Professional Documents
Culture Documents
BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Bentuk Keluarga
: Nuclear Family
Tn. Hadi
sunarto
Ny.
Karsini
Miatun K
Nasuhud
KK
55 th
SR
Petani
Pasien
Klinik
-
Istri
51 th
SD
Petani
DM
Anak
Anak
P
L
25 th
21 th
SMK
SMP
Supir taxi
Tinggal
di
jakarta
Ket
-
BAB II
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang
perempuan berusia 51 tahun yang pernah menjalani pengobatan di Puskesmas II
Kemranjen. Ibu tersebut menderita Diabetes Melitus tipe 2 dan sudah 3 bulan
tidak kontrol dan berobat ke pelayanan kesehatan.
WHO (1998) memperkirakan jumlah orang dengan diabetes di Indonesia
akan meningkat hampir 250 % dari 5 juta di tahun 1995 menjadi 12 juta di tahun
2025. Perkiraan ini akan menjadi kenyataan apabila tidak ada upaya kita semua
untuk mencegah atau paling tidak mengeliminasi faktor-faktor penyebab
meningkatnya
jumlah
kasus
tersebut.
Maka
penting
bagi
kita
untuk
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. K
Umur
: 51 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Status
: Sudah menikah
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Kewarganegaraan
: Indonesia
Pekerjaan
: Petani
Pendidikan
: SMP
Penghasilan/bulan
: Rp 800.000
Alamat
Tanggal periksa
: 10 Juni 2014
C. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Durasi
: sepanjang hari
Frekuensi
:-
Kuantitas
3.
Kualitas
Yang memperberat
:-
Yang memperingan
:-
Radiasi
:-
Gejala penyerta
Riwayat penyakit
Riwayat mondok
: Disangkal
Disangkal
-
Riwayat pengobatan
tidak
rutin
sekali
memeriksakan
gula
darah sewaktu
4.
Riwayat operasi
: Disangkal
Riwayat hipertensi
: Disangkal
Orang tua
Keluarga
: Disangkal
5.
Saudara
: Disangkal
Community
Hobby
Personal habit :
pasien
mengaku
tidak
terbiasa
Diet
Drug
Riwayat Gizi :
Pasien makan sebanyak 3 x sehari. pasien mengurangi mengkonsumsi
nasi digantikan dengan ketela dan kentang rebus, disertai makan sayursayuran seperti kangkung dan buncis, dan lauk pauk sederhana seperti tahu,
tempe dan telur ayam.
7.
Riwayat Psikologi :
Pasien termasuk orang yang memiliki sifat periang. Apabila ada
masalah, pasien senang menceritakan masalah pribadinya kepada suami dan
anak-anak. Penyakit tampak tidak terlalu mengganggu psikologis pasien.
8.
Riwayat Ekonomi :
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah. Pekerjaan suami
pasien sebagai petani. Pasien juga membantu bekerja sebagai petani. Kedua
anaknya sudah merantau di Jakarta dan mengunjunginya setiap 5 bulan sekali
dan ikut menunjang kebutuhannya sehari-hari.
9.
Riwayat Demografi :
Hubungan antara pasien dengan keluarganya dapat dikatakan harmonis.
Hal tersebut dapat terlihat dari cara berkomunikasi pasien dengan suaminya
yang tampak baik dan bagaimana cara pasien menceritakan keluarganya
terutama perhatian anak-anaknya terhadap kedaan orang tua mereka.
10.
Riwayat Sosial :
Penyakit yang diderita pasien dirasakan mengganggu aktivitas karena
membatasi aktivitasnya sebagi petani, selain itu pasien harus rutin minum obat
dan kontrol ke puskesmas atau rumah sakit. Hubungan pasien dengan
tetangganya terjalin dengan baik. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil tanya
jawab dengan tetangga pasien yang mengerti keadaan pasien.
11.
Review of System :
a. Keluhan Utama
c. Kepala
Penglihatan agak
kabur.
e. Hidung
f. Telinga
cairan (-)
g. Mulut:
batuk (-)
j. Sistem Kardiovaskuler
Nyeri dada
Mual
(-)
k. Sistem Gastrointestinal
(-),
Lemas (-)
m. Sistem Genitourinaria
Kencing ()
: Atas :
Bengkak
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Baik, kesadaran Compos Mentis, status gizi kesan kurang.
2. Tanda Vital
a.
b.
Nadi
c.
RR
d.
Suhu
: 80 x /menit, regular
: 20 x /menit
: 36,8O C
3. Status gizi
a.
BB
: 40 kg
b.
TB
: 150 cm
: kurang.
4. Kulit
7. Telinga
8. Hidung
9. Mulut
10. Tenggorokan
: Radang (-)
11. Leher
(-)
12. Thoraks
Jantung
Inspeksi
:
: Bentuk dada normal simetris, benjolan (-), jejas (-),
lesi (-)
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: Kardiomegali (-),
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
14. Abdomen
Inspeksi
: Datar, asites (-), benjolan (-), lesi (-), jejas (-), tanda
radang (-)
Auskultasi
Palpasi
: Nyeri tekan pada ulu hati (+), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
: Timpani normal
15. Genitalia
: Tidak dilakukan
16. Anorektal
: Tidak dilakukan
17. Ekstremitas
Superior
Inferior
Fungsi Vegetatif
Fungsi Sensorik
Fungsi motorik
K
RF
RP -
Kesadaran
Afek
: Appropriate
Psikomotor
: Normoaktif
Insight
: Baik
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Disarankan untuk melakukan pemeriksaan penunjang:
Cek GDS teratur untuk monitor kadar gula darah. Pemeriksaan kadar gula
terakhir tanggal 10 Juni 2014 adalah sebesar 236 mg/dl.
Tes lab fungsi jantung dan ginjal.
F. RESUME
Penderita Ny. K usia 51 tahun, tinggal dalam satu rumah bersama suami,
sehingga bentuk keluarga disebut nuclear family. Diagnosis pasien adalah
Diabetes Melitus tipe 2. Kondisi psikologi keluarga cukup baik, yang terlihat dari
antusias suami dari pasien yang menemani saat pasien sakit. Status ekonomi
pasien termasuk kelas menengah. cukup memenuhi kriteria rumah sehat dengan
jumlah ventilasi yang cukup, kelembaban yang baik, pencahayaan yang baik,
memiliki lantai dan atap yang mudah dibersihkan, serta memiliki sumber air
bersih dan jamban sendiri, namun hewan ternaknya masih dibiarkan berada di
dapur. Pasien cukup dekat dengan suaminya. Pasien dan suaminya bekerja
sebagai petani.
G. DIAGNOSTIK HOLISTIK
1. Aspek Personal
Pasien mengeluh baal pada ujung-ujung jari tangan kiri yang sudah
berlangsung selama 1 minggu yang dirasa mengganggu aktivitas.
Idea
Concern
10
Expectacy
Anxiety
2. Aspek Klinis
Diagnosa
11
yang mereka derita, dan gaya hidup sehat untuk mengendalikan gula
darahnya. Pasien berasal dari golongan ekonomi kelas menengah. Hal tersebut
membuat pasien terkadang terlambat dalam mengakses pelayanan kesehatan.
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Pasien mengeluh baal, lemas, poliuri dan penyakit DM-nya dirasa
cukup mengganggu pekerjaan pasien sebagai petani dan beraktivitas dirumah.
F. PENATALAKSANAAN
1.
2. Dukungan Psikologis
Selama menjalani pengobatan dan kontrol di puskesmas, pasien mendapat
dukungan psikologis dari keluarga terutama suami yang sering mengingatkan
pasien untuk teratur minum obat dan kontrol ke puskesmas. Anak-anaknya
yang merantau juga rutin mengirimkan biaya hidup untuk menunjang
orangtuanya Selain itu, pasien juga mendapatkan dukungan psikologis dari
sesama pasien DM, dokter dan tenaga medis lainnya.
3. Medika mentosa
a. Glibenclamide 5 mg tablet-1-0-0
b. Metformin 500 mg tablet 3x1
c. Neurodex tablet 3 x 1
d. Vitamin Bcompleks tablet 2x1
12
4. Promosi Kesehatan
a. Menghimbau untuk rutin berolah raga
b. Konseling mengenai penyakit yang diderita pasien.
c. Kiat-kiat diet yang baik sesuai kebutuhan pasien.
5. Modifikasi Gaya Hidup
a. Hindari atau mengurangi makanan yang memiliki indeks gula tinggi
seperti mengganti nasi putih dengan nasi merah, mengganti gula dengan
pemanis buatan, dsb.
b.
Menghindari stress.
H. FOLLOW UP
Jumat 13 Juni 2014
S : keluhan baal belum berkurang, lemes (-), poliuri (-)
O : Keadaan umum tampak baik, mata cekung (-), air mata (+), mulut basah,
tidak tampak haus, turgor kulit kembali cepat (<1 detik), nyeri tekan pada
bagian ulu hati (-),
VS
: Tensi
Nadi
130/70
: 72
mmHg
x/mnt
RR
: 20 x/mnt, reguler
Suhu : 36.6 C
13
RR
Nadi : 84 x/mnt
: 20 x/mnt, reguler
Suhu : 36,5 C
I. FLOW SHEET
Nama
: Ny. K
No
Tgl
1.
13/06
/14
Problem
Baal,
lemas
T
mmHg
N
x/1
BB
kg
130/70
72
20
TB RBW
C
m
150 45
Planning
Target
Baal
berkurang
2.
3.
Problem
Number
Approx.
Date of
Onset
Date
Resolved
14
1.
2.
2009
15-01-09
DM
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI HOLISTIK
1.
Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari penderita (Ibu K), yang merupakan seorang ibu
rumah tangga dan Tn. HS adalah suami dari Ibu K, berumur 80 tahun. Tn
HS dan Ny.K mempunyai 2 orang anak MK (25 tahun) dan N (21 tahun)
yang telah meninggalkan rumah untuk merantau. Keluarga Ibu K
merupakan keluarga yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang
kesehatan. Pada awal diketahui menderita DM 4 tahun lalu, pasien
mengeluhkan gejala klasik DM (polidipsi, polifagi, poliuri) dan ditemani
15
Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dan keluarga secara umum terjalin cukup baik,
terbukti dengan permasalahan-permasalahan yang ada diatasi dengan
bersama-sama dalam keluarga ini. Hubungan di antara mereka cukup dekat
satu sama lain. Ibu K tinggal serumah dengan suaminya. Ibu K berkumpul
dengan anak-anaknya 5 bulan sekali karena keduanya merantau di Jakarta.
3.
Fungsi Sosial
Ibu K senang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Namun karena
kondisi kesehatannya yang menuntut beliau harus banyak beristirahat
mengakibatkan terkadang Ibu R tidak menghadiri kumpul-kumpul dengan
warga. Namun sejauh ini hubungan sosial Ibu R dengan tetangga dan
masyarakat sekitar masih dapat dibilang baik.
4.
Kesimpulan :
Ibu K merupakan seorang petani dan hanya tinggal di rumah dengan suaminya.
Ibu K memiliki 2 orang anak. Keluarga ibu K nampak saling menyayangi,
terbukti dengan Tn. Hs yang selalu menemaninya kontrol, dan anak-anaknya yang
5 bulan sekali pulang menjenguk dan setiap bulan mengirimi sebagian
16
17
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari keluarga
maupun dari saudara-saudara.
A.P.G.A.R Ibu K Terhadap Keluarga
A
P
G
Hampir
selalu
Kadang
-kadang
Hampir tidak
pernah
Hampir
selalu
Kadang
-kadang
Hampir tidak
pernah
18
KET
-
19
Keterangan :
Social (-) artinya keluarga Ibu K sudah berperan aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan.
Cultural (-) artinya keluarga Ibu K masih aktif dalam pergaulan sehari-
hari. Keluarga Ibu K masih menganut tradisi jawa, hal ini terbukti keluarga Ibu
R masih mengikuti tradisi yasinan, mauludan, menggunakan bahasa jawa, tata
krama dan kesopanan.
Religion (-) artinya keluarga Ibu K sudah memiliki pemahaman agama
yang cukup, hal tersebut dapat dilihat dari keaktifan Ibu K dalam mengikuti
pengajian sebelum Ibu K sering sakit-sakitan.
Economic (+) artinya ekonomi keluarga pasien masih tergolong
52
stroke
DM 51
20
51
Keterangan :
Warna Kuning
= Penderita DM
Garis Bawah
= Keturunan
MK
Ibu K
21
Keterangan :
hubungan baik
Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di keluarga Ibu K dinilai cukup harmonis
dan saling mendukung.
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
1. Faktor Perilaku
Perilaku di dalam keluarga ini sebagian besar dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan pada anggota keluarga, terutama perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan. Keluarga ini menyadari arti penting kesehatan, namun belum memiliki
standar hidup sehat. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan di bidang
kesehatan. Menurut anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat adalah
keadaan terbebas dari sakit yang dapat menghalangi aktivitasnya. Keluarga ini
menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka sakit, mereka menjadi
tidak dapat bekerja lagi sehingga otomatis pendapatan keluarga akan
berkurang. Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya disebabkan oleh kuman
atau bakteri, bukan dari guna-guna, sihir, supranatural atau takhayul. Mereka
tidak terlalu mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah penyakit, lebih
22
23
yang baik, memiliki lantai dan atap yang mudah dibersihkan, serta memiliki
sumber air bersih dan jamban sendiri, namun hewan ternaknya masih
dibiarkan berada di dapur.
Pengetahuan :
Lingkungan:
Kurangnya pengetahuan baik pasien itu sendiri maupun keluarga mengenai
Cukup
penyakit
padatdiabetes
dan darimelitus
faktor (dimasa
lingkungan
lampau).
tidak didapatkan suatu faktor resiko y
Sikap:
Pelayanan Kesehatan:
Penderita mematuhi pola diet DM, namun tidak membiasakan berolahraga teratur, tidak patuh kontrol dan minum obat
Jika sakit menunda berobat ke dokter dan pusk
Keluarga Ibu K
Tindakan:
Keturunan:
Ada faktor keturunan yaitu ayah pasien yang menderita
Keluarga tidak mengontrol makan dan pengobatan penderita secara rutin.
24
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
B. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran ------------. Rumah
pasien dekat dengan rumah tetangganya dan menghadap ke ----------.
Memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Rumah ini mempunyai 1
lantai dan terdiri dari ruang tamu, kamar tamu, ruang tv, 3 kamar tidur, dan
kamar mandi beserta dapur. Atap rumah memakai genteng dan bagian dalam
sudah menggunakan langit-langit. Jendela rumah ditutup dengan kaca dan
menggunakan gorden.
2. Denah Rumah
wc
Ruang cuci
dapur
gudang
Kamar 3
Ruang keluarga
Kamar 2
Ruang tamu
Kamar 1
25
BAB V
DAFTAR MASALAH & PEMBINAAN KELUARGA
A. Masalah medis :
Diabetes Melitus Tipe 2
B. Masalah non medis :
1. Ibu K merupakan tipikal orang yang malas atau bahkan hampir tidak pernah
berolahraga.
2. Ibu K kurang memiliki kesadaran untuk kontrol tepat waktu, dan minum obat
sesuai aturan
3. Kondisi ekonomi keluarga adalah menengah ke bawah, untuk kebutuhan
primer dapat tercukupi tapi kebutuhan sekunder belum.
(Menggambarkan
Ibu Khubungan
51 tahun antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
Diabetes Melitus
dengan faktor-faktor
resikoTipe
yang2 ada dalam kehidupan pasien).
26
D. Matrikulasi Masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks (Azrul, 1996).
No.
Daftar Masalah
Jumlah
IxTxR
1.
2.
3.
P
4
S
5
SB
5
Mn
4
Mo
4
Ma
4
504
468
468
Keterangan :
I
27
: tidak penting
: agak penting
: cukup penting
: penting
: sangat penting
E. Prioritas Masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Ibu
K adalah sebagai berikut :
1. Ibu K kurang memiliki kesadaran untuk kontrol tepat waktu, dan minum obat
sesuai aturan
2. Ibu K merupakan tipikal orang yang malas atau bahkan hampir tidak pernah
berolahraga.
3. Kondisi ekonomi keluarga adalah menengah ke bawah, untuk kebutuhan
primer dapat tercukupi tapi kebutuhan sekunder belum.
Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil dalam kasus DM tidak terkontrol yang dialami
oleh Ny K adalah kebiasaan Ibu K untuk menunda pergi ke pelayanan kesehatan
untuk kontrol, dan minum obat tidak sesuai aturan.
28
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang
ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat
tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
B. Kadar Gula Dalam Darah
Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dL
{millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)} atau 4 - 8 mmol/l
{milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, dimana 1 mmol/l = 18 mg/dl.
Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan
mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan
mengalami hyperglycemia apabila kadar gula dalam darah jauh diatas nilai
normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu kondisi dimana seseorang
mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal.
Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa
mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam
29
setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan
gula darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa
diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200
mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl.
Tingkat kadar glukosa darah menentukan apakah seseorang menderita DM
atau tidak. Tabel berikut menunjukkan kriteria DM atau bukan :
Puasa
Vena
< 100
Kapiler < 80
Gangguan Toleransi
Vena 100 - 140
Glukosa
Kapiler 80 - 120
DM
Vena
> 140
Kapiler > 120
C. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
Bukan DM
2 Jam PP
Vena 100 - 140
Kapiler 80 120
Vena > 200
Kapiler > 200
30
therapi
insulin
yang
dilakukan
secara
terus
menerus
31
32
berakibat pada
Komplikasi lain yang sangat mungkin terjadi pada pasien diabetes mellitus
adalah:
1. Kardiopati diabetik
Kardiopati diabetik adalah gangguan jantung akibat diabetes. Glukosa
darah yang tinggi dalam jangka waktu panjang akan menaikkan kadar
kolesterol dan trigliserida darah. Lama-kelamaan akan terjadi aterosklerosis
atau penyempitan pembuluh darah. Maka bagi para penderita diabetes perlu
pemeriksaan kadar kolesterol dan trigliserida darah secara rutin.
Penyempitan pembuluh darah koroner menyebabkan infark jantung
dengan gejala antara lain nyeri dada. Karena diabetes juga merusak sistem
saraf, rasa nyeri kadang-kadang tidak terasa. Serangan yang tidak terasa ini
disebut silent infraction atau silent heart attack.
Kematian akibat kelainan jantung dan pembuluh darah pada penderita
diabetes kira-kira dua hingga tiga kali lipat lebih besar dibanding bukan
penderita diabetes., pengendalian kadar gula dalam darah belum cukup untuk
mencegah gangguan jantung pada penderita diabetes.
Sebagaimana rekomendasi Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) serta
perkumpulan sejenis di Eropa atau Indonesia (Perkumpulan Endokrinologi
33
34
35
berat badan per hari). Penderita yang telah sampai tahap gagal ginjal
memerlukan hemodialisis atau transplantasi ginjal.
Gejala nefropati diabetes baru terasa saat kerusakan ginjal telah parah
berupa bengkak pada kaki dan wajah, mual, muntah, lesu, sakit kepala, gatal,
sering cegukan, mengalami penurunan berat badan. Penderita nefropati harus
menghindari zat yang bisa memperparah kerusakan ginjal, misalnya pewarna
kontras yang digunakan untuk rontgen, obat anti-inflamasi nonsteroid serta
obat-obatan yang belum diketahui efek sampingnya.
4. Retinopati diabetik
Diabetes juga dapat menimbulkan gangguan pada mata. Yang terutama
adalah retinopati diabetik. Keadaan ini, disebabkan rusaknya pembuluh darah
yang memberi makan retina.
Bentuk kerusakan bisa bocor dan keluar cairan atau darah yang
membuat retina bengkak atau timbul endapan lemak yang disebut eksudat.
Selain itu terjadi cabang-cabang abnormal pembuluh darah yang rapuh
menerjang daerah yang sehat.
Retina adalah bagian mata tempat cahaya difokuskan setelah melewati
lensa mata. Cahaya yang difokuskan akan membentuk bayangan yang akan
dibawa ke otak oleh saraf optik. Bila pembuluh darah mata bocor atau
terbentuk jaringan parut di retina, bayangan yang dikirim ke otak menjadi
kabur. Gangguan penglihatan makin berat jika cairan yang bocor mengumpul
di fovea, pusat retina yang menjalankan fungsi penglihatan sentral. Akibatnya,
penglihatan kabur saat membaca, melihat obyek yang dekat serta obyek yang
lurus di depan mata.
Pembuluh darah yang rapuh bisa pecah, sehingga darah mengaburkan
vitreus, materi jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah mata. Hal
ini menyebabkan cahaya yang menembus lensa terhalang dan tidak sampai ke
retina atau mengalami distorsi. Jaringan parut yang terbentuk dari pembuluh
darah yang pecah di korpus vitreum dapat mengerut dan menarik retina,
36
sehingga retina lepas dari bagian belakang mata. Pembuluh darah bisa muncul
di iris (selaput pelangi mata) menyebabkan glaukoma.
Risiko terjadinya retinopati diabetik cukup tinggi. Sekitar 60 persen
orang yang menderita diabetes 15 tahun atau lebih mengalami kerusakan
pembuluh darah pada mata. Pemeriksaan dilakukan dengan oftalmoskop serta
angiografi fluoresen yaitu foto rontgen mata menggunakan zat fluoresen untuk
mengetahui kebocoran pembuluh darah.
Pengobatan dilakukan dengan bedah laser oftalmologi. Yaitu,
penggunaan sinar laser untuk menutup pembuluh darah yang bocor, sehingga
tidak terbentuk pembuluh darah abnormal yang rapuh. Selain itu bisa
dilakukan vitrektomi yaitu tindakan mengeluarkan vitreus yang dipenuhi
darah dan menggantinya dengan cairan jernih. Penderita retinopati hanya
boleh berolahraga ringan dan harus menghindari gerakan membungkuk
sampai kepala di bawah.
F. Pengobatan dan Perawatan
Pengobatan Diabetes Melitus yang secara langsung terhadap kerusakan pulaupulau Langerhans di pankreas belum ada. Oleh karena itu pengobatan untuk
penderita DM berupa kegiatan pengelolaan dengan tujuan untuk menghilangkan
keluhan dan gejala akibat defisiensi insulin (gejala DM) dan untuk mencegah
komplikasi kronis yang dapat menyerang pembuluh darah, jantung, ginjal, mata,
syaraf, kulit, kaki dsb.
Tindakan pengelolaan yang bisa dilakukan diantaranya: Menormalkan kadar
glukosa, lemak, dan insulin di dalam darah serta memberikan pengobatan
penyakit kronis lainnya. Langkah yang dilakukan terutama : Diet; Mengurangi
kalori dan meningkatkan konsumsi vitamin. aktivitas fisik; olahraga teratur,
pengelolaan glukosa dan meningkatkan kepekaan terhadap insulin.
Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan terapi insulin
(Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain
37
38
memperbaiki kepekaan sel beta pankreas. Selain itu diet B juga mengandung serat
dimana serat ini dapat menekan kenaikan Glukosa darah sesudah makan, dan juga
dapat menekan kadar kenaikan kolesterol darah (Askandar, 1999).
Penatalaksanaan diet pada DM dapat disajikan dalam susunan yang bermacam
macam, tujuan dari diet pada diabetes menurut Suyono, 1999, antara lain:
1. Mencapai dan kemudian memperbaiki kadar glukosa darah mendekati kadar
normal
2. Memperbaiki kesehatan umum penderita
3. Mengarahkan penderita ke berat badan normal
4. Menormalkan pertumbuhan DM anak atau dewasa muda
5. Menekan atau menunda terjadinya komplikasi akut meupun kronik
6. Meningkatkan kualitas hidup penderita
7. Memberikan modifikasi diet diabetes sesuai dengan keadaan penderita
Selain itu dalam melaksanakan diet diabetes sehari-hari, hendaknya mengikuti
pedoman 3J (jumlah, jadual, jenis), artinya :
J1 : Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
J2 : Jadwal diet harus diikuti sesuai intervalnya
J3 : Jenis makanan yang manis harus dihindari termasuk pantang buah golongan
A ( Buah yang manis ) dan makanan lain yang manis (Askandar, 1999).
G. Penentuan Jumlah Kalori Diet Diabetes Melitus
Penentuan jumlah kalori diet diabetes disesuaikan dengan status gizi
penderita. Penentuan gizi penderita dilakukan dengan menghitung precentage of
relative body weight (BBR = Berat Badan Relatif) dengan rumus :
BBR = (BB = kg, TB = cm )
Kriteria berat badan relatif yang didapat dari rumus :
1. Kurus (underweeight) : BBR <90 %
2. Normal (Ideal)
: BBR 90 110 %
39
Sedang
200-350 kkal/ jam
Rumah tangga
Bersepeda
Bowling
Jalan cepat
Berkebun
Golf
Sepatu roda
Berat
400-900 kkal/jam
Aerobik
Bersepeda
Memanjat
Menari
Lari
Sepak bola
Tenis
40
Gemuk
Normal
Kurus
Kerja santai
25
30
35
Kerja sedang
30
35
40
Kerja berat
35
40
40-50
41
harus menjelaskan prosedur pemberian obat yang benar dan jangan sampai
berhenti karena berhentinya minum obat dapat menyebabkan suatu
kefatalan. Selain edukasi dalam hal pengobatan, pasien juga perlu
diedukasi untuk menjaga pola makan. Diet yang dianjurkan adalah dengan
mengkonsumsi makanan yang memiliki indeks gula (kalori) rendah dan
beraktivitas fisik minimal 3 kali seminggu selama 30 menit.
3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien.
Diberikan penjelasan yang benar mengenai persepsi yang salah tentang
diabetes melitus. Pasien dan keluarganya perlu tahu tentang penyakit,
pengobatannya dan pencegahannya. Sehingga persepsi yang salah dan
merugikan bisa dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling
setiap kali pasien kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh dokter
maupun oleh petugas Yankes kepada pasien dan keluarganya.
Beberapa persepsi yang harus diluruskan yaitu :
a. Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit menular.
b. Penyakit diabetes melitus dapat sembuh hanya dengan minum obat.
Maka pasien harus diberi pengertian untuk terus mengupayakan
kesembuhannya melalui program pengobatan dan rehabilitasi yang
dianjurkan oleh dokter. Juga harus dilakukan pendalaman terhadap
berbagai masalah penderita termasuk akibat penyakitnya (diabetes
melitus) terhadap hubungan dengan keluarganya, pemberian konseling
jika dibutuhkan. Penderita juga diberi penjelasan tentang pentingnya
menjaga diet atau konsumsi makanannya yang benar dalam rangka
meminimalisir konsumsi makanan yang memiliki indeks kalori (gula)
tinggi.
Penjelasan yang perlu diberikan kepada pasien dan keluarga mengenai
pentingnya berobat secara teratur, diet makanan yang sesuai dan olah raga
secara teratur adalah untuk menghindari komplikasi yang mungkin terjadi,
diantaranya:
- Penglihatan kabur
42
- Penyakit jantung
- Penyakit ginjal
- Gangguan kulit dan syaraf
- Pembusukan
- Gangguan pada pembuluh darah
- Dll.
4. Pengobatan
Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang telah tertera dalam
penatalaksanaan.
5. Pencegahan dan Promosi Kesehatan
Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi
kesehatan berupa perubahan pola hidup sehat, diet makanan yang sesuai,
istirahat yang cukup dan olahraga teratur sesuai kebutuhan.
Prevensi Bebas Diabetes Melitus Untuk Keluarga Lainnya (Suami, Anakanak dan Keluarga Lainnya).
Langkah-langkah yang dapat dikerjakan
Mengingat jumlah pasien yang akan membengkak dan besarnya biaya
perawatan
pasien
diabetes
yang
terutama
disebabkan
oleh
karena
aktivitas
yang
ditujukan
untuk
pencegah
timbulnya
hiperglikemia pada individu yang berisiko untuk jadi diabetes atau pada
populasi umum.
Pencegahan Sekunder
Menemukan pengidap DM sedini mungkin, misalnya dengan tes
penyaringan terutama pada populasi risiko tinggi. Dengan demikian pasien
diabtes yang sebelumnya tidak terdiagnosis dapat terjaring, hingga dengan
43
Strategi Pencegahan
Dalam menyelenggarakan upaya pencegahan ini diperlukan suatu
strategi yang efisien dan efektif untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Seperti juga pada pencegahan penyakit menular, ada 2 macam strategi untuk
dijalankan, antara lain:
Pendekatan populasi / masyarakat (Population/ Community approach)
Semua upaya yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat
umum. Yang dimaksud adalah mendidik masyarakat agar menjalankan cara
hidup sehat dan menghindari cara hidup berisiko. Upaya ini ditujukan tidak
hanya untuk mencegah diabetes tetapi juga untuk mencegah penyakit lain
sekaligus. Upaya ini sangat berat karena target populasinya sangat luas, oleh
karena itu harus dilakukan tidak saja oleh profesi tetapi harus oleh segala
lapisan masyarakat termasuk pemerintah dan swasta (LSM< pemuka
masyarakat dan agama).
Pendekatan individu berisiko tinggi
Semua upaya pencegahan yang dilakukan pada individu-individu yang
berisiko untuk menderita diabetespada suatu saat kelak. Pada golongan ini
termasuk individu yang berumur > 40 tahun, gemuk, hipertensi, riwayat
44
keluarga DM, riwayat melahirkan bayi > 4 Kg, riwayat DM pada saat
kehamilan, dislipidemia.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah cara paling sulit karena yang menjadi
sasaran adalah orang-orang yang belum sakit artinya mereka masih sehat.
Caupannya menjadi sangat luas. Yang bertanggung jawab bukan hanyap
rofessi tetapaiseluruh masyarakat termasuk pemerintah. Semua pihak harus
mempropagandakanpola hidup sehat dan menghindari pola hidup berisiko.
Menjelaskan kepada masyarakat bahwa mencegah penyakit jauh lebih baik
daripada mengobatinya. Kampanye makanan sehat dengan pola tradisional
yang mengandung lemak rendah atau pola makanan seimbang adalah
alternative terbaik dan harus sudah mulai ditanamkan pada anak-anak sekolah
sejak taman kanak-kanak. Tempe misalnya adalah makanan tradisional kita
yang selain sangat bergizi, ternyata juga banyak khasiatnya misalnya sifat anti
bakteri dan menurunkan kadar kolesterol.
Caranya bisa lewat guru-guru atau lewat acara radio atau televise.
Selain makanan juga cara hidup berisiko lainnya harus dihindari. Jaga
beratbadan agar tidak gemuk, dengan olahraga teratur. Dengan mengnjurkan
oleh raga kepada kelompok risiko tinggi, misalnya anak-anak pasien diabetes,
merupakan salah satu upaya pencegahan primer yang sangat efektif dan
murah.
Motto memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat
sangat menunjang upaya pencegahan primer. Hal ini tentu saja akan
menimbulkan konsekuensi, yaitu penyediaan sarana olah raga yang merata
sampi ke pelosok, misalnya di tiap sekolahan harus ada sarana olahraga yang
memadai.
Pencegahan Sekunder
Mencegah timbulnya komplikasi, menurut logika lebih mudah karena
populasinya lebih kecil, yaitu pasien diabetes yang sudah diketahui dan sudah
berobat, tetapi kenyataannya tidka demikian. Tidak gampang memotivasi
45
46
dnegan dokter maupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang
terkait dengan komplikasinya. Dalam hal peran penyuluhan sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan diabetesnya. Peran
ini tentu saja akanmerepotkan dokter yang jumlah terbatas.oleh karena itu dia
harus dibantu oleh orang yang sudah dididik untuk keperluan itu yaitu
penyuluh diabetes (diabetes educator).
PENYULUH DIABATES
Dalam rangka mengantisipasi ledakan jumlah pasien diabetes dan
meningkatnya komplikasi terutama PJK, tadi sudah diuraikan upaya
pencegahan baik primer, sekunder, maupun tersier adalah yang paling baik.
Karena upaya itu sangat berat, adalah tidak mungkin dilakukan hanya oleh
ahli diabetes atau endokrinologis.oleh karena itu diperlukan tenaga terampil
yang dapat berperan sebagai perpanjangan tangan dokter endokrinologis itu.
Di luar negeri tenaga itu sudah lama ada yang disebut diabetes educator yang
terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi atau pekerja social dan lain-lain yang
berminat. Di Indonesia atau tepatnya di Jakarta olehPusat Diabetes dan Lipid
47
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Ibu K adalah pasien Diabetes Mellitus Tipe II.
Penderita menjalani terapi nonmedikamentosa dengan baik, akan tetapi terapi
medikamentosa tidak dijalankan dengan baik, sehingga kadar gula darah
penderita sering naik. Ibu K mengaku sudah jarang datang ke pelayanan
kesehatan untuk mengontrol gula darah dan tidak minum obat DM secara teratur.
1. Segi Biologis
Ibu K menderita diabetes mellitus tidak terkontrol sejak 4 tahun yang lalu
Saat Ibu K mengalami baal dan tiga tanda khas DM (Polidipsi, Polifagi,
Poliuri) namun pasien tidak langsung memeriksakan keadaannya ke
dokter atau ke Puskesmas. Selama ini pasien hanya melakukan
pemeriksaan gula darah sewaktu secra mandiri 2-3 minggu sekali, dan
jika dia tidak mendapati suatu keluhan dan gula darahnya tidak tinggi
dia tidak datang kepelayanan kesehatan untuk meminta obat DM,
sehingga dia tidak mengkonsumsi obat DM dengan teratur.
Pelaksanaan diit DM sudah dilakukan oleh pasien.
48
B. Saran
1. Promotif : Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit DM serta perlunya
pengendalian dan pemantauan DM. Mengenalkan pola hidup sehat, meliputi
pola makan dan olahraga teratur untuk penderita DM dan keluarga karena
faktor keturunan sangat mempengaruhi timbulnya DM.
2. Preventif : Makan makanan yang cukup bergizi dan diet diabetes yang harus
dilaksanakan, rutin control gula darah, merawat luka sehingga tidak terjadi
komplikasi lebih lanjut dari penyakit DM.
3. Kuratif : Pasien minum OAD (Obat Anti Diabetes) yang diberikan dokter
secara rutin dan teratur. Suaminya harus selalu mengingatkan dan mengawasi
untuk minum obat dan mengontrol pola makan penderita dan ikut mendukung
dengan mengantarkan berobat ke pelayanan kesehatan.
49
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2005. Bahaya Mengintip dari Pola Makan Tak Seimbang. Available
at: http://www.kompas.com/kesehatan/news/0412/27/051039.htm
2. Anonim,
2009.
Penyakit
Diabetes
Melitus
(DM).
Available
at:
http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-diabetes-mellitus-dm.html on
18 August 2009.
3. Askandar, 1999. Diabetes Melitus klasifikasi, Diagnosis dan Terapi.ed 3. PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
4. Blanchette, K. 1999. The Diabetic Diet.
5. SudoyoW. Aru. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Diabetes Melitus di
Indonesia. Hal 1874-1940. Balai Penerbit FKUI. Jilid III. Edisi IV. EGC.
Jakarta
6. Mansjoer, A.1999. Kapita selekta Kedokteran. ed ketiga. Media Aesculapius
Facultas Kedokteran UI. Jakarta.
50
LAMPIRAN
FOTO 1
Gambar sebelah kiri adalah Ibu R dan sebelah kanan adalah Suami Ibu R
FOTO 2
Gambar ruang tamu rumah Ibu R
FOTO 3
Gambar kamar mandi Ibu R
FOTO 4
51
R E K AM M E D I S