You are on page 1of 33

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
komponen abiotiknya dalam satu kesatuan tempat hidup.
Pangan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Manusia tidak dapat
mempertahankan hidupnya tanpa adanya pangan.
Gizi adalah elemen yang terdapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan
secara langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral, dan air.
Manusia beradaptasi secara terus menerus pada pangan yang secara
ekologis cocok dengan daerah tempat hidup dari segi biofisik, sosial budaya
dan ekonomi sehingga terjadi pergeseran pola makan (1). Itulah yang biasa
disebut dengan ekologi pangan.
Ekologi Gizi adalah Ilmu pengetahuan yang bersifat multidisiplin
membahas tentang seluruh sistem gizi dengan penekanan pengaruh gizi pada
kesehatan, lingkungan, sosial ekonomi (2). Dan didalamnya juga membahas
mengenai produksi pangan, pengolahan, perdagangan, konsumsi pangan lokal
dan global.
Ekologi Pangan dan Gizi merupakan cabang ilmu yang mempelajari
hubungan manusia dengan lingkungan (biologis, fisik, sosial budaya, ekonomi,
politik, informasi, peraturan perundang-undangan) yang mempengaruhi kondisi
ketersediaan pangan, distribusi dan pengemasan pangan, konsumsi pangan dan
gizi, status gizi, status kesehatan dan kualitas sumberdaya masyarakat.
Sistem pangan dan gizi adalah suatu rangkaian masukan, proses, dan
keluaran sejak pangan masih dalam tahap produksi (berupa bahan produk
primer maupun olahan) sampai dengan tahap akhir, yaitu pemanfaatannya
dalam tubuh manusia yang diwujdkan oleh status gizi.Hal ini berarti dalam
sistem tersebut terdapat serangkaian komponen atau subsistem, yaitu produksi,
ketersediaan pangan, distribusi, konsumsi, dan gizi. (9)

Ekosistem pangan dan gizi adalah hubungan yang dihasilkan dari dampak
keberadaaan pangan di sekitar manusia sebagai kebutuhan dasar mereka yang
mempengaruhi kondisi kesehatan dilihat dari pemenuhan gizinya dari
keberadaan pangan tersebut. (12)
Kawasan industri menurut Development Handbook dari ULI (Urban Land
Institute) merupakan kawasan yang didominasi oleh kegiatan industri. Sedangkan
menurut National Industry Zoning Committes USA 1967, kawasan industri
merupakan areal perindustrian yang berada di atas tanah yang cukup luas, yang
secara administrasi dikontrol oleh sebuah lembaga yang sesuai dengan kegiatan
industri, karena lokasinya, topografinya, zoning yang tepat, ketersediaan
infrastrukturnya, dan kemudahan aksesibilitas transportasi (13).
Selain itu, menurut Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Daerah,
kawasan perindustrian memiliki kriteria sebagai berikut: 1) memenuhi persyaratan
lokasi industri, 2) memiliki ketersediaan sumber air baku yang cukup, 3) terdapat
sistem pembuangan limbah, 4) tidak memberikan dampak negatif, dan 5) tidak
terletak di kawasan tanaman pangan lahan basah yang beririgasi dan yang
berpotensi untuk pengembangan irigasi. Kawasan industri memiliki peranan yang
penting sesuai dengan tujuan pembangunan kawasan yang diatur dalam pasal 2
Keppres No. 41/1996, yaitu mempercepat pertumbuhan industri, memberi
kemudahan untuk kegiatan industri, mendorong kegiatan industri untuk berlokasi
di kawasan industri, dan meningkatkan pembangunan industri yang berwawasan
lingkungan (13).
Kota industri ternyata memiliki pengaruh negatif pada tumbuh-tumbuhan
dan hewan. Dengan menurunnya permukaan air tanah, tertutupnya sebagain
besar permukaan tanah oleh rumah-rumah, gedung-gedung, tercemamya
tanah karena masuknya bahan-bahan kimia dan sisa-sisa buangan dari
industri menyebabkan gangguan pertumbuhan tanaman. (7)
Dengan adanya, indutrialisasi berubah pula struktur dan lingkungan
alami dari daerah pedesaaan. Dalam tahapan ini, yang paling menyolok
adalah terjadinya urbanisasi tenaga-tenaga di desa, semakin menyempitnya,
lahan pertanian, semakin meluasnya daerah kota dan daerah industri serta

masuknya teknologi modernt ke desa, semua itu mendorong munculnya


urbanisasi. Wajah lahan pertanian dalam phase industri jauh berbeda dengan
wajah sebelumnya. Yang sangat mencolok adalah perubahan-perubahan
berikut ini :
1. Keanekaragaman sistem pertanian dan wajah pertanian tidak tampak
lagi, pertanian lebih banyak mononton dan menjemukan.
2. Hutan-hutan kecil yang dulu tersebar merata, sudah tidak tampak lagi.
3. Sapi-sapi penarik alat pertanian sudah diganti dengan mesin-mesin dan
traktor, demikian pula untuk memanen hasil bumi yang tadinya
menggunakan tenaga manusia, diganti dengan tenaga mesin.
4. Pemberantasan hama yang dahulu banyak dilakukan secara mekanis,
diganti dengan cara penyemporotan dengan obat-obatan dan sebagainya.
Dengan adanya perubahan tersebut, pengaliran energi dan materi dalam
ekosistem pertanian dalam phase indutri sangat berbeda dengan wajah
pengaliran energi dan materi dari ekosistem pertanian pada phase sebelum
industri. Perubahan struktur dan tata lingkungan dari daerah pedesaaan
dinegara-negara maju mendatangkan pula masalah yang sifatnya lebih
banyak sosial - politik dan sosial - ekonomi, yaitu : timbulnya perebutan
lahan untuk keperluan industri, pertanian, perdagangan, pemukiman, dan
rekreasi/wisata (8).
Pengamatan ekosistem pangan dan gizi dilakukan di lingkungan industri
tepatnya di kelurahan Kedungpane kecamatan Mijen kota Semarang, dimana
jumlah penduduk menurut pekerjaan paling tinggi sebagai buruh industri
dibanding pekerjaan lain yaitu 740 orang, selain itu di lingkungan tersebut
terdapat 3 industri dengan pekerja berjumlah 340 orang. Untuk itu kami
mengambil daerah tersebut sebagai tempat observasi yang nantinya
mengkaitkan hubungan antara lingkungan industri dan pengaruhnya terhadap
sitem pangan dan gizi warga setempat (8).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana sistem pangan dan gizi buruh industri di kawasan industri
daerah Kelurahan Kedungpane Kelurahan Mijen Kota Semarang?
C. Tujuan
Tujuan diadakannya observasi ini antaralain :
1. Tujuan umum
Mengetahui Sistem pangan dan gizi buruh industri di kawasan industri
daerah Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen Kota Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengruh lingkungan industri terhadap pola konsumsi
buruh industri di kawasan industri daerah Kelurahan Kedungpane
Kecamatan Mijen Kota Semarang.
b. Mengetahui pengaruh pekerjaan buruh industri terhadap pola
konsumsi buruh industri di kawasan industri daerah Kelurahan
Kedungpane Kecamatan Mijen Kota Semarang.
D. Manfaat
1. Bertambahnya pengetahuan mahasiswa mengenai pengaruh lingkungan
industri dan profesi buruh industri dengan pola konsumsi
2. Bertambahnya referensi mengenai hubungan lingkungan industri dan
profesi buruh industri dengan pola konsumsi
3. Bertambahnya alternatif penyelesaian masalah gizi di lingkungan industry

BAB II

METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Subjek
Populasi dalam PjBL (Project Based Learning) di Kelurahan
Kedungpane, Kecamatan Mijen, Kota Semarang ini adalah seluruh warga
kelurahan tersebut. Subyek dalam penelitian ini adalah warga yang berprofesi
sebagai buruh industri.
B. Lokasi dan Waktu Pengambilan Data
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober 10 Desember
2013 dan berlokasi di Kelurahan Kedungpane, Kecamatan Mijen, Kota
Semarang. Adapun timeline atau runutan waktu pelaksanaan kegiatan dari
penelitian sampai penyusunan laporan adalah sebagai berikut :
No
.
1
2
3

Pelaksanaan
Oktober
November
3
4 1 2 3
4

Kegiatan
Pengajuan Judul Proposal
Melakukan obesrvasi langsung ke Lapangan
Mencari Data sekunder populasi buruh industri
didapat dari petugas kelurahan Kedungpane
Diskusi dengan Dosen Pembimbing terkait

hasil observasi dan jumlah sampel yang akan

5
6
7
8
9
10

diambil
Membuat kuesioner
Melakukan penyebaran kuesioner ke lapangan
Rekap data kuesioner
Konsultasi ke Dosen Pembimbing
Pembuatan laporan PjBL
Pengumpulan Laporan PjBL
Tabel 1 .Jadwal Penelitian

C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan ialah deskriptif kualitatif. Penelitian
kualitatif mempelajari berbagai hal dalam latar belakang alamiah, mencoba
memberi arti atau menafsirkan fenomena perihal makna-makna yang dibawa
oleh orang. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk membiarkan
5

Desember
1
2

pembaca mengetahui apa yang terjadi dalam penelitian yang terkait, seperti apa
menurut sudut pandang peserta (subjek penelitian dan kejadian tertentu yang
ada dalam penelitian yang terkait). Deskripsi ini ditulis dalam bentuk naratif
untuk menyajikan gambaran yang menyeluruh tentang apa yang telah terjadi
dalam sebuah peristiwa. Kuesioner ini ditujukan kepada buruh industri untuk
mengetahui secara mendalam sistem pangan.
D. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam kegiatan ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Pengambilan data primer menggunakan instrumensi berupa
daftar kuesioner untuk menggali informasi dari responden dan juga obsevasi
langsung terhadap lingkungan sekitar rumah responden. Sedangkan untuk data
sekunder menggunakan data yang berasal dari Kelurahan Kedungpane,
Kecamatan Mijen, Kota Semarang untuk mengetahui kondisi geografis wilayah
tersebut yang mempengaruhi pola pangan mereka sehari-hari. Data primer
maupun data sekunder tersebut dapat dijadikan alat sebagai bahan nuntuk
menganalisis ekologi pangan yang ada di wilayah Kelurahan Kedungpane
tersebut.
E. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan data
Pengolahan data secara sederhana diartikan sebagai proses
mengartikan data data lapangan sesuai dengan tujuan, rancangan dan
sifat penelitian. Pengolahan data kualitatif menggunakan teknik non
statistik. Mengingat data data lapangan diperoleh dalam bentuk narasi
atau kata kata, bukan angka angka, maka pengolahan datanya tidak
bisa dikuantifikasikan. Pengolahan data adalah proses mengartikan data
lapangan, yang berarti supaya data lapangan yang diperoleh melalui alat
pengumpul data dapat dimaknai secara kualitatif sehingga proses
penarikan kesimpulan dapat dilaksanakan.
Langkah langkah pengolahan data:
a. Editing
Sebelum data diolah, data perlu diedit terlebih dahulu. Data
atau keterangan yang telah dikumpulkan dalam buku catatan (record
book), daftar pertanyaan ataupun pada interview guide (pedoman

wawancara) perlu dibaca sekali lagi dan diperbaiki, jika masih ada
yang salah. Kerja memperbaiki kualitas data serta menghilangkan
keragu raguan data dinamakan mengedit data. Hasil dari kuesioner
harus sempurna dalam pengetikan, semua pertanyaan harus terjawab
dan terisi. Jangan ada jawaban yang kosong, jika ada jawaban yang
kurang jelas, harus diperjelas agar peneliti paham.
Dalam mengedit, juga perlu dicek pertanyaan pertanyaan
yang tidak cocok. Jika banyak jawaban pertanyaan yang tidak sesuai,
maka daftar tersebut perlu dikumpulkan dan harus diklasifikasikan
dalam satu kelompok. Jangan sekali kali mengganti jawaban, angka
taua pertanyaan pertanyaan dengan maksud membuat data sesuai,
konsisten dan cocok untuk maksud tertentu.
Data yang dikumpulkan dapat berupa angka, kalimat panjang
atau hanya ya tidak. Untuk memudahkan pengolahan, jawaban
perlu diberi kode. pemberian kode sangat penting artinya, jika
pengolahan data dilakukan dengan komputer. Kode dan jenis
pertanyaan atau pernyataan, pemberian kode dapat dilakukan dengan
melihat jenis pertanyaan, jawaban atau pernyataan. Kode dapat
dibedakan:
1) Jawaban berupa angka
2)

Jawaban dari pertanyaan tertutup

3)

Jawaban dari pertanyaan semi terbuka

4)

Jawaban dari pertanyaan terbuka

5)

Jawaban pertanyaan kombinasi


Data atau keterangan yang telah dikumpulkan dalam buku

catatan (record book), daftar pertanyaan ataupun pada interview guide


(pedoman wawancara) yang dilakukan di sentra industry Kelurahan
Kedungpane Kecamatan Mijen Kota Semarang diklasifikasi dan
dilakukan pengkodean berdasarkan fungsi data masing-masing.
b. Tabulasi
Membuat tabulasi termasuk dalam kerja memproses data.
Membuat tabulasi tidak lain memasukkan data ke dalam tabel tabel

dan mengatur angka angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus


dalam berbagai kategori .
Data data yang ditabulasikan berguna untuk mempermudah
dalam pembacaan data, misalkan pada data Demografi terkhususnya
data Jenis Kelamin Penduduk Desa Mijen. Data tersebut ditabulasi
guna mempermudah menjumlahkan dan menunjukkan jumlah
penduduk daerah tersebut.
2. Analisis data
Analisa dari data kualitatif secara khas adalah satu proses yang
interaktif dan aktif. Peneliti-peneliti kualitatif sering membaca data naratif
mereka berulang-ulang dalam mencari arti dan pemahaman-pemahaman
lebih dalam. Morse dan Field (1995) mencatat bahwa analisis kualitatif
adalah proses tentang pencocokan data bersama-sama, bagaimana
membuat yang samar menjadi nyata, menghubungkan akibat dengan
sebab. Yang merupakan suatu proses verifikasi dan dugaan, koreksi dan
modifikasi, usul dan pertahanan.
Adapun langkah analisis dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Data Reduction
Data reduction intinya mengurangi data yang tidak penting sehingga
data yang terpilih dapat diproses ke langkah selanjutnya. Dalam tahap
ini peneliti melakukan pemilihan, dan pemusatan perhatian untuk
penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang
diperoleh. Dalam penelitian kualitatif, data yang diperoleh dapat
berupa simbol, statement, kejadian, dan lainnya. Oleh karena itu
timbul masalah karena data masih mentah, jumlahnya sangat banyak
dan bersifat nonkuantitatif (sangat deskriptif) sehingga tidak dapat
digunakan secara langsung untuk analisis. Oleh karena itu, data
perlu diorganisir kedalam format yang memungkinkan untuk
dianalisis.
b. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,
sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa
8

teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan,


dan bagan.
c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and
verification).
Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi
dengan mencari makna setiap gejala yang diperolehnya dari lapangan,
mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur
kausalitas dari fenomena, dan proposisi

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi PjBL
Kelurahan Kedungpane adalah kelurahan yang terletak di kecamatan
Mijen Kota Semarang. Adapun batas wilayah kelurahan Kedungpane adalah :
Sebelah utara
Sebelah selatan

: kecamatan Ngaliyan
: kelurahan Jatibarang

Sebelah barat

: kecamatan Gunungpati

Sebelah timur

: kelurahan Pesantren

Kelurahan Kedungpane terdiri dari 6 Rukun Warga (RW) dan 33 Rukun


Tetangga (RT). Selain itu, kelurahan kedungpane dikelilingi beberapa industri 3
buah kawasan industri. Diantaranya 2 industri besar dengan pekerja 384 orang,
dan industri kecil sebanyak 1 buah dengan jumlah pekerja sebanyak 46 orang.
Jumlah penduduk kelurahan Kedungpane sebanyak 5.062 orang, dimana
menurut kelompok umurnya jumlah penduduk dengan jumlah terbesar adalah
usia 40 tahun keatas, untuk penduduk menurut usia yang memiliki jumlah
terbesar kedua adalah penduduk dengan usia 56 tahun keatas yaitu sebanyak
1.716 orang. Penduduk dengan usia 25- 55 tahun yaitu 1.621 orang.
Sedangkan berdasarkan jenis pekerjaan jumlah penduduk yang bekerja
sebagai petani sebanyak 950 orang, sebagai buruh industri sebanyak 714 orang,
sedangkan pekerjaan yang lain sebagai buruh bangunan sebanyak 506 orang.
Pekerjaan lain dari penduduk kelurahan Kedungpane adalah sebagai buruh
perkebunan, pedagang, pengangkutan, pegawai negeri sipil, ABRI, pensiunan
ABRI/PNS.
Sarana perekonomian terdiri dari koperasi simpan pinjam, koperasi unit
desa (KUD), BKK, BPKD, pasar selapan (pasar umum, ikan, atau hewan),
pasar bangunan permanen/ semi permanen, pasar semi bangunan semi
permanen,

toko

/kios/warung,

bank,

lumbung

desa,

bandara,

pelabuhan/dermaga, stasiun kereta api, terminal bus, terminal angkot/taxi,


telepon umum. Dari sekian sarana perekonomian, sarana perekonomian yang
dimiliki

kelurahan

kedungpane

kecamatan

Mijen

adalah

24

toko/kios/warung.
B. Hasil dan Pembahasan Sistem Pangan dan Gizi Buruh Industri
1. Faktor yang mempengaruhi sistem pangan dan gizi buruh industri

10

buah

Gambar 1. Mindmap faktor yang mempengaruhi sistem pangan dan gizi buruh
industri
2. Pembuatan Instrumen
Setelah memperoleh data sekunder di Kelurahan Kedungpane,
Kecamatan Mijen, Kota Semarang untuk memastikan kondisi yang
sebenarnya terjadi di masyarakat, maka dilakukan pengambilan data
primer menggunakan teknik wawancara dengan panduan kuesioner
sebagai

instrumen.

Instrumen

dibuat

berdasarkan

faktor

yang

mempengaruhi sistem pangan dan gizi antara lain, faktor pekerjaan, faktor
perilaku, faktor lingkungan, dan faktor pelayanan kesehatan, dan faktor
penyakit. Berdasarkan hasil diskusi, maka dijabarkan dari beberapa faktor
di antaranya, faktor pekerjaan, meliputi lama kerja, jam kerja, jarak tempat
kerja, jam istirahat, pemberian makan / uang makan oleh perusahaan, dan
pemberian suplementasi / makanan tambahan dari perusahaan. Faktor
lingkungan, meliputi ketersediaan bahan pangan, cara mendapat makanan,
akses untuk mendapatkan makanan, pengaruh keberadaan industri
terhadap kuantitas / kualitas bahan pangan dan terhadap kesehatan. Faktor
perilaku, meliputi frekuensi makan sehari, menu yang dikonsumsi, cara
mengolah bahan makanan. Faktor pelayanan kesehatan, meliputi adanya
sosialisasi kesehatan dari pelayanan kesehatan maupun instansi kesehatan

11

dan apa pengaruhnya. Dan faktor penyakit, meliputi penyakit yang diderita
akibat pola konsumsi. Dari setiap penjabaran penyebab masalah dibuat
berbagai pertanyaan yang mendukung faktor-faktor yang mempengaruhi
sistem pangan dan gizi buruh industri sebagai panduan dalam wawancara
menggunakan kuesioner terbuka.
3. Mengambil data Primer
Pengambilan data primer dilakukan selama dua hari yaitu pada hari
jumat dan minggu yang tepatnya tanggal 29 November dan 1 Desember
2013. Dalam pembagian tugas, langkah pertama yang dilakukan adalah
mencari data primer ke buruh industri yang ada di RW I dan RW II
Kelurahan Kedungpane, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Dalam
pengambilan data primer dilakukan dengan wawancara langsung kepada 9
informan yang memenuhi kriteria.
Pada saat terjun ke masyarakat, ketua RT, ketua RW, dan
masyarakat sekitar setempat sangat membantu untuk mencari rumahrumah informan. Hal-hal tersebut yang memudahkan untuk menemukan
tiap-tiap rumah informan. Meski begitu, masih saja mengalami kesulitan
untuk menemui informan dikarenakan belum begitu mengetahui wilayah
Kelurahan Kedungpane sehingga menyulitkan untuk menemukan alamat
yang dituju. Selain itu informan sedang tidak ada di rumah atau pergi
bekerja. Ada juga informan yang berada di rumah namun sulit untuk
diwawancarai dikarenakan informan memiliki persepsi yang berbeda
dengan apa yang ditanyakan.

12

4. Analisis data primer


Pertanyaan
1. Data demografi
a. Nama
b. Umur
c. BB
d. TB
e. Pekerjaan
f. Tempat kerja

Responden 1
a.Vita Khotimah
b.50 tahun
c.53 kg
d.147 cm
e.Buruh konveksi
f. Konveksi Gedung

Responden 2
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Responden 3

Kamirah
41 tahun
57 kg
150 cm
Buruh pabrik
Kawasan Candi

Pani, Wates
g. Penghasilan
h. Kebutuhan
konsumsi/bulan
i. Kebutuhan

g.Rp 1,2 juta


h.Rp 600.000

2. Pekerjaan
a. Lama waktu kerja
a.7 jam/hari
b. Masa kerja
b.15 tahun
c. Jarak ke tempat
c.6 km
kerja
d. Jam istirahat
d.1 jam

Fajar utami
27 tahun
72 kg
160 cm
Buruh pabrik sambon
PT.Sambon,
Kawasan Industri

Krapyak
g. Rp 1,4 juta
h. Rp 500.000

g. Rp 800.000
h. Rp 600.000

i. Rp 400.000

lain/bulan
j. Jumlah anak
k. Jumlah anak yang j. 3 orang
k.2 orang
sekolah

a.
b.
c.
d.
e.
f.

i. Rp 200.000

i. Rp 200.000

j.
k.

j. 3 orang
k. 2 orang

Responden 4
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Tuti
34 tahun
64 kg
155 cm
Buruh mebel
Galunggung,
Gedung Pani

g. Rp 2 juta
h. Rp 600.000

Responden 5
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Nuryati
37 tahun
76 kg
159 cm
Karyawati
PT. Garmen
Candi

g. Rp 1,5 juta
h. Rp 300.000

i. Rp 300.000
i.
j. 1 orang
k. 1 orang

j. 1 orang
k. 1 orang

a. 9 jam/hari
b. 6 tahun
c. 15 km

a. 7 jam/hari
b. 4 tahun
c. 17 km

a. 8 jam/hari
b. 3 bulan
c. 3 km

a. 8 jam/hari
b. 5 tahun
c. 15 km

d. 1 jam

d. 45 menit

d. 45 menit

d. 1 jam

13

e. Kegiatan istirahat e.Makan, sholat,


f. Makanan dari
tempat kerja
g. Uang makan

e. Makan,

e. Makan,

e. Makan, sholat,

e. Istirahat, sholat,

istirahat
f. Tidak disediakan

sholat,istirahat
f. Ada, variasi

istirahat,sholat
f. Waktu lembur saja

istirahat
f. Ada, menunya

makan
f. Tidak

g.Tidak ada

makanan
g. Rp 5.000/hari

g. Sudah masuk gaji

variasi
g. Rp 3.000/lembur

g. Ada uang makan

h. Makanan
tambahan

h.Tidak ada

h. Tidak ada

h. Tidak ada, tapi ada

100.000/bulan
h. Tidak ada
h. Susu+kacang hijau

klinik
3. Lingkungan
a. Akses bahan
pangan

a.Tukang sayur
keliling

a. Tukang sayur

a. Tukang sayur

keliling

keliling

a. Warung dekat
rumah

a. Warung dekat
rumah

\
b. Pengaruh
keberadaan

b. Tidak
b.Tidak berpengaruh

b. Tidak berpengaruh

berpengaruh

b. Tidak berpengaruh

baik, karena dapat

industri

meningkatkan
c. Tidak ada

c. Tidak ada
c. Dampak industri
4. Perilaku
a. Frekuensi makan
b. Menu makan

b. Pengaruhnya

c. Tidak ada
a.3x sehari
b.Sayur, tahu, tempe

c. Tidak ada

pendapatan
c. Tidak ada

dampaknya
a. 2x sehari
a. 3x sehari
b. Sayur, tahu, tempe b. Sayur, tahu, tempe

14

a. 3x sehari
b. Nasi, sayur, ikan,

a. 3x sehari
b. Sayur, lauk pauk

c. Konsumsi
makanan instan
d. Cara mengolah
makanan

c.Jarang

c. Jarang

c. Sering kalau malam

tahu, tempe
c. Jarang

c. Jarang

d.Seringnya di sayur

d. Sayur bening

d. Disayur bening dan

d. Harus matang

d. Bervariasi, di

bening

e. Makanan
mentah/setengah
matang
5. Pelayanan kesehatan
a. Sosialisasi gizi

e. Suka yang
e.Suka yang matang,
kecuali lalapan

a.Mungkin ada tapi


karena jarang di

b. Pengaruh
sosialisasi

oseng-oseng

rumah
b.Mungkin

oseng, di sayur
e. Tidak suka yang

matang, dan suka e. Lalapan

mentah

bening, goreng
e. Tidak suka

lalapan

a. Mungkin ada,tapi a. Tidak tahu

a. Pernah

a. Tidak ada

b. Tidak tahu

b. Ada

b. Tidak ada

a. Pusing, biasanya

a. Pernah sakit tipes,

a. Pusing, istirahat

tidak ikut
b. Tidah tahu

berpengaruh jika
ada, karena tidak
tahu
6. Penyakit
a. Penyakit karena

a.Belum pernah

a. Tidak pernah

pola konsumsi

istirahat dan minum

yang tdak benar

air putih

15

rawat jalan

cukup

Tabel 2. Matriks hasil kuisioner

16

5. Analisis dan hasil penelitian kualitatif


a. Karakteristik Responden
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah warga Desa Kedungpane
Kecamatan Mijen Kabupaten Semarang yang telah bersedia berpartisipasi sebagai
subyek penelitian dengan pengambilan sampel berdasarkan purposive sampling.
Jumlah subyek penelitian ini sebanyak 9 orang yang bekerja seebagai buruh
pabrik. Berikut adalah karakteristik dari umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi
badan, pekerjaan subyek penelitian, penghasilan dan pengeluaran tiap bulan serta
jumlah anak yang dapat di gambarkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3. Karakteristik Demografi subyek penelitian pekerja buruh pabrik berdasarkan umur,
jenis kelamin, pekerjaan, dan penghasilan Warga Desa Kedungpane Kecamatan Mijen
Kabupaten Semarang.
No

Karakteristi

Jumlah

(orang

Persentase (%)

)
1.

2.

Umur
24

11,11 %

25

11,11 %

27

11,11 %

30

11,11 %

34

11,11 %

37

11,11 %

38

11,11 %

41

11,11 %

50
Jenis

11,11 %

88,89%

11,11%

100%

Kelamin
Perempuan
3.

4.

Laki-laki
Pekerjaan
Buruh
konveksi
Penghasilan
(UMR=1,2
juta)
17

UMR
UMR

66,67%

33,33%

Indicator

Jumlah

Persentase

Kurus ( < 18,5)


Normal (18,5-

(orang)
1
4

(100%)
11,11%
44,44%

24,9)
Gemuk

33,33%

11,11%

(25,0-

29,9)
Obesitas
(>30,0)

Usia subyek penelitian berkisar antara 24 hingga 50 tahun. Subyek


penelitian berjenis kelamin perempuan dan laki-laki. Pekerjaan subyek penelitian
sebagai buruh pabrik di tempat yang berbeda. Subyek penelitian sebagian besar
bekerja di pabrik kawasan industri candi.
Sementara penghasilan mereka sebagian besar sudah di atas UMR. UMR
kota

Semarang

yaitu

sebesar

Rp

1.209.100.

Sebanyak

responden

penghasilannya sudah di atas UMR dan 3 orang lainnya masih di bawah UMR.
Pengeluaran responden setiap bulan untuk kebtuhan konsumsi sehari-hari, 5
responden mengeluarkan uang diatas Rp 500.000,00 untuk kebutuhan konsumsi
keluarganya, 3 responden mengeluarkan uang di bawah Rp 500.000,00,
sedangkan 1 responden tidak mengetahui berapa kebutuhan konsumsi
keluarganya karena responden belum berkeluarga dan masih tnggal bersama
orang tua.
Di samping untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari, responden juga
mengeluarkan kebutuhan lain untuk biaya sekolah anaknya, karena sebagian
besar responden yaitu sejumlah 6 responden sudah mempunyai anak, sedangkan 3
responden lainnya belum memiliki anak.
Hasil perhitungan IMT menunjukkan, dari 9 responden, 4 responden diantaranya
normal, 3 responden gemuk, 1 responden kurus, dan 1 responden obesitas.
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar warga yang bekerja
sebagai buruh pabrik, tingkat ekonominya masih menengah ke bawah.
b. Pekerjaan
18

Lama waktu kerja rata-rata sudah sesuai dengan standar jam kerja, yakni
delapan jam.hanya ada dua orang yang melebihi standar jam kerja. Untuk jarak
tempuh ke tempat kerja sebanyak tujuh orang responden memiliki jarak tempuh
diatas 5km, sisanya memiliki jarak tempuh dibawah 5km.
Semua responden menyatakan bahwa tempat kerja memberika waktu
istirahat yang digunakan untuk kegiatan ishoma.
Sebanyak empat orang responden tidak mendapatkan jatah makan siang
dari tempat kerja, sedangkan satu orang responden mendapatkan jatah makan
hanya saat lembur kerja.
Rata rata responden mendapatkan tambahan uang makan dari tempat
kerja meskipun kurang dari sepuluh ribu rupiah perharinya. Terkait makanan
tambahan rata-rata responden tidak mendapatkan makanan tambahan dari tempat
kerja, hanya tiga orang yang mendapatkan makanan tambahan yang bernilai gizi.
c. Lingkungan
Semua responden (9 orang) mendapatkan bahan pangan dengan cara
membeli. Sebanyak 6 responden (66,67%) membeli bahan pangan di tukang
sayur keliling dan 3 responden (33,33) membeli bahan pangan di warung dekat
rumah.
Ketersediaan bahan pangan di sekitar tempat tinggal responden tergantung
pada tukang sayur keliling dan warung di dekat rumah mereka. Ketika tukang
sayur keliling berjualan, maka ketersediaan pangan untuk mereka cukup banyak.
Akan tetapi jika tukang sayur keliling tidak berjualan, maka mereka akan mulai
kesulitan dalam mendapatkan bahan pangan. Untuk itu ada alternatif lain yaitu
mereka dapat membeli bahan pangan di warung dekat rumah. Tetapi jika warung
dekat rumah juga tidak berjualan, maka ketersediaan bahan pangan untuk mereka
tidak ada (kurang).
Akses responden untuk mendapatkan bahan pangan tidak susah,
dikarenakan mereka mendapatkan bahan pangan dengan cara membeli di tukang
sayur keliling dan warung dekat rumah. Mereka cukup menunggu saja di rumah,
kemudian tukang sayur keliling akan menghampiri mereka dirumah. Atau mereka
dapat pergi ke tempat biasanya tukang sayur keliling berjualan. Selain dari tukang
sayur keliling, beberapa responden juga membeli bahan pangan di warung dekat
rumah dikarenakan aksesnya yang mudah.
Sebanyak 6 responden (66,67%) mengakui bahwa keberadaan industry di
sekitar tempat tinggal responden, tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitas
19

bahan pangan. Sebanyak 2 responden (22,22%) mengakui bahwa keberadaan


industry di sekitar tempat tinggal responden mempengaruhi pendapatan mereka
yaitu pendapatan mereka menjadi meningkat. Dan 1 responden (11,11%)
mengakui bahwa keberadaan industry di sekitar tempat tinggal responden,
mempengaruhi sumber air mereka.
Sebanyak 8 responden (88,89%) mengakui bahwa keberadaan industry di sekitar
tempat tinggal responden, tidak memberikan dampak terhadap kesehatan respon.
Ada 1 responden (11,11%) yang mengakui bahwa keberadaan industry di sekitar
tempat tinggal mereka, memberikan dampak terhadap lingkungan disekitar
mereka, dikarenakan industry menyebabkan polusi udara yang nantinya akan
memberikan dampak terhadap kesehatan mereka.
Lingkungan dalam hal ini lingkungan industri,

tidak begitu berpengaruh

terhadap akses terhadap bahan pangan, kuantiitas dankualitas bahanpangan, serta


tidak memberkan dampak kesehatan kepada reseponden yang diteliti. Namun,
pernyataan responden tersebut belum bias disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
lingkungan industri

terhadap pangan dan gizi pada lingkungan tersebut.

Pengaruh tersebut tidak begitu signifikan dirasakan oleh responden yang


dilakukan penelitian, namun pengaruh tetap ada.
Kesimpulan mengenai adanya pengaruh tersebut, didasari bahwa pengaruh
yang ditimbulkan oleh sebuah lingkungan industri kebanyakan memiliki sifat
kronik atau menahun. Bukan kejadian yang sifatnya akut, sehingga tidak bias
dirasakan dalam waktu yang singkat. Kejadian kronik maupun akut ini berkaitan
dengan kejadian penyakit yang ditimbulkan. Sedangkan mengenai akses, kualitas
serta kuantitas memiliki pengaruh yang juga belum menunjukkan dampaknya
secara global. Sekali lagi, hal ini dikarenakan keterbatasan penelitian yang belum
bias melakukan tes langsung terhadap kualitas bahan pangan serta belum bias
mengamati langsung alur bahan pangan yang ada di Kelurahan Kedungpane.
d. Perilaku
Pola konsumsi pangan dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor diantaranya
mempengaruhi ekosistem pangan dan gizi buruh yang terpenting adalah
Ketersediaan pangan, jenis, jumlah pangan dalam pola makanan serta Pola sosial
budaya, dimana pola kebudayaan mempengaruhi seseorang dalam memilih
pangan. Hal ini juga mempengaruhi jenis pangan apa yang harus diproduksi,
20

bagaimana cara pengolahanya, penyalurannya, penyiapannya, dan penyajiannya


(10).
Jumlah dari variasi makanan dan zat gizi yang diperoleh setiap orang yang
berbeda menurut kelompok umur akan bergantung pada banyak hal, antara lain
kondisi lingkungan seperti iklim, tipe tanah, pengelolaan pertanian, cara
penyimpanan pangan, transportasi dan penjualan faktor ekonomi (pendapatan dan
harga), faktor sosio budaya dan religi. timbulnya limbah bahan makanan untuk
kepentingan kelestarian alam. Peningkatan permintaan komoditas pangan karena
konversi terhadap biofuel, dan aksi para investor (spekulan) global karena kondisi
pasar keuangan yang tidak menentu (11).
Faktor musim, cuaca, juga sangat mendukung lemahnya suatu ekosistem
pangan didaerah, ditambah lagi dengan adanya pabrik industri yang memiliki
berbagai dampak buruk bagi lingkungan sekitarnya. serta ketidakpastian lainnya,
maupun karena faktor perubahan teknologi yang tidak sebagus pada dekade 1970
dan 1980an. Sistem produksi pangan yang demikian, baik di sektor hulu maupun
di sektor hilir, ditambah sistem distribusi yang tidak memberikan balas jasa yang
fair di antara pelaku ekonomi dan stakeholders, masih mempengaruhi
produktivitas dan penyediaan pangan di dalam negeri. Pada waktu tertentu ketika
cadangan pangan nasional tidak mencukupi menggunakan pagan yang diimport
(11).
1) Frekuensi makan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap responden diperoleh
hasil frekuensi makan dari delapan responden sebanyak tiga kali dalam sehari
(3x) dan terdapat satu responden dengan frekuensi makan dua kali dalam
sehari (2x). Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku pekerja pabrik
terhadap frekuensi makan sudah baik.

2) Menu makan
Dilihat dari segi menu makanan yang biasa dikonsumsi, mayoritas
responden memenuhi kebutuhan karbohidratnya dengan nasi. Protein yang
paling banyak dikonsumsi berasal dari nabati, seperti sayuran, tahu, dan
tempe. Responden jarang mengkonsumsi protein hewani. Namun, ada pula

21

responden yang menu makanannya bervariasi setiap hari. Satu orang


responden sering mengkonsumsi buah-buahan.
3) Konsumsi makanan instan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap responden diperoleh
hasil terdapat satu responden tidak mengkonsumsi makanan instan, tujuh
responden jarang mengkonsumsi makanan instan, dan satu responden
mengkonsumsi makanan instan jika merasa lapar pada malam hari.
4) Cara mengolah makanan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap responden diperoleh
hasil cara mengolah makanan cukup bervariasi yaitu digoreng, disayur
bening, dan dioseng-oseng. Terdapat satu responden mengolah sayuran
terlalu matang, padahal hal tersebut akan mengurangi kandungan gizi dari
makanan yang dimasaknya.
5) Tingkat kematangan makanan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap responden diperoleh
hasil yaitu semua responden tidak menyukai makanan mentah maupun
setengah matang, kecuali lalapan. Hal ini menunjukkan perilaku pekerja
pabrik dalam mengolah dan mengkonsumsi makanan yang tidak mentah atau
setengah matang sudah baik.
e. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan dalam hal ini adalah sosialisasi mengenai gizi dan
pengaruh dari sosialisasi gizi. Berdasarkan hasil wawancara dengan para buruh
industri di Kielurahan kedungpane kecamatan Mijen, didapatkan bahwa tidak
semua buruh industri yang mendapatkan

sosialisasi mengenai gizi. Dari 9

responden yang diwanwancarai hanya 3 responden yang mengetahui mengenai


sosialisasi tentang gizi. Sedangkan 2 yang lain menjawab dengan ragu-ragu. Dua
orang responden menjawab tidak ada dan 2 lainnya menjawab tidak tahu.
Responden yang menjawab pernah ada sosialisasi mengenai gizi
mengungkapkan ada pengaruh terhadap pengetahuan gizi. Dan pengaruh tersebut
berdampak baik bagi dirinya. Dari data yang disebutkan menunjukkan pelayanan
kesehatan yang terkait dengan sosialisasi gizi, belum dirasakan semua buruh
industri yang menjadi responden. Hal ini menunjukkan perlu adanya sebuah
evaluasi mengenai program sosialisasi gizi yang telah dilaksanakan. Baik itu dari

22

segi publikasi, waktu, maupun akses dari semua warga yang ada di kelurahan
kedungpane kecamatan mijen, khususnya pra buruh pabrik.
f. Penyakit
Pada wawancara yang dilakukan mahasiswa terhadap setiap responden
buruh industri di desa mijen secara kualitatif terdapat 5dari 9 responden yang
pernah menderita sakit ringan akibat makanan yang dikonsumsi tidak benar yaitu
2 orang menderita pusing, 1 orang tekena diare, 1 sakit maag, dan 1 terkena
demam thipoid.
Dari data primer yang diperoleh dapat diketahui penyebab penyakit
tersebut ialah kelengkapan gizi yang dikandung makanan dan kemudian
dikonsumsi parah buruh. Dimana terdapat ketidakseimbangan asupan gizi yang
diterima dengan energi aktivitas yang harus dikeluarkan, apalagi dengan adanya
shift kerja dengan rata-rata lama bekerja kurang lebih 8 jam/hari. Disini kita
ketahui ketika para buruh bekerja selama kurang lebih 8jam/hari, namun dari
sebagian besar buruh cukup sering mengkonsumsi makanan apa adanya misal,
tempe, tahu, sayur oseng, ikan. Hal tersebut diduga karena sebagian besar contoh
masih hanya memperhatikan kuantitas pangan yang dikonsumsi.

C. Sistem pangan dan gizi buruh industri di Kelurahan Kedungpane, Kecamatan Mijen, Kota
Semarang
Input
(membeli dan
mendapatkan
bahan
pangan)

Proses
(Mengolah
bahan pangan
23
sehingga
layak
dikonsumsi)

Konsumsi
Status
Gizi

Faktor yang mempengaruhi :


-

Gambar 2.

Pendapatan
Pekerjaan
Perilaku
Lingkungan
Penyakit penyerta
Perindustrian

Skema sistem pangan dan gizi buruh industri di Kelurahan Kedungpane


Kercamatan Mijen Kota Semarang

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil pelaksanaan PjBL di Kelurahan Kedungpane, Kecamatan Mijen, Kota
Semarang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sistem pangan dan gizi buruh industri dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah faktor internal individu (umur, jenis kelamin, pendapatan) , pekerjaan,
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan penyakit penyerta.
2. Dari hasil wawancara dengan 9 responden, usia mereka berkisar antar 20-50 tahun,
dan hampir 90% adalah buruh wanita di industri garmen, dan dilihat dari penghasilan

24

dan kebutuhan, tingkat ekonomi mereka bisa dikategorikan tingkat menengah


kebawah.
3. Dilihat dari pekerjaan, waktu kerja sudah sesuai, rata-rata tempat kerja mereka sudah
memberikan waktu istirahat serta memberikan uang makan, sedikit yang memberikan
makanan tambahan, dan hanya 3 responden yang mendapatkan sosialisasi gizi dari
tempat kerja mereka.
4. Responden menyatakan mereka sudah makan teratur dengan konsumsi nasi, sayur, dan
lauk yang bervariasi meskipun sedikit dari mereka yang mengkonsumsi buah, sedikit
dari mereka menyukai makanan instan. Mereka mengaku mudah dalam mengakses
bahan pangan dan mengolahnya secara bervariasi hingga matang.
5. Menurut responden keberadaan industri memiliki pengaruh yang berbeda, ada yang
mengatakan membantu dalam hal ekonomi, tetapi juga ada yang mengatakan
berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan karena polusi yang ditimbulkan.
6. Ada beberapa dari mereka yang mengaku mengalami keluhan seperti pusing, sakit
maag, diare, demam thipoid selama menjadi buruh industri.

B. Saran
Dari hasil PjBL ada beberapa saran yang ingin diberikan :
1. Bagi buruh industri di Kelurahan Kedungpane
a. Sebaiknya tetap makan secara teratur, memperhatikan makanan yang dikonsumsi
dengan gizi seimbang dan lebih bervariasi dan diusahakan untuk mengkonsumsi
buah buahan.
b. Buruh industri lebih memperhatikan waktu istirahat, karena sangat berpengaruh
terhadap kesehatan tubuh.
2. Bagi pelayanan kesehatan dan perusahaan
a. Mengadakan sosialisasi kesehatan khususnya tentang gizi secara periodik
b. Membuat program pemberian makanan tambahan kepada para pekerja meskipun
tidak tiap hari.
3. Bagi mahasiswa FKM

25

a. Mahasiswa lebih berperan aktif ketika berada di lapangan dan proses penyusunan
laporan PjBL.
b. Mahasiswa lebih berfikir secara luas guna mendapatkan wawasan terkait sistem
pangan dan gizi khususnya pada buruh industri di kelurahan Kedungpane,
Kecamatan Mijen, Kota Semarang

DAFTAR PUSTAKA
1. Soemarwoto,Otto,1997. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gajah Mada
University Press.Yogyakarta
2. Leitzmann C. 2003. Nutrition ecology: the contribution of vegetarian diets. Am J Clin
Nutr 78 (suppl):657S-59S. 2 Pimentel D, Pimentel M.
3. Almatsier S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
4. Kartasapoetra G, Marsetyo H. 2005. Ilmu Gizi: Korelasi Gizi, Kesehatan dan
Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
5. Notoatmodjo.
2002.
Metodologi
Penelitian

Kesehatan.

PT

Rineka

Citra: Jakarta.Soemarwoto, O. 1997. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.


Cetakan Ketujuh (Edisi Revisi). Penerbit Djambatan. Jakarta
6. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Ditjen DIKTI, Depdiknas
7. Baharudin, Erwan. Kearifan Lokal, Pengetahuan Lokal dan Degradasi
Lingkungan. Pascasarjana

Antropologi

26

Universitas

Indonesia.

Jakarta.

http://www.esaunggul.ac.id/epaper/kearifan-lokal-pengetahuan-lokal-dan-degradasilingkungan/ (diakses 3 Januari 2014).


8. Forman, R.T.T ang M. Gordon. 1986. Landscape ecologi. John Wiley & Sons.Inc.
9. Mudjianto, TT, dkk. Pola Konsumsi Makanan Masyarakat Berpenghasilan Rendahdi
Wilayah

Pengembangan

Industri.Dalam

Jurnal

Penelitian

Gizi

dan

Makanan.http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/2280, diakses
pada tanggal 3 Januari 2014
10. Riyadi H. 1996. Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian Bogor. Bogor : IPB
Press.
11. Hardinsyah dan Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Diktat
Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor
12. www.kamuskesehatan.com (diakses pada tanggal 3 Januari 2014)
13. Dirdjojuwono, Roestanto Wahidi. 2004. Kawasan Industri Indonesia: Sebuah Konsep
Perencanaan dan Aplikasinya. Jakarta: Pustaka Wirausaha Muda.

LAMPIRAN
A. Kuisioner (Pedoman Pertanyaan)
Kuisioner Sistem Pangan dan Gizi Buruh Industri Di Kelurahan Kedungpane
Kecamatan Mijen Kota Semarang Masyarakat di Kawasan Industri

Nama

Umur

Pekerjaan

Penghasilan

Jumlah Anak :

/ bulan

Tempat Kerja

Pengeluaran untuk Konsumsi

Pengeluaran untuk kebutuhan lain

Jumlah Anak yang Sekolah

Pekerjaan
1
2
3

Berapa jam kerja di tempat kerja Bapak/Ibu/Sdr ?


Jawab :
Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Sdr bekerja ditempat tersebut ?
Jawab :
Berapa jarak tempat kerja Bapak/Ibu/Sdr dengan rumah ?
27

II

III

IV

Jawab :
4 Berapa lama jam istirahat yang diberikan oleh tempat kerja Bapak/Ibu/sdr ?
Jawab :
5 Pada saat jam istirahat apa yang Bapak/Ibu/Sdr lakukan ?
Jawab :
6 Apakah tempat kerja Bapak/Ibu/Sdr memberikan makanan untuk
pekerjaannya pada saat jam istirahat ?
Jawab :
7 Apakah tempat kerja Bapak/Ibu/Sdr memberikan uang makanan untuk
pekerjaannya ?
Jawab :
8 Apakah ditempat kerja Bapak/Ibu/Sdr ada suplementasi (pemberian vitamin,
tambahan makanan yang bergizi) untuk pekerjanya ?
Jawab :
Lingkungan
1
Bagaimana cara Bapak/Ibu/Sdr mendapatkan bahan pangan ?
Jawab :
2 Bagaimana ketersediaan bahan pangan ditempat tinggal Bapak/Ibu/Sdr ?
Jawab :
3
Bagaimana akses untuk mendapatkan bahan pangan tersebut ?
Jawab :
4 Apakah keberadaan industri disekitar tempat tinggal Bapak/Ibu/Sdr
mempengaruhi kualitas & kuantitas bahan pangan ?
Jawab :
5 Apakah keberadaan industri disekitar tempat tinggal Bapak/Ibu/Sdr
memberikan dampak negatif terhadap kesehatan seperti penyakit tertentu ?
Jawab :
Perilaku
1
Berapa kali Bapak/Ibu/Sdr makan dalam sehari ?
Jawab :
2
Apakah menu yang sering Bapak/Ibu/Sdr makan ?
Jawab :
3
Apakah Bapak/Ibu/Sdr suka makan, makanan yang instan ?
Jawab :
4
Bagaimana cara Bapak/Ibu/sdr mengolah bahan pangan ?
Jawab :
5 Apakah Bapak/Ibu/Sdr suka makan makanan yang mentah/ setengah matang ?
Jawab :
Pelayanan Kesehatan
1 Pernahkah ada sosialisasi dari puskesmas/ petugas kesehatan mengenai gizi ?
Jawab :
Jika Pernah, kapan sosialisasi tersebut dilakukan ? dimana tempat
sosialisasinya ? siapa yang mengadakan ? Berapa banyak masyarakat yang
ikut ?
2 Apakah ada pengaruh sosialisasi mengenai gizi tersebut terhadap perilaku gizi/
pola makan Bapak/Ibu/Sdr ?
Jawab :
Penyakit
28

Apakah Bapak/Ibu/Sdr pernah menderita penyakit yang disebabkan oleh pola


konsumsi yang tidak benar ?
Jawab :
Jika Pernah, apa penyakitnya ? apakah sekarang sudah sembuh ? bagaimana
cara mengatasinya/ menyembuhkan penyakit tersebut ? Berapa lama
menderita penyakit tersebut ?

LAMPIRAN FOTO KEGIATAN PjBL


KELOMPOK 6

29

30

31

32

You might also like