampir seluruh kematian perinatal tersebut adalah bayi lahir
mati atau bayi meninggal di dalam rahim (Intrauterine Fetal Death). Menurut hasil
riset kesehatan yang dilakukan Depkes tahun 2009, kematian bayi disebabkan oleh
karena IUFD (Intra Uteri Fetal Death) 28,9%, asfiksia 12,2%, BBLR (Berat Badan
Lahir Rendah) 20,4%, cacat bawaan 4,8%, sepsis 8,9% dan lain-lain 24,5%. Dari
beberapa penyebab tersebut yang bisa dilakukan pemantauan dengan menggunakan
2

partograf adalah kejadian dari asfiksia bayi baru lahir dan IUFD sehingga bisa
menurunkan angka kematian bayi.
Pada lebih dari 50% kasus, etiologi kematian janin antepartum tidak dikenal
atau tidak dapat ditentukan. Penyebab yang berkaitan mencakup penyakit hipertensi
dalam kehamilan, diabetes melitus, eritroblastosis fetalis, kecelakaan tali pusat,
anomali janin bawaan, infeksi janin atau ibu, perdarahan fetomaternal atau antibodi
antifosfolipid.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan mengenai obstetri genetika klinik, ilmu
kesehatan anak dan ibu, dan patologi perinatal, maka banyak kematian anak yang
dulu belum diketahui sekarang sudah dapat diterangkan. Dengan demikian, maka
manajemen obstetri perinatal selanjutnya menjadi lebih mudah.
Dibanding masalah klinis, masalah utama yang dihadapi ibu biasanya lebih
pada proses penerimaan psikologisnya terhadap kematian janinnya. Penerimaan ini
bergantung pada seberapa besar harapan ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayinya
ini. Menyadari hal ini maka penulis membuat tulisan ini sebagai bahan acuan dalam
melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan IUFD.
1.2. TUJUAN
1.2.1. TUJUAN UMUM
Memahami diagnosis dan pengelolaan kematian janin dari aspek fisik dan
psikologis.
1.2.2. TUJUAN KHUSUS
a. Mampu melakukan pengkajian data subyektif pada ibu bersalin dengan
IUFD.
b. Mampu melakukan pengkajian data obyektif pada ibu bersalin dengan
IUFD.
c. Mampu melakukan analisis masalah pada ibu bersalin dengan IUFD.
d. Mampu melakukan penatalaksanaan pada ibu bersalin dengan IUFD.
e. Mampu melakukan pendokumentasian SOAP Asuhan Kebidanan pada ibu
bersalin dengan IUFD.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI PERSALINAN
Persalinan adalah suatu proses terdiri dari kontraksi uterus yang efektif dan
teratur sehingga menyebabkan pendaftaran dan pembukaan serviks. Dari proses ini
akan menyebabkan pengeluaran hasil konsepsi berupa janin dan plasenta dari uterus
secara pervaginam (DeCherney AH et al, 2007)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar secara spontan tanpa
bantuan alat dan tidak melukai ibu dan janin yang berlangsung sekitar 18-24 jam,
dengan letak janin belakang kepala (Varneys, 2003)
2.1.1 Fisiologi Persalinan Normal
Tanda-tanda masuknya persalinan (in partu) adalah timbulnya rasa sakit oleh
adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur, keluar lendir bercampur darah
(bloody show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks,

kadang-kadang ketubah pecah dengan sendirinya dan pada pemeriksaan dalam :


serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
Terdapat empat kala persalinan :
1. Kala I (Kala Pembukaan) : Telah tercapainya kontraksi uterus dengan frekuensi,
intensitas dan durasi yang cukup untuk menghasilkan dilatasi serviks yang cukup
untuk menghasilkan dilatasi serviks yang progresif. Kala satu persalinan selesai
ketika serviks sudah membuka lengkap (sekitar 10 cm) sehingga memungkinkan
kepala janin lewat (Prawirohardjo, 2008)
Kala I dibagi menjadi dua fase :
Fase laten : fase yang diawali dengan mulai timbulnya kontraksi uterus yang teratur
yang menghasilkan perubahan pada serviks dan meluas sampaoi permulaan fase
aktif persalina (dilatasi serviks 3-4 cm). Pada ibu yang belum pernah melahirkan
(nulipara) fase laten biasanya kurang dari 20 jam dan pada ibu yang beberapa kali
melahirkan (multipara) fase laten kurang dari 14 jam.
-

Fase Aktif : Fase aktif ditandai dengan dilatasi serviks yang terus menerus
sampai serviks terdilatasi penuh. Pada nulipara dilatasi serviks sampai 2 cm
setiap jam dan multipara 1,5 cm setiap jam

2. Kala II (Kala Pengeluaran Janin) : dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap dan
berakhir ketika janin sudah lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada ibu
yang pertama kali melahirkan (primipara) dan 1 jam pada ibu yang beberapa kali
melahirkan (multipara). Pada proses ini his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama,
kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga
terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-oto
dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan
pada rektum, ibu merasa seperti ingin buang air besar, dengan tanda anus terbuka.
Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum
meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan melahirkan kepala, diikuti
oleh seruh badan janin. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan
anggota badan bayi secara lengkap.
3. Kala III (Kala Pengeluaran Uri) : Dimulai segera setelah janin lahir dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin (Prawirohardjo, 2008). Waktu
untuk pelepasan dan pengeluaran uri dimulai segera setelah bayi lahir sampai
lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir,
5

kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi
pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Dalam waktu 5-10
menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan
atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Pada saat plasenta
lahir pada umumnya otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh-pembuluh darah akan
terjepit dan perdarahan akan segera berhenti. Seluruh prosesn biasanya berlangsung
5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc (Mochtar R,1998 & Wiknjosastro H dkk, 2007)
4. Kala IV (Kala Pengawasan) : Mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam dimana
dilakukan pengamatan keadaan ibu terutama terhadap bahay perdarahan post
partum. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada kala IV ini adalah :
kontraksi uterus harus baik, tidak ada perdarahan dari vagina atau alat genital
lainnya, plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap, kandung kemih
harus kosong, luka-luka pada perineum terawat dengan baik, bayi dalam keadaan
baik, dan ibu dalam keadaan baik ((Mochtar R,1998 & Wiknjosastro H dkk, 2007)

2.2. DEFINISI INTRA UTERINE FETAL DEATH


Intrauterine fetal death (IUFD) menurut ICD 10 International Statistical
Classification of Disease and Related Health Problems adalah kematian fetal atau
janin pada usia gestasional 22 minggu (Petersson, 2002). IUFD adalah janin yang
mati dalam rahim dengan berat 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim
pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Petersson, 2003; Winknjosastro, 2008).
Ketiadaan janin pada berbagai tahap merupakan kematian janin. Berdasarkan
revisi tahun 2003 dari Prosedur Pengkodean Penyebab dari Kematian Janin
Berdasarkan ICD-10, Pusat Statistik Kesehatan Nasional mendefinisikan kematian
janin sebagai kematian yang terutama berkaitan dengan ekspulsi komplet atau
ekstraksi hasil konsepsi dari Ibu, pada durasi yang tidak dapatdiperkirakan di dalam
masa kehamilan, dan merupakan terminasi kehamilan yang tidak diinduksi.
Kematian janin diindikasikan oleh adanya fakta setelah terjadi ekspulsi atau
ekstraksi, janin tidak bernafas atau menunjukkan tanda-tanda laindari kehidupan
seperti detak jantung, pulsasi umbilical cord, atau gerakan yang berarti dari otot-otot
volunter. Detak jantung tidak termasuk kontraksi transiendari jantung, respirasi tidak
6

termasuk pernafasan yang sangat cepat atau gasping. Pengertian ini kemudian
diklasifikasikan sebagai kematian awal (<20minggu kehamilan), pertengahan (20-27
minggu kehamilan) dan lambat (>28minggu kehamilan).
IUFD (Intra Uterine Fetal Demise) merupakan kematian janin yang terjadi
tanpa sebab yang jelas, yang mengakibatkan kehamilan tidak sempurna
(Uncomplicated Pregnancy). Kematian janin terjadi kira-kira pada 1% kehamilan dan
dianggap sebagai kematian janin jika terjadi pada janin yang telah berusia 20 minggu
atau lebih, dan bila terjadi pada usia di bawah usia 20 minggu disebut abortus.
Pada dasarnya untuk membedakan IUFD dengan aborsi spontan, WHO dan
American

College

of

Obstetricians

and

Gynaecologists

telah

merekomendasikan bahwa statistik untuk IUFD termasuk di dalamnya hanya


kematian janin intrauterine dimana berat janin 500 gr atau lebih, dengan usia
kehamilan 22 minggu atau lebih. Tapi tidak semua negara menggunakan pengertian
ini, masing-masing negara berhak menetapkan batasan dari pengertian IUFD.

2.3. ETIOLOGI
Pada 25-30% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat
disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta.
(Sarwono. 2009 dan Manuaba IBG. 2007)
2.3.1 FAKTOR MATERNAL (5-10%)
Post term (>42 minggu)/ Prolonged Pregnancy
Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami penuaan
sehingga fungsinya akan berkurang.Janin akan kekurangan asupan nutrisi
dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau,
akibatnya cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini
bisa dievaluasi melalui USG dengan color doppler sehingga bisa dilihat
arus arteri umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan
harus segera dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran
kehamilan pada awal kehamilan dan akhir kehamilan.
Diabetes Melitus tidak terkontrol
Sistemik Lupus Eritematosus
7

Antibodi antikardiolipin dan antikoagulan lupus dilaporkan menyebabkan


vaskulopati desidua, infark plasenta, hambatan pertumbuhan janin, abortus
rekuren dan kematian janin.
Infeksi
Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi seperti bakteri maupun
virus. Bahkan demam tinggi pada ibu hamil (lebih dari 103 F) dapat
menyebabkan janin tidak tahan dengan tubuh ibunya.
Hipertensi
Hipertensi dapat menyebabkan kekurangan O2 pada janin yang disebabkan
oleh berkurangnya suplai darah dari ibu ke plasenta yang disebabkan oleh
spasme dan kadang-kadang trombosis dari pembuluh darah ibu.
Preeklamsia/ Elkamsia
Hemoglobinopati
Umur ibu tua (>40tahun)
Selepas usia menjangkau 35 tahun ke atas setiap wanita akan mengalami
penurunan dalam kualitas telur yang dihasilkan oleh ovarium. Umur
berkaitan pula dengan perubahan hormone.
Penyakit Rhesus
Akan timbul masalah bila ibu memiliki Rh negatif, sementara ayah
Rh positif, sehingga janin akan mengikuti yang lebih dominan yaitu
Rh positif, yang berakibat antara ibu dan janin akan mengalami
ketidakcocokan

Rhesus.

Ketidakcocokan

ini

akan

mempengaruhi

kondisi janin tersebut. Misalnya dapat terjadi kondisi Hidrops fetalis, yaitu
suatu reaksi imunologis yang menimbulkan gambaran klinis pada janin antaralain
berupa

pembengkakan

yang berlebihan

pada

perut

akibat

terbentuknya

pada rongga perut (asites), pembengkakan

cairan
kulit

janin penumpukan cairan di rongga dada atau rongga jantung, dan lainlain. Akibat dari penimbunan cairan-cairan yang berlebihan tersebut,
tubuh janin akan membengkak yang dapat berakibat pula darahnya
bercampur dengan air. Jika kondisi demikian terjadi, biasanya janin tidak
akan tertolong lagi.
Ruptura Uteri
8

Ruptur uteri merupakan salah satu bentuk perdarahan yang terjadi pada
kehamilan lanjut dan persalinan, selain plasenta previa, solusio plasenta,
dan gangguan pembekuan darah. Batasan perdarahan pada kehamilan
lanjut berarti perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai
sebelum bayi dilahirkan, sedangkan perdarahan pada persalinana dalah
perdarahan intrapartum sebelum kelahiran.
Antifosfolopid Syndrom
Hipotensi akut
Kematian ibu
Jika terjadi kematian ibu, sudah jelas janin juga akan mengalamikematian,
dikarenakan fungsi tubuh yang seharusnya menopang pertumbuhan janin,
tidak lagi ada.
2.3.2 FAKTOR FETAL
Hingga 25-40% kasus lahir mati disebabkan oleh faktor janin
Hamil kembar
Kehamilan kongenital
Kelainan genetik bisa juga disebut penyakit bawaan, misalnya kelainan
genetik berat (trisomi). Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya
baru terdeteksi pada saat kematian sudah terjadi, yaitu dari hasil otopsi
janin. Hal ini disebabkan karena pemeriksaan kromosom saat janin masih
dalam kandungan beresiko tinggi dan memakan biaya banyak.
Infeksi
Sebagian besar didiagnosis sebagai korioamnionitis, ditandai dengan
sebukan leukosit mononuklear dan polimorfonuklear pada korion, dan
sebagian lagi sebagai sepsis janin atau intrauterus.
2.3.3 FAKTOR PLASENTAL (25-35%)
Kelainan tali pusat
Lepasnya plasenta/ Solusio plasenta
Terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin lahir
menyebabkan terjadinya perdarahan. Intensitasnya bervariasi bergantung
9

pada seberapa cepat ibu mendapat pertolongan. Apabila tertunda,


kecenderungan pemisahan luas akan meningkat pesat dan menyebabkan
kematian janin.
Ketuban pecah dini
Vasaprevia
Untuk diagnosis pasti penyebab kematian janin sebaiknya dilakukan otopsi
janin dan pemeriksaan plasenta serta selaput. Diperlukan evaluasi secara
komprehensif untuk mencari penyebab kematian janin termasuk analisis kromosom
dan kemungkinan terpapar infeksi untuk mengantisipasi kehamilan selanjutnya.
Pengelolaan kehamilan selanjutnya bergantung pada penyebab kematian janin.
Meskipun kematian janin berulang jarang terjadi, demi keselamatan keluarga, pada
kehamilan berikut perlu pengelolaan yang lebih ketat tentang kesejahteraan janin.
2.3

FAKTOR PREDISPOSISI

Status sosial ekonomi rendah.

Tingkat pendidikan ibu yang rendah.

Usia ibu >30 tahun atau <20 tahun.

Partias pertama dan partias kelima atau lebih.

Kehamilan tanpa pengawasan antenatal.

Kehamilan tanpa riwayat pengawasan kesehatan ibu yang inadekuat.

Riwayat kehamilan dengan komplikasi medik atau obstetric.

(Mochtar R. 1998)
2.4

PATOLOGI
Kalau janin mati pada kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahanperubahan sebagai berikut;
a.

Rigor Mostis (tegang mati)


Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.

b.

Stadium Maserasi I
Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi kemudian
menjadi merah. Stadium ini berlangsung sampai 48 jam setelah anak mati.
10

c.

Stadium Maserasi II
Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat, terjadi
setelah 48 jam anak mati.

d.

Stadium Maserasi III


Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas,
hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan terdapat oedem dibawah kulit.
(Sastrowinata, 2005)

2.5 DIAGNOSIS DAN MANIFESTASI KLINIS


Riwayat dan pemeriksaan fisik sangat terbatas nilainya dalam membuat
diagnosis kematian janin. Umumnya penderita hanya mengeluh gerakan janin
berkurang. Pada pemeriksaan fisik tidak terdengar denyut jantung janin. Diagnosis
pasti ditegakkan dengan pemeriksaan ultrasound dimana tidak tampak adanya
gerakan jantung janin.
2.5.1. ANAMNESA

Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari atau gerakan
janin dalam rahim sangat berkurang.

Ibu merasakan perutnya bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau


kehamilan tidak seperti biasanya.

Ibu belakangan ini merasa perutnya sering menjadi keras dan merasakan
sakit seperti mau melahirkan.

Penurunan berat badan.

Perubahan pada payudara atau perubahan nafsu makan.

2.5.2. PEMERIKSAAN FISIK


a.

b.

Inspeksi

Penurunan atau terhentinya peningkatan bobot berat badan ibu.

Terhentinya perubahan payudara.

Palpasi

Tinggi fundus uteri lebih rendah atau lebih kecil dari usia kehamilan.

Tidak teraba gerakan-gerakan janin.

Dengan palpasi yang teliti dapat teraba krepitasi pada tulang kepala
janin.
11

c.

Auskultasi

Baik dengan stetoskop monoral maupun doppler tidak terdengar


denyut jantung janin.

2.5.3. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a.

Pemeriksaan Laboratorium
1) Reaksi biologis negatif setelah 10 hari janin mati.
2) Hipofibrinogenemia (defisiensi fibrinogen <100mg%) setelah 4-5
minggu janin mati.

b.

Pemeriksaan Radiologi
1) USG

Gerakan janin tidak ada.

Denyut jantung janin tidak ada.

Tampak bekuan darah pada ruang jantung janin.

2) X-Ray

Spalding Sign (+) : tulang-tulang tengkorak janin saling


tumpang tindih, pencairan otak dapat menyebabkan overlapping
tulang tengkorak.

Nanjouks Sign (+) : tulang punggung janin sangat melengkung/


hiperfleksi.

Roberts Sign (+) : tampak gelembung-gelembung gas pada


pembuluh darah besar. Tanda ini ada pada kematian janin di
bawah 12 jam.

Adanya akumulasi gas dalam jantung janin dan pembuluh darah


besarnya.

2.6

DIAGNOSIS BANDING
Tabel 1. Diagnosis Banding IUFD
Gejala dan Tanda

Gejala dan Tanda

Kemungkinan

Yang Selalu Ada


Yang Kadang Ada
Diagnosis
Gerakan janin berkurang atau Syok, uterus tegang/kaku, gawat Solutsio
hilang, nyeri perut hilang janin atau denyut jantung janin Plasenta
timbul

atau

menetap, tidak terdengar.


12

perdarahan

pervaginam

setelah uk 22 minggu.
Gerakan janin dan DJJ tidak Syok, perut kembung/cairan bebas Ruptur Uteri
ada, perdarahan dan nyeri intraabdominal,
hebat.

kontur

uterus

abnormal, abdomen nyeri, bagianbagian janin teraba lebih jelas,

denyut nadi ibu cepat.


Gerakan janin berkurang atau Cairan
ketuban
bercampur Gawat Janin
hilang,

2.7

DJJ

abnormal mekoneum.

(<100x/mnt atau >180x/mnt).


Gerakan janin dan DJJ Tanda-tanda kehamilan terhenti.

Intrauterine

hilang.

Fetal Death

PENANGANAN KLINIS
Bila diagnosis kematian janin telah ditegakkkan, penderita segera diberi
informasi. Diskusikan kemungkinan penyebab serta rencana penatalaksanaannya.
Rekomendasikan untuk segera diintervensi.
Bila kematian janin lebih dari 3-4 minggu, kadar fibrinogen akan menurun
dengan kecenderungan koagulopati. Masalah menjadi rumit bila kematian janin
terjadi pada salah satu janin kembar (Norwitz, 2008).
2.7.1. PENANGANAN UMUM
Berikut hal-hal yang perlu dilakukan sesaat setelah diagnosis kematian janin
telah ditegakkan;
a) Pemeriksaan Tanda-tanda Vital ibu.
b) Pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan dan gula darah.
c) KIE kepada ibu dan keluarga tentang kemungkinan penyebab kematian
janin.
d) Rencana tindakan untuk terminasi kehamilan, utamakan pervaginam.
e) Dukungan mental emosional kepada ibu dan keluarga.
2.7.2. PENANGANAN KHUSUS
a) Jika pemeriksaan radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5
hari.
13

b) USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk


memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin
tanpa tanda-tanda kehidupan.
c) Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya
psien selalu didampingi oleh orang terdekatnya.
d) Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun
espektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum
keputusan diambil.
e) Bila pilihan penanganan adalah espektatif;

Tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu.

Yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa


komplikasi.

f)

Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan,


lakukan penanganan aktif.

g) Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai serviks dengan skor bishop.

Jika serviks matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin


atau prostaglandin.
Cat : Hati-hati pada induksi dengan uterus pasca seksio sesarea
maupun miomektomi, bahaya ruptur uteri.

Jika serviks belum matang, lekukan pematangan serviks dengan


prostaglandin atau kateter foley.
Cat : Jangan lakukan amniotomi karena beresiko infeksi.

Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhir.

h) Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun


dan serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol.

Tempatkan misoprostol 25 mcg di puncak vagina. Dapat diulangi


setelah 6 jam.

Jika tidak terjadi respon setelah 2x25 mcg misoprostol, naikkan


dosis menjadi 50 mcg setiap 6 jam.

Pada kematian janin 24-48 minggu dapat digunakan misoprostol 50100 mcg tiap 4-6 jam dan induksi oksitosin. Pada kehamilan diatas
28 minggu dosis misoprostol 25 mcg pervaginam tiap 6 jam.
14

i)

Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.

j)

Jika tes pembekuan darah sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan
mudah pecah, waspada koagulopati.

k) Setelah bayi lahir, beri kesempatan pada ibu dan keluarganya untuk
melihat dan melakukan berbagai kegiatan ritual keagamaan merawat
mayat janin yang meninggal tersebut.
l)

Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya


patologi plasenta dan infeksi.

(Sarwono, 2009)
2.8

DUKUNGAN PSIKOLOGIS
Dalam praktek dukungan emosional bagi ibu yang tengah mengalami
kegawatdaruratan obstetrik dan jika terjadi kematian janin atau bayi lahir abnormal,
beberapa faktor spesifik perlu dipertimbangkan.
Banyak faktor yang mempengaruhi reaksi seorang ibu terhadap kematian
bayinya, seperti;

Riwayat obstetrik sebelumnya serta riwayat hidup ibu tersebut.

Sampai sejauh mana ia menginginkan bayi tersebut.

Kejadian sekitar proses kelahiran dan penyebab kematian.

Pengalaman kematian sebelumnya.

SAAT TERJADI

Hindarkan penggunaan sedatif dalam membantu ibu menghadapi peristiwa


tersebut. Sedatif akan menunda keikhlasan menerima fakta kematian dan
merasakan terkenang kembali nantinya merupakan bagian dari proses
penyembuhan emosi- menjadi lebih sulit.

Biarkan ibu melihat usaha yang dilakukan tenaga medis dalam menolong si bayi.

Biarkan ibu atau suaminya untuk melihat atau memeluk bayinya dalam
mencurahkan rasa duka, kecuali ibu tidak tega melihat bayinya.

Siapkan orang tua untuk kemungkinan adanya keadaan yang mengganggu atau
sesuatu yang tidak diharapkan dari bayinya (merah, keribut, kulit terkelupas).

15

Bila mungkin, selimuti bayi tersebut sehingga tampak normal pada pandangan
pertama.

Jangan pisahkan ibu dengan bayinya terlalu cepat (sebelum dia siap) karena hal
ini dapat mengganggu dan memperpanjang proses duka.

SETELAH TERJADI

Biarkan ibu dan keluarganya bersama bayi. Orang tua dari bayi yang meninggal
masih perlu mengenali bayinya.

Orang berduka dengan cara yang berbeda-beda, tapi untuk banyak orang,
kenangan adalah yang terpenting. Tawarkan pada ibu dan keluarganya barangbarang kenangan seperti potongan rambut atau tanda nama bayi.

Biarkan ibu dan keluarganya menyiapkan bayi untuk pemakaman jika


dikehendaki.

Anjurkan acara pemakaman sesuai dengan adat kebiasaan setempat dan pastikan
tindakan medis (seperti otopsi) tidak mengganggu mereka.

Atur diskusi denngan ibu dan suaminya untuk membicarakan kejadian ini dan
pencegahan yang perlu dilakukan dimasa mendatang.

(Sarwono, 2009)

2.9

KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN


KALA I DENGAN IUFD
Nomor Register

: Penting diketahui untuk mengetahui rekam medik pasien,


memudahkan

dalam

mencari

riwayat

kesehatan,

kehamilan, atau persalinan yang sebelumnya.


Tanggal

: mengetahui tanggal pelaksanaan pengkajian.

Jam

: mengetahui waktu pelaksanaan pengkajian.

Oleh

: mengetahui orang yang melakukan pengkajian.

Tempat

: mengetahui tempat dilakukannya pengkajian.

2.9.1. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1) Identitas
.i

Nama ibu / suami


16

Nama penderita dan suaminya ditanyakan untuk mengenal dan


memanggil penderita supaya tidak keliru dengan penderita yang
lain.
.ii Umur ibu / suami :
Kehamilan yang pertama kali dengan baik antara 19-35 tahun,
dengan otot masih bersifat sangat elastis dan mudah diregang.
Tetapi menurut pengalaman, penderita umur 25-35 tahun masih
mudah untuk melahirkan jadi melahirkan tidak saja umur 19-25
tahun, primitua dikatakan mulai 35 tahun dimana usia >35 thn
merupakan faktor predisposisi terjadinya IUFD.
.iii Agama
Untuk

mengetahui

kemungkinan

pengaruhnya

terhadap

kebiasaan kesehatan klien. Dengan diketahui agama pasien akan


memudahkan

bidan

melakukan

pendekatan

dialam

melaksanakan asuhan kebidanan.


.iv Suku/bangsa
Untuk

mengetahui

latar

belakang

sosial

budaya

yang

mempengaruhi kesehatan klien.

.v Pendidikan
Tingkat

pendidikan

yang

rendah

merupakan

faktor

predisposisi terjadinya IUFD.


.vi Pekerjaan
Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi ibu
dimana status sosial ekonomi rendah menjadi faktor
predisposisi terjadinya IUFD.
.vii Alamat
Untuk mengetahui ibu tinggal dimana dan diperlukan bila
mengadakan kunjungan rumah (home care/home visit ke ibu)
2) Keluhan

17

Pada ibu dengan IUFD umumnya memiliki keluhan utama tidak


merasakan gerakan janin selama beberapa waktu dan perut
yang tidak kunjung membesar atau malah mengecil.
3) Riwayat Menstruasi
Dikaji untuk menentukan tanggal tafsiran persalinan. Hal ini
memungkinkan bidan untuk memperkirakan tanggal kelahiran dan
setelah itu, memperkirakan usia kehamilan saat itu. Jika kehamilan
telah lewat waktu, plasenta akan mengalami penuaan sehingga
fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan
nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi
sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat terhisap masuk
ke dalam paru-paru janin dan menyebabkan kematian janin.

Siklus
Lama
Teratur/tidak
Banyaknya
Dismenorrhoea
HPHT

: normalnya 28/35 hari.


: normalnya 5 7 hari.
: normalnya 2 3 pembalut/hari
: normalnya sebelum/ saat/ setelah haid.
: menentukan tafsiran persalinan dan usia
kehamilan (sebagai patokan apakah klien
melahirkan at term atau tidak. Bila hari
pertama haid terakhir diketahui maka dapat
memperhitungkan

usia

kehamilan

dan

perkiraan persalinan dengan rumus Nagel


(hari + 7, bulan 3, tahun + 1)
4) Riwayat Obstetri Lalu
Mengetahui berapa kali klien melahirkan dan mengalami abortus,
jika sudah pernah melahirkan, usia anak terkecil ditanyakan untuk
mengetahui jarak kelahiran. Paritas pertama dan kelima atau
lebih merupakan faktor predisposisi terjadinya IUFD.
5) Riwayat Kehamilan Sekarang
Mengetahui apa semasa hamil klien melakukan kontrol kehamilan
(ANC) yang baik atau tidak, sebab kehamilan tanpa pengawasan
antenatal menjadi faktor predisposisi terjadinya IUFD.
18

Pada ibu dengan IUFD, perlu dikaji lebih mendalam tentang


gerakan janin. Mulai dari kapan gerakan terakhir, pola gerakan,
lokasi gerakan dirasakan paling banyak, bagaimana sensasi yang
ditimbulkan saat janin bergerak, dan hal penting lainnya.
6) Rwayat Penggunaan Alat Kontrasepsi
Untuk mengetahui sejauh mana klien dan suami merencanakan
kehamilan ini. Pada kasus IUFD, ini sangat berpengaruh pada
penerimaan ibu dan keluarga atas kematian janin
7) Riwayat Kesehatan dan Penyakit Klien
untuk mengidentifikasi adanya penyakit yang pernah dan sedang
dialami klien yang berpotensi menjadi penyebab IUFD.

Jantung
Penyakit jantung menyebabkan ketidakmampuan jantung untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi dan O2 untuk tumbuh kembang
janin. Terjadi relatif-absolut gangguan pertukaran O2-CO2 paru
(hipertensi-edema paru) yang dapat menyebabkan terjadinya
kematian janin.

Hipertensi
Hipertensi dapat menyebabkan kekurangan O2 pada janin yang
disebabkan oleh berkurangnya suplai darah dari ibu ke plasenta
yang disebabkan oleh spasme dan kadang-kadang trombosis dari

pembuluh darah ibu.


Ginjal
Ditandai dengan fatigue, gagal tumbuh, pucat, lidah kering,

hipertensi, proteinun, nokturia.


Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap kehamilan dan mempunyai

pengaruh buruk bagi janin dan ibu.


Asma / TBC
Dampak terhadap kehamilan adalah kekurangan O2 (PO2 < 59

mmHg) sehingga dapat menyebabkan kematian janin


Diabetes
Tanda dan gejala diabetes yang mudah dikenali adalah 3P
yaitu polydipsia, polyphagia dan polyuria. Pada IUFD, DM
19

merupakan salah satu etiologinya dimana terjadi kerusakan


pembuluh darah, viskositas darah meningkat, aterosklerosisi
sekunder dan kerusakan organ lainnya.
8) Riwayat Kesehatan dan Penyakit Keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit dalam keluarga yang
berpotensi menurun atau menular kepada ibu dan bayi, meliputi
penyakit jantung, hipertensi, asma, diabetes mellitus, hepatitis, TBC,
kelainan darah, maupun gemelli.
9) Riwayat Psikososial dan Budaya

Kawin berapa kali, pada umur .... th

Apakah kehamilan direncanakan/tidak

Apakah keluarga mendukung kehamilan ini ....

Respon keluarga pada kehamilan ini ....

Berkaitan dengan tingkat kesuburan, kematangan fisik, psikologis,


dan sosial klien.
10) Data Fungsi Kesehatan

Nutrisi
Terakhir makan: (meliputi waktu terakhir makan, jumlah, dan
jenis makanan yang dimakan ibu).
Terakhir minum: (meliputi waktu terakhir minum, jumlah, dan
jenis minuman yang diminum ibu).
Informasi ini untuk memperkirakan besarnya intake ibu
menjelang masuk Rumah Sakit sebagai cadangan energi ibu
untuk proses perawatan yang akan diterimanya.

Eliminasi
Meliputi waktu terakhir ibu BAB dan BAK.

Istirahat tidur
Ibu terakhir tidur pada pukul berapa dan berapa lama (untuk
menentukan status istirahat terakhir ibu yang juga merupakan

20

cadangan energi sebelum menjalani perawatan). Kualitas tidur


nyenyak dan tidak terganggu.

Aktivitas
Aktivitas terakhir apa dan jam berapa, yang dilakukan ibu
sebelum mendapati masuk rumah sakit.

Aktivitas Seksual
Kapan terakhir kali ibu melakukan hubungan seksual.

Personal hygiene
Kapan ibu terakhir mandi, ganti pakaian dan celana dalam.

Pola Kebiasaan
Merokok

Alkohol

Narkoba

Obat-obatan

Jamu-jamuan

Binatang peliharaan

Pantangan makanan

Adat/ budaya masyarakat :


B. Data Objektif
Data ini diperoleh melalui pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik secara
inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, maupun pemeriksaan penunjang.
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum: Baik/ jelek
b) Kesadaran
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon
seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran
dibedakan menjadi compos mentis, apatis, delirium, somnolen,
stupor, dan coma. Dalam persalinan perlu mengetahui kesadaran
ibu, karena jika kesadaran ibu terganggu, maka akan sangat
berpengaruh pada proses persalinan itu sendiri, mengingat
persalinan merupakan usaha dari ibu secara sadar yang

21

dilaksanakan sesuai pimpinan persalinan yang diberikan oleh


bidan.
c) Tanda-Tanda Vital:
Tekanan Darah

: Tekanan

darah

normal

antara

100/60, 140/90 mmHg. Pada PER,


didapatkan Tekanan darah sistolik
antara 140-160 mmHg dan tekanan
darah Diastolik 90-110 mmHg
Nadi
: Normalnya antara 80-110 x/mnt
Respiration Rate (RR): Pernafasan normal 16-24x/menit.
Bila
Suhu

lebih

dari

24x/menit

menandakan adanya takipnea.


: Suhu normal 36,10C 37,60C, suhu
tubuh > 37,60C dikatakan demam
dan perlu dicurigai adanya infeksi.

d) Antropometri
Berat Badan
Menurut salmah, dkk, 2006, peningkatan BB normal total
selama kehamilan adalah 12,5 kg. atau kita bisa hitung
dengan menggunakan BMI
Tinggi Badan
Ibu hamil dengan tinggi badan < 145 cm, kemungkinan
mempunyai panggul sempit.
Lingkar Lengan Atas (LILA)
LILA yang kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat
untuk status gizi yang kurang.
2) Pemeriksaan Fisik (data fokus)
a) Muka/ Wajah
edema/tidak, tidak ikterus, conjungtiva merah muda/pucat,
sklera putih/tidak.
b) Mulut
Bibir tidak pucat.
c) Payudara
- Pembesaran : tidak ada pembesaran, simetris.
- Puting susu : menonjol
22

- Kebersihan : bersih
d) Abdomen/ uterus
- Kebersihan : bersih
- Pemeriksaan Leopold, dilakukan dengan palpasi, meliputi
palpasi Leopold I-IV dengan penjelasan sebagai berikut:
Leopold I
: Untuk mengetahui tuanya kehamilan dan
bagian apa yang terdapat di fundus.
Normalnya teraba lunak, tidak bulat dan
tidak melenting, mengetahui TFU dan TBJ.
Pada IUFD fundus uteri teraba lebih kecil
dari usia kehamilan yang seharusnya.
Mengukur TFU dengan metline pada UK >
22 minggu. Rumus perkiraan usia kehamilan
berdasarkan TFU dalam cm (Mac Donald):
Tinggi Fundus Uteri = Tuanya kehamilan
3,5
dalam bulan
Tabel 3. Kriteria TFU menurut usia kehamilan
Umur Kehamilan
(minggu)

TFU
3 jari atas simfisis

12

Pertengahan pusat
simfisis

16

3 jari bawah pusat

20 cm

20

Setinggi pusat

23 cm

24

3 jari atas pusat

26 cm

28

Pertengahan pusat px

30 cm

32

3 jari bawah px

33 cm

36

Pertengahan pusat px

40

Rumus Johnson Tausak (untuk mengetahui TBJ)


Bila bagian terendah janin sebagian besar sudah masuk PAP /
divergen, TBJ = (TFU 11) x 155
Bila bagian terendah janin sebagian kecil sudah masuk PAP /
sejajar, TBJ = (TFU 12) x 155
23

Bila bagian terendah janin belum masuk PAP / konvergen,


TBJ= (TFU 13) x 155
Caranya :

pemeriksa menghadap ke arah muka ibu hamil

menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam


fundus, konsistensi uterus
Leopold II

: Leopold II bertujuan untuk mengetahui


bagian apa yang ada disamping kiri dan
kanan uterus ibu. Pada letak membujur dapat
ditetapkan punggung anak yang teraba
bagian keras, memanjang seperti papan dan
sisi yang berlawanan teraba bagian kecil
janin.

Dan

banyak

lagi

kemungkinan

perabaan pada letak yang lain.


Pada IUFD, utamanya dengan kematian
diatas 4 minggu, bagian janin akan sulit
teraba karena badan janin telah menjadi
sangat lemas, tulang-tulang janin saling
tumpang tindih dan hubungan antar
Leopold III

tulang telah sangat rapuh.


: Menentukan bagian terendah janin dan
apakah bagian terendah tersebut sudah masuk
PAP atau belum (Posisi tangan petugas
konvergen, divergen atau sejajar)
Pada kematian janin yang lama akan sulit
menilai bagian terendah janin, umumnya

Leopold IV

teraba ballotement.
: Menentukan seberapa jauh bagian terendah
janin masuk pintu atas pinggul. Penurunan
bagian terendah/terbawah dengan metode
lima jari perlimaan
Pada kematian janin yang lama akan sulit
menilai sejauh mana bagian terendah

janin masuk pintu atas panggul.


- Pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ)
DJJ harus diantara 110-160 x/menit.
Pada IUFD tidak terdengar denyut jantung janin.
24

e)

Ekstremitas Atas/ Bawah


- Oedema
: -/Oedema tungkai terjadi akibat sirkulasi vena terganggu akibat
terkena uterus yang membesar pada vena-vena panggul.
- Varices
:
Varices merupakan pembesaran dan pelebaran pembuluh
darah yang sering dijumpai pada ibu hamil di sekitar vulva,
vagina, paha, tungkai bawah.
- Refleks patella
: +/+
Normal jika tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika
tendon diketuk. Bila refleks patella negatif, kemungkinan

f)

pasien kekurangan vitamin B1.


Genetalia
- Vulva dan Vagina
Oedema
: tidak
Varices
: tidak
Bartholinitis
: tidak
Pembesaran kelenjar skene : tidak
Pada wanita hamil sering mengeluarkan cairan pervaginam
lebih banyak. Keadaan ini dalam batas normal (tidak
berwarna, tidak berbau, tidak gatal).
- Anus
: tidak ada hemorrhoid
Wasir (haemorroid) dalam kehamilan terjadi pelebaran vena
haemorroidalis interna dan pleksus hommorroidalis eksternal
karena terdapatnya konstipasi dan pembesaran uterus.

3) Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Dalam (VT)
Untuk mengetahui tanda-tanda persalinan dengan melakukan
pemeriksaan langsung pada jalan lahir.
Tanggal :
jam :
oleh :
a) Adakah kelainan pada dinding vagiana, elastisitas perineum
b) Pembukaan : 1-10 cm (evoluasi tiap 4 jam)
Pada primigravida, pembukaan pada fase laten 1 cm/jam. Dan
pada multigravida, pembukaan pada fase laten 2 cm/jam
c) Penipisan / effacement
d) Ketuban : utuh (u) / sudah pecah , jika sudah keruh atau jernih
e) Presentasi : kepala
f) Denominator : UUK depan
g) Adakah bagian kecil di sekeliling bagian terendah (presentasi
ganda)
25

h) Hodge : I IV
1. Bidang Hodge I: bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP
dengan bagian atas simfisis dan promontorium.
2. Bidang Hodge II: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I
terletak setinggi bagian bawah simfisis.
3. Bidang Hodge III: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I
dan II, terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri.
4. Bidang Hodge IV: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I,
II, dan III, terletak setinggi os koksigeus.
Pada IUFD dimana direncanakan terminasi kehamilan, penilaian
serviks dilakukan dengan skor bishop
Tabel 4. Skor Bishop

4) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan lab

: pada IUFD penting untuk mengetahui

kadar faktor-faktor pembekuan dalam tubuh ibu.


b) USG : Pada IUFD penting untuk memastikan tidak ada gerakan
otot jantung janin dan tanda-tanda kematian janin lainnya seperti
spalding signs dll
2.9.2. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Langkah ini diambil berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
kepada klien
A. Diagnosa Aktual
G PAPAH, usia kehamilan, tunggal, intrauterine, janin dengan IUFD
B. Masalah
26

Masalah yang muncul berdasarkan hasil pemeriksaan


2.9.3. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditemukan
berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan yang gawat.
Pada ibu dengan IUFD potensial terjadi hipofibrinogenemia
2.9.4. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Mencakup tentang tindakan segera untuk menangani diagnosa/masalah
potensial yang dapat berupa konsultasi, kolaborasi dan rujukan.
2.9.5. PERENCANAAN
1. Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan.
R/ dengan ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan, ibu dan
2.

keluaga akan memahami keadaan yang sedang mereka hadapi.


Beri KIE tentang IUFD.
R/ dengan ibu memahami dengan apa yang dimaksud dengan kematian
janin dan gejala yang menyertainya, akan membantu ibu menerima

3.

4.

5.

kematian janinnya.
Minta persetujuan ibu dan keluarga untuk melakukan tindakan dengan
inform consent.
R/ sebagai tanggung gugat tertulis
Beri dukungan psikologis pada ibu dan keluarga.
R/ dengan adanya dukungan, bisa lebih membantu ibu menerima
kematian janinnya.
Penuhi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi, seperti nutrisi, dll
R/ dengan memenuhi kebutuhan ibu akan lebih siap menghadapi
penanganan selanjutnya, seperti tenaga nya terpenuhi
pada kasus ini diambil contoh yang dapat menggunakan persalinan

6.

pervaginam
Bekerjasama dengan spog untuk memberikan terapi dan tindakan untuk
terminasi kehamilan.
a. pro induksi misoprostol 50mg/vag/6 jam bila PS < 5, diberikan
hingga PS 5
b. bila PS 5, pro OD 12 jam setelah misoprostol terakhir
c. bila inpartu, pro spontan letak belakang kepala (Spt B)
R/ dengan bekerjasama dengan SpOG, pasien akan mendapat terapi yang

7.

tepat dab bidan bertindak sesuai dengan kewenangan


observasi keluhan, kesadaran, Vital Sign, dan tanda-tanda inpartu.
R/ untuk memantau kemajuan persalinan dan keadaan janin dan ibu
27

2.9.6. IMPLEMENTASI
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan.
2. Memberikan KIE tentang IUFD.
3. Memiinta persetujuan ibu dan keluarga untuk melakukan tindakan
4.
5.

dengan inform consent.


Memberi dukungan psikologis pada ibu dan keluarga.
Memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi, seperti nutrisi,

6.

dll
Bekerjasama dengan SPOG untuk memberikan terapi dan tindakan untuk
terminasi kehamilan.
a. pro induksi misoprostol 50mg/vag/6 jam bila PS < 5, diberikan

hingga PS 5
b. bila PS 5, pro OD 12 jam setelah misoprostol terakhir
c. bila inpartu, pro spontan letak belakang kepala (Spt B)
7. Mengobservasi keluhan, kesadaran, Vital Sign, dan tanda-tanda inpartu.
2.9.7. EVALUASI
1. Ibu dapat melalui fase kala persalinan dengan normal tanpa komplikasi
2.

dan kesulitan yang berarti.


Ibu dapat menerima kematian janinnya.

28

29

30

BAB IV
ASKEB KASUS
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
GII P1001 Ab000 KALA I FASE AKTIF DENGAN IUFD
RSUD BANGIL PASURUAN

I.

Pengkajian

Nama Mahasiswa

: Eka Saputri Aripitasari

NIM

: 105070601111008

No Register

: XXXXX

Tanggal

: 08 April 2014

Tempat

: Kamar Bersalin RSUD BANGIL

Pukul

: 19.45 WIB

A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Nama Ibu

: Ny. M

Nama Suami : Tn. F

Umur

: 31 tahun

Umur

: 40 tahun

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Suku

: Jawa

31

Pendidikan : SD

Pendidikan

: SLTP

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Buruh Mebel

Alamat

: T.K. / RT XX Kelurahan T.P.

2. Alasan datang: Ibu pasien rujukan dari puskesmas gondang wetan


3. Keluhan utama
Ibu mengatakan perutnya kencang-kencang, keluar lendir darah dari jalan
lahir, kemudian gerakan bayi menghilang sejak Selasa, 8 April pukul 13.00.
Ibu merasakan khawatir karena takut pada keadaan bayinya yang tidak
bergerak aktif seperti biasanya. Ibu mengatakan nafsu makan berkurang pada
beberapa bulan ini karena Ibu melakukan diet atau mengurangi porsi makan
agar bayi yang dikandungnya tidak terlalu besar berat badannya.

4. Riwayat Menstruasi

Menarche

: 12 tahun

Siklus

: 28-30 hari

Lamanya

: 7 hari

Banyaknya

: hari ke 1-3 ganti 2-3x pembalut/hari, hari ke 4-7 ganti

1-2 pembalut/hari

Dismenorhoe

: Tidak

HPHT

: 09-06-2013

5. Riwayat Obstetri yang lalu


Kehamilan
Hamil

Suami

ke-

ke-

I (2011)

Persalinan

Penyulit

UK

9 bln

Nifas

Anak

Penolong Penyulit Jenis Penyulit L/P BBL


Bidan

P 2300

Hidup
Umur
3 th 2
bln

Lain
ASI Ket
ya

2(2013) Hamil ini

6. Riwayat Kehamilan Ini


Keluhan selama hamil

: mual sampai usia kehamilan 2 bulan


32

ANC

: 6 x di Bidan Tambak Krajan

Imunisasi TT

: TT ke 5 saat hamil anak pertama.

Gerakan Janin

: merasakan gerakan-gerakan di perutnya


utamanya di perut bagian atas (di atas
pusat) yang ia definisikan sebagai gerakan
janin, namun pada hari terakhir ini yaitu
mulai siang hari, Ibu sama sekali tidak
merasakan gerakan janin.

7. Riwayat Penggunaan Alat Kontrasepsi


Menggunakan alat kontrasepsi suntik sejak setelah kelahiran anak I (2011)
sampai tahun 2012.
8. Riwayat Kesehatan dan Penyakit Ibu
Tidak pernah menderita penyakit menular dan penyakit sistematik seperti
TBC, Hepatitis, AIDS, Hipertensi, DM, dan lain-lainnya.
9. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah kandung dari Ibu M menderita penyakit Diabetes Militus sejak
tahun 2007.
10. Riwayat Psikososial dan Budaya

Menikah sejak umur 25 tahun dengan suaminya saat ini

Ibu dan suami sangat mengharapkan kehamilan ini.

Kehamilan direncanakan sejak 1 tahun lalu (berhenti suntik)

Ibu khawatir tidak bisa hamil lagi karena umurnya dan resiko penyakit
DM yang diturunkan dari ayahnya.

11. Data Fungsi Kesehatan

Nutrisi

Ibu terakhir makan di rumah pada


tanggal 08 April siang hari pukul
33

14.00 dengan menu nasi setengah


piring (59 kal) , sayur bayam satu
mangkuk kecil ( 39 kal) dan 1 iris
tempe goreng (87,5) Total kalori :
185,5 kal
Eliminasi

Ibu terakhir BAK & BAB di rumah


pada tanggal 08 April pagi hari pukul
09.00 saat mandi pagi tanpa adanya
gangguan seperti diare.

Istirahat

Ibu terakhir tidur tanggal 08 April


siang hari pukul 14.00 15.00 dan
pola tidur Ibu sehari-hari 8 jam per
hari tanpa gangguan tidur seperti
gelisah.

Aktivitas

Ibu

terakhir

melakukan

kegiatan

tanggal 08 April yaitu jalan-jalan pagi,


memasak, mencuci baju, menyapu,
dan

menyiapkan

makanan

untuk

keluarga.
Personal Hygiene

Ibu terakhir mandi dan ganti pakaian


dalam pada tanggal 08 April sore hari
pukul 16.00

Pola Kebiasaan

Ibu

sehari-hari

tidak

merokok,

mengkonsumsi alkohol, jamu dan


narkoba

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda-tanda vital

: TD : 120/80 mmHg

P: 18x/menit
34

N : 83x/menit
Antropometri

S: 36,6o C

: Tinggi badan:138 cm
Berat badan:48 kg

TP

: 16-03-2014

2. Pemeriksaan fisik
Wajah

: Bersih, tidak pucat, tidak oedem.

Mata

: Sklera putih, konjungtiva merah muda

Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe dan


vena Jugularis

Dada

: Payudara bersih dan simetris, putting susu menonjol.


Colostrum belum ada

Abdomen

: tampak stiae livide dan linea alba. Pembesaran perut/uterus


tidak sesuai dengan usia kehamilan
Leopold I : berada pada pertengahan pusat-px, teraba
bagian lunak, tidak berbatas tegas dan tidak melenting
(bokong)
Leopold II

: teraba keras janin seperti papan di sebelah


kanan ibu (PUKA)

Leopold III: bagian terbawah janin teraba bagian keras,


bulat, dan tidak dapat digerakkan (sudah masuk PAP).
Leopold IV

: divergen

Denyut jantung janin tidak terdengar.


TFU : 32 cm
HIS : 10.5.45
sedang
Ekstremitas : tidak ada oedem, tidak ada varices
3. Pemeriksaan Khusus
Vaginal Toucher tanggal 08 April 2014 pkl. 19.30 wib oleh dokter
- Serviks kenyal, posisi tengah, pembukaan 5 cm
- Hodge II
- Bagian terendah janin teraba kepala
4. Pemeriksaan Penunjang
35

Dilakukan pada tanggal 08 April 2014


-

USG : janin tunggal, intrauterine, DJJ tidak ditemukan

Pemeriksaan urine lengkap


a. Albumin : (-)
b. Bilirubin : (-)

Pemeriksaan Darah Lengkap


a. Hb : 13,3 g/dL
b. HCT : 38,1 %
c. Glukosa acak : 82,82 mg/dl

II. Identifikasi Diagnosa dan Masalah (Interpretasi Data Dasar)


Diagnosa : Inpartu kala I fase aktif dengan IUFD
DS

: Ibu merasakan kenceng-kenceng serta Ibu merasakan khawatir


karena takut pada keadaan bayinya yang tidak bergerak sejak pukul
13.00 seperti biasanya. Ibu mengatakan nafsu makan berkurang
karena beberapa bulan terakhir melakukan diet atau pengurangan
porsi makan.

DO

: Pemeriksaan khusus :
- vaginal toucher : serviks kenyal, pembukaan 5 cm, hodge II,
bagian terendah janin teraba kepala, ketuban utuh.
- HIS : 10.5.45
sedang
- Doppler : DJJ tidak terdengar
- USG : DJJ tidak terdeteksi

Masalah : - Ibu dan Suami belum bisa menerima kematian janinnnya


- Ibu khawatir tidak bisa hamil lagi
III.

Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial


Tidak ada

IV.Kebutuhan Tindakan Segera


Tidak ada
V. Intervensi
36

Tanggal 08 April 2014


Pukul : 20.00
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan Ibu dapat menerima
kondisinya dan janinnya yang telah tiada dan tidak terjadi masalah setelah
dilakukan tindakan persalinan.
Kriteria hasil :
-

Keadaan umum ibu baik

TTV dalam batas normal


TD : 110/70 120/80 mmHg
N : 60-100 kali/menit
S : 36,5-37,5oC
RR : 16-24 kali/menit

Intervensi :
a) Jalin hubungan teraupetik dengan Ibu
R/ menimbulkan hubungan kepercayaan antara petugas dengan ibu
b) Jelaskan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan tentang kondisi ibu dan
bayinya saat ini.
R/ Ibu merasa tenang dengan kondisi saat ini dan mengerti tentang hasil
pemeriksaan.
c) Berikan KIE tentang IUFD, termasuk cara menilai gerakan janin.
R/ dengan memberikan KIE tentang IUFD pada ibu, ibu dapat memahami yang
dimaksud dengan kematian janin dan memahami alasan gerakan janin mulai
melemah seperti yang dirasakannya beberapa waktu lalu.
d) Minta persetujuan ibu dan keluarga untuk melakukan tindakan dengan inform
consent.
R/ informed consent digunakan untuk mengetahui bahwa semua pihak telah
menyetujui tindakan yang dilakukan
e) Berikan ibu dan keluarga dukungan psikologis dalam menghadapi kematian
janin dan dalam mengikuti prosedur terminasi kehamilan.
R/ ibu lebih tenang dalam menjalani terapi yang diberikan.
f) Penuhi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi, seperti nutrisi dan cairan
Ibu.

37

R/ Kebutuhan kalori Ibu bersalin 450 kalori/hari dan minimal air putih 10
gelas/hari, dengan terpenuhinya nutrisi dan cairan, ibu akan mempunyai tenaga
kembali setelah melahirkan dan ibu akan makan serta minum dengan baik.
g) Ajari Ibu untuk teknik bernapas panjang dan mengatur posisi senyaman
mungkin.
R/ Ibu dapat merileksasi diri saat merasakan kontraksi dengan bernapas
panjang serta mengatur posisi duduk, berbaring miring agar dapat membantu
turunnya kepala bayi dan memperpendek waktu persalinan.
h)

Anjurkan Ibu untuk mengosongkan kandung kemih secara rutin.


R/ Ibu akan nyaman dengan proses persalinan, mengurangi resiko perdarahan
dan infeksi saluran kemih pasca persalinan.

i)

Observasi tanda-tanda vital Ibu dan kemajuan persalinan


R/ dengan mengobservasi tanda-tanda vital dan kemajuan persalinan, jika
terjadi suatu masalah dapat diketahui segera

j) Mempersiapkan peralatan untuk menolong persalinan (partus set, perlengkapan


ibu dan bayi).
R/ Proses persalinan dapat berjalan lancar.
VI.

Implementasi
Tanggal 08 April 2014
Pukul : 20.00
a. Menjalin hubungan teraupetik dengan ibu dengan menyapa, bersikap
empati, serta penggunaan komunikasi verbal dan non verbal yang efektif.
E/ Ibu bersikap kooperatif dan terbuka dengan tenaga kesehatan.
b. Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan tentang kondisi ibu
dan bayinya saat ini bahwa bayi yang dikandungnya telah meninggal dunia.
E/ Ibu dan keluarga mengerti tentang hasil pemeriksaan.
c. Memberikan KIE tentang IUFD yaitu kematian janin dalam kandungan
yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor ibu, janin dan plasenta
serta frekuensi gerakan janin yang normal 7-10X/30 menit.
E/ Ibu memahami yang dimaksud dengan kematian janin dan ibu
memahami bahwa semua terjadi dikarenakan beberapa faktor seperti usia
kehamilan Ibu yang sudah lewat bulan dan pemenuhan nutrisi yang kurang
38

baik pada beberapa bulan terakhir sehingga mengganggu pemenuhan nutrisi


bayi melalui plasenta.
d. Meminta persetujuan ibu dan keluarga untuk melakukan tindakan dengan
inform consent. Inform consent berisi pernyataan persetujuan dari
ibu/keluarga dengan tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan dengan
berbagai resiko yang sudah dijelaskan.
E/ informed consent ditandatangani
e. Memberikan ibu dan keluarga dukungan psikologis dalam menghadapi
kematian janin dan dalam mengikuti prosedur terminasi kehamilan.
Membiarkan ibu dan keluarga mempunyai waktu bersama bayi dan
menyiapkan pemakaman jika dikehendaki.
E/ Ibu lebih tenang dalam menjalani kondisinya saat ini
f. Penuhi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi, seperti nutrisi dan
cairan Ibu.
E/ Ibu makan dan minum dengan baik.
g.

Ajari Ibu untuk teknik bernapas panjang dan mengatur posisi senyaman
mungkin.
E/ Ibu memahami dan bersedia melakukan teknik bernapas panjang dan Ibu
melakukan perubahan posisi dari berbaring, duduk kemudian berjalan ke
kamar mandi.

h. Anjurkan Ibu untuk mengosongkan kandung kemih secara rutin.


E/ Ibu berjalan ke kamar mandi dan mengosongkan kandung kemihnya.
i. Mengobservasi tanda-tanda vital Ibu
E/ Tanda-tanda vital Ibu dalam batas normal. (KU : baik, composmentis, TD
: 120/80, S : 36,6, N : 84x/menit, RR : 20x/menit)
j. Mempersiapkan

peralatan

untuk menolong

persalinan (partus

set,

perlengkapan ibu dan bayi).


E/ Peralatan untuk menolong persalinan sudah lengkap.
CATATAN PERKEMBANGAN
.1

08 April 2014 Pkl 23.30


S : - Ibu lebih tenang dalam menghadapi proses persalinan dan Ibu
merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
39

O : VT : Pembukaan 10 cm
HIS : 5.10.40

S : 36,7

Kuat

N : 88x/menit

TD : 120/80 mmHg

RR : 16x/menit

A : P2001 inpartu kala II


P : - Memimpin persalinan dengan membimbing Ibu untuk meneran
E/ Ibu mengikuti bimbingan dan melakukan arahan dengan baik
-

Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi


dan tindakan. Pemberian injeksi syntocinon melalui IV untuk
merangsang kontraksi
E/ dilakukan pemberian injeksi syntocinon melalui IV.

.2

08 April 2014 Pkl 23.38


S : Ibu merasakan perutnya kencang-kencang semakin kuat
Keluar bayi dari jalan lahir
O : Pkl 23.38 Bayi lahir spontan, JK , BBL 2600 gr, ketuban mekoneal
A : P2001 inpartu kala III
P : - informed consent ibu dan keluarga
E/ Ibu dan keluarga menandatangani informed consent
-

Melakukan MAK III (injeksi oksitosin 10 IU, PTT, melahirkan


plasenta, masase fundus uteri)
E/ Plasenta lahir spontan pukul 23.50, eksplorasi (+), sisa selaput
bersih, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi (+) baik

.3

09 April 2014 Pkl 00.00


S : - Ibu merasa lega karena proses persalinan telah selesai namun juga
merasa sedih karena kehilangan bayinya
- Keluar darah dari jalan lahir
- Nyeri perut bagian bawah
O : - Keadaan umum : baik
- Kesadaran

: composmentis
40

- TTV

: TD : 120/70 mmHg

RR : 20x/menit

N : 80x/menit
S : 36,6
- TFU 2 jari di bawah pusat
- Kontraksi uterus baik
-Kandung kemih 0 cc
- Pengeluaran darah 200 cc
A : P2001 inpartu kala IV
P : - Menjelaskan kepada ibu mengenai kondisi saat ini
E/ Ibu memahami kondisinya saat ini
- Melakukan pemantauan 2 jam post partum
TTV : TD, nadi, suhu, RR
TFU, kontraksi uterus kandung kemih, dan pengeluaran darah
E/ Hasil pemantauan semua dalam batas normal
- Melakukan kolaborasi dengan tim dokter obgyn dalam pemberian
terapi
.a Amoxicillin 3X1
.b Asam Mefenamat 3X1
.c Metergin 3X1
E/ Pemberian terapi telah dilakukan dan ibu bersedia mengikuti terapi
-

Memindahkan ibu ke ruang nifas

E/ Ibu telah dipindahkan ke ruang nifas bagian poli anak bed nomer 1.
-

Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan ibu

E/ Ibu makan dan minum dengan baik


-

Mengajarkan ibu dan keluarga untuk memantau kontraksi uterus,


jumlah darah yang keluar dan tanda-tanda bahay seperti : demam,
perdarahan aktif, keluar banyak bekuan darah, bau busuk dari vagina,
pusing, lemas luar biasa, nyeri panggul dan abdomen yang hebat.

E/ Ibu dan keluarga memahami dan bersedia mengikuti penjelasan yang


telah diberikan.
-

Memberikan KIE tentang persiapan prakonsepsi dan masa subur.


Mengatur diskusi dengan ibu dan suami untuk membicarakan

41

kejadian ini dan pencegahan yang perlu dilakukan di masa


mendatang seperti kehamilan lewat bulan dan pemenuhan nutrisi.
E/ Ibu kembali bersemangat dan yakin untuk hamil kembali dan bersedia
menunggu hingga kondisinya pulih.

42

BAB V
PEMBAHASAN
Analisa Data Dasar
Pengkajian data dasar yang Inpartu kala I fase aktif dengan IUFD dilakukan pada
saat pengamatan pertama kali yaitu ketika pasien datang dari rujukan. Pengkajian meliputi
pengkajian data subyektif dimana diperoleh dari pasien,dan atau keluarga pasien. Dalam
hal ini diperoleh dari pasien sendiri karena Ibu dapat berkomunikasi secara sadar dan
lancar. Pengkajian data obyektif didapatkan melalui pemeriksaan umum, pemeriksaan
tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik serta ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang
sesuai dengan kebutuhan pasien. Pada kasus ini ditemukan adanya tanda-tanda IUFD
seperti tidak adanya gerakan janin dan tidak terdengar denyut jantung janin.
Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Dari pengkajian subjektif dan objektif didapatkan diagnosa untuk menentukan
tindakan yang akan dilakukan. Sedangkan masalah potensial merupakan masalah yang
berpotensi muncul dari diagnosa yang ada. Pada kasus ini diagnosa inpartu kala I fase aktif
dengan IUFD. Diagnosa dan masalah potensial tidak ada karena kematian janin intrauterin
yang belum mencapai 24 jam.
Identifikasi Kebutuhan Segera, Kolaborasi, dan Rujukan
Kebutuhan segera, kolaborasi dan rujukan tidak diperlukan dalam kasus ini

Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan berdasarkan kasus ini antara lain : kolaborasi dengan dokter SpOG
dalam pemberian obat oral, dan observasi tanda-tanda vital. Dari hasil tindakan ini
didapatkan Ibu sudah mengkonsumsi terapi oral sesuai anjuran petugas kesehatan, dan
TTV Ibu dalam batas normal.
Evaluasi
Bentuk akhir dari tindakan yang dilakukan adalah dengan melakukan evaluasi.
Biasanya evaluasi dilakukan pada akhir jam jaga atau beberapa jam setelah dilakukan
tindakan. Evaluasi dari kasus ini dilakukan pada akhir jam jaga untuk mengetahui
43

keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan.Adapun rencana asuhan yang diberikan
sebagai asuhan kebidanan sudah disesuaikan dengan diagnose dan masalah yang ada. Pada
evaluasi terlihat bahwa semua planning telah dilakukan dengan baik.

44

BAB VI
PENUTUP
VI.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian asuhan kebidanan pada ibu dengan IUFD
di atas bahwa dari hasil pengkajian data subyektif dan data obyektif, mahasiswa mampu
membuat diagnosa, masalah maupun kebutuhan, serta memberikan intervensi yang tepat.
Jika intervensi dapat dilakukan dengan baik maka akan didapatkan hasil sesuai dengan
yang diinginkan.
6.2 SARAN
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah kepustakaan yang telah dimiliki dan diharapkan juga dapat
menambah kajian baru serta dapat dijadikan bahan rujukan untuk penyusunan laporan
yang akan datang.
2. Bagi Tempat Praktik.
Sebagai bahan masukan dalam pemberian asuhan kebidanan pada ibu dengan IUFD.
3. Bagi Mahasiswa lain
Dapat dijadikan pertimbangan dasar atau bahan data untuk penyusunan laporan
selanjutnya dengan keluhan yang berbeda.

45

DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F.G., Gant, N.F., Leveno, K.J., Gilstrap, L.C., Hauth, J.C., Wenstrom, K.D.
2005. Obstetri WilliamsEdisi 21. EGC, Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde dan Manuaba, Ida Bagus Gde Fajar. 2009. Pengantar Kuliah
Obstetric. EGC : Jakarta
Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. EGC, Jakarta.
Petersson K. 2003. Diagnostic Evaluation of Fetal Death with Special Reference to
Intrauterine Infection. Thesis dari Departement of Clinical Science, Divison of
Obstetrics and Gynecology, Karolinska Institutet, Huddinge University Hospital,
Stockholm, Sweden.
POGI, IDAI, PERINASIA, IBI, DEPKES RI dan Bantuan Teknis dari JHPIE60/MNH
Program. 2007. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. YBPSP, Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. YBPSP, Jakarta.
Winknjosastro H. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi III, cetakan enam. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 732-35.
Winkjosastro. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
YBPSP, Jakarta.

46

You might also like