Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan golongan yang rentan terhadap
masalah kesehatan dan gizi, diantaranya adalah masalah kurang energi protein
(KEP) yang merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Pada Repelita VI,
pemerintah bersama masyarakat berupaya menurunkan prevalensi KEP dari 40%
menjadi 30%. Namun saat ini Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang
berdampak juga pada peningkatan jumlah penderita KEP, sehingga target
tersebut mungkin tidak akan tercapai, sebaliknya prevalensi KEP justru akan
meningkat. Hal ini ditandai dengan ditemukannya penderita gizi buruk yang
selama 10 tahun terakhir sudah jarang ditemui.
Untuk mengantisipasi masalah di atas, diperlukan upaya pencegahan dan
penanggulangan secara terpadu di setiap tingkat pelayanan kesehatan, termasuk
pada sarana kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas perawatan, Puskesmas,
Balai Pengobatan, Puskesmas Pembantu, Pos Pelayanan Terpadu, dan Pusat
Pemulihan Gizi yang disertai peran aktif masyarakat.
Agar upaya penanggulangan gizi buruk lebih efektif diperlukan peran rumah sakit
yang lebih proaktif dalam membina puskesmas. Peran proaktif yang diharapkan
adalah menfasilitasi pelayanan rujukan meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan
sarana. Untuk mencapai pelayanan yang optimal diperlukan adanya buku pedoman
sebagai acuan.
B. PENGERTIAN DAN DASAR DIAGNOSIS KEP
1. Pengertian
a. Kurang Energi Protein (KEP)
KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi
Angka Kecukupan Gizi (AKG).
b. Klasifikasi KEP
b.1. KEP ringan bila berat badan menurut umur (BB/U) 70-80% baku
median WHO-NCHS dan/atau berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) 80-90% baku median WHO-NCHS;
b.2. KEP sedang bila BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS dan/atau
BB/TB 70-80% baku median WHO-NCHS;
b.3. KEP berat/Gizi buruk bila BB/U <60% baku median WHO-NCHS
dan/atau BB/TB <70% baku median WHO-NCHS.
CATATAN:
KEP berat/Gizi buruk secara klinis terdapat dalam 3 (tiga) tipe yaitu,
Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri
atau duduk
Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement
dermatosis)
Sering disertai:
- penyakit infeksi, umumnya akut
- anemia
- diare.
b. Marasmus:
-
c. Marasmik-Kwashiorkor:
-
3. Defisiensi nutrien mikro yang sering menyertai KEP berat/ Gizi buruk
Pada setiap penderita KEP berat/Gizi buruk, selalu periksa adanya gejala
defisiensi nutrien mikro yang sering menyertai seperti:
- Xerophthalmia (defisiensi vitamin A)
- Anemia (defisiensi Fe, Cu, vitamin B12, asam folat)
- Stomatitis (vitamin B, C).
BAB II
MEKANISME PELAYANAN GIZI BALITA KEP BERAT/GIZI BURUK
A. PELAYANAN GIZI
Pelayanan Gizi pada anak dengan KEP berat/Gizi buruk di rumah sakit meliputi
pelayanan rawat jalan, rawat inap dan pelayanan rujukan.
Pada dasarnya setiap anak yang berobat atau dirujuk ke rumah sakit dilakukan
pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) untuk menentukan status
gizinya, selain melihat tanda-tanda klinis dan bila perlu pemeriksaan
laboratorium. Penentuan status gizi ini diperkuat dengan menanyakan riwayat
makan.
Dari hasil penentuan status gizi maka direncanakan tindakan sebagai berikut:
1. KEP ringan
Diberikan penyuluhan gizi dan nasehat pemberian makanan di rumah dan
pemberian vitamin. Dianjurkan untuk memberikan ASI eksklusif (Bayi <4
bulan) dan terus memberikan ASI sampai 2 tahun. Pada pasien KEP ringan
yang dirawat inap untuk penyakit lain, diberikan makanan sesuai dengan
penyakitnya dengan tambahan energi sebanyak 20% agar tidak jatuh pada
KEP sedang atau berat, serta untuk meningkatkan status gizinya. Selain itu
obati penyakit penyerta.
2. KEP sedang
a. Penderita rawat jalan (di RS/Puskesmas): diberikan nasehat pemberian
makanan dengan tambahan energi 2050% dan vitamin serta teruskan ASI
bila anak <2 tahun. Pantau kenaikan berat badannya setiap 2 minggu dan
obati penyakit penyerta.
C.
Rujukan
Datang sendriri
Poli Anak
Poli Gawat Darurat
Penyakit
Penyakit Berat
Status Gizi
Penyakit Ringan
Gizi Buruk
Rawat Inap RS
Rawat Inap RS
Rawat Inap RS
- Pengobatan Penyakit - Pengobatan Penyakit - 10 Langkah Tata
- 10 Langkah
- Penambahan Energi
laksana gizi buruk
tatalaksana gizi buruk
& Protein 20%-50% di
atas AKG
Gizi Sedang/Ringan
Rawat Jalan
- Penambahan Energi
& Protein 20%-50% di
atas AKG
Pulang
PUSKESMAS
POSYANDU
RUMAH TANGGA
KEGIATAN
Penentuan Status Gizi
a. Klinis
Deteksi:
mia
kemia
asi
-
Hipoter
Hipogli
MEKANISME
Dilakukan pada
setiap pasien baru
dan dimonitor setiap
hari.
Dilakukan pada saat
pasien baru masuk
Dehidr
Infeksi
b. Antropometri
Diukur BB dan TB
Penimbangan
dilakukan setiap hari
Prosedur
laboratorium
c. Laboratorium
Glukosa darah, Hb,
urin, feses
2.
d. Anamnesis riwayat
gizi
Intervensi
a. Klinis
b. Diet
3.
Pelaporan
UNSUR YANG
TERKAIT
PENANGGUNG
JAWAB
Dokter
Dokter
Dokter
Dokter /
Kepala Ruangan
Perawat/dietisien/
tenaga gizi
Kepala Ruangan
Dokter/analis
Dokter yang
merawat/analis
Dietisien/tenaga
gizi
Dietisien/tenaga
gizi
Dokter + perawat
Dokter
Dokter +
Dietesien/perawat
Dokter +
Dietesien/perawa
t
Dokter/Dietisien/
Perawat
Dokter/Dietisien/
Kepala ruangan
Wawancara
Mengatasi:
Hipoglikemia
Hipotermia
Dehidrasi
Infeksi
Menentukan
preskripsi diet
Menerjemahkan
preskripsi diet
kedalam jenis dan
jumlah bahan
makanan
Pemantauan
Konsumsi makanan
Pemantauan
Status gizi
Penyuluhan gizi
Pemberian diet
Persiapan pulang
Penyuluhan gizi
utk di rumah
Memberikan
rujukan ke
puskesmas
Perkembangan:
Pemeriksan fisik,
laboratorium,
antropometri dan
asupan makanan
BAB III
TATA LAKSANA RAWAT INAP KEP BERAT/GIZI BURUK
Pada tata laksana rawat inap penderita KEP berat/Gizi buruk di Rumah Sakit terdapat
5 (lima) aspek penting, yang perlu diperhatikan:
A.
B.
C.
D.
E.
Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat/Gizi buruk (10 langkah utama)
Pengobatan penyakit penyerta
Kegagalan pengobatan
Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas
Tindakan pada kegawatan.
A.
Tata laksana ini digunakan pada semua penderita KEP Berat/Gizi Buruk
(Kwashiorkor, Marasmus maupun Marasmik-Kwashiorkor).
FASE
1
2
3
4
5
6
Hipoglikemia
Hipotermia
Dehidrasi
Elektrolit
Infeksi
MulaiPemberian
Makanan
Tumbuh
kejar/peningkatan
pemberian makanan
Mikronutrien
Stimulasi
Tindak lanjut
8
9
10
STABILISASI
Hari ke 1-2 Hari ke 2-7
Tanpa Fe
TRANSISI
Minggu ke-2
REHABILITASI
Minggu ke 3-7
dengan Fe
Ke-10 langkah tersebut akan dijelaskan secara rinci pada bab IV.
B.
: 50.000 SI/kali
Bila ada ulserasi pada mata, beri tambahan perawatan lokal untuk mencegah
prolaps lensa :
beri tetes mata kloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam
selama 7-10 hari
teteskan tetes mata atropin, 1 tetes, 3 kali sehari selama 3-5 hari
tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali.
2. Dermatosis
Dermatosis ditandai adanya :
hipo/hiperpigmentasi
deskwamasi (kulit mengelupas)
lesi ulserasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi
sekunder, antara lain oleh Candida.
Tata laksana :
kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-permanganat)
1% selama 10 menit
beri salep/krim (Zn dengan minyak kastor)
usahakan agar daerah perineum tetap kering.
Umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn peroral
3. Parasit/cacing
Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat anti
helmintik lain.
4. Diare melanjut
Diare biasa menyertai KEP berat, tetapi akan berkurang dengan sendirinya
pada pemberian makanan secara berhati-hati
Intoleransi laktosa tidak jarang sebagai penyebab diare. Diobati hanya bila
diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum.
Berikan formula bebas / rendah laktosa.
10
Sering kerusakan mukosa usus dan Giardiasis merupakan penyebab lain dari
melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik.
Beri: Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.
5. Tuberkulosis
Pada setiap kasus gizi buruk, Lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali
alergi) dan Ro-foto toraks. Bila positif atau sangat mungkin TB, obati sesuai
pedoman pengobatan TB.
C.
KEGAGALAN PENGOBATAN
Kegagalan pengobatan tercermin pada angka kematian dan kenaikan berat badan:
1. Tingginya angka kematian
Bila mortalitas >5%, perhatikan saat terjadi kematian:
- baik
- kurang
: 50 gram/kgBB/minggu
: <50 gram/kgBB/minggu
D.
masalah psikologik.
E.
Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita syok septik. Dalam hal
ini, berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan
transfusi darah sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3
jam). Kemudian mulailah pemberian formula (F-75/pengganti).
2. Anemia berat
Transfusi darah diperlukan bila:
Hb <4 g/dl
Hb 4-6 g/dl disertai distres pernafasan atau tanda gagal jantung.
Transfusi darah:
- berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
Bila ada tanda gagal jantung, gunakan packed red cells untuk transfusi
dengan jumlah yang sama.
- beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v. pada saat transfusi dimulai.
Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok).
Bila pada anak dengan distres nafas setelah transfusi Hb tetap <4 g/dl atau
antara 4-6 g/dl, jangan diulangi pemberian darah.
13
BAB IV
SEPULUH LANGKAH UTAMA PADA
TATA LAKSANA KEP BERAT/GIZI BURUK
LANGKAH KE-1: PENGOBATAN/PENCEGAHAN HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia dan hipotermia biasanya terjadi bersama-sama, seringkali sebagai
tanda adanya infeksi. Periksa kadar gula darah bila ada hipotermia ( suhu ketiak
<36C/suhu dubur <36C). Pemberian makanan yang sering penting untuk mencegah
kedua kondisi tersebut.
Bila kadar gula darah dibawah 50 mg/dl, berikan:
1. 50 ml bolus (pemberian sekaligus) glukosa 10% atau larutan sukrosa 10%
(1 sdt gula dalam 5 sdm air) secara oral atau pipa naso-gastrik.
2. Selanjutnya berikan larutan tsb. setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali
berikan bagian dari jatah untuk 2 jam)
3. Berikan antibiotika (lihat langkah 5)
4. Secepatnya berikan makan setiap 2 jam, siang dan malam (lihat langkah 6)
Pemantauan :
-
Bila kadar glukosa darah rendah, ulangi pemeriksaan gula darah dengan darah
dari ujung jari atau tumit setelah 2 jam.
Sekali diobati, kebanyakan anak akan stabil dalam 30 menit
Bila gula darah turun lagi sampai <50 mg/dl, ulangi pemberian 50 ml (bolus)
larutan glukosa 10% atau sukrosa, dan teruskan pemberian setiap 30 menit
sampai stabil.
Ulangi pemeriksaan gula darah bila suhu aksila <36C dan/atau kesadaran
menurun.
Pencegahan :
-
Mulai segera pemberian makan setiap 2 jam (langkah 6), sesudah dehidrasi yang
ada dikoreksi.
Selalu memberikan makanan sepanjang malam.
14
Catatan :
Bila tidak dapat memeriksa kadar glukosa darah, anggaplah setiap anak KEP
berat/gizi buruk menderita hipoglikemia dan atasi segera dengan ditatalaksana
seperti tersebut di atas.
LANGKAH KE-2: PENGOBATAN/PENCEGAHAN HIPOTERMIA
Bila suhu ketiak <36C :
periksalah suhu dubur dengan menggunakan termometer suhu rendah. Bila tidak
tersedia termometer suhu rendah dan suhu anak sangat rendah pada pemeriksaan
dengan termometer biasa, anggap anak menderita hipotermia.
Bila suhu dubur <36C :
- Segera beri makanan cair/formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu)
- Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala, letakkan
dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau peluk anak di
dada ibu, selimuti (metoda kanguru).
- Berikan antibiotika (lihat langkah 5).
Pemantauan:
- Periksa suhu dubur setiap 2 jam sampai suhu mencapai >36,5C, bila memakai
pemanas ukur setiap 30 menit
- Pastikan anak selalu terbungkus selimut sepanjang waktu, terutama malam hari
- Raba suhu anak
- Bila ada hipotermia, periksa kemungkinan hipoglikemia.
Pencegahan:
- Segera beri makan / formula khusus setiap 2 jam (lihat langkah 6).
- Sepanjang malam selalu beri makan
- Selalu diselimuti dan hindari keadaan basah (baju, selimut, alas tempat tidur)
- Hindari paparan langsung dengan udara (mandi atau pemeriksaan medis terlalu
lama).
15
Selanjutnya beri 510 ml/kg/jam untuk 410 jam berikutnya; jumlah tepat yang
harus diberikan tergantung berapa banyak anak menginginkannya dan banyaknya
kehilangan cairan melalui tinja dan muntah.
Ganti Resomal/cairan pengganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formula khusus
sejumlah yang sama bila keadaan rehidrasi menetap/stabil.
Selama pengobatan, pernafasan cepat dan nadi lemah akan membaik dan anak mulai
kencing.
Pemantauan
Lakukan penilaian atas kemajuan proses rehidrasi setiap -1 jam selama 2 jam
pertama, kemudian setiap jam untuk 6-12 jam selanjutnya.dengan memantau:
-
denyut nadi
pernafasan
frekwensi kencing
frekwensi diare/muntah.
16
Adanya air mata, mulut basah, kecekungan mata dan ubun-ubun besar yang
berkurang, perbaikan turgor kulit, merupakan tanda bahwa rehidrasi telah
berlangsung, tetapi pada KEP berat/gizi buruk perubahan ini seringkali tidak
terlihat, walaupun rehidrasi sudah tercapai. Pernafasan dan denyut nadi yang cepat
dan menetap selama rehidrasi menunjukkan adanya infeksi atau kelebihan cairan.
Tanda kelebihan cairan: frekwensi pernafasan dan nadi meningkat, edema dan
pembengkakan kelopak mata bertambah. Bila ada tanda-tanda tersebut, hentikan
segera pemberian cairan dan nilai kembali setelah 1 jam.
Pencegahan:
-
Dan
Gentamicin 7.5 mg /Kg/BB/i.m./i.v. sekali sehari, selama 7 hari.
Bila dalam 48 jam tidak terdapat kemajuan klinis, tambahkan kloramfenikol 25
mg/kg/BB/i.m./i.v. setiap 6 jam selama 5 hari.
Bila terdeteksi infeksi kuman yang spesifik, tambahkan antibiotik spesifik yang
sesuai. Tambahkan obat anti malaria bila pemeriksaan darah untuk malaria positif.
Bila anoreksia menetap setelah 5 hari pengobatan antibiotik, lengkapi pemberian
hingga 10 hari.
18
Bila masih tetap ada, nilai kembali kadaan anak secara lengkap, termasuk lokasi
infeksi, kemungkinan adanya organisme yang resisten serta apakah vitamin dan
mineral telah diberikan dengan benar.
LANGKAH KE-6: MULAI PEMBERIAN MAKANAN
Pada awal fase stabilisasi, perlu pendekatan yang sangat berhati-nati karena
keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.
Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang
sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisme
basal.
Prinsip pemberian nutrisi pada fase ini adalah :
Porsi kecil tapi sering dengan formula laktosa rendah dan hipo/iso-osmolar.
Berikan secara oral/nasogastrik
Energi : 80 100 kal/kgBB/hari
Protein : 1 1.5 g/kgBB/hari
Cairan : 130 ml/kgBB/hari (100 ml/kgBB/hari bila terdapat edema)
Bila masih mendapat ASI, tetap diberikan tetapi setelah pemberian formula.
Formula khusus seperti F-WHO 75 yang dianjurkan dan jadwal pemberian makanan
harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut di atas: (lihat
tabel 2 halaman 24). Berikan formula dengan cangkir/gelas. Bila anak terlalu lemah,
berikan dengan sendok / pipet.
Pada anak dengan selera makan baik dan tanpa edema, jadwal pemberian makanan
pada fase stabilisasi ini dapat diselesaikan dalam 2-3 hari saja (1 hari untuk setiap
tahap). Bila asupan makanan tidak mencapai dari 80 Kkal/kg BB/hari, berikan sisa
formula melalui pipa nasogastrik. Jangan beri makanan lebih 100 Kkal/kgBB/hari
pada fase stabilisasi ini.
Pantau dan catat :
-
Selama fase stabilisasi, diare secara perlahan berkurang dan BB mulai naik, tetapi
pada penderita dengan edema BB-nya akan menurun dulu bersamaan dengan
menghilangnya edema, baru kemudian BB mulai naik.
Bila diare berlanjut atau memburuk walaupun pemberian nutrisi sudah berhati-hati,
lihat bab diare persisten.
Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml)
dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100
ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat
digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama.
Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa,
biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgBB/kali (=200 ml/kgBB/hari).
frekwensi nafas
frekwensi denyut nadi
Bila terjadi peningkatan detak nafas >5x/menit dan denyut nadi >25x/menit dalam
pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula. Setelah
normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.
Setelah periode transisi dilampaui, anak diberi:
-
Suplementasi multivitamin
Asam folat 1 mg/hari (5 mg pada hari pertama)
Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hari
Tembaga (Cu) 0.2 mg/kgBB/hari
Bila BB mulai naik: Fe 3 mg/kgBB/hari atau sulfas ferrosus 10 mg/kgBB/hari
Vitamin A oral pada hari I : umur > 1 tahun : 200.000 SI, 6-12 bulan : 100.000
SI, < 6 bulan : 50.000 SI, kecuali bila dapat dipastikan anak sudah mendapat
suplementasi vit.A pada 1 bulan terakhir. Bila ada tanda/gejala defisiensi vit.A,
berikan vitamin dosis terapi.
21
LANGKAH KE-9:
BERIKAN STIMULASI
EMOSIONAL
SENSORIK
DAN
DUKUNGAN
Kasih sayang
Lingkungan yang ceria
Terapi bermain terstruktur selama 15 30 menit/hari
Aktifitas fisik segera setelah sembuh
Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb).
pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang padat
terapi bermain terstruktur.
Sarankan:
-
22
BAB V
TATA LAKSANA DIET PADA BALITA KEP BERAT/GIZI BURUK
Tata laksana diet pada Balita KEP berat/gizi buruk ditujukan untuk memberikan
makanan tinggi energi, tinggi protein dan cukup vitamin mineral secara bertahap,
guna mencapai status gizi optimal.
Ada 4 kegiatan penting dalam tata laksana diet, yaitu pemberian diet, pemantauan
dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta tindak lanjut.
A.
PEMBERIAN DIET
Pemberian diet pada KEP berat/gizi buruk harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Melalui 3 periode yaitu periode stabilisasi, periode transisi, dan periode
rehabilitasi.
2. Kebutuhan energi mulai dari 80 sampai 200 kalori per kg BB/hari.
3. Kebutuhan protein mulai dari 1 sampai 6 gram per kg BB/hari.
4. Pemberian suplementasi vitamin dan mineral bila ada defisiensi atau
pemberian bahan makanan sumber mineral tertentu, sebagai berikut:
Bahan makanan sumber mineral khusus
Sumber Zn : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur ayam.
Sumber Cuprum : tiram, daging, hati
Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai
Sumber Magnesium : daun seldri, bubuk coklat, kacang-kacangan, bayam,
Sumber Kalium : jus tomat, pisang, kacang-kacangan, kentang, apel, alpukat, bayam,
daging tanpa lemak.
5.
6.
7.
8.
Tabel 1 :
KEBUTUHAN GIZI MENURUT FASE PEMBERIAN MAKAN
STABILISASI
FASE
TRANSISI
REHABILITASI
Energi
100 Kkal/KgBB/hr
150 Kkal/KgBB/hr
150-200 Kkal/KgBB/hr
Protein
1-1,5 g/KgBB/hr
2-3 g/KgBB/hr
4-6 g/KgBB/hr
Vitamin A
Lihat langkah 8
Lihat langkah 8
Lihat langkah 8
Asam Folat
Idem
Idem
Idem
Zink
Idem
Idem
Idem
Cuprum
Idem
Idem
Idem
Fe
Idem
Idem
Idem
Cairan
130 ml/KgBB/hr
atau
100 ml/KgBB/hr
bila ada edema
150 ml/KgBB/hr
150-200 ml/KgBB/hr
ZAT GIZI
24
Tabel 2
JADWAL, JENIS, DAN JUMLAH MAKANAN YANG DIBERIKAN
FASE
Stabilisasi
WAKTU
PEMBERIAN
Hari 1-2
Hari 3-4
Hari 3-7
Transisi
Minggu 2-3
Rehabilitasi
Minggu 3-6
BB < 7 Kg
BB >7 Kg
JENIS
MAKANAN
FREKWENSI
F75/modifikasi
F75/Modisco
F75/modifikasi
F75/Modisco
F75/modifikasi
F75/Modisco
12 x (dg ASI)
12 x (tanpa ASI)
8 x (dg ASI)
8 x (tanpa ASI)
6 x (dg ASI)
6 x (tanpa ASI)
45
45
65
65
90
90
65
65
100
100
130
130
90
130
175
110
160
220
F100/modifikasi
F100/Modisco
I /modisco II
F135/modifikasi
F135/Modisco
III, ditambah
4 x (dg ASI )
6 x (tanpa ASI)
130
90
195
130
175
220
3 x (dg/tanpa
ASI )
90
100
150
175
Makanan lumat
makan lembik
Sari buah
3 x 1 porsi
1x
100
100
100
100
Makanan lunak
makan biasa
Buah
3 x 1 porsi
1 2 x 1 buah
*) 200 ml = 1 gelas
Contoh :
Kebutuhan anak dengan berat badan 6 Kg pada fase rehabilitasi :Energi : 1200 Kkal
400 kalori dipenuhi dari 3 kali 100 cc F 135 ditambah 800 kalori dari 3 kali makanan
lumat/makanan lembik dan 1 kali 100 cc sari buah.
25
Tabel 3
FORMULA WHO
Bahan
FORMULA WHO
Susu skim bubuk
Gula pasir
Minyak sayur
Larutan elektrolit
Tambahan air s/d
Per 100 ml
F 75
F 100
F 135
g
g
g
Ml
Ml
25
100
30
20
1000
85
50
60
20
1000
90
65
75
27
1000
Kalori
g
g
Mmol
Mmol
Mmol
Mg
Mg
Mosm/l
750
9
13
36
6
4.3
20
2.5
5
36
413
1000
29
42
59
19
7.3
23
2.5
12
53
419
1350
33
48
63
22
8
30
3.4
10
57
508
NILAI GIZI
Energi
Protein
Lactosa
Potasium
Sodium
Magnesium
Seng
Copper
% energi protein
% energi lemak
Osmolality
Keterangan :
F75 : Setiap 100 ml mengandung 75 kalori
F100 : Setiap 100 ml mengandung 100 kalori
F135 : Setiap 100 ml mengandung 135 kalori
26
Tabel 4
FASE
Bahan Makanan
Susu skim bubuk (g)
Susu full cream (g)
Susu sapi segar (ml)
Gula pasir (g)
Tepung beras (g)
Tempe (g)
Minyak sayur (g)
Margarine (g)
Lar. Elektrolit (ml)
Tambahan air (L)
STABILISASI
F75
I
25
70
35
27
20
1
F75
II
35
70
35
17
20
1
F75
III
300
70
35
17
20
1
TRANSISI
REHABILITASI
F100
M1
MII
F135
MIII
100
50
25
1
110
50
30
20
1
100
50
50
1
100
50
50
1
25
75
50
150
60
27
1
120
75
50
1
*) M : Modisco
27
Keterangan :
1. Fase stabilisasi diberikan Formula WHO 75 atau modifikasi.
Larutan Formula WHO 75 ini mempunyai osmolaritas tinggi sehingga
kemungkinan tidak dapat diterima oleh semua anak, terutama yang mengalami
diare. Dengan demikian pada kasus diare lebih baik digunakan modifikasi Formula
WHO 75 yang menggunakan tepung
2. Fase transisi diberikan Formula WHO 75 sampai Formula WHO 100 atau
modifikasi
3. Fase rehabilitasi diberikan secara bertahap dimulai dari pemberian Formula
WHO 135 sampai makanan biasa
CARA MEMBUAT
1. Larutan Formula WHO75
Campurkan susu skim, gula, minyak sayur, dan larutan elektrolit, diencerkan
dengan air hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai homogen dan volume
menjadi 1000 ml. Larutan ini bisa langsung diminum
Larutan modifikasi :
Campurkan susu skim/full cream/susu segar, gula, tepung, minyak. Tambahkan air
sehingga mencapai 1 L (liter) dan didihkan hingga 5-7 menit.
2. Larutan Formula WHO 100 dan modifikasi Formula WHO 100
Cara seperti membuat larutan Formula WHO 75
Larutan modifikasi :
Tempe dikukus hingga matang kemudian dihaluskan dengan ulekan (blender,
dengan ditambah air). Selanjutnya tempe yang sudah halus disaring dengan air
secukupnya. Tambahkan susu, gula, tepung beras, minyak, dan larutan elektrolit.
Tambahkan air sampai 1000 ml, masak hingga mendidih selama 5-7 menit.
3. Larutan elektrolit
Bahan untuk membuat 2500 ml larutan elektrolit mineral, terdiri atas :
KCL
224 g
Tripotassium Citrat
81 g
MgCL2.6H2O
76 g
Zn asetat 2H2O
8,2 g
Cu SO4.5H2O
1,4 g
Air sampai larutan menjadi 2500 ml (2,5 L)
Ambil 20 ml larutan elektrolit, untuk membuat 1000 ml Formula WHO 75,
Formula WHO 100, atau Formula WHO 135.
28
D.
TINDAK LANJUT
1. Merujuk ke Puskesmas.
2. Merencanakan pemberdayaan keluarga.
29
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Departemen Keseharan RI, Petunjuk Teknis Bagi Bidan Desa Program Jaring
Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK).
30
Lampiran 1
RS
BB N
Naik
KEP
RINGAN
Pusat Pemulihan
Gizi
(PPG)
BGM +
PENYAKIT
KEP
RINGAN
SEMBUH
PERLU PMT
SEMBUH
KELUARGA
UMPAN BALIK
Posyand
u
GIZI BURUK
KMS K
BGM + Tanda-tanda
POZI
Puskesmas
GIZI
BURUK
KETERANGAN :
PMT = PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BB = BERAT BADAN
KMS = KARTU MENUJU SEHAT
KEP = KEKURANGAN ENERGI-PROTEIN
31
Puskesmas
Lampiran 2a
W1
Pr
Ka
Pr
) *)
)
)
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Dati II
Kecamatan
Dati II
: .... / ...../ 19
*)
.. .
*)
...
.. penderita
.. kematian tersangka penyakit :
DIARE
CAMPAK
HEPATITIS
RABIES
DIPTERI
TETANUS
NEONATORIUM
POLIO
CHOLERA
INCEPALITIS
PES/ANTRAX
DHF
PERTUSIS
MALARIA
MENINGITIS
KERACUNAN
DSS
TETANUS
FRAMBOESIA
TYPHUS ABD
..
Dengan gejala-gejala :
Muntah-muntah
panas
Berak-berak
batuk
Menggigil
pilek
Turgor jelek
pusing
Kaku kuduk
Kesadaran )
Menurun )
pusing
Sakit perut
Mulut sukar
Dibuka
)
)
Bercak putih
pada pharinx
)
)
)
)
Perdarahan
Hydro-phoby
Kejang-kejang
Bercak merah )
dikulit
)
Shock
lumpuh
Batuk beruntun
icterus
32
SIFAT : RAHASIA
LAPORAN RINCIAN
Lampiran W 1
1.
: (Contoh : A.B.C)
2.
Nama penderita
(INISIAL)
Umur
3.
Jenis Kelamin
4.
Kebangsaan
5.
Nomor paspor/KTP
6.
Pekerjaan
7.
Alamat
a. di Indonesia
b. di negara asal
:
:
:
8.
Tanggal ditemukan
9.
Keadaan sekarang
: Hidup/Meninggal
:
:
: a.
b.
c.
d.
KONTAK PERSON
TANGGAL KEJADIAN
TEMPAT
a.
b.
c.
d.
e.
19 .
Kepala ..
( )
TEMBUSAN KEPADA YTH. :
1.
2.
Kakandepkes/Kadinkes Dati II
Kakanwil/Kadinkes Dati I.
33
Lampiran 2b
Peran Surveilans Dalam Penanggulangan KLB Penyakit Menular & Keracunan
Laporan Mingguan Wabah
No. ..
W 2
Difteri
Pertusis
Campak
Rabies
Tet. noe
AFP
**)
Polio/AFP
Nama
Desa
Pes
: .. Kode Puskesmas : ..
DHF
Puskesmas
Kolrela
: Tahun : *)
Diare
Minggu ke
ke **)Minggu
Kode Desa
Kepada Yth.
Kepala Dinas Kesehatan Dati II :
10
11
12
13
14
15
Kepala Puskesmas
(. )
NIP. :
34
Lampiran 3
Nama anak:
Umur/tanggal lahir:
Jenis kelamin : pria / wanita
Nama ayah :
No rekam medik:
Saat lahir:
Tinggi Badan : Cm Berat Badan :
Saat lahir:
Tinggi Badan : Cm Berat Badan :
Nama ibu :
Kg
Kg
Alamat:
Pendidikan ayah/ibu:
Pekerjaan ayah/ibu:
Agama:
Daerah asal:
35
Lampiran 4
Nama: ______________________
No
Bahan Makanan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Nasi
Jagung
Mie
Roti
Biskuit/roti kering
Kentang
Singkong/ubi
Tempe/tahu
Oncom
Kacang kering
Ayam
Daging sapi
Daging diawet
Bakso
Ikan basah
Ikan asin
Udang segar
Telur ayam/bebek
Sayuran hijau
Sayur kacangan
Sayur tomat/wortel
Sayur lain
Pisang
Pepaya
Jeruk
Buah segar lain
Buah awet
Susu segar
Susu kental manis
Tepung susu whole
Tepung susu skim
Es krim
Keju
Minyak/gorengan
Kelapa/santan
Margarin/mentega
Teh manis/gula
Kue basah
Sirop
Minuman botol ringan
Tanggal:_____/____/_______
Contoh/porsi
Gram
100
50
100
80
50
200
100
50/100
50
25
50
50
25
50
50
25
50
50
50
50
50
50
75
100
100
URT
gls
gls
1 gls
2 ptg
5 bh
2 bh
1 pt
1 pt
1 pt
2 sdm
1 pt
1 pt
1 pt
5 bh
1 pt
pt
2 sdm
1 bt
50
200
50
20
20
60
25
5
50
5
10
50
20
250
gls
1 gls
gls
4 sdm
4 sdm
1 cup
1 ptg
sdm
5 sdm
sdm
1 sdm
1 pt
2 sdm
1 btl
Frekwensi per
Hari
Mg
Bln
Gram/
Makan
Frek/
Hari
Gram/
Hari
Tdk
1 bh
1 pt
1 bh
36
Lampiran 5
Contoh Menu
1.
Pukul 14.00
Pukul 16.00
Pukul 20.00
Pukul 22.00
Sari pepaya
Bubur tepung beras
Pepes ayam + bayam cincang
Formula WHO/pengganti
Formula WHO/pengganti
Pukul 10.00
Pukul 12.00
37
Nilai Gizi:
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
=
=
=
=
277 Kkal
10,2 g
14,5 g
25 g
10.00
12.00
15.00
18.00
21.00
Menu ke I
Susu/formula WHO/
pengganti
Bubur kaldu ayam
Tahu bacem
Minum manis
Kue talam manis
Bubur nasi
Pisang
Getuk Ubi merah
Bubur beras
Pepes teri
Tumis kangkung
Formula WHO/pengganti
Menu ke II
Susu /formula WHO/pengganti
Sawut singkong+kelapa muda parut
Tempe kripik
Minum manis
Nagasari
Bubur Manado (beras+ikan +bayam)
Pepaya
Cendol
Frikadel jagung (jagung+terigu telur)
Sup wortel + buncis
Formula WHO/pengganti
38
Lampiran 6
2
1
50
40
liter
pak
gram
cc
Setiap 1 liter cairan ReSoMal ini mengandung 45 mEq Na, 40 mEq K dan 1,5 mEq Mg
(*) : Bubuk WHO ORS untuk 1 liter mengandung 3,5 g NaCL, 2,9 g trisodium
citrat dihidrat, 1,5 g KCL dan 20 g glukosa
(**) : Larutan elektrolit mineral terdiri atas :
KCL
224 gr
Tripotassium citrat
81
gr
MgCL2.6H2O
76 gr
Zn asetat 2H2O
8,2 gr
CuSO4.5 H2O
1,4 gr
Air sampai larutan menjadi 2500 ml
Bila tidak memungkinkan untuk membuat larutan elektrolit/mineral seperti di atas, sebagai
alternatif atau pengganti ReSoMal dapat dibuat larutan sebagai berikut:
Air
2
liter
Bubuk WHO-ORS untuk 1 liter (*)
1
pak
Gula pasir
50
gr
Bubuk KCL
4
gr
Atau bila sudah ada WHO-ORS yang siap pakai (sudah dilarutkan), dapat dibuat larutan
pengganti sebagai berikut:
Larutan WHO-ORS
1
liter
Air
1
liter
Gula pasir
50
gr
Bubuk KCL
4
gr
Oleh karena larutan pengganti tidak mengandung Mg, Zn, dan Cu, maka berikan makanan
yang merupakan sumber mineral tersebut. Dapat pula diberikan MgSO4 50% secara
intramuscular 1 X dengan dosis 0.3 ml/Kg BB dengan maksimum 2 ml.
39
Lampiran 7
Modisco
I
Modisco
II
Modisco
III
Susu skim: 10 gr
Gula pasir: 5 gr
Susu skim: 10 gr
Gula pasir: 5 gr
Minyak: 5 gr ( sdm)
Margarine: 5 gr
Diberikan
pada:
KEP berat + Edema
Diberikan:
100
Kkal/kg BB/hari
Diberikan pada
KEP tanpa edema
Diberikan: 125
Kkal/kg BB/hari
40
Lampiran 8
KEBUTUHAN ENERGI DAN PROTEIN SEHARI ANAK UMUR 1-12 TAHUN
Umur
(tahun)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Laki-laki
10
11
12
Perempuan
10
11
12
Berat Badan
Energi
(kg)
Kkal/kg/hari Kkal/org/hari
8.9
105
900
11.2
100
1100
13.1
100
1300
14.8
98
1500
16.5
91
1500
19.4
86
1700
21.7
82
1800
24.1
78
1900
26.5
75
2000
Protein
Gr/kg/hr Gr/org/hr
2.5
22
28
33
3.0
44
50
59
2.8
61
67
74
29.3
31.7
34.5
74
71
67
2200
2300
2300
2.0
59
63
69
28.7
32.2
35.5
68
62
57
2000
2000
2000
2.0
57
64
70
41
1100 Kkal
Urt
1
1
2
1
1
1
2
3
6
Gls
Bh
Sdm
Btr
Ptg
Ptg
Gls
Bh
Sdm
Sdm
Sdm
1155
37
37
170
0,5
9
7389
0,5
41
1300 Kkal
g
200
10
10
25
50
25
100
100
15
30
30
urt
1
2
2
1
2
1
2
2
3
6
gls
Bh
Sdm
Btr
Ptg
Ptg
Gls
Bh
Sdm
Sdm
Sdm
1370
44
45
202
0,5
12
7402
0,6
41
1500 Kkal
g
250
20
10
25
50
50
100
100
20
30
30
urt
2
2
2
1
1
2
2
1
2
2
3
6
Gls
Bh
Sdm
btr
Ptg
Ptg
sdm
Gls
Bh
Sdm
Sdm
Sdm
1555
52
48
230
0,5
13
7651
0,8
42
1700 Kkal
g
300
20
10
50
50
50
15
100
100
20
30
30
urt
21/3
2
3
1
1
2
2
1
3
2
3
6
gls
bh
Sdm
Btr
Ptg
Ptg
Sdm
Gls
Bh
Sdm
Sdm
Sdm
1780
60
52
269
0,6
14
7739
0,8
43
1900 Kkal
g
350
20
15
50
75
50
20
100
150
20
30
30
urt
3
2
3
1
2
2
2
1
3
2
3
6
Gls
Bh
Sdm
btr
Ptg
Ptg
Gls
Bh
Sdm
Sdm
Sdm
1970
67
60
289
0,6
15
7746
1,0
43
2100 Kkal
g
400
20
15
50
100
50
20
100
150
25
30
30
urt
31/3
2
3
1
2
3
2
1
3
2
3
6
gls
Bh
Sdm
btr
Ptg
Ptg
Gls
Bh
Sdm
Sdm
Sdm
2130
76
62
319
0,7
19
11026
1,1
62
g
450
20
15
50
100
75
25
150
150
25
30
30
1100 Kkal
1300 Kkal
Urt
1/3
Gls
Btr
Gls
Sdm
Sdm
Sdm
1
1
Sdm
bh
1
1
Gls
Ptg
Ptg
Gls
Sdm
bh
2
1
2
Sdm
Sdm
bh
Gls
Ptg
Gls
Sdm
Bj
Sdm
Sdm
urt
50
25
25
5
10
5
1
1
1500 Kkal
g
urt
3/4
3/4
1
1
1
Sdm
Sdm
Bh
15
10
50
2/3
1
1
Gls
Ptg
Ptg
Gls
Sdm
Bh
2
1
2
Sdm
Sdm
Bh
2/3
Gls
Ptg
Gls
Sdm
-
100
25
50
10
Bj
Sdm
Sdm
20
5
50
2
1
1
Sdm
Sdm
Bh
1
1
2
1
1
Gls
Ptg
Ptg
Gls
Sdm
bh
3
1
2
Sdm
Sdm
Bh
75
25
1
1
200
75
50
5
1/4
Gls
Ptg
Gls
Sdm
-
50
5
10
5
10
bj
Sdm
Sdm
20
5
10
75
25
25
50
5
50
10
10
10
25
10
50
200
75
50
50
5
50
15
10
10
1
1/4
100
25
25
50
10
50
10
10
10
1900 Kkal
urt
100
50
25
5
10
5
10
1
g
Gls
Btr
Gls
Sdm
Sdm
Sdm
Gls
Btr
Gls
Sdm
Sdm
Sdm
150
50
25
5
10
5
1700 Kkal
g
urt
100
50
25
5
10
5
3/4
Gls
Btr
Gls
Sdm
Sdm
Sdm
2
1
1
Sdm
Sdm
Bh
20
10
50
1
1
1
1
Gls
Ptg
Ptg
Gls
Sdm
bh
3
1
2
Sdm
Sdm
Bh
1
1
1
1
Gls
Ptg
Ptg
Gls
Sdm
bh
bj
Sdm
Sdm
1
1/4
2100 Kkal
g
urt
100
50
25
5
10
5
1
1
Gls
Btr
Gls
Sdm
Sdm
Sdm
Gls
Btr
Gls
Sdm
Sdm
Sdm
2
1
1
Sdm
Sdm
Bh
20
10
50
2
1
1
Sdm
Sdm
Bh
1
1
1
1
1
1
Gls
Ptg
Ptg
Gls
Sdm
bh
1
1
Gls
Ptg
Ptg
Gls
Sdm
Bh
3
1
2
Sdm
Sdm
Bh
3
1
2
Sdm
Sdm
Bh
150
50
25
50
10
50
1
1
150
50
25
50
10
50
1
1
1
1
Gls
Ptg
Ptg
Gls
Sdm
bh
1
1
Gls
Ptg
Ptg
Gls
Sdm
bh
150
50
25
50
10
50
20
5
10
bj
Sdm
Sdm
20
5
10
bj
Sdm
Sdm
20
5
10
150
50
25
50
10
50
15
10
10
1
1/4
150
50
25
50
10
50
15
10
10
150
50
25
5
10
5
25
10
50
150
50
25
50
10
50
15
10
10
44
Lampiran 4
PEMANTAUAN KASUS GIZI BURUK
NAMA RUMAH SAKIT : ______________________________
NAMA PASIEN
: ______________________________
NAMA ORANG TUA : ______________________________
USIA
: ________________________(Tahun)
NO. REGISTER
: _______________________________
JENIS KELAMIN
ALAMAT
: __________________(L/P)
: ______________________________
_______________________________
MASALAH/DIAGNOSA
1.
2.
Hari ke-1
Setiap hari
& sebelum pulang
Setiap hari
Hari
Hari ke-7
CATATAN PEMBERIAN DIET & GIZI SELAMA PEMBERIAN (Diisi setiap hari)
CATATAN PEMBERIAN NUTRISI
Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-3
Formula (sebutkan jenis & frekwensi)
Asupan formula (sebutkan cc/hari)
Makanan (diet & frekwensi)
Asupan makanan (sebutkan %)
Keluhan : muntah, diare, menolak
Hari ke-8
Hari ke-9
Hari ke-10
KESAN TERHADAP FORMULA
Suka / Tidak Suka
Sumber: RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
F 75
Hari ke-10
F - 10
F - 135
Hari ke-11
Hari ke-4
Hari ke-5
Hari ke-6
Hari ke-7
Hari ke-11
Hari ke-12
Hari ke-13
Hari ke-14
Jakarta,
Penanggung Jawab,
1. Dokter
___________________
2. Dietisien ___________________
3. Perawat ___________________
45
46
Lampiran 11
JUMLAH FORMULA F-75 YANG DIBERIKAN SETIAP KALI MAKAN
(untuk mencapai total 100 Kkal/kg/hari)
Jumlah Formula F-75 setiap kali makan (ml)
BB Anak (KG)
2.0
2.2
2.4
2.6
2.8
3.0
3.2
3.4
3.6
3.8
4.0
4.2
4.4
4.6
4.8
5.0
5.2
5.4
5.6
5.8
6.0
6.2
6.4
6.6
6.8
7.0
Setiap 2 jam
(12 x makan)
20
25
25
30
30
35
35
35
40
40
45
45
50
50
55
55
55
60
60
65
65
70
70
75
75
75
Setiap 3 jam
8 x makan)
30
35
40
45
45
50
55
55
60
60
65
70
70
75
80
80
85
90
90
95
100
100
105
110
110
115
Setiap 4 jam
(6 x makan)
45
50
55
55
60
65
70
75
80
85
90
90
95
100
105
110
115
120
125
130
130
135
140
145
150
155
47
7.2
7.4
7.6
7.8
8.0
8.2
8.4
8.6
8.8
9.0
9.2
9.4
9.6
9.8
10.0
80
80
85
85
90
90
90
95
95
100
100
105
105
110
110
120
120
125
130
130
135
140
140
145
145
150
155
155
160
160
160
160
165
170
175
180
185
190
195
200
200
205
210
215
220
Lampiran 12
Penasehat :
Dr. Dini K. Latief, M.Sc
Dr. Muharso, MPH
Dr. Bambang Guntur Hamurwoto
Tim Penyusun :
Dr. Sri S. Nasar, SpAK
Dr. Emelia Hamzah, SpAK
Budi Hartati, SKM, M.Kes
Dr. Endang Peddyawati, MSc
Dr. H. Naswar Nazar, MPHM
Nursiah A. Ganie, MSc
Drs. Arizal, MCN
49