You are on page 1of 10

http://iranners.blogspot.com/2013/07/askep-miomauteri.

html
ASKEP MIOMA UTERI
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
ASKEP MIOMA UTERI
2.1. Review Anatomi Fisiologi Uterus
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di dalam pelvis, di
belakang rectum dan di depan kandung kencing. Ototnya disebutmiometrium dan selaput lendir
yang melapisi bagian dalamnya disebut endometrium. Peritoneum menutupi sebagian besar
(tidak seluruhnya) permukaan uterus. Persediaan darah didapatkan dari arteri uterina dan arteri
ovaria. Panjang uterus adalah 5 sampai 8 cm, dan beratnya 30 sampai 60 gram.
Berdasarkan fungsi dan anatomisnya, uterus dibagi menjadi tiga bagian utam, yaitu fundus, corpus,
dan istmus. Fundus merupakan tonjolan bulat di bagian atas yang terletak di atas insersi tuba fallopii.
Corpus merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri, sedangkan istmus merupakan bagian
konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks yang dikenal sebagai segmen uterus bawah pada
masa hamil.
Uterus diikat pada pelvis oleh tiga set ligamen jaringan ikat, yaitu ligament rotundum, ligament
cardinal, dan ligament uterosakral. Ligament rotundum melekat ke kornu uterus pada bagian anterior
insersi tuba fallopii. Struktur yang menyerupai tali ini melewati pelvis, lalu memasuki cincin inguinal
pada dua sisi dan mengikat osteum dari tulang pelvis dengan kuat. Ligamen ini memberikan stabilitas
bagian atas uterus. Ligamen cardinal menghubungkan uterus ke dinding abdomen anterior setinggi
serviks. Ligament uterosakral melekat pada uterus di bagian posterior setinggi serviks dan behubungan
dengan tulang sacrum.
Fungsi uterus adalah untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan. Sebutir ovum
sesudah keluar dari ovarium, diantarkan melalui tuba uterine ke uterus. Endometrium dipersiapkan
untuk menerima ovum yang telah dibuahi. Sewaktu hamil, yang secara normal berlangsung selama kirakira 40 minggu, uterus bertambah besar, dindingnya menjadi tipis tetapi lebih kuat.

Pada saat tanda-tanda melahirkan muncul, uterus akan berkontraksi secara ritmis dan mendorong
bayi dan plasenta keluar, kemudian kembali lagi ke ukuran normalnya melalui proses yang dikenal
sebagai involusi.

2.2. Pengertian mioma uteri


Mioma uteri adalah neplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga
dalam kepustakaan disebut leiomioma, fibromioma, atau fibroid (Mansjoer, 1999). Mioma uteri
merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan, dan 20-25% terjadi pada wanita dengan
usia 35 tahun ke atas.
2.3. Etiologi
Belum diketahui secara pasti tentang penyebab mioma uteri. Menurut Prawirihardjo (1994),
di dalam bukunya mengatakan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Miller dan
Lipschultz, terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada Cell
Nestyang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen.
2.4. Patofisiologi
Miomoa memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak disbanding miometrium
normal. Menurut letaknya mioma terdiri dari mioma submukosum, intramural, dan
subserosa. Teori cell nest atau teori genitoblat membuktikan dengan pemberian estrogen ternyata
menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari
otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih
sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada
mioma uteri sebagian besar bersifat degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma
uteri.
2.5. WOC
Sel-sel imatur pada uterus

Stimulus estrogen
MIOMA UTERI

ng kencing

Mioma Intramural

Mioma Submukosa

Mioma Sub serosum

Tumbuh di dinding uterus

berada di bawah endometrium &


Menonjol ke dalam rongga uterus

Tumbuh keluar dinding


uterus

Gejala/ Tanda

Perdarahan

Resti shock hypovolemik

Pembesaran Uterus

Kurang Pengetahuan

Cemas

menekan v. Nekrosis
cava inferior
Radang

odem tungkai
bawah

Penekanan

Uretra

Ureter

rectum

Gg Sirkulasi Penekanan Syaraf

Nyeri

Polakisuria

Ganngguan Eliminasi Urin

Retensio Uri

Hidronefrosis

konstipasi

Gangguan Eliminasi Bowel

2.6. Manifestasi klinis


Separuh dari penderita mioma uteri terjadi tanpa gejala. Umumnya manifestasi klinis tergantung
pada lokasi mioma, ukuran dan adanya perubahan sekunder di dalam mioma tersebut. Adapun
manifestasi klinis tersebut adalah:
1. Tumor massa di perut bawah
Sering kali penderita pergi ke dokter oleh karena adanya gejala ini.
2. Perdarahan
Biasanya dalam bentuk menorrhagi, dan didapat pada mioma submukosa sebagai akibat
pecahnya pembuluh-pembuluh darah. Perdarahan oleh mioma dapat menimbulkan anemia yang
berat. Mioma intramural juga dapat menyebabkan perdarahan, oleh karena ada gangguan
kontraksi otot uterus. Jenis subserosa tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal.
3. Nyeri
Gejala ini tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi. Keluhan yang sering
diutarakan adalah rasa berat dan dysmenorrhoe. Kemungkinan disebabkan karena adanya
gannguan peredaran darah, yang disertai nekrose setempat, atau disebabkan proses radang
dengan perlekatan ke omentum usus.
Rasa nyeri juga bisa disebabkan oleh karena torsi pada mioma subserosa. Dalam hal ini sifatnya
akut dan disertai rasa mual dan muntah. Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat
disebabkan karena tekanan terhadap urat saraf, dan menjalar ke pinggang serta tungkai bawah.
4. Akibat tekanan (pressure effect)
Penekanan pada organ di sekitar tumor seperti kandung kemih, ureter, rectum atau organ rongga
panggul lainnya akan menimbulkan gangguan buang air besar dan buang air kecil, pelebaran
pembuluh darah vena dalam panggul, serta gangguan ginjal karena pembengkakan tangkai
mioma. Apabila terjadi tekanan pada vena cava inferior akan terjadi odem tungkai bawah.
5. Infertilitas

Gangguan sulit hamil terjadi karena adanya penekanan pada saluran indung telur.
2.7. Jenis mioma
1. Mioma submukosa.
Mioma jenis ini tumbuh tepat di bawah endometrium dan paling sering menyebabkan perdarahan
yang banyak, sehingga memerlukan tindakan histerektomi, walaupun ukurannya kecil. Adanya
mioma submukosa dapat dirasakan sebagai suatu benjolan pada saat kuret (curet bump).
Kemungkinan terjadinya degenerasi sarcoma juga lebih besar pada jenis ini. Mioma uteri yang
mempunyai tangkai yang panjang sehingga menonjol melalui cervix atau vagina disebut
sebagai mioma uteri bertangkai, yang dapat menimbulkan myomgeburt, sering mengalami
nekrose atau ulserasi.
2. Interstitial atau intramural.
Mioma intramural terletak pada myometrium. Bila ukurannya besar dan multipel dapat
menyebabkan pembesaran uterus dan berbnejol-benjol.
3. Subserosa atau subperitoneal.
Mioma subserosa terletak di bawah tunika serosa. Kadang-kadang vena yang ada dipermukaan
pecah dan menyebabkan perdarahan intraabdominal. Mioma subserosa yang bertangkai dapat
mengalami torsi.
2.8. Pemeriksaan penunjang
1. USG abdominal atau transvaginal: terlihat massa pada uterus.
2. Pemeriksaan darah lengkap.
3. Vaginal Toucher: didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya.
4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
2.9. Diagnosis banding
Kehamilan, inversion uteri, adenomiosis, koriokarsinoma, karsinoma korpus uteri, kista ovarium,
sarcoma uteri.
2.10. Penatalaksanaan
1. Konservatif dengan pemeriksaan periodik.

Kasus mioma yang terjadi pada wanita yang mencapai menopause biasanya tidak mengalami
keluhan, bahkan dapat mengecil, oleh karena itu sebaiknya diobservasi saja. Bila ukuran mioma
sebesar kehamilan 12-14 minggu dan disertai pertumbuhan yang cepat sebaiknya dioperasi,
walaupun tidak ada gejala atau keluhan.
Pada masa post menopause, mioma biasanya tidak memberikan keluhan. Tetapi bila terdapat
pembesaran harus dicurigai kemungkinan adanya keganasan (sarcoma).
2. Radioterapi.

Hanya dilakukan pada wanita yangtidak dapat dioperasi (bad risk patient).

Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan.

Bukan mioma jenis submukosa

Tidak disertai radang pelvis, atau penekanan pada rectum.

Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause.


3. Operasi.

Miomektomi
Miomektomi dilakukan pada wanita yang masih menginginkan keturunan. Syaratnya harus
dilakukan kuretase dulu, untuk menghilangkan kemungkinan keganasan.
KERUGIAN:

Melemahkan dinding uterus, sehingga dapat menyebabkan rupture uteri pada waktu hamil.

Menyebabkan perlekatan.

Residif.

Histerektomi
Dilakukan pada mioma yang ukurannya besar dan multipel. Pada wanita muda sebaiknya
ditinggalkan satu atau kedua ovarium, maksudnya adalah untuk menjaga agar tidak terjadi
menopause sebelum waktunya dan menjaga gangguan coronair atau arteriosklerosis umum.
Sebaiknya dilakukan histerektomi total, kecuali bila keadaan tidak mengijinkan bisa dilakukan
histerektomi supravaginal. Untuk menjaga kemungkinan keganasan pada cervix, sebaiknya
dilakukan pap smear pada waktu tertentu.
2.11. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Riwayat Penyakit Sekarang

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami infeksi pada organ reproduksi atau tidak.

Pernah dilakukan pembedahan contohnya miomektomi atau tidak.

Pernah dilakukan kuretase atau tidak.

4. Riwayat kehamilan
1. Gravida: jarang atau tidak pernah hamil.
2. Partus: multipara / nulipara.
3. Abortus: apakah terdapat riwayat abortus atau tidak.
4. Prematur: apakah pernah terjadi persalinan prematur ataukah tidak.
5. Riwayat hormonal
Apakah pasien mengkonsumsi obat hormonal atau tidak sehingga ada peningkatan estrogen.
6. Riwayat menstruasi
adakah gangguan haid dan usia berapa haid pertama,pernah mengalami :
Dysminore yaitu nyeri yang berhubungan dengan menstruasi dan paling kuat dan bersifat kolik
atau terus menerus.
Metrorhagi yaitu perdarahan pervaginam yang berlebih yang tidak teratur dan tidak ada
hubungan dengan siklus haid.
Menoraghi yaitu pengeluaran darah menstruasi yang lebih banyak daripada biasanya dan terjadi
pada siklus yang teratur atau normal
7. Pemeriksaan persistem
a. Breath ( B1): Pola nafas efektif/tidak, ekspansi dada, suara nafas tambahan.
b. Blood (B2): Anemis, pucat, perdarahan pervaginam,tekanan darah bisa naik atau turun,
bradikardi atau takikardia, CRT kurang atau lebih dari 2 detik.
c. Brain (B3): Kaji adanya penurunan kesadaran menurun (GCS).
d. Bladder (B4):
- Penekanan vesika urinari oleh massa tumor.
- Retensi urine, disuria/ polakisuria, overflow inkontinesia.
- Nyeri tekan pada vesika urinaria.
- Hematuria.
e. Bowel (B5):
- Palpasi abdomen : Tumor teraba seperti benjolan padat dan kenyal pada perut bagian bawah.
- Konstipasi
- Auskultasi : peristaltik menurun

f.Bone (B6): terdapat varises, odema tungkai, kelemahan ekstremitas.


2. Diagnosa Keperawatan
1.

Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan sistem saraf akibat
penyempitan kanalis servikalis oleh myoma.

2.

Gangguan eliminasi urin (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan neoplasma
pada daerah sekitarnya.

3.

Ganguan konsep diri berhubungan dengan kekawatiran tentang ketidakmampuan memiliki anak,
perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada hubungan seksual.

4.

Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan terjadinya perdarahan yang berulang-ulang.

5.

Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan.

3. Intervensi
Diagnosa
Keperawatan

Tujuan dan
criteria hasil
Gangguan rasa
Klien dapat
nyaman (nyeri)
mengontrol
berhubungan
nyerinya dengan
dengan kerusakan criteria hasil
jaringan otot dan mampu
sistem saraf
mengidentifikasi
akibat
cara mengurangi
penyempitan
nyeri,
kanalis servikalis mengungkapkan
oleh mioma
keinginan untuk
mengontrol
nyerinya.

Perencanaan Keperawatan
Intervensi
1. Observasi
adanya
nyeri dan tingkat
nyeri.
2. Ajarkan dan catat tipe
nyeri serta tindakan
untuk
mengatasi
nyeri
3. Ajarkan
teknik
relaksasi

Rasional

Memudahkan
tindakan
keperawatan.
Meningkatkan
persepsi
klien
terhadap nyeri yang
dialaminya.
Membantu
mengurangi
nyeri
dan meningkatkan
kenyamanan klien.
Mengurangi nyeri.

4. Kolaborasi
pemberian analgesic
Gangguan
Pola eliminasi
1.Catat pola miksi dan Melihat perubahan
eliminasi
urine urine ibu kembali monitor pengeluaran pola eliminasi klien
(retensio)
normal dengan
urine
berhubungan
criteria hasil ibu 2.Lakukan palpasi pada Menentukan tingkat

dengan
penekanan oleh
massa
jaringan
neoplasma pada
daerah
sekitarnya.

Ganguan konsep
diri berhubungan
dengan
kekawatiran
tentang
ketidakmampuan
memiliki anak,
perubahan dalam
masalah
kewanitaan,
akibat pada
hubungan
seksual.

Resiko
tinggi
syok hipovolemik
berhubungan
dengan terjadinya
perdarahan yang
berulang-ulang.

memahami
kandung
kemih,
terjadinya retensi observasi
adanya
urine, bersedia
ketidaknyamanan dan
melakukan
rasa nyeri.
tindakan untuk 3.Anjurkan klien untuk
mengurangi atau merangsang
miksi
menghilangkan
dengan pemberian air
retensi urine.
hangat,
mengatur
posisi, mengalirkan
air keran.
Konsep diri klien 1.Beritahu
klien
tidak mengalami tentang siapa saja
gangguan dengan yang bisa dilakukan
criteria hasil
histerektomi
dan
menerima
anjurkan klien untuk
keadaan dirinya, mengekpresikan
menyatakan
perasaannya tentang
bersedia untuk
histerektomi
dilakukan
2.Kaji apakah klien
tindakan
mempunyai konsep
termasuk
diri yang negatif.
tindakan
3.Memotivasi
klien
pembedahan
untuk
mengungkapkan
perasaannya
mengenai
tindakan
pembedahan
dan
pengaruhnya
terhadap diri klien.
4.Ciptakan lingkungan
atau suasana yang
terbuka bagi klien
untuk membicarakan
keluhan-keluhannya.

Tidak terjadi
1.Monitor keadaan
syok hipovolemik umum pasien.
Kriteria : Tanda
Vital dalam batas
normal, wajah
tidak pucat,
konjungtiva tidak
anemis.

nyeri yang dirasakan


oleh klien

Mencegah terjadinya
retensi urine

Mengurangi
kecemasan
meningatkan
diri klien

dan
harga

Identifikasi kekuatan
dan kelemahan klien
Mengurangi
kecemasan

Meningkatkan harga
diri
klien
dan
berperan aktif dalam
perencanaan
perawatan bagi diri
klien
Untuk
memonitor
kondisi
pasien
selama perawatan
terutama saat terdi
perdarahan. Perawat
segera mengetahui
tanda-tanda
presyok /syok.

2. Observasi tandatanda vital tiap 3 jam.

3. Berikan oksigenasi

4. Kolaborasi
pemberian cairan
intravena.
5. Kolaborasi untuk
pemeriksaan
laboratorium (Hb).

Perawat perlu terus


mengobaservasi vital
sign
untuk
memastikan
tidak
terjadi presyok /
syok.
Untuk
mempertahankan
supply oksigen ke
seluruh tubuh.
Cairan
intravena
diperlukan
untuk
mengatasi
kehilangan
cairan
tubuh secara hebat.
Untuk
memantau
perdarahan
dan
menentukan tindakan
lebih lanjut.

Diposkan oleh irawati_jj0110 di 01.16


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

You might also like