Professional Documents
Culture Documents
: Astuti
NIM
: 1414041001
kelas / kelompok
telah diperiksa oleh Asisten dan Koordinator Asisten maka dinyatakan diterima.
Koordinator Asisten,
Djumarirmanto, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Termoregulasi ialah proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu
tubuhnya supaya tetap konstan, paling tidak, supaya suhu tubuhnya tidak
mengalami perubahan yang terlalu besar. Persoalannya, tidak semua hewan
mampu mepepertahankan suhu tubuhnya dinamakan homoeterm, sedangkan yang
tidak mampu mempertahankan suhu tubuhnya disebut poikiloterm. Menurut
konsep kuno, poikiloterm sama dengan hewan berdarah dingin, sedangkan
homoeterm sama dengan hewan berdarah panas. Namun, lebih baik kita tidak algi
menggunakan istilah tersebut karena tidak tepat dan sering kali menimbulkan
kebingungan (Isnaeni, 2006).
Badan air yang besar dapat menyerap dan menyimpan banyak sekali panas
dari matahari pada siang hari dan selama musim panas dengan hanya mengalami
beberapa derajat perubahan suhu. Lalu, pada malam hari dan selama musim
dingin, air yang perlahan-lahan berubah menjadi sejuk dapat menghangatkan
udara. Inilah alasan mengapa di wilayah pesisir biasanya memiliki iklim yang
lrbih hangat daripada wilayah-wilayah di dalam benua. Panas jenis air yang tinggi
juga cenderung menstabilkan suhu laut, menciptakan lingkungan yang sesuai bagi
kehidupan laut. Dengan demikian, karena panas jenisnya yang tinggi, ai yang
menutupi sebagian besar bumi menjadi fluktuasi suhu di darat dan di air dalam
batas-batas yang memungkinkan kehidupan. Selain itu, karena organisme
sebagian besar terdiri dari air, organisme lebih mampu menahan perubahan
suhunya sendiri daripada jika ia terdiri dari cairan dengan panas jenis yang lebih
rendah (Campbell, 2008).
suhu tubuh pada kebanyakan hewan dipengaruhi oleh suhu lingkungan. ada
hewan yang dapat bertahan hiduppada suhu -2C, sementara hewa lain dapat
hidup pada suhu 50C, misalnya hewan yang hidup di gurun. bahkan, ada hewan
yang dapat hidup pada suhu yang lebih ekstrem lagi, contohnya beberapa cacaing
polikhaeta yang hidup dipalung laut dalam, pada suhu lebih dari 80C. meskipun
demikian, untuk hidup secara normal, sebagian besar hewan memiliki kisaran
suhu
yang lebih sempit dari kisaran suhu tersebut. sekalipun suhu tubuh
oksigen
oksigen
menjadi
faktor
dibandingkan dengan di udara; semakin hangat dan semakin asin air, maka
semakin sedikitoksigen yang terlarut di dalamnya. Dengan demikian, insang harus
sangat efisien untuk mendapatkan oksigen yang cukup dari air. Salah satu proses
yang membantu adalah ventilasi, yaitu peningkatan aliran medium respirasi di atas
permukaan respirasi. Ventilasi membawa aliran oksigen segar dan membuang
karbon dioksida yang dikeluarkan oleh insang. Karena air jauh lebih rapat dan
mengandung lebih sedikit oksigen persatuan volume dibandingkan dengan udara,
maka seekor ikan harus menghabiskan banyak energi untuk memventilasi
insangnya (Campbell, 2002).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari, tanggal
Waktu
Tempat
berisi air normal yang bersuhu 27oC. Menghitung dan mencatat frekuensi
gerakan operculum (buka tutup) dalam waktu 5 menit dengan selang waktu
5 menit.
3. Mengambil 1 ekor ikan mas koki dan memasukkan ke dalam toples yang
berisi air panas dengan suhu 38oC. Menghitung dan mencatat frekuensi
gerakan operculum pada ikan selama 5 menit dengan selang waktu 1 menit.
4. Mengambil 1 ekor ikan mas koki dan memasukkannya ke dalam toples yang
telah diisi dengan air dingin dengan suhu 16 oC. Menghitung dan mencatat
frekuensi gerakan operculum pada ikan selama 5 menit dengan selang
waktu 1 menit. Mencatat semua hasil pengamatan dalam tabel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No
.
Suhu
Rata-rata
(kali/menit)
Waktu (Menit)
16
1
45
2
64
3
89
4
109
5
122
24,4
27
95
184
235
276
343
68,6
38
134
238
330
454
560
112
B. Analisis Data
1. Kecepatan Gerak Operculum pada Suhu 16
v=
122 kali
=24,4 kali/menit
5 menit
v=
343 kali
=68,6 kali/menit
5 menit
v=
560 kali
=112 kali/menit
5 menit
C. Analisis Grafik
16
27
38
300
200
100
0
0.5
1.5
2.5
3.5
Waktu (menit)
4.5
5.5
D. Pembahasan
1. Aktivitas Ikan pada Suhu 16C
Keadaan operculum saat ikan dimasukkan ke dalam air dingin yang bersuhu
16C mengalami gerak tutup buka operculum yang sedikit yaitu ikan membuka
tutup operculumnya sebanyak
Keadaan operculum saat ikan dimasukkan ke dalam air kran yang bersuhu
27C mengalami gerak tutup buka operculum yang sedikit yaitu ikan membuka
tutup operculumnya sebanyak
yang normal dan terlihat bugar. Hal ini karena ikan tidak mengalami gangguan
terhadap perubahan suhu lingkungan sehingga ikan tetap beraktivitas secara
normal.
3. Aktivitas Ikan Pada Suhu 38C
Keadaan operculum saat ikan dimasukkan ke dalam air panas yang
bersuhu 38C mengalami frekuensi gerak tutup buka operculum yang intensif
yaitu ikan membuka tutup operculumnya sebanyak
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa suhu berpengaruh besar terhadap aktivitas organisme. Ikan
mas koki memiliki kecepatan pengunaan oksigen yang lebih banyak pada suhu
maksimum dibandingkan pada saat suhu berada dalam suhu optimum dan
minimum karena pada suhu yang tinggi konsentrasi oksigen terlarut semakin
berkuang sehingga ikan menggerakkan operculum lebih cepat.
B. Saran
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya adalah sebagai berikut.
1. Sebaiknya praktikan selanjutnya lebih meningkatkan kerjasama kelompok.
2. Diharapkan kepada asisten agar dapat meningkatkan bimbingannya
sehingga praktikan dapat melakukan pengamatan dengan baik dan benar.
3. Diharapkan kepada laboran agar menyediakan alat praktikum yang lebih
lengkap dan baik agar praktikum berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell. 2002. Biologi jilid I. Jakarta: Erlangga.
Campbell. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Effendi. 2003. digilib.unimed.ac.id/.../UNIMED-Undergraduate-223.. diakses
pada kamis, 22 januari 2015.
Isnaeni, 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.
Rostim, Acep. 2000. Tingkat Konsumsi Oksigen Ikan Bawal Air Tawar
(Colossomr mucropomurn), lkan Nilem (Osteochillus husselti, C.V.) dan
Ikan Tawes. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12654?. Diakses
Pada Kamis, 22 Januari 2015.