Professional Documents
Culture Documents
Batu kandung empedu telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu dan
pada abad ke-17 telah dicurigai sebagai penyebab penyakit pada
manusia. Penyakit batu empedu (kolelitiasis) merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas di dunia. Angka prevalensi kolelitiasis bervariasi
di dunia tergantung pada lokasi geografis yang spesifik dan faktor etnis.
Penduduk asli Amerika, pada umumnya dan suku Pimas Amerika Utara
memiliki kemungkinan resiko tinggi pembentukan batu empedu. 2
Penyakit batu empedu sudah merupakan masalah kesehatan yang penting
di negara barat dengan angka kejadian lebih dari 20% populasi dan
insiden meningkat dengan bertambahnya usia.3,4 Di Amerika Serikat,
terhitung lebih dari 20 juta orang Amerika dengan batu empedu dan dari
hasil otopsi menunjukkan angka kejadian batu empedu paling sedikit 20%
pada wanita dan 8% pada laki-laki di atas umur empat puluhan. 7 Di
Inggris, sekitar 5,5 juta orang dengan batu empedu dan dilakukan lebih
dari 50 ribu kolesistektomi tiap tahunnya.5 Sedangkan di Indonesia baru
mendapatkan perhatian di klinis, sementara publikasi penelitian batu
empedu masih terbatas. Sebagian besar pasien dengan batu empedu
tidak mempunyai keluhan. Risiko penyandang batu empedu untuk
mengalami gejala dan komplikasi relatif kecil. Walaupun demikian, sekali
batu empedu mulai menimbulkan serangan nyeri kolik yang spesifik maka
resiko untuk mengalami masalah dan penyulit akan terus meningkat. 3
Batu empedu umumnya ditemukan di dalam kandung empedu, tetapi
batu tersebut dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam saluran
empedu menjadi batu saluran empedu dan disebut sebagai batu saluran
empedu sekunder.3 Semenjak penemuan ultrasonografi, tercatat bahwa
batu empedu merupakan hal yang umum diderita pada pasien sirosis.
Berbagai penelitian telah menghubungkan kejadian kolelitiasis dengan
sirosis hepatis. Frekuensi kejadian kolelitiasis pada penderita sirosis 4-5
kali lebih banyak dibandingkan populasi umum tanpa sirosis. 8,9 Dimana
patogenesis fenomena ini masih belum jelas. Dari hasil penelitian Naheed
dan coklat tergantung komposisi kimia dan penampakan batu. Batu ini
juga dibedakan berdasarkan patogenesis dan manifestasi klinisnya. 7
Tiga faktor utama dalam pembentukan batu kolesterol antara lain
perubahan komposisi empedu hepar, pembentukan inti kolesterol dan
gangguan fungsi kandung empedu.
Peranan infeksi walaupun infeksi dikatakan menjadi faktor penting
dalam pembentukan batu kolesterol, DNA bakteri ditemukan dalam batu
ini. Secara konsep, bakteri mungkin terdekonjugasi dalam garam empedu
selama absorpsi dan penurunan kelarutan kolesterol. Infeksi bilier
berperan dalam pembentukan batu pigmen coklat, mayoritas
mengandung bakteri pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
Umur peningkatan prevalensi kolelitiasis secara bermakna tiap
tahunnya, kemungkinan peningkatan isi kolesterol dalam empedu. Pada
umur 75 tahun, 20% laki-laki dan 35% wanita memiliki kolelitiasis.
Kolelitiasis kedua batu pigmen dan tipe kolesterol sudah dilaporkan pada
anak.
Genetik pasien dengan kolelitiasis secara relatif frekuensi batu
meningkat dua sampai empat kali, tidak tergantung pada umur, berat
badan dan diet mereka. Alel apoE4 lipoprotein E memiliki predisposisi
pembentukan batu kolesterol. Frekuensi apoE4 lebih tinggi pada pasien
dengan riwayat kolesistektomi dibandingkan penderita tanpa batu
empedu. Adanya apoE4 memiliki prediksi kekambuhan batu secara cepat
setelah litotripsi. Mekanisme ini masih belum jelas walaupun
apolipoprotein E mungkin memainkan peranan absorpsi lipid diet,
transport dan distribusi ke jaringan. ApoE4 tidak dihubungkan dengan
pembentukan kolelitiasis baru selama kehamilan.11
Obesitas sindrom metabolik pada obesitas, resistensi insulin, diabetes
mellitus tipe II, hipertensi dan hiperlipidemia erat kaitannya dengan
peningkatan sekresi kolesterol hepar dan merupakan faktor resiko
terjadi pada pasien dengan anemia hemolitik dan sirosis. Batu pigmen
coklat jarang terjadi, dibentuk dalam saluran empedu intrahepatik dan
ekstrahepatik sama halnya yang terjadi pada kandung empedu. Batu
pigmen coklat dibentuk dari stasis dan infeksi dalam sistem empedu oleh
bakteri E. coli dan Klebsiella spp. Klasifikasi batu empedu dapat dilihat
pada Tabel 1.
Table 1. Klasifikasi Batu Empedu11
Lokasi
Kolesterol
Pigmen hitam
Kandung empedu,
duktus
Kandung
empedu, duktus
Pigmen coklat
Batu Pigmen
Istilah batu pigmen empedu digunakan untuk batu yang mengandung
kolesterol kurang dari 30%. Terdapat dua tipe yaitu batu pigmen hitam
dan coklat.
Batu pigman hitam sebagian besar mengandung pigmen bilirubin polimer
terlarut dengan kasium fosfat dan karbonat. Tidak mengandung
kolesterol. Mekanisme pembentukan batu masih belum jelas, tetapi
hipersaturasi empedu dengan bilirubin terkonjugasi, mengubah pH dan
kalsium dan overproduksi matrik organik (glikoprotein) juga berperan.
Dari semua kasus, 20-30% kolelitiasis adalah batu pigmen coklat. Insiden
ini meningkat dengan bertambahnya umur. Batu empedu hitam biasanya
menyertai hemolisis kronis, biasanya pada penyakit sickle
cell atau spherocytosis herediter dan prostese mekanik misalnya pada
katup jantung dalam sirkulasi. Semua penyakit tersebut diatas
menunjukkan peningkatan prevalensi dengan segala bentuk sirosis
khususnya alkoholik.
Batu pigmen coklat mengandung kalsium bilirubinat, kalsium palmitat dan
stearat seperti halnya kolesterol. Bilirubinat dipolimeralisasi tidak seluas
batu hitam. Batu coklat jarang ditemukan dalam kandung empedu. Batu
ini terbentuk di duktus biliaris dan berhubungan dengan stasisnya
empedu dan infeksi empedu. Penampakan biasanya radiolusen. Bakteri
ditemukan lebih dari 90%. Pembentukan batu berhubungan dengan
dekonjugasi bilirubin diglukuronide oleh bakteri -glukoronidase. 11
2.
3.
Batu pigmen terdiri atas sebagian besar kalsium bilirubinat (50%) yang
memberikan warna hitam atau coklat pada empedu. Batu hitam juga
mengandung kalsium karbonat dan fosfat, dimana batu coklat juga
mengandung stearat, palmitat dan kolesterol. Peningkatan jumlah
bilirubin tak terkonjugasi pada empedu, yang dipecahkan hanya
dalam micelles, ini merupakan penyebab utama pembentukan batu
empedu, dimana normalnya mengandung hanya 1-2% dalam empedu.
Adapun sebagai penyebab meningkatnya konsentrasi bilirubin tidak
terkonjugasi adalah:
1.
demam, leukositosis atau tanda peritoneal akut. Adanya gejala ini atau
nyeri bilier lebih lama dari 4 sampai 6 jam, kemungkinan kecurigaan
kolekistitis akut.7 Kolik bilier timbul akibat desakan batu empedu pada
duktus kistikus selama kontraksi kandung empedu, peningkatan tekanan
dinding kandung empedu. Konstraksi kandung empedu ini timbul akibat
pelepasan kolekistokinin yang dirangsang oleh diet lemak. 4 Pada
kebanyakan kasus, obstruksi akan kembali ke relaksasi kandung empedu
dan nyeri akan mereda. Nyeri bersifat konstan dan tidak ditimbulkan oleh
muntah, antasid, defekasi atau perubahan posisi. Nyeri ini diikuti oleh
mual dan muntah.12
Gejala komplikasi kolesistitis akut maupun kronis terjadi bila batu
menyumbat dan terjepit dalam duktus kistikus menyebabkan kandung
empedu menjadi distensi dan inflamasi progresif. Pasien akan merasakan
nyeri kolik biliaris tetapi secara spontan hilang timbul dan kadang akan
memberat. Pertumbuhan koloni bakteri yang banyak pada kandung
empedu sering terjadi, dan pada kasus yang berat, akumulasi pus dalam
kandung empedu yang dikenal dengan empiyema kandung empedu.
Dinding kandung empedu akan menjadi nekrotik kemudian timbul
perforasi dan abses polikistik. Kolekistitik akut merupakan kedaruratan
bedah, walaupun nyeri dan inflamasi dapat ditangani secara konservatif
seperti dengan hidrasi dan antibiotik. Jika serangan akut timbul secara
spontan, inflamasi kronis berubah berlangsung lama dengan eksaserbasi
akut.11,12
Fistula biliaris interna atau fistula kolekistoenterik merupakan komplikasi
penyerta migrasi batu empedu akut atau biasanya kronis. Batu kandung
empedu dapat lolos ke dalam saluran cerna melalui terbentuknya fistel
kolesitoduodenal. Apabila batu empedu cukup besar dapat menyumbat
pada bagian tersempit saluran cerna (ileum terminal) dan menimbulkan
ileus obstruksi.2
Diagnosis
Anamnesis
2.
3.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Medicine. Avaliable
from :http://content.nejm.org/cgi/content/full/351/22/2318. Last
update 25 November 2005 (diakses pada tanggal 22 Maret 2008).
14.
15.