You are on page 1of 18

Komunikasi keperawatan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Berdasarkan tugas yang diberikan pada mata perkuliahan Ilmu Keperawatan
Dasar II yang membahas tentang bagaimana cara seorang perawat melakukan
komunikasi yang baik dan benar dengan klien atau pasiennya. Komunikasi yang
baik digunakan antara seorang perawat dengan pasiennya dalam dunia
keperawatan dikenal dengan komunikasi terapeutik.
Didalam proses penyusunan makalah ini kami menggunakan beberapa
literatur seperti buku-buku dan internet. Makalah ini berisikan pengertian
komunikasi,

unsur-unsur

komunikasi,

komponen

komunikasi,

metode

komunikasi, dan prinsip komunikasi terapeutik itu sendiri.


Komunikasi antara si pasien dengan juru rawat yang baik akan memberikan
kepuasan tersendiri pada diri pasien. Pasien akan merasa senang, bahagia, dan
puas dengan hasil perawatan yang diberikan. Dengan perasaan senang, puas dan
nyamannya si pasien, hal ini akan membantu proses penyembuhan dari diri
pasien itu sendiri.
1.2 Tujuan
a. Memahami arti penting komunikasi terapeutik dalam dunia keperawatan.
b. Mampu menerapkan metode-metode komunikasi terapeutik dalam situasi
klinis.
c. Memahami prinsip-prinsip dasar dari komunikasi terapeutik.
d. Memahami berbagai metode-metode komunikasi terapeutik yang ada.

1.3 Manfaat
a. Dengan penugasan ini, kami dapat memahami dan mempraktekkan
komunikasi terapeutik dengan baik dan benar.
b. Dengan makalah ini kami dapat lebih mempersiapkan diri untuk memulai
praktek klinis dibalai pengobatan yang ada nantinya.

BAB II
ISI

2.1 Pengertian Komunikasi


Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat
terus berhubungan dengan klien dan keluarganya sejak kelahiran sampai

kematian. Oleh karna itu, dibutuhkan pembentukan komunikasi terapeutik.


Perawat berkimunikasi dengan orang lain yang mengalami tekanan, yaitu: klien,
keluarga, dan teman sejawat ( Potter dan Perry, 2010 ).
Perawat berfungsi sebagai pendukung klien dan sebagai anggota tim
multidisiplin yang terkadang memiliki prioritas berbeda untuk pelayanan. Selain
itu, seorang perawat harus asertif dan menyampaikan pertanyaan yang tepat dan
membuat suara mereka didengar. Dengan asertif dalam mengomunikasikan
kebutuhan seseorang, kehidupan perawat akan seimbang. Tanpa keseimbangan
tersebut, lingkungan dengan tingkat stres yang tinggi dapat membuat perawat
merasa lelah dan kehilangan efektifitasnya ( Balzer Riley, 2004 ).
Walaupun teknologi terus maju dan terdapat banyak tuntutan kebutuhan bagi
perawat, hubungan komunikasi merupakan faktor yang memengaruhi kualitas
pelayanan dan sangat berarti bagi klien dan perawat. Seiring peningkatan
kemampuan komunikasi dan percaya diri, perawat akan meningkat secara
profesional menjadi seorang ahli ( Belzer Riley, 2004 ).

2.2 Unsur-Unsur Komunikasi


Berikut ini adalah beberapa hal yang menjadi unsure atau elemen dari sebuah
komunikasi, antara lain:

a. Referen
Sesuatu yang memotifasi seseorang ubtuk berkomunikasi dengan pihak
lain. Pada lingkungan pelayanan kesehatan, yang akan menginisiasi
komunikasi adalah penglihatan, suara, bau, jadwal, pesan, objek emosi,
sensasi, persepsi, ide, dan petunjuk lainnya. Perawat yang memahami jenis
stimulus yang mengawali komunikasi akan mampu membangun dan

menyusun pesan secara lebih efisien dan menerima maknanya dengan lebih
baik ( Potter dan Perry, 2010 )
b. Pengirim dan Penerima
Pengirim adalah pihak yang mengode dan menyampaikan pesan,
sedangkan penerima adalah pihak yang menerima dan menguraikan kode
pesan. Pengirim menempatkan ide atau perasaan kedalam bentuk yang dapat
ditransmisikan dan bertanggung jawab atas ketepatan isi dan emosi pesan
tersebut. Pengirim dan penerima merupakan peran yang fleksibel dan berubah
dengan adanya interaksi kedua pihak, terkadang peroses pengiriman dan
penerimaan dapat berjalan bersamaan ( Potter dan Perry, 2010 ).
c. Pesan (Message)
Isi dari komunikasi. Pesan mengandung bahasa verbal, nonverbal, dan
simbolik. Persepsi pribadi terkadang dapat mengubah interpretasi penerima.
Dua orang perawat dapat menyampaikan informasi yang sama dengan pesan
yang berbeda karena perbedaan gaya komunikasi. Dua individu akan
memahami pesan yang sama secara berbeda. Klien mengirimkan pesan yang
efektif dengan mengemukakan secara jelas,langsung,dan dengan cara yang
dikenal oleh penerima. Perawat menentukan adanya kebutuhan klarifikasi
dengan melihat petunjuk nonverbal dari pendengar yang memperlihatkan
kebingungan/kesalahpahaman ( Potter dan Perry, 2010 ).
d. Media (Channels)
Merupakan alat penyampaian dan penerimaan pesan melalui indra
penglihatan, pendengaran, dan taktil. Ekspresi wajah akan mengirimkan pesan
visual, kata-kata memasuki saluran pendengaran, dan sentuhan menggunakan
saluran taktil. Individu akan memahami suatu pesan dengan lebih baik jika
pengirim menggunakan berbagai media ( Potter dan Perry, 2010 ).
e. Umpan balik

Merupakan pesan yang di kembalikan oleh penerima. Unsur ini menunjukan


bahwa penerima telah mengerti arti dari pesan pengirim. Pengirim harus

mencari umpan balik verbal dan non verbal untuk memastikan terjadinya
komunikasi yang baik. Agar efektif, pengirim dan penerima harus sensitif dan
terbuka

terhadap

masing-masing

pesan,

mengklarifikasi

pesan,

dan

memodifikasi perilaku. Dalam hubungan sosial, kedua pihak memiliki


tanggung jawab yang sama untuk mencari keterbukaan dan kilarifikasi, tetapi
perawat memiliki tanggung jawab utama dalam hubungan perawat-klien.

2.3 Jenis-Jenis Komunikasi


Jenis-jenis komunikasi yang umum digunakan antara lain adalah
komunikasi verbal, komunikasi non verbal, komunikasi simbolik, dan
metakomunikasi.
a. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal menggunakan kata yang ditulis ataupun


diucapkan. Bahasa verbal merupakan kode yang menyampaikan arti
spesifik melalui kombinasi kata. Aspek terpenting dalam komunikasi
lisan antara lain ( Potter dan Perry, 2010 ):
1. Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil jika pengirim dan penerima
tidak dapat menerjemahkan kata dan frase yang digunakan.
2. Makna Denotatif dan Konotatif
Arti konotatif adalah makna berbeda yang timbul oleh pengaruh
pikiran, perasaan ataupun ide terhadap suatu kata.
3. Kecepatan
Percakapan akan berhasil apabila kecepatan dalam pengucapan
kata-kata yang digunakan sesuai dengan ritme ucapan tersebut.
4. Intonasi
Intonasi suara klien, akan menggambarkan informasi tentang
keadaan kesehatannya dan tingkat energinya.
5. Kejelasan dan Ringkasan

Komunikasi yang efektif bersifat sederhana, singkat, dan


langsung. Semakin sedikit kata yang dikandung, maka semaikn
mudah untuk dimengerti.
6. Waktu dan Kesesuaian
Dalam melakukan komunikasi, perhatikanlah situasi dan kondisi
yang sedang terjadi disekeliling kita dan lawan bicara.
b. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi yang mencakup seluruh indra dan semua hal yang tidak
melibatkan kata tertulis ( Potter dan Perry, 2010 ). Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam melakukan komunikasi nonverbal antara
lain ( Potter dan Perry, 2010 ):
1. Penampilan Pribadi
Factor ini mengomunikasikan kesejahteraan fisik, kepribadian,
status social, pekerjaan, agama, budaya, dan konsep diri.
2. Postur dan Gaya Berjalan
Postur dan gaya berjalan menunjukkan ekspresi diri. Dan
gerakan menunjukkan sikap, emosi, konsep diri, dan kesehatan.
3. Ekspresi Wajah
Wajah adalah bagian tubuh yang paling ekspresif. Seorang
perawat harus mampu menghindari ekspresi rasa terkejut, jijik,
tidak senang, atau reaksi buruk lainnya didepan klien.
4. Kontak Mata
Individu dikatakan siap untuk melakukan percakapan, dilihat
melalui kontak matanya. Kontak mata merupakan contoh sikap
penghargaan dan kesediaan untuk mendengarkan.
5. Gerakan Tubuh
Semua yang dikatakan akan dipertegas dengan beberapa gerakan
tubuh, dan gerakan tubuh itu sendiri sudah memiliki makna
6. Suara
Suara desahan, erangan, atau isakan juga mengomunikasikan
sebuah perasaan atau pikiran. Dan juga suara akan membantu
untuk memperjelas suatu pesan yang dikirim.
c. Komunikasi Simbolik

Sebuah komunikasi yang membutuhkan symbol-simbol lisan dan


nonverbal yang digunakan pihak lain untuk menyampaikan arti,
misalnya adalah seni dan musik.

d. Metakomunikasi
Metakomunikasi merupakan istilah luas yang merujuk kepada factor
yang memengaruhi komunikasi. Kesadaran akan factor ini membantu
individu dalam memahami hal yang disampaikan ( Arnold dan Boggs,
2003 ).
2.4 Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan
klien (Depkes RI, 1997). Dalam pengertian lain mengatakan bahwa komunikasi
terapeutik adalah proses yang digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada klien.
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak
saling memberikan pengertian antara perawat dengan klien. Persoalan yang mendasar
dari komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan klien,
sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan klien,
perawat membantu dan klien menerima bantuan (Patricai A. dan Potter, 1996).

2.5 Unsur-Unsur Komunikasi Terapeutik


Unsur-unsur yang terkandung dalam komunikasi terpeutik antara lain ( Potter dan
Perry, 2010 ):

a. Keramahan
Keramahan merupakan bagian dari komunikasi terpeutik. Keramahan
diberikan untuk memberikan kesan pertama yang menarik hati lawan bicara
kita.
7

b. Penggunaan Nama
Pengenalan diri merupakan suatu yang penting agar tidak menimbulkan
keraguan. Memanggil klien dengan nama akan menunjukkan penghargaan
diri terhadap pasien itu sendiri.
c. Dapat Dipercaya
Orang yang dapat dipercaya adalah orang yang apabila membantu orang lain
tidak akan memberikan keraguan terhadap orang yang dibantunya. Untuk itu
seorang perawat harus menunjukkan kehangatan, konsistensi, reliabilitas,
kejujuran, kompetensi, dan rasa hormat.
d. Otonomi dan Tanggung Jawab
Seorang perawat harus mampu membuat pilihan sendiri dan berani untuk
mempertanggung jawabkan atas pilihan atau keputusan yang diberikan
( Townsend, 2003 )
e. Asertif
Komunikasi Asertif memungkinkan anda untuk mengekspresikan perasaan
dan pikiran tanpa menuduh atau melukai orang lain ( Grover, 2005 ). Sikap
asertif akan memberikan kepercayaan diri sekaligus penghormatan terhadap
orang lain.
2.6 Metode Komunikasi Terapeutik
Metode atau teknik yang digunakan dalam komunikasi terapeutik antara lain
( Stuart dan Sundeen, 1998 ):

a. Mendengarkan dengan penuh perhatian


Dalam hal ini perawat berusaha mengerti klien dengan cara mendengarkan
apa yang disampaikan klien. Mendengar merupakan dasar utama dalam
komunikasi. Dengan mendengar perawat mengetahui perasaan klien. Beri
kesempatan lebih banyak pada klien untuk berbicara. Perawat harus menjadi
pendengar yang aktif.

b. Menunjukkan penerimaan

Menerima tidak berarti menyetujui, menerima berarti bersedia untuk


mendengarkan

orang

lain

tanpa

menunjukkan

keraguan

atau

ketidaksetujuan.
c. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang
spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh klien.
d. Mengulangi ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri
Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat memberikan
umpan balik bahwa perawat mengerti pesan klien dan berharap
komunikasi dilanjutkan.
e. Mengklasifikasi
Klasifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam
kata-kata ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien.
f. Memfokuskan
Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga
percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti.
g. Menyatakan hasil observasi
Dalam hal ini perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh
isyarat non verbal klien.
h. Menawarkan informasi

Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan


kesehatan untuk klien yang bertujuan memfasilitasi klien untuk
mengambil keputusan.
i. Diam
Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk
mengorganisir. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengan
dirinya sendiri, mengorganisir pikiran dan memproses informasi.
j. Meringkas
Meringkas pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara
singkat.
k. Memberi penghargaan
Penghargaan janganlah sampai menjadi beban untuk klien dalam arti
jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi untuk
mendapatkan pujian dan persetujuan atas perbuatannya.
l. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan
Memberi kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih
topik pembicaraan.
m. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengarahkan
hampir seluruh pembicaraan.
n. Menempatkan kejadian secara berurutan

10

Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu perawat dan


klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif.
o. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menguraikan persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka perawat harus melihat
segala sesuatunya dari perspektif klien.
p. Refleksi
Refleksi memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan
dan menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.

2.7 Prinsip Komunikasi Terapeutik


Prinsip-prinsip yang terkandung pada komunikasi terapeutik antara lain
(Suryani,2005):
a. Kejujuran (trustworthy)
Kejujuran merupakan modal utama agar dapat melakukan komunikasi yang
bernilai terapeutik, tanpa kejujuran mustahil dapat membina hubungan saling
percaya. Klien hanya akan terbuka dan jujur pula dalam memberikan informasi
yang benar hanya bila yakin bahwa perawat dapat dipercaya.

b. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif.


Dalam berkomunikasi hendaknya perawat menggunakan kata-kata yang
mudah dimengerti oleh klien. Komunikasi nonverbal harus mendukung

11

komunikasi verbal yang disampaikan. Ketidaksesuaian dapat menyebabkan klien


menjadi bingung.
c. Bersikap positif
Bersikap positif dapat ditunjukkan dengan sikap yang hangat, penuh
perhatian dan penghargaan terhadap klien. Roger menyatakan inti dari hubungan
terapeutik adalah kehangatan, ketulusan, pemahaman yang empati dan sikap
positif.
d. Empati bukan simpati
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan
sikap ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien
seperti yang dirasakan dan dipikirkan oleh klien. Dengan empati seorang
perawat dapat memberikan alternatif pemecahan masalah bagi klien, karena
meskipun dia turut merasakan permasalahan yang dirasakan kliennya, tetapi
tidak larut dalam masalah tersebut sehingga perawat dapat memikirkan masalah
yang dihadapi klien secara objektif. Sikap simpati membuat perawat tidak
mampu melihat permasalahan secara objektif karena dia terlibat secara
emosional dan terlarut didalamnya.
e. Mampu melihat permasalahan klien dari kacamata klien
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus berorientasi pada
klien, (Taylor, dkk ,1997) dalam Suryani 2005. Untuk itu agar dapat membantu
memecahkan masalah klien perawat harus memandang permasalahan tersebut
dari sudut pandang klien. Untuk itu perawat harus menggunakan terkhnik active
listening dan kesabaran dalam mendengarkan ungkapan klien. Jika perawat
menyimpulkan secara tergesa-gesa dengan tidak menyimak secara keseluruhan
ungkapan klien akibatnya dapat fatal, karena dapat saja diagnosa yang
dirumuskan perawat tidak sesuai dengan masalah klien dan akibatnya tindakan
yang diberikan dapat tidak membantu bahkan merusak klien.

12

f.

Menerima klien apa adanya


Jika seseorang diterima dengan tulus, seseorang akan merasa nyaman dan
aman dalam menjalin hubungan intim terapeutik. Memberikan penilaian atau
mengkritik klien berdasarkan nilai-nilai yang diyakini perawat menunjukkan
bahwa perawat tidak menerima klien apa adanya.

g. Sensitif terhadap perasaan klien


Tanpa kemampuan ini hubungan yang terapeutik sulit terjalin dengan baik,
karena jika tidak sensitif perawat dapat saja melakukan pelanggaran batas,
privasi dan menyinggung perasaan klien.
h. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri
Seseorang yang selalu menyesali tentang apa yang telah terjadi pada masa
lalunya tidak akan mampu berbuat yang terbaik hari ini. Sangat sulit bagi
perawat untuk membantu klien, jika ia sendiri memiliki segudang masalah dan
ketidakpuasan dalam hidupnya.

BAB III
SKENARIO
3.1

Skenario Drama
Pada suatu pagi di sebuah kamar di Rumah Sakit X

13

Perawat

: Selamat pagi bu, saya suster Desti, pagi ini saya akan merawat ibu dari
pukul 07.00-14.00. Kalau saya boleh tau nama ibu siapa?

Pasien

: Selamat pagi juga. Anda bisa memanggil saya Ika.

Perawat

: Oh, baiklah. Bagaimana tidur nya semalam Bu Ika?

Pasien

: Tidur saya tidak nyenyak semalam.

Perawat

: Kenapa tidak nyenyak bu? Apa ibu merasakan sakit?

Pasien

: Oh, tidak. Saya memang selalu susah untuk tidur.

Perawat

: Ooh begitu ya buk, ibu sudah mandi pagi ini?

Pasien

: Pagi ini saya belum mandi sus.

Perawat

: Oh, begitu. Baiklah bu, karena pagi ini ibu belum mandi, saya akan
memandikan ibu agar ibu merasa lebih segar dan ibu cepat sembuh.
Kita melakukan disini saja ya bu, tidak lama kok kira-kira 15 menit.
Bagaimana bu, apa ibu bersedia?

Pasien

: Bersedia sus.

Perawat

: Baiklah, saya akan siapkan alat-alatnya dulu.

Lalu perawat menyiapkan alat-alat untuk memandikan pasien. Setelah alatalat pun disiapkan, maka perawat mulai memandikan pasien sesuai dengan cara-cara
memandikan seorang pasien. Setelah selesai dimandikan
Perawat

: Bagaimana perasaan ibu setelah dimandikan pagi ini, apa ibu merasa
segar?

Pasien

: Ya, saya merasa segar dan semangat pagi ini. Terima kasih.

Perawat

: Iya bu, sama-sama. Senang bisa membantu.

Setelah itu seorang dokter masuk untuk memeriksa keadaan si pasien.


Dokter

: Selamat Pagi Ibu, bagaimana keadaan ibu hari ini? Saya melihat ibu
bersemangat sekali pagi ini.
14

Pasien

: Udah sedikit lebih baik dok, dan saya juga sudah dimandikan oleh
perawat Desti.

Dokter

: Syukurlah kalau begitu ya bu. Sus, tolong diganti obat Ibu ini dengan
yang lain ya, lalu kamu check tekanan darahnya satu jam sekali.

Perawat

: Baik dok.

Dokter

: Ibu, seandainya ibu ada keperluan, ibu bisa menghubungi perawat


Desti yang bertugas untuk melayani ibu hari ini.

Pasien

: Baiklah dok.

Dokter

: Saya permisi dulu ya buk, silahkan suster.

Perawat

: Baik dok, silahkan ibu beristirahat kembali, nanti saya akan datang lagi
jam 10.00 untuk memberikan suntikan melalui selang infus ibu,
sebagai obat rutin yang harus dikonsumsi. Apabila ibu memerlukan
bantuan saya silahkan panggil saya ya bu. Permisi Ibu.

Pasien

3.2

: Baiklah sus, silahkan.

Pembahasan
Berdasarkan dialog diatas, dapat kita lihat bagaimana contoh penerapan
komunikasi terapeutik antara seorang perawat dengan pasiennya. Dalam
komunikasi

terapeutik,

harus

memperhatikan

unsur-unsur

komunikasi

terapeutik, seperti keramahan, penggunaan nama, dapat dipercaya, tanggung


jawab, dan asertif. Unsur-unsur tadi menjadi syarat suatu komunikasi terapeutik
yang dilakukan oleh seorang perawat untuk menjadi perawat yang professional.

15

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang digunakan antara
seorang perawat dengan pasiennya. Komunikasi terapeutik ini terdiri dari
beberapa unsur, seperti keramahan, penggunaan nama, dapat dipercaya, otonomi
dan tanggung jawab, dan asertif. Unsur-unsur tersebut didukung oleh prinsipprinsip dari komunikasi terapeutik itu sendiri. Jadi untuk menjadi seorang
perawat professional, maka semua itu diawalai dalam memberikan pelayanan
16

kesehatan kepada klien, maka gunakanlah bahasa komunikasi yang professional


juga, yaitu komunikasi terapeutik itu sendiri.

3.2 Saran
Perawat yang memberikan pelayanan kesehatan kepada klien, hendaknya
memperhatikan cara berkomunikasi dengan kliennya. Karena kesan pertama dari
pelayanan sangat berpengaruh terhadap kredibilitas perawat itu sendiri. Jika ingin
menjadi seorang perawat yang professional, mulailah dari cara berkomunikasi
yang professional juga.

DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafid. (2006), Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Ellis,R.,Gates, R, & Kenworthy,N. (2000). Komunikasi Interpersonal Dalam
Keperawatan: Teori dan Praktik.Alih Bahasa :Susi Purwoko. Jakarta,EGC.
Keliat, B.A. (2002), Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, EGC, Jakarta.
Notoatmodjo, S 1997, Ilmu Perilaku dan komunikasi Kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta.
Purwanto, H. (1998). Komunikasi untuk Perawat. EGC, Jakarta : Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Jakarta.

17

Stuart.G.W. & Sundeen.S.J.(1998) . Buku Saku Keperawatan Jiwa.Alih Bahasa:


Achir Yani S. Hamid. ed ke-3. Jakarta, EGC.
Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik Teori & Praktek. Jakarta, EGC.
Kozer Barbara. 2004. Fundamentals of Nursing (7th edition). America: Upper Saddle
River.

18

You might also like