You are on page 1of 19

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(PTK)

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Metodologi Penelitian Pendidikan


Yang dibina oleh Bpk. Drs. Alief Mudiono, M.Pd

Oleh
Ambar Normasari
207153453585

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KSDP
PRODI SI PGSD
PP III BLITAR
Juni 2009

1. Judul
Peningkatan Pembelajaran IPA Kompetensi Dasar Mengenal Bagian
Tubuh Tumbuhan Kelas IV SDN Tanggung 2 Kota Blitar Menggunakan
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

2. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas,
2007:13). Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA
diarahkan untuk berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Pembelajaran IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah yang dapat
diidentifikasi. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara berfikir ilmiah
untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja, dan bersikap ilmiah. Oleh
karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman
belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan
proses dan sikap ilmiah.

Di dalam prakteknya masih dapat dijumpai proses yang belum sesuai


dengan hakikat pembelajaran IPA yang sebenarnya. Sehingga masih banyak
siswa yang kurang maksimal dalam pencapaian hasil belajarnya. Siswa merasa
kesulitan dalam memahami suatu materi yang sedang dipelajari. Hal ini terjadi
karena pendekatan pembelajaran yang digunakan guru masih kurang tepat.
Biasanya guru banyak menghabiskan waktunya untuk berbicara dan kurang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.
Guru mendominasi proses pembelajaran yang bersifat klasikal maupun
kelompok. Dalam kegiatan pembelajaran guru diharapkan menggunakan
pendekatan pembelajaran yang tepat dan mampu membawa perubahan dalam
peningkatan pembelajaran IPA. Pendekatan yang diharapkan mampu
membawa perubahan terhadap siswa dalam peningkatan pembelajaran IPA
adalah pendekatan CTL.
Perkembangan pendekatan CTL dalam pembelajaran siswa di kelas
disesuaikan dengan kehidupan nyata yang dialami siswa. Ada kecenderungan
dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik
jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika siswa
mengalami apa yang dipelajarinya bukan hanya mengetahuinya. Pendekatan
CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan
konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan

mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru. Dalam kelas


kontekstual tugas guru membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih
banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).
CTL merupakan sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi
bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap maksud
dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna
dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan
pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. CTL
sesuai dengan nurani manusia yang selalu haus akan makna. CTL juga mampu
memuaskan kebutuhan otak untuk mengaitkan informasi baru dengan
pengetahuan yang sudah ada, yang merangsang pembentukan struktur fisik
otak dalam rangka merespon lingkungan. CTL terdiri dari delapan komponen
yaitu: membuat keterkaitan yang bermakna, pembelajaran mandiri, melakukan
pekerjaan yang berarti, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu
individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan
menggunakan penilaian autentik.
Pembelajaran kontekstual sebagai sebuah sistem mengajar, didasarkan
pada pikiran bahwa makna muncul dari hubungan antara isi dan konteksnya
(Nurhadi, 2004:27). Semakin banyak keterkaitan yang ditemukan siswa dalam
suatu konteks yang luas, semakin bermaknalah isinya bagi mereka. Sebagian
besar tugas seorang guru adalah menyediakan konteks. Semakin mampu para
siswa mengaitkan pelajaran-pelajaran akademis mereka dengan konteks ini,

semakin banyak makna yang akan mereka dapatkan dari pelajaran tersebut.
Mampu mengerti makna dari pengetahuan dan keterampilan akan menuntun
pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan.
Pembelajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas
penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan
konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya,
para siswa melihat makna di dalam tugas sekolah. Ketika para siswa
menyusun proyek atau menemukan permasalahan yang menarik, ketika
mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi
dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif memilih, menyusun,
mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan
membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam
situasi kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna.

3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dalam peningkatan pembelajaran IPA
di SDN Tanggung 2, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana penerapan pendekatan CTL dalam peningkatan pembelajaran
IPA pada kompetensi dasar mengenal bagian tubuh tumbuhan kelas IV
SDN Tanggung 2 Kota Blitar ?
2. Apakah penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan pembelajaran IPA
dalam mengenal bagian tubuh tumbuhan kelas IV SDN Tanggung 2 Kota
Blitar ?

4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki beberapa
tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan mengkaji penerapan pendekatan CTL dalam
peningkatan pembelajaran IPA pada kompetensi dasar mengenal bagian
tubuh tumbuhan kelas IV SDN Tanggung 2 Kota Blitar.
2. Untuk mengetahui dan mengkaji penerapan pendekatan CTL dapat atau
tidaknya meningkatkan pembelajaran IPA dalam mengenal bagian tubuh
tumbuhan kelas IV SDN Tanggung 2 Kota Blitar.

5. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, berikut ini adalah hipotesis tindakan
dalam penelitian ini :
1. Penerapan pendekatan pembelajaran CTL mampu meningkatkan
pemahaman konsep siswa kelas IV SDN Tanggung 2 pada kompetensi
dasar mengenal bagian tubuh tumbuhan.
2. Penerapan pendekatan pembelajaran CTL mampu meningkatkan
pembelajaran IPA pada kompetensi dasar mengenal bagian tubuh
tumbuhan kelas IV SDN Tanggung 2 Kota Blitar.

6. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian tentang Peningkatan Pembelajaran IPA Kompetensi
Dasar Mengenal Bagian Tubuh Tumbuhan Kelas IV SDN Tanggung 2 Kota
Blitar Menggunakan Pendekatan CTL dapat diperoleh manfaat yang

berhubungan dengan proses pembelajaran. Manfaat dari penelitian ini adalah


sebagai berikut :
1. Manfaat bagi guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam
menerapkan pendekatan CTL dalam pembelajaran yang sesuai. Guru juga
dapat meningkatkan kreatifitas dalam menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa serta mampu membantu guru dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
2. Manfaat bagi sekolah
Penelitian ini dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah. Selain
itu, dapat meningkatkan kondisi kegiatan sekolah yang kondusif sehingga
mampu menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap kemajuan dan
mutu pendidikan sekolah.

3. Manfaat bagi peneliti


Penelitian ini dapat memotivasi peneliti untuk lebih paham
terhadap berbagai permasalahan yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran, sehingga peneliti mampu meningkatkan kreatifitasnya.

4. Manfaat bagi peneliti lain


Penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi peneliti lain
dalam menerapkan pendekatan CTL di dalam pembelajaran. Diharapkan
peneliti lain mampu meningkatkan kreatifitasnya.

7. Kajian Pustaka dan Kerangka Teori


Kajian pustaka dan kerangka teori yang akan dibahas yaitu :
7.1 Pendekatan CTL
Hakikat belajar secara tradisional dapat didefinisikan sebagai suatu
perubahan dalam tingkah laku, yang mengakibatkan adanya pengalaman. Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah segenap rangkaian
kegiatan atau aktifitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan
mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau
kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Oleh sebab itu apabila
setelah belajar siswa tidak ada perubahan tingkah laku yang positif dalam arti
tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah,
maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.
Mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran
kepada siswa agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan
bahan pelajaran itu. Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu
aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan siswa sehingga terjadi proses belajar. Sedangkan
siswa adalah seseorang atau sekelompok orang yang bertindak sebagai pelaku
pencari, penerima dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkannya untuk
mencapai tujuan.
CTL merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan
memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya
dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari
(konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki

pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu


permasalahan ke permasalahan yang lainnya. CTL dapat diterapkan pada mata
pelajaran apa saja, di kelas mana saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya
(Johnson, 2002:10). Penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran di kelas
cukup mudah. Secara garis besar langkahnya adalah sebagai berikut : (1)
mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya; (2) melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua materi;
(3) mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya; (4) menciptakan
masyarakat belajar; (5) menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran; (6)
melakukan refleksi di akhir pertemuan; (7) melakukan penilaian yang sebenarnya
dengan berbagai cara.
Tujuh komponen CTL adalah : Konstruktivisme, Inquiry, Questioning
(bertanya), Modelling (pemodelan), Learning Community (masyarakat belajar),
Reflection ( refleksi), Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya).
Karakteristik pembelajaran CTL melipiti: kerjasama, saling menunjang,
menyenangkan, tidak membosankan, belajar dengan bergairah, pembelajaran
terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan teman,
siswa kritis guru kreatif, dinding penuh dengan hasil kerja siswa, laporan kepada
orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa seperti laporan hasil
praktikum dan karangan siswa.

7.2

Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta
dengan segala isinya (Hendro Darmodjo, 1992:3). IPA dapat dipandang sebagai
suatu proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam. Untuk itu
diperlukan suatu tata cara tertentu yang sifatnya analitis, cermat, lengkap serta
menghubungkan gejala alam yang satu dengan gejala alam yang lain sehingga
keseluruhannya membentuk suatu sudut pandang yang baru tentang obyek yang
diamatinya. IPA dapat pula dipandang sebagai produk dari upaya manusia untuk
memahami berbagai gejala alam. Produk ini berupa prinsip-prinsip, teori-teori,
hukum-hukum, konsep-konsep, maupun fakta-fakta yang kesemuanya itu
ditujukan untuk menjelaskan tentang berbagai gejala alam. IPA dapat pula
dipandang sebagai faktor yang dapat mengubah sikap dan pandangan manusia
terhadap alam semesta, dari sudut pandang mitologis menjadi sudut pandang
ilmiah.

7.3

Mata Pelajaran IPA dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP)
IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitar serta dapat menerapkannya dalam kehidupan seharihari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar

secara ilmiah. IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu
siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk mmenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk
terhadap lingkungan. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai
berikut : (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaanNya; (2)
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (3)
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat; (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; (5) meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan
lingkungan alam; (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; (7) memperoleh bekal
pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP/MTs.
Ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
(1) makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

10

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; (2) benda/materi, sifat-sifat dan


kegunaannya meliputi cair, padat, dan gas; (2) energi dan perubahannya meliputi
gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana; (4) bumi dan
alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
Berdasarkan hal-hal di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran IPA
apabila dilaksanakan dengan pendekatan CTL sangat sesuai dan dapat membantu
siswa mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Untuk itu dalam kompetensi
dasar IPA kelas IV semester 1 yaitu mengenal bagian tubuh tumbuhan juga sesuai
apabila pembelajaran dilaksanakan denagn pendekatan CTL. Hal ini dikarenakan
proses pembelajaran akan lebih menyenangkan, menjadikan siswa aktif sehingga
menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar dan tujuan pembelajaran akan
tercapai dengan baik.

8. Metode Penelitian
8.1

Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang

berusaha mengkaji dan merefleksikan secara mendalam beberapa aspek dalam


pembelajaran, yaitu partisipasi siswa, interaksi guru-siswa, interaksi antar siswa
untuk dapat menjawab permasalahan penelitian, dan pembelajaran akan
mengalami peningkatan melalui pendekatan CTL.
8.2 Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di
SDN Tanggung 2 Kota Blitar.

11

8.3 Subyek Penelitian


Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Tanggung 2 Kota Blitar
pada semester ganjil 2009/2010. Jumlah siswa kelas IV adalah 22 siswa yang
terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.
8.4 Pelaksanaan Penelitian
Berdasarkan desain PTK, kegiatan dalam penelitian tindakan terjadi dalm
bentuk siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung mulai bulan Agustus sampai
Oktober 2009.Tahapan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut :
Siklus I
1. Rencana Penelitian
Perencanaan dilakukan berdasarkan refleksi awal. Kegiatan yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
(1) Peneliti menyusun jadwal kegiatan
(2) Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan
digunakan dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I.
(3) Peneliti menyusun lembar kerja kelompok.
(4) Peneliti menyiapkan media pembelajaran.
(5) Peneliti menyusun lembar observasi.
2. Pelaksanaan Tindakan
Rencana yang telah disusun kemudian dilaksanakan dalam pelaksanaan
tindakan. Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
(1) Siswa diberikan materi oleh guru
(2) Guru memasang media yang berhubungan dengan materi.

12

(3) Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok.


(4) Siswa diberi lembar kerja kelompok untuk didiskusikan.
(5) Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, dan kelompok
lain memberikan tanggapan.
(6) Guru membantu siswa menyimpulkan hasil diskusi kelas.
(7) Siswa diberi tes individu.
(8) Guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok.
3. Observasi
Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pada saat
pembelajaran berlangsung, guru melaksanakan tugas mengajarnya dan observer
melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa. Ketika diskusi
kelompok berlangsung, guru melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa
dalam diskusi.
4. Refleksi
Pada akhir siklus diadakan refleksi terhadap kegiatan tindakan yang telah
dilakukan. Refleksi dilakukan untuk memaknai data yang telah diperoleh.
Langkah dalam melakukan refleksi adalah dengan menganalisis data, memaknai,
dan menyimpulkan. Dari hasil refleksi akan diketahui hasil pelaksanaan tindakan
pada sklus I serta temuan-temuan baru yang digunakan untuk mengembangkan
kegiatan tindakan pada siklus II.

Siklus II
1. Perencanaan

13

Perencanaan pada siklus II didasarkan pada hasil refleksi dari siklus I.


Pada refleksi siklus I ditemukan berbagai permasalahan yang menyebabkan
pembelajaran kurang berhasil. Dari permasalahan tersebut dipecahkan untuk
menemukan alternatif pemecahan masalah. Alternatif pemecahan masalah
tersebut kemudian disusun perencanaan pembelajaran untuk siklus II untuk
memperbaiki pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilakukan berdasarkan pada perencanaan yang telah dibuat.
Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan RPP.
3. Observasi
Observasi dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung.
4. Refleksi
Rerfleksi dilakukan berdasarkan dari analisis data yang telah disimpulkan.
Dari hasil refleksi dapat diketahui tingkat keberhasilan pembelajaran.

8.5 Teknik Pengumpulan Data


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka teknik
pengumpulan data meliputi :
1.

Teknik Tes
Teknik tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes formatif

berbentuk tes esai. Tes formatif digunakan untuk mengetahui pencapaian hasil
belajar siswa dalam penguasaan bahan atau materi pelajaran yang telah diajarkan.
Hasil tes formatif dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk

14

menindaklanjuti proses pembelajaran pada siklusnya agar memperoleh hasil yang


lebih baik dari siklus sebelumnya.
2.

Teknik Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti dan guru mata pelajaran bertindak sebagai

guru sekaligus observasi. Hal ini dilakukan karena dalam pembelajaran, siswa
sebagai pelaku utama dalam pembelajaran. Guru mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara langsung terhadap aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran di kelas. Dengan demikian data tersebut dapat lebih obyektif dan
melukiskan aspek kepribadian dan kemampuan siswa sebenarnya.

8.6 Analisis Data


Analisis data dilakukan setelah pelaksanaan tindakan pada setiap siklus.
Analisis data merupakanproses menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan,
dan mengorganisasi data secara sistematis dan rasional untuk menyusun jawaban
terhadap tujuan penelitian. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik analisa data kualitatif, yaitu cara reduksi data, penyajian data,
dan pemberian kesimpulan. Data yang bersifat kualitatif dianalisis dengan
menggunakan teknik deskripsi. Data dari hasil observasi terhadap aktivitasaktivitas siswa selama proses belajar mengajar.

15

9. Jadwal Kegiatan

NO
KEGIATAN
1.
Penyusunan Pro-

BULAN
Agustus
September
Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 KET
x x
3-15

posal
2.

Perijinan

Agst
x

18
Agst

3.

Penyusunan Ins-

20-

trumen

27
Agst

4.

Pelaksanaan

1 Sep

5 Sep

Tindakan I
5.

Diskusi & Revisi

6.

Perencanaan

7 Sep

Tindakan II
7.

Pelaksanaan

15
Sep

Tindakan II
8.

Diskusi & Revisi

9.

Penyusunan Draft

24
Sep
5 Ok

Laporan
10.

Seminar

11.

Penyusunan

x
x

13
Okt
20
Okt

Laporan
12.

Penggandaan

x 29
Okt

16

10. Rencana Biaya Penelitian


No
Jenis
1.
Bahan habis pakai
Kertas HVS A4
Kertas folio
ATK
ATK
Lembar Kerja Siswa
(LKS)
Alat observasi

Rincian

Jumlah (Rp)

3 rim x Rp 30.000/rim
2 rim x Rp 25.000/rim
5 bolpoin x Rp 2.000
Spidol warna 1 pak x Rp

Rp
Rp
Rp
Rp

90.000
50.000
10.000
10.000

10.000
Copy 20 lembar x 22

Rp 44.000

siswa x Rp 100/lembar
Rp 100.000

2.

Transport

Rp 150.000

3.

Pembuatan laporan

Penulisan draft
Penggandaan laporan
Jumlah total

Rp 50.000
Rp 100.000
Rp 604.000

DAFTAR RUJUKAN
Darmodjo, Hendro. 1992. Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti
Depdiknas. 2007. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI.
Jakarta: Depdiknas Pusat
Johnson. 2002. Contextual Teaching & Learning. Bandung: Mizan Learning
Center
Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual (CTL) & Penerapannya dalam KBK.
Malang: Universitas Negeri Malang

17

18

You might also like